Anda di halaman 1dari 2

1.3.

SIFAT FISIK LUMPUR


Ada tiga sifat fisik lumpur terpenting yang dikontrol
pada setiap operasi
pemboran sumur migas maupun panasbumi. Ketiga
sifat fisik lumpur tersebut
adalah
1. Densitas
2. Rheologi (sifat aliran)
3. Filtration loss
1.3.1. Densitas
Pengontrolan densitas lumpur pada hakekatnya
adalah untuk mencegah blowout. Lumpur yang
terlalu berat dapat menyebabkan terjadinya lost
circulation, sedangkan lumpur yang terlalu ringan
dapat menyebabkan masuknya fluida formasi
kedalam lubang bor (kick) dan jika tidak segera
diatasi akan dapat menyebabkan terjadinya semburan
liar (blowout).
Tekanan hidrostatik dapat dihitung dengan persamaan
:
Ph = 0.052 x x TVD
1.3.2. Rheologi (Sifat Aliran)
1.3.2.1. Plastic Viscosity
Penggunaan utama plastic viscosity, yang diukur
dalam centipoises, adalah untuk menunjukkan
pengaruh kandungan padatan terhadap kekentalan
lumpur. Plastic viscosity diperoleh dengan
mengurangkan dial reading 600 rpm dengan 300 rpm
pada viscometer.
Kenaikan viskositas yang
mendadak berarti menunjukkan adanya kenaikan
kadar padatan. Jika hal ini tidak terdeteksi, maka
dapat menimbulkan problem pemboran. Plastic
viscosity merupakan parameter yang harus sering
diukur, karena lebih mudah dan cepat dilakukan
dibandingkan dengan pengukuran kadar padatan.
p = C600 C300

1.3.2.2. Yield Point


Yield point yang diperoleh dengan ekstrapolasi garis
lurus antara pembacaan dial 300 dan 600 rpm pada
viscometer. Yield point ditentukan secara kuantitatif
dengan pengurangan pembacaan 300 rpm dan plastic
viscosity. Pada lumpur tanpa pemberat yield point
dijaga pada level yang cukup untuk pembersihan
dasar lubang. Pada lumpur yang diperberat yield
point diperlukan untuk menahan barite.
Yp = C300-p
1.3.2.3. Gel Strength
Gel strength adalah merupakan suatu harga yang
menunjukkan kemampuan lumpur untuk menahan
padatan-padatan. Satuan yield point dan gel
strength adalah lb/100 sqft. Jika yield point atau gel
strength terlalu besar, dapat diturunkan dengan
mengurangi kadar padatan atau dengan menggunakan
pengencer (thinner).
1.3.3. Filtration Loss
Filtration loss adalah kehilangan sebagaian dari fasa
cair (filtrat) lumpur masuk kedalam formasi
permeabel. Filtration loss yang terlalu besar
berpengaruh jelek terhadap formasi
maupun
lumpurnya
sendiri,
karena
dapat
menyebabkan
terjadinya
formation
damage
(pengurangan
permeabilitas
efektif
terhadap
minyak/gas) dan lumpur akan kehilangan banyak
cairan. Mud cake sebaiknya tipis agar tidak
memperkecil lubang bor (pressure loss akannaik,
pressure surges/swabbing akan membesar).
Q2 = Q1 x (t2/t1)0.5
4.2.1. Barite (Barium Sulfate)
Barite (BaSO4) digunakan untuk menaikkan densitas
dari semua jenis lumpur. Kegunaan dari penggunaan
barite adalah dapat menaikkan densitas lumpur
sehingga cukup untuk mengontrol tekanan formasi,

4.7.4. Pengatur pH (pH Adjuster)


Karena beberapa aditif lumpur pH-nya rendah dan karena pengoperasian

optimum range pH sistem lumpur, sehingga pada suatu saat perlu menambahkan
bahan-bahan yang akan merubah pH sistem lumpur. Karena pada umumnya aditif
secara alamiah bersifat asam, maka jarang bahwa pH-nya tinggi. Sebaliknya,
biasanya pH yang terlalu rendah harus dinaikkan.
pH adjuster harus ditangani dengan hati-hati, dengan menggunaan suatu
chemical barrel. Tidak menggunakan hopper atau dump secara langsung kedalam
sistem.
Secara umum, ada tiga macam pH adjuster, yaitu Sodium Hydroxide
(Caustic soda), Potassium Hydroxide, dan Calcium Hydroxide. Sodium Hydroxide
adalah merupakan pH adjuster yang umum digunakan, sedangkan lainnya biasanya
digunakan untuk tujuan khusus.
Kerugian dari penggunaan bahan-bahan pengatur pH tersebut adalah :
Semuanya dapat menyebabkan kulit terbakar.
Semuanya sangat korosif terhadap peralatan.
Potassium Hydroxide dan Calcium Hydroxide mempunai karakteristik ihibitive
(menghalangi) yang kuat karena adanya ion-ion potassium dan calcium. Kedua
produk ini biasanya digunakan dalam lumpur untuk clay hidration inhibition.

Anda mungkin juga menyukai