LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. A
Umur
: 61 tahun
Jenis kelamin
: Wanita
Alamat
: Cisaat
Pekerjaan
: IRT
ANAMNESIS
Didapatkan dari autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 03 Agustus
2016
Keluhan utama
: Sesak nafas
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 90 kali/menit
Pernafasan
: 26 kali/menit
Suhu
Keadaan spesifik
Kulit
Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit (-), sianosis (-),
scar(-), pucat pada telapak tangan dan kaki (+)
KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah aksila, leher, inguinal dan submandibula
serta tidak ada nyeri penekanan.
Kepala
Bentuk oval, simetris, warna rambut hitam bercampur putih.
Mata
Eksoftalmus dan endoftalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat
(-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal.
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung (-).
Telinga
discharge (-), otore (-).
Mulut
pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-)
Leher
Simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-).
Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
Paru-paru
I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri,
P : Vokal fremitus kanan = kiri
P : Sonor pada lapangan paru kanan dan kiri
A : Vesikuler (+/+) normal pada paru kanandankiri, wheezing (-)
Jantung
I : Iktus kordis terlihat di SIC V LMC sinistra
P : Iktus kordis teraba pada SIC V LMC sinistra
P : Batas kiriatas SIC II LPS sinistra
Batas kananatas SIC II LPS dextra
Batas kiribawah SIC V LMC sinistra
Batas kananbawah SIC IV LPS dextra
A : S1, S2 reguler murni, bising (-) , gallop (-)
Perut
Inspeksi
Auskultasi
: Peristaltik (+)
Palpasi
Perkusi
Genitalia
Tidak diperiksa
Extremitas atas
gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), akral lembab, turgor kembali cepat
Extremitas bawah
gerakan bebas, nyeri sendi (-), edema pretibial (-/-), jaringan parut (-), turgor
kembali cepat, akral lembab.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin (03 Agustus 2016)
PARAMETER
HASIL
NILAI NORMAL
UNIT
Leukosit
11,8
4.6-10.6
10e3/ul
Eritrosit
4,55
42,-5,4
10e3/ul
Hemoglobin
13,8
12.0-18.0
gr/dl
Hematokrit
41,1
37-47
MCV
90,3
81-99
Fl
MCH
30,3
27-31
Pg
MCHC
33,6
33-37
gr/dl
Trombosit
345
150-450
10e3/ul
HEMATOLOGI
Mikroskopis
Basophil
Eosinophil
0-5
Netrofil staf
0-3
Netrofil Segmen
85
40-74
Limphosit
12
18-48
Monosit
0-8
PARAMETER
HASIL
NILAI NORMAL
UNIT
Glukosa
103
85-140
mg/dl
Ureum
28
10-50
mg/dl
Kreatinin
0,7
L <1,1; P<0,9
mg/dl
SGOT
30
L <32; P < 31
U/l
SGPT
28
L <42; P< 32
U/l
Sewaktu
Interpretasi
dan sinistra
Sinus costophrenicus lancip
CTR > 0,56
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Edema paru adalah akumulasi cairan di interstisial paru dan air space
paru.
Edema paru terjadi dari darah karena adanya aliran cariran keruang
intertsisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, yang melebihi aliran limfatik.
Dalam keadaan normal terjadi pertukaran cairan, koloid dan solute dari
dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes ke keluar (Putra, 2009). Edema
paru-paru mudah timbul jika terjadi peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler
paru-paru, penurunan tekanan osmotik koloid seperti pada nefritis, atau kerusakan
dinding kapiler. Dinding kapiler yang rusak dapat diakibatkan inhalasi gas-gas
yang berbahaya, peradangan seperti pada pneumonia, atau karena gangguan lokal
proses oksigenasi. (Soewondo, 1989).
B. Etiologi
penyakit nutrisi.
Peningkatan tekanan negatif intersisial :
Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi pleura
(unilateral).
Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi
saluran napas akut bersamaan dengan peningkatan endexpiratory volume (asma).
Distress Syndrome).
a. Pneumonia (bakteri, virus, parasit).
b. Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, asap Teflon,
NO2, dsb).
8
alpha-naphthyl thiourea).
Aspirasi asam lambung.
Pneumonitis radiasi akut.
Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin).
Disseminated Intravascular Coagulation.
Imunologi : pneumonitis hipersensitif, obat nitrofurantoin,
leukoagglutinin.
i. Shock Lung oleh karena trauma di luar toraks.
j. Pankreatitis Perdarahan Akut.
3. Insufisiensi Limfatik :
a. Post Lung Transplant.
b. Lymphangitic Carcinomatosis.
c. Fibrosing Lymphangitis (silicosis).
4. Tak diketahui/tak jelas
interstisial. Apabila hal ini terus meningkat, maka edema akan menetap.
10
11
12
13
lain
yang
lebih
jarang
dari
non-cardiogenic
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas.
Gejala-gejala umum lain termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan
sesak napas daripada normal dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion),
napas yang cepat (tachypnea), pusing, kelemahan. Tingkat oksigen darah yang
rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada pasien-pasien dengan pulmonary
edema. Lebih jauh, atas pemeriksaan paru-paru dengan stethoscope, dokter
mungkin mendengar suara-suara paru yang abnormal, sepeti rales atau crackles
(suara-suara mendidih pendek yang terputus-putus yang berkoresponden pada
14
Manifestasi klinis Edema Paru secara spesifik juga dibagi dalam 3 stadium. Meski
secara klinik kenyataannya sukar di deteksi:
Stadium 1. Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas
CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak napas saat
bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin
adanya ronkhi pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup
pada saat inspirasi.
Stadium 2. Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah
paru menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa
interlobularis menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan
kendor inter-sisial, akan lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di
daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks
bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea. Meskipun hal ini merupakan tanda
gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea juga membantu memompa aliran
limfe sehingga penumpukan cairan intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan
spirometri hanya terdapat sedikit perubahan saja.
Stadium 3. Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat
terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali
dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun
dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya
15
menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan
Edema Paru
Kardiogenik
Kardiogenik
16
Anamnesis
Pemeriksaan klinik
Perifer :
S3 gallop/Kardiomegali:
JVP :
Ronkhi :
Tes Laboratorium
EKG :
Foto thoraks :
Enzim kardiak :
PCWP :
Shunt :
Intrapulmoner :
Cairan :
Edema/protein :
18 mmHg
Meningkat ringan
0,7
0,5
17
perifer
2. Garis Kerley B : Garis-garis sejajar dari perifer
3. Garis Kerley C : Garis-garis yang mirip sarang laba-laba pada
18
Gambaran radiologi seperti terlihat pada kedua tipe edema paru. Pada edema paru
19
20
kemudian hiperkapnia.
Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, urinalisis, foto thoraks,
21
dada atau leher dan dimajukan melalui kamar-kamar sisi kanan dari jantung dan
diletakkan kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonary capillaries (cabangcabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru). Alat ini
mempunyai kemampuan secara langsung mengukur tekanan dalam pembuluhpembuluh paru, disebut pulmonary artery wedge pressure.
Wedge pressure dari 18 mmHg atau lebih tinggi adalah konsisten dengan
cardiogenic pulmonary edema,
22
1. Posisi duduk.
2. Oksigen (40 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika
memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak
bisa dipertahankan 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi,
retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema
secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan
ventilator.
3. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.
4. Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 0,6 mg
tiap 5 10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan
Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 5 ug/kgBB. Jika tidak memberi
hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1
ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat, dosis dinaikkan
sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik 85
90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah normal
atau selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ
vital.
5. Morfin sulfat 3 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg
(sebaiknya dihindari).
6. Diuretik Furosemid 40 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai
produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
23
atau
Dobutamin
10
ug/kgBB/menit
untuk
E. Komplikasi
24
Lebih
spesifik,
pulmonary
edema
dapat
menyebabkan
F. Pencegahan
Dalam hal tindakan-tindakan pencegahan, tergantung pada penyebab dari
pulmonary edema, beberapa langkah-langkah dapat diambil. Pencegahan jangka
panjang dari penyakit jantung dan serangan-serangan jantung, kenaikan yang
perlahan ke ketinggian-ketinggian yang tinggi, atau penghindaran dari overdosis
obat dapat dipertimbangkan sebagai pencegahan. Pada sisi lain, beberapa sebabsebab mungkin tidak sepenuhnya dapat dihindari atau dicegah, seperti ARDS
yang disebabkan oleh infeksi atau trauma yang berlimpahan.
G. Prognosis
Prognosis jangka panjang dari edema paru ini sangat tergantung pada
penyakit dasar dan faktor penyebab yang dapat di obati atau pencetus, serta faktor
25
keadaan sebelum serangan. Diantara beberapa gejala edema paru ini terdapat
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi, M. 2010. Sirkulasi paru, edema paru dan cairan pleura. Diakses
dari http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/12/edema-paru/ tanggal 18
juni 2012
2. Umar, N. 2010. Sistem pernafasan dan suctioning jalan nafas. Diakses dari
http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1940/1/anastesiologinazaru
ddin.pdf pada tanggal 18 juni 2012
3. Pikir, B. S. 2010. Diagnosis dan pengelolaan edema paru kardiogenik akut.
http//www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09diagnosisedema085.pdf/09diagnosi
sedema 085.hrml tanggal 19 juni 2012
4. Mukty, dkk. Sembab paru (Edema paru). Dalam : Alsagaff,H.,Mukty a,
editors. Dasar-dasar Ilmu penyakit paru, surabaya: Airlangga University
Press;2009.p.323-8
5. Lorraine B. Ware, M.D., and Michael A. Matthay, M.D. 2005. Acute
pulmonary edema. Diakses dari www.nejm.org tanggal 19 juni 2012
6. Irmawan. 2010. Diagnosis dan Pengelolaan Edema Paru Kardiogenik
Akut. http://www.dunia-kesehatan.com/. Tanggal 20 juni 2012
7. Andrew Baird. 2010. Acute pulmonary oedema management in general
practice. In : AustRAliAn FAmily PhysiciAn Vol. 39, no. 12.
26
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-
27