o Tinjauan pustaka
o Istimewa
Lansia
Bumil
Seorang laki-laki, 57 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan atas.
Nyeri dialami sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, namun dirasakan semakin memberat
3 hari terakhir . Nyeri dirasakan terus-menerus seperti ditusuk-tusuk dan tembus ke belakang.
Pasien merasa lebih enak tidur dengan posisi miring ke kanan.
Mual (+), muntah (-), Demam (+) hilang-timbul, menggigil (-). Saat ini pasien merasa
badannya lemas dan nafsu makan berkurang. Penurunan berat badan (-). Pasien mengaku
sering minum alkohol (+), Mata kuning (+) tidak disadari oleh pasien.
Tujuan: menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan pertama untuk abses hepar.
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
bahasan:
Cara
pustaka
Diskusi
membahas:
Data Pasien:
Pos
diskusi
Nama : Tn.S
Umur : 57 tahun
1. Diagnosis/gambaran klinis:
Pekerjaan : Petani
No. RM :
Seorang laki-laki, 57 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan atas.
Nyeri dialami sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, namun dirasakan semakin memberat
3 hari terakhir . Nyeri dirasakan terus-menerus seperti ditusuk-tusuk dan tembus ke belakang.
Pasien merasa lebih enak tidur dengan posisi miring ke kanan.
Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+) . Demam (+) 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
hilang-timbul, menggigil (-). Saat ini pasien merasa
berkurang. Penurunan berat badan (-). Pasien mengaku sering minum alkohol (+), Mata
kuning (+) tidak disadari oleh pasien. BAB (+) normal, BAK (+) lancar.
2. Riwayat pengobatan: Tidak ada mengkonsumsi obat.
3. Riwayat kesehatan/penyakit: Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
Tatalaksana
Di IGD :
Farmakologi
- IVFD RL 20 gtt/i (makro)
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr/iv
- Inj. Ketorolac 2x1amp/iv
- Inj. Ranitidine 2x1amp/iv
- Curcuma 2x1 tab
Non Farmakologi
- Bed Rest
- Diet Nasi Biasa
Follow Up
Tanggal
20/01/2016
Keluhan
S:
Nyeri perut kanan atas (+), mual (+), demam (-), lemas (+), nafsu makan (-)
menurun, BAB cair (+) 3x/hari berlendir, BAK lancar
O:
Sens : Compos mentis
KU : Tampak lemah
TD :110/80 mmHg
HR : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 36,5
Keadaan spesifik
- Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+
- Thorak : t.a.k
- Abdomen : nyeri tekan perut kanan atas dan pembesaran hepar 2
jari dibawah arcus costa.
- Ekstremitas : t.a.k
A: Susp Abses Hepar + Hepatomegali
P:
- IVFD RL 20 gtt/i (makro)
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr/iv
- Inj. Ketorolac 2x1amp/iv
- Inj. Ranitidine 2x1amp/iv
- Metronidazol 4x1 flash
- Rencana USG abdomen
21/01/2016
S:
Nyeri perut kanan atas (+), mual (+), lemas (+), nafsu makan (-), BAB (+)
ampas = air, lendir (+) , BAK (+) normal.
O:
Sens : Compos mentis
KU : Tampak lemah
TD :110/70 mmHg
HR : 78 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 36,6
Keadaan spesifik
- Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+
- Thorak : t.a.k
- Abdomen : nyeri tekan perut kanan atas dan pembesaran hepar 2
jari dibawah arcus costa.
- Ekstremitas : t.a.k
A: Abses Hepar + Hepatomegali
P:
- IVFD RL 20 gtt/i (makro)
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr/iv
- Inj. Ketorolac 2x1amp/iv
- Inj. Ranitidine 2x1amp/iv
- Metronidazol 4x1 flash
1.
2.
3.
4.
5.
22/01/2016
S:
Nyeri perut kanan atas (+), kepala pusing (+) terasa berputar, mual (+),
lemas (+), nafsu makan (+) sudah mulai ada, BAB (+) normal, BAK (+)
normal.
O:
Sens : Compos mentis
KU : Tampak lemah
TD :100/70 mmHg
HR : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 36,3
Keadaan spesifik
- Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+ berkurang
- Thorak : t.a.k
- Abdomen : nyeri tekan perut kanan atas dan pembesaran hepar 2
jari dibawah arcus costa.
- Ekstremitas : t.a.k
A: Abses Hepar + Hepatomegali + vertigo
P:
- IVFD RL 20 gtt/i (makro)
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr/iv
- Inj. Ketorolac 2x1amp/iv
- Inj. Ranitidine 2x1amp/iv
- Metronidazol 4x1 flash
S:
Nyeri perut kanan atas (+), pusing berputar (+) berkurang, mual (+)
berkurang, lemas (+), nafsu makan (+) baik, BAB (+) normal, BAK (+)
23/01/2016
normal.
O:
Sens : Compos mentis
KU : Tampak lemah
TD :100/70 mmHg
HR : 82 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 36
Keadaan spesifik
- Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+ berkurang
- Thorak : t.a.k
- Abdomen : nyeri tekan perut kanan atas dan pembesaran hepar 2
jari dibawah arcus costa.
- Ekstremitas : t.a.k
A: Abses Hepar + Hepatomegali + vertigo
P:
- IVFD RL 20 gtt/i (makro)
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr/iv
- Inj. Ketorolac 2x1amp/iv (stop)
- Inj. Ranitidine 2x1amp/iv
- Metronidazol 4x1 flash
- Flunarizin 2x1 tab
- Mertigo 3x1 tab
- Folavit 2x1 tab
S:
Nyeri perut kanan atas (+) berkurang, pusing berputar (+) berkurang,
mual (-), lemas (+), nafsu makan (+) baik, BAB (+) normal, BAK (+)
normal.
O:
Sens : Compos mentis
KU : Baik
TD :110/80 mmHg
HR : 84 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 36,5
24/01/2016
Keadaan spesifik
- Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+ berkurang
- Thorak : t.a.k
- Abdomen : nyeri tekan perut kanan atas sudah berkurang
- Ekstremitas : t.a.k
A: Abses Hepar + vertigo
P:
- IVFD RL 20 gtt/i (makro)
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr/iv
- Inj. Ranitidine 2x1amp/iv (stop)
- Metronidazol 4x500mg
- Flunarizin 2x1 tab
- Mertigo 3x1 tab
- Folavit 2x1 tab
S:
Nyeri perut kanan atas (+) berkurang, pusing berputar (-), mual (-), lemas
(+), nafsu makan (+) baik, BAB (+) normal, BAK (+) normal.
O:
Sens : Compos mentis
KU : Baik
TD : 100/70 mmHg
HR : 82 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 36,2
Keadaan spesifik
- Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Thorak : t.a.k
- Abdomen : nyeri tekan perut kanan atas sudah berkurang
- Ekstremitas : t.a.k
A: Abses Hepar (perbaikan) + vertigo
P:
- Rawat jalan
- Cefixime 2x 200mg
- Mertigo 3x1 tab
- Metronidazole 4x500mg
- Folavit 2x1 tab
25/01/2016
Inspeksi
Palpasi
: Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus
simetris kiri dan kanan.
Perkusi
: Sonor kedua lapangan paru, batas paru hepar sela iga VI anterior dextra.
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan terletak pada
linea sternalis kanan, batas jantung kiri sesuai dengan ictus cordis terletak
pada sela iga 5 6 linea medioklavikularis kiri)
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Laboratorium:
Darah rutin (27/07/2013)
WBC 21,93 x 103/uL , RBC 4,12 x 106 /uL, HGB
12,3g/dL,HCT 35,3 %
MCV 85,7 fL, MCH 29,9 pg, MCHC 34,8 g/dL, PLT 305 x 10 3/uL, LED I/II 70/84
mm/jam
Kimia darah (27/07/2013):
Ureum 29 mg/dl, Kreatinin 0,9 mg/dl, Bil.total 4,5 mg/dl , Bil. Direk 2,2 mg/dl ,
SGOT 59 mg/dl, SGPT 70 mg/dl, Kolesterol total 119 mg/dl, HDL 3 mg/dl, LDL 63
mg/dl, Trigliserida 117 mg/dl, GDS 57 mg/dl , Asam urat 4,0 mg/dl, HBsAg
negatif.
3. Assesment:
Pasien masuk dengan nyeri perut kanan atas. Nyeri perut kanan atas dapat dapat
disebabkan oleh penyakit pada hepar. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, pasien
usia tua dengan nyeri perut kanan atas,sejak 6 bulan yang lalu dan memberat 2 minggu
terakhir. Nyeri terus-menerus seperti ditusuk-tusuk dan tembus ke belakang. Nyeri dirasakan
bertambah berat saat batuk. Pasien merasa lebih enak dengan posisi membungkuk saat duduk
ataupun berjalan dan dengan posisi tangan memegang daerah yang nyeri. Riwayat demam (+)
2 minggu sebelum masuk rumah sakit, hilang-timbul. Mata kuning disadari sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. BAK : lancar, warna pekat seperti teh. Riwayat BAB encer 6 hari
SMRS selama 3 hari dengan lendir (+), darah (+). Riwayat konsumsi alkohol (+) , jenis ballo,
sejak usia muda, 1botol/hari. Baru berhenti 1 bulan terakhir. Riwayat sakit kuning
sebelumnya (-). Dari hasil pemeriksaan fisis pada regio abdomen: terdapat nyeri tekan mulai
dari regio hipokondrium dextra sampai epigastrium, Murphy sign (+), hepar teraba 2 jari di
bawah arcus costa, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul, dan nyeri tekan (+). Dari
hasil laboratorium diperoleh hasil: leukositosis, LED memanjang, dan bilirubin meningkat.
Hasil pemeriksaan tersebut khas menggambarkan abses hepar.
Abses hepar adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan
hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati. Abses hepar terbagi atas
Abses Hepar Amebik(AHA) dan Abses Hepar Piogenik (AHP).
Etiologi :
Pada abses hati amebik didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai
parasit non-patogen dalam mulut dan usus, tetapi hanya Entamoeba histolytica yang dapat
menyebabkan penyakit. Kebanyakan abses hati piogenik adalah infeksi sekunder di dalam
abdomen. Infeksi yang terjadi di hati dapat berasal dari:
1. Sistem biliaris langsung dari kandung empedu atau melalui saluran-saluran empedu.
2. Visera abdomen melalui vena porta yaitu secara langsung atau pleloflebitis atau
embolisasi. Biasanya berasal dari appendisitis, divertikulitis atau penyakit Crohn.
Kollitis ulseratif jarang dengan abses hati.
3. Arteri hati pada bakteriemia/septikemia akibat infeksi di tempat lain.
4. Penyebaran langsung dari infeksi organ sekitar hati seperti gaster, duodenum, ginjal,
rongga subdiafragma atau pankreas.
5. Trauma tusuk atau tumpul.
6. Kriptogenik.
Patogenesis
Gambaran Klinis:
A
M
D
M
B
A
H
K
I
B
P
N
D
u
e
a
m
a
a
n
e
a
k
t
e
e
y
i
o
p
d
e
r
m
e
a
M
l
L
a
nB
u
B
k
N
r
e
a
A
t
a
N
n
r
H u
a
U t
I b
k
r
D
i
r
B
e
l
u
s
b
s
H
u
a
em
s
u
e
t
rr
ai
a
t
u
yk
es
o
n
m
o
y
g
e
s
e
p
r
i
n
e
t
ne
g
r
e
m
A
B
a
s
Hi
as
li
Aa
tm
P
e
bi
k
g
r
i
r
r
a
st
i
k
a
i
ee
i
t
e
u k
a
gk
o
s a
m
i
a
m
k
e
a
DIAGNOSIS
Abses hati amebik:
Diagnosis abses hati amebik di daerah endemik dapat dipertimbangkan jika terdapat
demam, nyeri perut kanan atas, hepatomegali yang juga ada nyeri tekan. Disamping itu
bila didapatkan leukositosis, fosfatase alkali meninggi disertai letak diafragma yang
tinggi dan perlu dipastikan dengan pemeriksaan USG juga dibantu oleh tes serologi.
Untuk diagnosis abses hati amebik juga dapat menggunakan kriteria Sherlock (1969),
kriteria Ramachandran (1973), atau kriteria Lamont dan Pooler.
a. Kriteria Sherlock (1969)
1. Hepatomegali yang nyeri tekan
2. Respon baik terhadap obat amebisid
3. Leukositosis
4. Peninggian diafragma kanan dan pergerakan yang kurang.
5. Aspirasi pus
6. Pada USG didapatkan rongga dalam hati
7. Tes hemaglutinasi positif
b. Kriteria Ramachandran (1973)
Bila didapatkan3 atau lebih dari:
1. Hepatomegali yang nyeri
2. Riwayat disentri
3. Leukositosis
4. Kelainan radiologis
5. Respons terhadap terapi amebisid
c. Kriteria Lamont Dan Pooler
Bila didapatkan 3 atau lebih dari:
1. Hepatomegali yang nyeri
2. Kelainan hematologis
3. Kelainan Radiologis
4. Pus amebik
5. Tes serologi positif
6. Kelainan sidikan hati
7. Respons terhadap terapi amebisid
Kriteria diagnosis:
1. Hati membesar dan nyeri,
2. Leukositosis, tanpa anemia pada pasien abses hati amebik yang akut, atau
leukositosis ringan disertai anemi pada abses tipe kronik,
3. Adanya pus amebik yang mungkin mengandung tropozoit Entamoeba histolytica.
4. Pemeriksaan serologik terhadap Entamoeba histolytica positif.
5. Gambaran radiologi yang mencurigakan terutama pada foto thorax posteroanterior
dan lateral kanan.
6. Adanya filling defect pada sidik hati.
7. Respon yang baik terhadap terapi dengan metronidazole
Abses hati piogenik:
Menegakkan diagnosis AHP berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisi dan laboratoris
serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis AHP kadang-kadang sulit ditegakkan sebab
gejala dan tanda klinis sering tidak spesifik. Diagnosis dapat ditegakkan bukan hanya
dengan CT-Scan saja, meskipun pada akhirnnya dengan CT-Scan memunyai nilai
prediksi yang tinggi untuk diagnosis AHP, demikian juga dengan tes serologi yang
dilakukan. Tes serologi yang negatif menyingkirkan diagnosis AHA, meskipun terdapat
pada sedikit kasus, tes ini menjadi positif beberapa hari kemudian. Diagnosis
berdasarkan penyebab adalah dengan menemukan bakteri penyebab pada pemeriksaan
kultur hasil aspirasi, ini merupakan standar emas untuk diagnosis.
Kriteria diagnosis:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
yang memanjang
menunjukkan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. Tes serologi
digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding, sensitivitasnya 91 93% dan
spesifitasnya 94 99%. Kultur darah yang memperlihatkan bakteri penyebab menjadi
standar emas untuk menegakkan diagnosis secara mikrobiologik. Pada pemeriksaan pus,
bakteri penyebab seperti Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa bisa ditemukan.(1,3)
Pemeriksaan Radiologi:
Pada foto toraks dan foto polos abdomen ditemukan diafragma kanan meninggi,
efusi pleura, atelektasis basiler, empiema, atau abses paru. Pada foto toraks PA, sudut
kardiofrenikus tertutup, pada posisi lateral, sudut kostofrenikus anterior tertutup. Di
bawah diafragma, terlihat bayangan udara atau air fluid level. Abses lobus kiri akan
mendesak kurvatura minor. Secara angiografik, abses merupakan daerah avaskuler.
Selain foto polos, pemeriksaan penunjang lain yang bisa digunakan yaitu
pemeriksaan sidik hati/USG/tomografi komputer, biopsi hati. Pemeriksaan canggih ini
sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan menegakkan diagnosis abses hati,
mempercepat diagnosis, mengarahkan proses
terapi yang baik. Abdominal CT Scan memiliki sensitifitas 95 100% dan dapat
mendeteksi luasnya
misalnya lobektomi
b. Abses hati piogenik(1)
a. Pencegahan
Merupakan cara efektif untuk menurunkan mortalitas akibat abses hati piogenik
yaitu dengan cara:
a. Segera dekompresi pada keadaan obstruksi bilier baik akibat batu empedu
maupun karena proses keganasan.
b. Setiap ligasi arteri hati harus disertai pemberian antibiotik
c. Sepsis intra-abdominal harus segera diatasi.
b. Terapi definitif
Sekali diagnosis ditegakkan, keberhasilan terapi tergantung dari
bagaimana terapinya. Terapi yang tidak tepat, dibayang-bayangi mortalitas 100%.
Terapi ini terdiri dari antibiotik, drainase abses yang adekuat dan eadikasi faktor
penyebab abses.
Antibiotik ini yang diberikan terdiri dari:
a. Penisilin atau sefalosporin untuk coccus gram positif dan beberapa jenis
bakteri gram negatif yang sensitif.
b. Metronidazole/klindamisin atau kloramfenikol untuk bakteri anaerob
terutama B. fragilis.
c. Aminoglikosid untuk bakteri gram negatif yang resisten.
c. Drainase abses
Pada abses hati piogenik soliter aspirasi abses perkutan dengan tuntunan USG
atau tomografi komputer untuk menentukan adanya abses, lokalisasi dan aspirasi
abses. Cara yang paling sering dipakai dan berhasil baik adalah drainase yang
terbukti secara bedah. Kadang-kadang pada abses hati piogenik multiple
diperlukan reseksi hati.
Infeksi pleuropulmunar merupakan komplikasi abses hepar yang paling sering terjadi,
mekanisme infeksi termasuk perkembangan sympathetic efusi yang serous, ruptur abses hepar
ke dalam cavitas thoraks, menjadi empiema atau menyebar secara hemtogen yang akan menjadi
infeksi parenkim.
Pada kebanyakan kasus AHA, pengggunaan terapi antiamebik kurang dari 1 minggu
dapat memberi perbaikan yang signifikan. Pada abses hepar amoeba kematian terjadi 5% pada
orang yang mengalami ruptur abses ke cavum peritoneum dan pericardium. Mortalitas abses
hati piogenik yang diobati dengan antibiotika yang sesuai bakterial penyebab dan dilakukan
drainase adalah 10-16 %. Prognosis buruk apabila: terjadi umur di atas 70 tahun, abses multipel,
infeksi polimikroba, adanya hubungan dengan keganasan atau penyakit immunosupresif,
terjadinya sepsis, keterlambatan diagnosis dan pengobatan, tidak dilakukan drainase terhadap
abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain.
4. Plan:
Diagnosis:
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, pasien ini didiagnosis dengan suspek
abses hebar amebik+hipoglikemi.
Penatalaksanaan:
Penanganan awal di UGD:
- Minum air gula
- Diet hepar
- IVFD Aserring:Dextrose 5%=1:1= 28 tpm
- Metronidazole 0,5gr/8jam/IV drips
- Cefotaxim 1gr/2jam/IV skin test
- Ketorolac 1 amp/8jam/IV
- Usul: Urin lengkap,USG abdomen, foto thorax, konsul interna
Pendidikan:
Menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
Konsultasi:
Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis Penyakit Dalam untuk
mendapatkan terapi lebih lanjut.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Kegiatan
Penanganan
Periode
Saat masuk
Nasihat
Selama perawatan
umum
dan
stabil.
Pasien
mendapat
tentang
hemodinamik
edukasi
penyakit
dan
Peserta,
Pendamping,
dr. Hasmiah