Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
: Evita Rachmah
Angkatan Coass : 3
A. Ringkasan Kasus
Pada tanggal 24 agustus 2016 pasien perempuan, seoramg pelajar, berusia 7
tahun datang ke RSGMP Unsoed untuk memeriksakan gigi depan bawah kiri yang
berlubang. Pasien mengaku gigi tersebut sering terasa ngilu spontan. Pasien
menginginkan giginya dipertahankan dan diberi perawatan. Pemeriksaan intraoral
menunjukan terdapat karies pada bagian mesial dan distal gigi 73, kemudian
dilakukan tes perkusi pada gigi tersebut menunjukan hasil negatif, pemeriksaan
palpasi negatif, tes vitalitas menggunakan Chor ethyl positif, serta tes tekan negatif,
kemudian dilakukan foto rontgen periapikal untuk menentukan rencana perawatan,
dari hasil rontgen terlihat gambaran radiolusen pada sisi mesial dan distal yang sudah
mencapai kamar pulpa serta tampak benih gigi permanen masih terletak dibawah
tulang alveolar dan tidak terdapat resorpsi pada akar gigi 73. Diagnosis yang
didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif dan
pemeriksaan penunjang adalah pulpitis irreversible dan direncanakan untuk
melakukan perawatan pulpektomi. Kunjungan kedua pada tanggal 31 agustus 2016
pasien datang untuk melakukan perawatan pulpektomi,
B. Subjective
CC : Pasien datang ingin memeriksakan gigi yang berlubang
PI
: Pada saat kunjungan gigi pasien tidak merasa sakit
PMH : Tidak ada kelainan
PDH : Pasien sudah pernah datang RSGM untuk memeriksakan giginya yang
FH
SH
berlubang
: Tidak ada kelainan
: Pasien merupakan seorang pelajar
C. Objective
Pemeriksaan ekstraoral : Compos mentis
Pemeriksaan intraoral
Inspeksi : Gigi 73 karies profunda pada sisi mesial dan distal
Palpasi
: (-)
Perkusi
: (-)
Vitalitas: (+)
Tekan
: (-)
Pemeriksaan penunjang :
Berdasarkan hasil rontgen periapikal terlihat gambaran radiolusen pada sisi
mesial dan distal yang sudah mencapai kamar pulpa serta tampak benih gigi
permanen masih terletak dibawah tulang alveolar dan tidak terdapat resorpsi pada
akar gigi 73.
D. Assesment
Pulpitis irreversible
E. Plan
Pulpektomi gigi desidui
F. Hasil Pengamatan
Pada tanggal 31 agustus 2016 pasien datang untuk melakukan perawatan
pulpektomi, namun sebelumnya dilakukan kembali pemeriksaan subjektif dan
objektif dan didapatkan hasil palpasi pada gigi 73 (-), perkusi (-) serta tes vitalitas
menggunaan chloretil (+). Perawatan pulpektomi pada gigi 73 diawali dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu kaca mulut, pinset, sonde,
ekskavator, k-file, cotton roll, round bur, betadine, alkohol, spuit dan slaber. Setelah
semua alat dan bahan siap kemudian perawatan dimulai dengan peratama-tama
melakukan open acess menggunakan round bur pada gigi 73 sebelah mesial, setelah
selesai dilakukan open acess kemudian dilanjutkan dengan melakukan anestesi
sebelum mengambil saluran akar dengan jarum eksterpasi, pertama dilakukan topikal
anestesi menggunakan benzocain 10%, namun ketika pasien akan disuntik pasien
menolak. Berdasarkan saran dari dosen penanggung jawab pasien, disarankan untuk
menghentikan perawatan terlebih dahulu sambil menunggu hingga pasien mau,
sehingga kavitas yang telah dibuka diberikan tumpatan sementara menggunakan zinc
oxide eugenol.
G. Pembahasan
Karies merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
diragikan. Tanda dari kondisi karies adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi
yang kemudian diikuti oleh bahan organiknya, akibatnya terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yanga dapat
menyebabkan nyeri (Kidd dan Bechal 1991: 1-2).
Karies dapat menjadi sumber utama bakteri dalam pulpa. Bakteri penyebab
karies adalah bakteri yang non-motil tetapi tampaknya bergerak maju melalui tubulus
dentin dengan jalan pembelahan akibat cairan dentin. Pada manusia mikroba yang
terkait karies permukaan halus dan ceruk-fisur adalah streptokokus golongan mutan,
khususnya streptococcus mutans dan streptococcus sobrinus, sedangkan mikroba
terkait dengan karies akar adalah Actinomyces spp. seperti jaringan ikat lain pada
tubuh, jaringan pulpa akan mengadakan respons terhadap iritan dengan reaksi
inflamasi nonspesifik dan reaksi imunologi spesifik. Pada umumnya pulpa tidak akan
mengalami inflamasi yang parah, jika kariesnya tidak berpenetrasi ke dalam pulpa,
namun apabila jika kariesnya berpenetrasi ke dalam pulpa dapat terjadi inflamasi
parah maka dapat menyebabkan pulpitis irreversibel (walton dan Torabinejad, 2008:
317). Pada gigi yang mengalami pulpitis irreversible akan menjadi lebih baik apabila
pulpa diambil dan gigi dilakukan terapi endodontik berupa pulpektomi dan dilakukan
restorasi yang tepat.
Pulpektomi merupakan pembuangan jaringan nekrotik dari bagian korona
dan saluran akar gigi sulung yang pulpannya telah nonvital atau mengalami radang
kronis. Tujuan dari pulpektomi adalah untuk mempertahankan gigi sulung sampai
eksfoliasinya yang normal. Terdapat dua macam pulpektomi gigi sulung yaitu,
pulpektomi parsial dan pulpektomi lengkap atau menyeluruh. Pulpektomi parsial
dilakukan pada gigi sulung dengan jaringan pulpa bagian korona yang masih vital
tetapi telah menunjukan gejala hiperemis, gigi mungkin pernah mengalami rasa sakit
atau tidak pernah sakit namun isi saluran akar tidak menunjukan nekrosis dan secara
radiografik tidak menunjukan adanya adanya penebalan ligamentum periodontal atau
kelainan radikuler, sedangkan pulpektomi lengkap atau menyeluruh digunakan untuk
merawat gigi sulung nonvital dan dilakukan dalam beberapa kali kunjungan, apabila
terdapat pembengkakan atau fistula atau pus pada saluran akar maka instrumensasi
saluran akar tidak bileh dilakukan pada kunjungan pertama (Budiyanti, 2012: 33-37).
Jenis pulpektomi yang dilakukan pada kasus ini adalah pulpektomi parsial karena gigi
pasien masih dalam kondisi vital.
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi gigi 73 pasien yang akan dilakukan
perawatan pulpektomi gigi sulung sudah sesuai dengan indikasi pulpektomi gigi
desidui, yaitu (Budiyanti, 2012: 34) :
1. Gigi dengan pulpa radikuler kronis atau nekrosis
2. Terdapat rasa sakit spontan atau menetap
3. Gigi masih dapat dilakukan restorasi
4. Tidak ada kegoyangan atau kehilangan tulang radikuler minimal, terdapat
abses atau fistul
5. Tidak ada resorpsi internal
6. Resorpsi eksternal masih terbatas
7. Perdarahan setelah amputasi pulpa merah tua dan sulit dikontrol
Pada kasus indikasi yang sesuai dengan teori yang ada pada gigi 73 adalah
terdapat gigi dengan rasa sakit spontan, gigi masih dapat dilakukan restorasi, tidak
ada kegoyangan, tidak ada terdapat reborbsi internal pada akar yang ditunjukan dari
hasi rontgen peripapikal, serta tidak terdapat resorpsi ekternal, sedangkan untuk
kontraindikasi dari pulpektomi gigi desidui adalah (Budiyanti, 2012: 34) :
1. Gigi tidak dapat direstorasi
2. Panjang akar kurang dari dua pertiga resorpsi internal atau eksternal
3. Resorpsi internal dalam ruang pulpa dan saluran akar
4. Infeksi periapikal yang melibatkan benih gigi pengganti
5. Pasien yang memiliki penyakit kronis seperti leukemia, penyakit jantung
rematik dan kongenital, dan penyakit gagal ginjal kronis.
Pada kasus kontraindikasi perawatan pulpektomi gigi desidui tidak terdapat
pada gigi 73 pasien.
Menurut Budiyanti (2012: 35-37), prosedur perawatan pulpektomi parsial gigi
sulung adalah:
1. Dilakukan anestesi lokal
2. Karet isolasi dipasang
3. Seluruh jaringan karies dibuang, outline form dibetulkan dan atap pulpa
dibuka seluruhnya. Jaringn pulpa pada bagian korona diambil dengan
ekskavator atau dengan bur bulat.
4. Sisa-sisa jaringan kemudian diirigasi, dibersihkan dan dikeringkan.
5. Jaringan pulpa dalam saluran akar diambil dengan jarum ekstirpasi yang
dimasukan perlahan-lahan hingga terdapat hambatan untuk masuk tempat ini
disebut dengan resistance point. Memasukan jarum ekstirpasi dapat dengan
menggunakan patokan hasil radiografi. Tidak dibenarkan untuk memasukkan
jarum melewati resistance point, hal tersebut untuk menghindari bahaya
kerusakan jaringan periapikal
6. Saluran akar dilebarkan dengan menggunakan file untuk memudahkan
pengisian saluran akar dengan bahan pengisi saluran akar. Sebaiknya
digunakan headstrom file yang dapat membersihkan atau mengambil jaringan
keras pada waktu alat dikeluarkan dan mencegah masuknya jaringan yang
teinfeksi melalui apeks. Untuk prosedur ini tidak dianjurkan menggunakan
reamer.
7. Pengambilan jaringan pulpa hingga percabangan dalam saluran akar tidak
memungkinkan untuk dilakukan secara maksimal, namun hal ini tidak begitu
berpengaruh karena obat dressing telah memiliki efek terhadap sisa jaringan
yang tertinggal.
8. Saluran akar diirigasi menggunakan larutan yang tidak mengiritasi seperti
NaOCl secara berulang-ulang agar semua jaringan atau debris hilang.
Kemudian saluran akar dikeringkan dengan menggunakan paper point.
9. Saluran akar diisi dengan bahan pengisi yang dapat mengalami resorpsi. Alat
yang digunakan untuk mengisi saluran akar adalah jarum lentulo. Bahan
pengisi yang digunakan adalah pasta oksida seng-eugenol atau pasta oksida
seng eugenol-formokresol. Di atas bahan pengisi diletakkan dasar semen,
kemudian gigi ditumpat permanen.
Evaluasi setelah perawatan dilakukan secara klinis maupun radiografis.
Evalusi klinis dilakukan kira-kira seminggu setelah perawatan dan dilanjutkan
dengan evaluasi setiap 6 bulan untuk melihat apakah terdapat kegoyangan pada gigi,
ada rasa sakit yang menetap ada pembengkakan atau fistula di jaringan sekitar gigi.
Evaluasi radiografis dilakukan antara 12 hingga 16 bulan setelah dilakukan
perawatan. Perawatan dianggap berhasil apabila secara radiografis terlihat
penyembuhan tulang dengan tidak ada tanda dan gejala. Perawatan dianggap gagal
apabila terdapat mobilitas patologis, timbul fistula, terdapat rasa sakit pada perkusi
dan secara radiografis terlihat adanya radiolusensi yang meningkat, dan adanya
resorpsi eksternal maupun internal (Budiyanti, 2012: 38-39).
H. Simpulan
Karies merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
diragikan yang ditandai dengan kondisi demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh bahan organiknya. Karies yang berpenetrasi ke dalam pulpa
dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi dan menyebabkan tejadinya
pulpitis