Efisiensi.
Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Untuk lebih merinci
pelaksanaan dari Undang-undang ini diturunkan kembali dalam bentuk Peraturan
Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Berdasarkan Undang undang dan peraturan pemerintah tersebut, izin usaha
pertambangan (IUP) batubara yang saat ini berlaku di Indonesia sudah cukup efisien
dan sistematis. Hal ini terlihat pada pembagian IUP secara garis besar yang
tercantum dalam UU No.4 Tahun 2009 (Pasal 35) yaitu
1. IUP Explorasi
Meliputi kegiatan kegiatan sebagai berikut :
- Penyelidikan umum
- Explorasi
- Studi Kelayakan
2. IUP Exploitasi
- Konstruksi atau pekerjaan persiapan
- Penambangan
- Pengolahan dan Pemurnian
- Pengangkutan dan Penjualan
Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat
melakukan sebagian atau seluruh kegiatan pertambangan. Pemberi izin IUP telah
diatur dalam UU No.4 Tahun 2009 (Pasal 37) yang menjelaskan bahwa IUP diberikan
oleh
A. Bupati/walikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) berada di
dalam satu wilayah kabupaten/kota;
B. Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1
(satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi
dari
gubernur
dan
bupati/walikota
setempat
sesuai
dengan
Berdasarkan
Undang
undang
dan
peraturan
mengenai
Izin
Usaha
Hal
ini
dikarenakan
setiap
wilayah
telah
mempunyai
diterbitkan,
banyak
dari
para
pengusaha
seperti
mendapat
Perlu nya komunikasi yang baik antara pusat dan wilayah untuk
menyesuaikan jumlah data IUP satu sama lain. Serta peningkatan
peranan seluruh stake holder dalam pengawasan jalannya usaha
pertambangan agar IUP dapat diimplementasikan secara efisien.