Laporan Kape Fix
Laporan Kape Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
II.
TINJAUAN PUSTAKA
MISI
Misi BBPBL Lampung adalah menghasilakn teknologi budidaya
laut yang adaptif guna mendukung peningkatan produksi
perikanan budidaya.
Balai Besar
Perikanan
Budidaya Laut
Bagian Tata
Usaha
Sub
Bagian
Kepegawa
Bidang Uji
Terap Teknik
dan Kerja
Sama
Seksi Uji
Terap
Teknik
Seksi
Kerja
Sama
Teknik dan
Sub
Bagian
Keuanga
Bidang
Pengujian
dan
Dukungan
Seksi
Produksi
dan
Pengujia
Seksi
Dukunga
n Teknis
maupun air tawar, hidup bebas terapung dan pergerakannya bersifat pasif
tergantung adanya arus dan angin.
c. Isochrysis sp.
1. Klasifikasi Isochrysis sp.
Klasifikasi Isochrysis sp. memurut Lewine (1962) adalah
sebagai berikut :
Divisi
: Crysophyta
10
Class
: Haptophyceae
Ordo
: Isochrysisdales
Famili
: Isochrysidaceae
Genus
: Isochrysis
Spesies
: Isochrysis sp.
11
Gambar 2. Sel
Isochrysis sp.
( Ifremer, 2016)
12
d. Chaetoceros sp.
1. Klasifikasi Chaetoceros sp.
Menurut Yamaji (1986), klasifikasi dari Chaetoseros sp.
sebagai berikut :
Filum
: Bacillariophyceae
Ordo
: Centrales
Class
: Chaetoceraceae
Famili
: Chaetocerataceae
Genus
: Chaetoceros
Species
: Chaetoceros sp.
13
14
15
III.
METODE PENELITIAN
16
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air laut
untuk media kultur, air tawar untuk mencuci alat kultur,
mikroalga Isochrysis sp. dan Chaetoceros sp. untuk sampel
kultur. Kemudian kaporit 60 ppm untuk sterilisasi, Alkohol 70 %
17
C. Prosedur Percobaan
Langkah kerja dalam melakukan kultur fitoplankton Isochrysis sp.
dan Chaetoceros sp. adalah sebagai berikut :
1. Sterilisasi Alat
Dalam melakukan kultur fitoplankton skala laboratorium,
terlebih dahulu dilakukan sterilisasi agar tidak terjadi
kontaminasi. Sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi
tempat, alat dan bahan. Sterilisasi alat yang digunakan dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara merendamnya dalam air
kaporit terlebih dahulu selama 24 jam. Untuk alat-alat yang
terbuat dari gelas seperti tabung kaca atau toples, pipet tetes,
gelas ukur, dan gelas beker dicuci menggunakan air tawar dan
sabun hingga bersih, lalu disemprot dengan menggunakan
alcohol 70% kemudian diletakkan di rak yang telah disiapkan
hingga kering. Sedangkan untuk alat-alat seperti selang aerasi,
batu aerasi, corong dan tutup toples setelah dicuci, lalu
direbus dengan menggunakan air tawar hingga mendidih lalu
dikeringkan.
18
2. Sterilisasi Bahan
Media kultur fitoplankton skala laboratorium yang digunakan
berupa air laut yang telah disterilisasi menggunakan UV
Sterilizer kemudian diozonisasi selama kurang lebih 15 menit.
Air laut yang telah diUV dan diozonisasi tadi dilakukan
perebusan hingga mendidih lalu didinginkan kemudian direbus
kembali. Perebusan sebanyak dua kali ini dilakukan untuk
mematikan protozoa. Air laut yang telah direbus tadi
kemudian ditempatkan di wadah erlenmeyer atau toples
tertutup dan dilakukan perebusan lagi selama 30 menit agar
air benar-benar dalam keadaan steril. Air yang telah dikukus
tadi kemudian diletakkan di rak yang berada di dalam
laboratorium.
19
Nama Unsur
Na2EDTA
Berat (g)
45
FeCl36H2O
1,50
H3BO3
33,6
NaH2PO4.2H2O
20
MnCl2.4H2O
0,50
NaNo3 / KNO3
84,148 / 100
Trace Metal
1 ml
20
No
1
Nama Unsur
ZnCl2
Berat (g)
2.10
CuSO4.5H2O
2.00
CoCl2. 6 H2O
2.00
0,90
21
22
23
Sel / ml = N x 104
Keterangan :
N
b. Laju Pertumbuhan
Setelah mengetahui jumlah kepadatan, kita dapat
menghitung laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan Isochrysis
sp. dan Chaetoceros sp. dihitung dengan menggunakan
rumus modifikasi (Becker, 1994) yaitu :
LnNt LnNo
x 100
t
Keterangan :
No
Nt
: Waktu ( hari)
24
6. Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kepadatan
sel Isochrysis sp. dan Chaetoceros sp., laju pertumbuhan
Isochrysis sp. dan Chaetoceros sp., dan kualitas air.
7. Objek Pengamatan
Objek pengamatan pada kerja praktek ini adalah untuk
mengetahui teknik kultur pakan alami Isochrysis sp. dan
Chaetoceros sp. di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung dan dibagi dalam matrix kerja seperti pada
tabel 3 berikut :
25
No
1
Kegiatan
Pengenalan lingkungan
Minggu
3 4 5
3
4
bahan
Implementasi tugas
Evaluasi, laporan akhir
kerja praktek dan
kesimpulan
26
8. Pelaksanaan
Kegiatan kerja praktik mengenai kultur Isochrysis sp. dan
Chaetoceros sp.di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
Lampung ini dilaksanakan dengan tahap-tahap yang dapat
dilihat padagambar 4.
27
IV.
A. Hasil Pengamatan
Pengkulturan Isochrysis sp. dan Chaetoceros sp. dilakukan
untuk mengetahui jumlah kepadatan sel dan laju
pertumbuhan kultur dari kedua jenis fitoplankton tersebut.
Hasil perhitungan kepadatan populasi Isochrysis sp. skala
laboratorium dapat dilihat pada tabel 4 :
(Hari)
Isochrysis sp.
Chaetoceros sp.
253
242
2
3
4
5
320
552
698
707
295
343
418
488
28
6
7
8
9
733
1257
994
915
555
734
617
535
29
1500
1000
500
0
Lama
Kepad
Kutur
atan
(Hari)
Sel
(s el/m
l)
Isochr
Chaet
ysis o
ocer
sp.
s
sp.
(%/hari)
Chaetoceros sp.
30
1.
17,89
12,33
Paramet
er
Satuan
Kultur Awal
Kultur akhir
Baku mutu
31
Suhu
28,3
28.0
25-30
Salinitas
ppt
28
29
20-30
pH
7,74
7,33
6.5-8.5
DO
mg/l
5,84
7,09
5.45-7.00
Nitrit
mg/l
2,06
2,38
0.05
(NO2)
mg/l
2,78
2,68
0,6
Nitrat
mg/l
0,256
0,575
<1
Amoniak
mg/l
1,66
3,350
0.27-5.51
Phospat
Paramete
o
1
r
Suhu
Satuan
Kultur Awal
28,5
Kultur akhir
Baku mutu
28.0
25-30
28
20-30
Salinitas
ppt
27
pH
7.85
7.58
6.5-8.5
DO
mg/l
6.57
6.90
5.45-7.00
Nitrit
mg/l
2.62
2.38
0.05
(NO2)
mg/l
2.75
2.68
0,6
Nitrat
mg/l
0.219
0.482
<1
Amoniak
mg/l
1.68
3.550
0.27-5.51
Phospat
32
33
B. Pembahasan
Kultur fitoplankton skala laboratorium yang dilakukan yaitu
dengan menggunakan dua jenis mikroalga coklat yang
berbeda yaitu Isochrysis sp. dan Chaetoceros sp. Kultur
dilakukan selama 9 hari pada masing-masing jenis
fitoplankton. Pada kultur fitoplankton skala laboratorium ini,
setiap harinya dilakukan penghitungan kepadatan sel dengan
menggunakan alat haemocytometer pada waktu yang sama
setiap harinya yaitu pada pukul 10.00 WIB. Pada awal
pengkulturan yaitu hari ke 2 hingga ke 5 terjadi kenaikan
kepadatan populasi. Kenaikan terus terjadi namu tidak terlalu
signifikan. Fase ini merupakan lag phase atau fase awal
dimana terjadi penyesuaian fitoplankton dengan lingkungan
sekitarnya (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Kepadatan
terus meningkat setiap harinya hingga hari ke 7 yang
merupakan fase eksponensial atau logaritmik dimana terjadi
34
35
36
37
38
39
40
V.
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
Amini, S. 1990. The Biochemical Composition of Isochrysis galbana, clone Tahiti (TIso). Juru Penerangan Budidaya Pantai. Vol. 6 hal : 53-62
Boney, A. D.,1974. Phytoplankton. The Institute of Biologys Studies In Biology
No. 52 University of Glasgow.
Boyd,C.E.1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama
Agricultural.
Experiment Station, Auburn.University. Alabama, 482p
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Djarijah, A.S. 1995. Pakan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Fogg, G.E. 1975. Alga Culture and Phytoplankton Ecology. Second
Edition. The University of Wisconsin Press, Madison.
London. 175 pp
Fulk and Main. 1991. Review of the Research Status of Zooplankton.
Proceeding of a U.S- Asia Workshop. Honolulu. Hawai
42
43
44
Proses Sterilisasi
Gambar L 1. Filter Uv
45
46
47