Bandung Hiroshima Report

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Nama: Siti Faridah

Nim

: 0906195

Kelas : 5-C

Laporan Kunjungan Hiroshima Fair


Bandung , Kamis 22 September 2011 bertempat di Aula barat Institut
TEknologi Bandung, telah dilangsungkan sebuah acara yan dinamakan
Hiroshima University Fair. Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB ini diawali
dengan Opening Ceremony dengan Speech dan Opening Address dari
Dekan FTI-ITB Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE,Ph.d dan Executive and Vice
President of Hiroshima University Prof. Dr. Yasuo Yamane. Sebuah tarian Bon
Odori yang menyenangkan juga tidak lupa ditampilkan oleh mahasiswa FTIITB pada Opening Ceremony pagi hari tersebut.
Suasana di aula Barat FTI-ITB hari itu sangat ramai, semarak dipadati
oleh para undangan, presentator yang akan berpresentasi, mahasiswa
universitas lain, umum dan juga mahasiswa ITB sendiri.
Acara yang
terlambat sekitar 30menit ini menyebabkan sesi kedua acara ini baru bisa
dimulai pada pukul 09.45 WIB. Pada sesi kedua ini masing-masing
presentator membahas tentang kerjasama penelitian yang pernah
dilaksanakan pada tahun sebelumnya dan juga tahap-tahap perekrutan
calon peneliti yang akan diikut sertakan pada penelitian yang saat ini masih
berlangsung dan penelitian yang selanjutnya akan dilaksanakan. Sesi kedua
ini dimulai dengan sambutan dari Prof. Dr. Yasuo Yamane yang dilanjutkan
dengan presentasi tentang Kerjasama Bilateral JSPS-DGHE dalam Teknologi
Transfer oleh Prof. Katsuhiko Takahashi yang menitik beratkan bahwa
kerjasama ini tidak hanya untuk mentransfer teknologi, tetapi peneliti pun
harus mampu memahami,
mengerti cara mengoperasikan, dan juga
menangani kerusakan ataupun efek yang bisa ditimbulkan dari teknologi
yang telah ditransferkan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi
dar DR. Andi Cakravastia yang menjelaskan tentang penelitian yang sejauh
ini telah dilaksanakan, pengembangan program pertukaran pelajar dalam
ruang lingkup teknologi yang ramah lingkungan dan mampu membantu
melestarikan lingkungan atas kerjasama ITB dan Hiroshima University. Sesi
kedua ini ditutup dengan presentasi dari Dr. Yudhi Darma tentang penelitian
bersama terhadap Perangkat Nano dan sistem Bio. Penampilan musik akustik
dari UKM Geshiken memanjakan telinga para pengunjung dan membuat
suasana kembali menyegarkan untuk memasuki sesi berikutnya.
Sejak pagi saya tiba sesi ketiga inilah yang paling saya tunggu, dan
rupanya bukan hanya saya yang telah lama menunggu tetapi hampir seluruh
mahasiswa pengunjung fair ini menunggu sesi penjelasan tentang cara dan
kesempatan-kesempatan yang bisa kita dapatkan untuk belajar di Jepang.
Pada pembukaan sesi ini pengunjung disuguhi sebuah video narasi tentang

bagaimana kehidupan seorang pelajar asing di Jepang. Seusai pemutaran


video ini para pengunjung begitu antusias memperhatikan penjelasan
tentang beasiswa dari pemerintah Jepang yang dipresentasikan oleh Mr.
Hiroaki Motomura dari kedutaan Jepang di Indonesia. Semangat para
pengunjung pun terus terpompa begitu mengetahui beasiswa untuk
bersekolah di Jepang tidak hanya dari kedutaan, hal itu bisa dilihat dari
situasi yang menjadi hening dan begitu tenang dibandingkan pada saat sesi
pertama berlangsung. Presentasi kedua yang disajikan oleh Ms. Verawati dari
JASSO ini, menjelaskan bahwa selain mengikuti tes Monbukagakusho yang
dilangsungkan setiap tahunnya, kita pun bisa mengikuti tes EJU (Exmination
for Japanese University) untuk bisa mendaftar ke universitas Jepang dengan
biaya sendiri dan tentunya berkesempatan untuk mengajukan beasiswa
setiba dan menjadi mahasiwa di universitas yang ada di Jepang. Peluang
lain pun terdapat dari empunya fair ini sendiri, yaitu Hiroshima University.
Pembicara dari Hiroshima Universty Prof. Ayami Nakaya, Ph.d menjelaskan
tentang kehidupan perkuliahan, kegiatan yang akan dilakukan seorang
pelajar asing dan cara untuk bisa berkuliah di Hiroshima University, serta
kemungkinan untuk belajar di Jepang melalui program U to U maupun
Research Student. Pada dasarnya setiap presentasi pada sesi kedua ini
menjelaskan cara menjadi mahasiswa asing dan persyaratan yang sama.
Seperti pada persyaratan masing-masing mensyaratkan IPK yang dimiliki
minimal 3.0, kemmapuan berbahasa TOEFL dengan skor 550 atau
Nouryokushiken level N2, direkomendasikan oleh universitas asal, telah
menghubungi profesor yang bersedia menjadi mentor pada saat belajar di
Jepang dan beberapa syarat administrasi lainnya. Sesi kedua ini pun ditutup
dengan presentasi Dr. Yosi Agustina yang cerbagi pengalaman belajarnya di
Jepang selama tiga tahun.
Setalah sesi kedua ini para pengunjung dipersilakan untuk mengunjungi
setiap stand yang berjajar di dekat ruangan utama presentasi dilaksanakan.
Banyak sekali pengunjung stand yang sangat antusias melihat ternyata
begitu banyak kesempatan yang bisa dicoba untuk belajar di Jepang. Tak
pelak lagi waktu intermisi yang berlangsung selama 30menit ini berasa
begitu pendek karena pada waktu ini pengunjung pun diperbolehkan untuk
berkonsultasi pribadi disetiap stand. Acara Hiroshima University Fair ini
ditutup dengan presentasi dari perusahaaan-perusahaan di Indonesia yang
telah bekrja sama dengan perusahaan Jepang yang dilanjutkan dengan
Closing Address dari Dr. Yamane.
Pada dasaranya acara ini sangat berguna bagi setiap mahasiswa yang
memiliki rasa keingintahuan tetang kehidupan perkuliahan di Jepang dan
juga cara-cara untuk dapat bisa masuk ke universitas di Jepang. Selain
memudahkan dalam pengumpulan informasi acara ini pun menjadi satu tolak
ukur bahwa kerjasama negara Indonesia-Jepang berjalan begitu baik dan
solid. Namun yang cukup disayangkan karena acara ini memang bertemakan
kerjasama antara ITB-Hiroshima University presentasi yang ditampilkan pun

secara garis besar sangat mengarah pada perkembangan teknologi dan ilmu
tehnik tertentu. Walapun informasi beasiswa yang disampaikan lebih banyak
pada beasiswa pascasarjana, secara keseluruhan informasi yang dapat
diambil dari acara ini dapat membekali mahasiswa yang berniat melanjutkan
studinya ke Jepang.

Anda mungkin juga menyukai