Anda di halaman 1dari 11

LANDASAN TEORI

Pengertian Usahatani
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di
tempatitu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan
air,perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,bangunan
yang didirikan di atas tanah dsb. Usahatani sebagai sutu tempat atau bagian dari
permukaamn bumi dimanapertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu
apakah ia seorangpemilik, pengelola ataupun manager yang digaji.(Mubyarto, 1979)
Tujuan usahatani yaitu bagaimana petani dapat memperbesar hasil sehinggakehidupan
seluruh keluarganya menjadi lebih baik. Untuk mencapai tujuan inipetani selalu
memperhitungkan untung ruginya walau tidak secara tertulis.Dalam ilmu ekonomi
dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasilyang diharapkan akan diterima
pada waktu panen (penerimaan atau revenue)dengan biaya (pengorbanan atau cost)
yang harus dikeluarkan. Hasil yangdiperoleh petani pada saat panen disebut produksi,
dan biaya yang dikeluarkandisebut biaya produksi. Agar tujuan usahatani tercapai
maka usahataninyaharus produktif dan efisien. Produktif artinya usahatani itu
produktifitasnya tinggi. Produktivitas secara teknis adalah perkalian antara efisiensi
(usaha)dan kapasitas (tanah). Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil
produksi(output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input.Kapasitas
tanahmenggambarkan kemampuan tanah itu menyerap tenaga dan modal
sehinggamemberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatteknologi
tertentu.
2.2
Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan seluruh pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktorfaktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi
perusahaan tersebut. Besarnya biaya produksi jelas berhubungan dengan banyak
sedikitnya jumlah produk yang dihasilkan. Dengan menambah jumlah barang yang
dihasilkan, maka biaya produksi akan ikut bertambah. Bertambahnya jumlah produk
menyebabkan biaya per satuan menjadi semakin rendah karena beban biaya tetap
dibagi atas banyaknya jumlah produk, sehingga hasilnya menjadi lebih kecil. Selama
cara berproduksi masih sederhana, dengan modal tetap yang sedikit pun akan membuat
biaya produksi rendah. Dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output,
biaya produksi dapat dibagi ke dalam:
Biaya Total (Total Cost= TC).
Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikelu-arkan untuk menghasilkan produksi.
Biaya Total diperoleh dari hasl penjumlahan antara Total Biaya Variabel dengan Total
Biaya Tetap.
TC = TFC + TVC
Dimana biaya tetap total (Total Fixed Cost = TFC). Biaya tetap total adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak
dapat berubah jumlahnya. Sebagai contoh : biaya pembelian mesin, membangun
bangunan pabrik, membangun prasarana jalan menuju pabrik, dan sebagainya.
Sedangkan Biaya Variabel Total (Total Variable Cost = TVC). Biaya variabel total
adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
variabel. Contoh biaya variabel : upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku,
pembelian bahan bakar mesin, dan sebagainya.
2.1

Biaya Total Rata-Rata (Average Cost = AC).


Biaya total rata-rata adalah biaya total dibagi dengan jumlah produksi. Biaya Total
Rata-rata juga diperoleh dari hasil penjumlahan antara biaya variabel rata-rata dengan
biaya tetap rata-rata.
AC = TC/Q atau AC = AFC + AVC
Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC) adalah biaya tetap total dibagi
dengan jumlah produksi. Sedangkan Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost
= AVC) adalah biaya variabel total dibagi dengan jumlah produksi.
3.
Biaya Marginal (Marginal Cost = MC)
Biaya marginal adalah tambahan biayaproduksi yang digunakan untuk menambah
produksi satu unit.

MC = TC/Q
2.3

Pengertian Penerimaan dan Pendapatan


Penerimaan adalah semua yang diterima pengusaha dalam kaitannya dengan
jumlah yang dilakukannya. Penerimaan biasanya diperoleh dari jumlah produksi
dikalikan harga produk dipasarkan. Makin besar jumlah produksi maka makin besar
pula penerimaan yang akan didapatkan. Menurut Soekarwati (1993), penerimaan
merupakan perkalian antara yang dihasilkan dengan harga jual, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
TR = P Q
Keterangan :
TR
: Total Revenue
P
: Harga Produk

Q
: Jumlah Produksi
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya yang
digunakan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan terus berkembang dengan baik karena pada prinsipnya, tujuan perusahaan
secara umum adalah mencari laba maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani, antara lain: luas lahan, tingkat produksi, pilihan dan kombinasi
cabang usaha, intensitas pengusaha pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja (Hernanto,
1991). Sedangkan menurut Mulyadi (1992), pendapatan merupakan keuntungan yang
diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan sebagai
berikut :
a.
Menghadapi resiko ketidakpastian dimasa yang akan datang.
b.
Melakukan inovasi/pembaharuan di dalam kegiatan ekonomi.
c.
Mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar.
= TR - TC
Keterangan :

: Pendapatan/Keuntungan
TR
: Total Revenue
TC
: Total Biaya
Dalam menghitung penerimaan usahatani, perlu diperhatikan :
a.
Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produk
pertanian bisa dipanen secara serentak.
Contoh :
Menghitung produksi padi per ha mudah karena proses panennya serentak
Menghitung produksi tomat relatif sulit karena tomat dipanen bisa dipanen
tidak berbarengan sesuai tingkat kematangan tomat.
b.
Hati-hati dalam menghitung penerimaan :
Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi
penjualan
Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda
Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik
wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil
penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir.
2.4 Break Event Point (BEP)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian
sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel
dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan
memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan
biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisis break even sering digunakan dalam hal
yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan
2.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisa akan dampak dari perubahan data menngenai
fungsi tujuan, fungsi kendala, atau kapasitas kendala terhadap solusi optimum.
perubahan yang mungkin dihadapi dalam analisa sensitivitas adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.

Perubahan koefisien fungsi tujuan.


Perubahan konstanta ruas kanan.
Perubahan fungsi kendala.

PEMBAHASAN

3.1. Penerapan Usahatani Apel


Salah satu alasan yang mendasari pentingnya usahatani konservasi adalah
praktik usahatani pada lahan miring. Kemiringan lahan yang disarankan untuk
budidaya apel adalah antara 10-40% atau 5-20o. Lahan yang terlalu miring dengan
tingkat kemiringan lebih dari 40% akan menyulitkan petani untuk melakukan
kegiatan budidaya apel, sehingga memerlukan penerapan teknologi konservasi yang
berupa terasering. Dalam distribusi responden berdasarkan kemiringan lahan, data
kemiringan lahan milik responden dikelompokkan menjadi lima kategori yang
disajikan pada Tabel 1.
Pada Tabel dapat dilihat bahwa usahatani apel yang dilakukan responden
banyak dilakukan pada lahan dengan tingkat kemiringan 25-40%, dengan
persentase jumlah responden sebesar 28,57%. Sedangkan responden yang
berusahatani apel pada kemiringan lahan kurang dari 15% sebanyak 21,43% dan
responden yang berusahatani apel pada lahan 15-25% adalah 23,81%. Meskipun
demikian jumlah responden yang melakukan usahatani apel pada kemiringan lahan
lebih dari 40% juga cukup banyak, yaitu sebesar 26,19%. Pada kemiringan lahan
lebih dari 40% sangat dianjurkan untuk melakukan usahatani konservasi.
Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan kemiringan lahan untuk usahatani apel.
No.
Kriteria kemiringan lahan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
< 15%
9
21,43
2
15-25%
10
23,81
3
25-40%
12
28,57
4
40-60%
9
21,43
5
>60%
2
4,76
Total
42
100
Sumber: e-jurnal publikasi pertanian, 2012.
Tingkat penerapan usahatani konservasi dinilai berdasarkan jumlah penerapan
usaha konservasi. Usaha konservasi tersebut meliputi pengunaan terasering,
pengunaan tanaman tahunan, ada tanaman penguat teras, ada saluran resapan, ada
saluran pembuangan, dan pemanfaatan seresah sebagai penutup lahan. Masingmasing jenis konservasi selanjutnya diberi nilai 1 point atau nilai persentase sebesar
16,67%. Jika responden melakukan semua usaha konservasi maka penerapan
usahatani konservasi responden adalah 100%.
Sedangkan responden yang hanya menerapkan lima dari keenam usaha
konservasi, maka tingkat penerapan responden hanya sebesar 83%.
Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan 3 kategori tingkat penerapan
usahatani konservasi, yaitu tingkat penerapan 67% untuk responden yang
menerapkan 4 usaha konservasi, 83% untuk responden yang menerapkan 5 usaha
konservasi, dan 100 % untuk responden yang menerapkan semua usaha konservasi.
Data dari tingkat penerapan usahatani konservasi tersebut dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Penerapan usahatani konservasi pada
setiap kategori kemiringan lahan.
No Kemiringan
Penerapan Usahatani
Jumlah (jiwa) Persentase (%)
lahan
Konservasi
1
< 40 %
67%
8
25,81
83%
12
38,71
100%
11
35,48
Total
31
100

> 40 %

67%
83%
100%

Total
Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.

2
4
5
11

18,18
36,36
45,45
100

Pada Tabel dapat dilihat bahwa responden yang menerapkan semua usaha
konservasi pada kemiringan lahan kurang dari 40% adalah sebanyak 11 jiwa atau
sebesar 35,48%. Sedangkan responden yang menerapkan semua usaha konservasi
pada kemiringan lahan lebih dari 40% adalah sebanyak 5 jiwa atau sebesar 45,45%.
Jika dibandingkan antara tingkat penerapan usahatani konservasi pada kemiringan
lahan kurang 40% dan lebih dari 40%, maka tingkat penerapan usahatani konservasi
pada kemiringan lahan lebih dari 40% jauh lebih besar daripada kemiringan lahan
kurang dari 40%. Hal ini bisa disebabkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari
40 %, tingkat kesulitan perawatan tanaman apelnya jauh lebih tinggi, sehingga
banyak responden yang memilih teknologi konservasi untuk memudahkan
perawatan tanaman apel mereka.
3.2. Analisis Cash Flow Usahatani Apel.
a. Biaya investasi
Hasil perhitungan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data
pada Tabel dapat dilihat bahwa
biaya investasi usahatani apel adalah sebesar
Rp
49.208.628 per hektar. Biaya tersebut meliputi biaya sewa lahan
sebesar
Rp
11.000.000,00, biaya peralatan sebesar Rp 1.065.453,00, biaya bibit sebesar

Rp 21.273.790,00 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 10.256.400. Biaya investasi untuk
pembangunan sarana konservasi hanya sebesar Rp 9.124.000,00. Hal ini dikarenakan
penerapan konservasi di Desa Tulungrejo masih sederhana, yaitu berupa penataan
lahan dan pemberian saluran air untuk mengurangi laju erosi di area kebun. Sehingga
biaya untuk pembangunan sarana konservasi hanya berasal dari upah tenaga kerja
untuk penataan lahan dan pembuatan saluran air.
Komponen biaya investasi yang paling besar adalah pembelian bibit, yaitu sebesar
43,23%. Jumlah bibit yang ditanam petani pada lahan 1 hektar adalah sebanyak 1.064
batang. Bibit tersebut merupakan hasil perbanyakan vegetatif sehingga dalam waktu
kurang dari 5 tahun tanaman apel bisa dipanen. Pembelian bibit ini hanya
dilakukan 1 kali selama umur ekonomis.
Tabel 3. Biaya investasi awal usahatani apel per hektar.
P unit (Rp)
No
Uraian
Satuan
1. Sewa lahan
Tahun 1
11.000.000
2. Peralatan
a. Cangkul
Buah
5
97.073
b. Garpu
Buah
3
75.000
c. Sekop
Buah
1
144.000
d. Sabit
Buah
4
36.250
e. Ganco
Buah
1
80.000
f. Diesel
Buah
2
2.041.810

Nilai (Rp)
11.000.000
485.365
144.000
80.000
1.065.453
6.678.438
485.365

%
22,35

g. Selang air
Buah
3
355.151
h. Gunting
Buah
3
150.000
Sub total
3. Bibit
Batang 1064 20.000
4. Tenaga kerja
a. Pengolahan lahan HOK
411
22.200
dan pembuatan
sarana konservasi
b. Penanaman
HOK
51
22.200
Sub total
Total
biaya
investasi
Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.

144.000
80.000
1.065.453
21.273.790

13,57
43,23

9.124.000
1.132.200
10.256.400

20,84

49.208.628

100

b. Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama masa produksi
berlangsung untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
usahatani apel. Berikut adalah rincian biaya produksi usahatani konservasi apel di
daerah penelitian. Hasil analisis biaya produksi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya produksi usahatani apel per hektar.
No.
Uraian
Nilai (Rp)
1. Biaya tetap
Sewa tanah
11.000.000
2. Biaya variabel
a. Pupuk anorganik
2.160.788
b. Pupuk organik
4.606.951
c. Pestisida
13.435.693
d. Tenaga kerja perawatan dan panen
7.718.725
Total biaya variabel
27.922.158
Total biaya produksi
38.922.158
Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.

Persentase (%)
28,26
5,55
11,84
34,52
19,83
71,74
100

Pada Tabel dapat dilihat bahwa biaya produksi rata-rata per tahun dari
usahatani apel adalah sebesar Rp 39.922.158,00. Biaya tersebut terdiri dari biaya
biaya tetap sebesar 28,26% atau senilai Rp 11.000.000,00, dan biaya variabel
sebesar 71,74% atau senilai Rp 27.922.158,00. Dari besar persentase tersebut,
diketahui bahwa biaya variabel merupakan biaya yang paling besar dalam
usahatani apel.
Besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh persentase biaya pestisida sebesar
34,52% dari total biaya produksi atau senilai Rp 13.435.693,00. Biaya pestisida
tersebut merupakan komponen biaya variabel yang paling besar. Hal ini
dikarenakan tanaman apel rawan terserang penyakit, terutama pada kebun apel
yang memiliki kelembaban tinggi. Tingkat kelembaban kebun yang tinggi
merupakan tempat hidup optimal bagi jamur dan bakteri. Selain itu, usahatani apel
yang dilakukan secara monokultur dapat mendukung kelangsungan hidup serangga
hama
c. Hasil produksi dan penerimaan
Produksi merupakan jumlah total dari keluaran fisik yang dihasilkan oleh
usahatani. Pada usahatani apel, produksi merupakan jumlah buah apel segar

yang dihasilkan selama 1 musim panen. Data dari penerimaan jumlah produksi,
harga jual, dan penerimaan usahatani apel disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil produksi per hektar dan penerimaan usahatani konservasi apel di
Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Produksi (kg)
Penerimaan (Rp)
Total (selama 25 th)
275.545
1.476.090.089
Rata-rata per tahun
10.598
56.772.696
Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.
Berdasarkan data Tabel
diketahui bahwa total produksi usahatani
konservasi apel selama 25 tahun adalah 275.545 kg dan rata-rata produksi apel
yang dihasilkan adalah 10.596 kg per tahun. Dengan rata-rata produksi sekian,
petani apel bisa mendapatkan penerimaan sebesar Rp 56.772.696,00 per tahun
dengan harga rata-rata Rp 5.123,00 per kg.
d. Keuntungan usahatani apel
Keuntungan usahatani apel diperoleh dari selisih antara total penerimaan
dengan total biaya per tahun. Tanaman apel merupakan tanaman tahunan yang
baru berproduksi pada umur 3-4 tahun setelah masa tanam. Sebelum tanaman
memasuki masa panen, usahatani apel belum menghasilkan keuntungan karena
belum memperoleh penerimaan. Untuk mengetahui keuntungan usahatani apel
per tahun per hektar dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 6. Keuntungan usahatani konservasi apel per hektar di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Biaya (Rp)
Penerimaan (Rp)
Keuntungan (Rp)
Total selama 25 th 991.057.996 1.476.090.089
Rata-rata per tahun 38.117.615
56.772.696
Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.

485.032.093
18.655.080

Berdasarkan Tabel diketahui bahwa total biaya usahatani apel yang


dikeluarkan selama 25 tahun Rp 991.057.996,00 dan total penerimaan yang
diterima petani adalah Rp 1.476.090.089,00. Dari besar total penerimaan dan
total biaya tersebut, didapatkan total keuntungan usahatani apel sebesar Rp
485.032.093,00. Dengan demikian rata-rata keuntungan yang didapatkan oleh
42 responden per tahun adalah Rp 18.655.080,00.
3.3. Hasil Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis break even point (BEP) pada usahatani konservasi apel bertujuan
untuk memberikan informasi kepada petani tentang batas produksi atau batas
penerimaan yang
harus didapatkan petani dalam waktu satu tahun agar petani tidak mengalami
kerugian. Hasil analisis BEP usahatani konservasi apel disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil perhitungan BEP unit dan BEP rupiah usahatani
konservasi
apel.
No.
Keterangan
Nilai
1.
Produksi rata-rata (kg/ha/th)
10.598
2.
BEP unit (kg/ha/th)
4.584
3.
Penerimaan rata-rata (Rp/th)
56.772.696
4.
BEP rupiah (Rp/th)
24.556.032

Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.


Hasil perhitungan BEP pada Tabel menujukkan bahwa BEP unit dari
usahatani konservasi apel adalah 4.584 kg/ha/th, sedangkan hasil produksi ratarata dari usahatani konservasi apel adalah 10.598 kg/ha/th. Perbandingan tersebut
menunjukkan bahwa usahatani konservasi apel mampu memproduksi apel
melebihi BEP unitnya, sehingga memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan
keuntungan setiap tahun. Apabila dilihat dari BEP rupiah usahatani konservasi
apel yang sebesar Rp 24.556.032,00 dan penerimaan rata-rata yang sebesar Rp
56.772.696,00. Maka dapat disimpulkan bahwa usahatani konservasi apel mampu
menghasilkan penerimaan lebih besar dari BEP rupiahnya. Dengan demikian maka
usahatani konservasi apel dikatakan menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan.
3.4. Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria penilaian kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate
of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Hasil perhitungan evaluasi kelayakan
finansial selanjutnya dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 8. Hasil Perhitungan Evaluasi Kelayakan Finansial Usahatani Apel
Kriteria
PenilaianHasil perhitungan pada tingkat bunga
No.
Investasi
7%
1
NPV
Rp127.308.504,61
2
Net B/C
1,29
3
IRR
16%
4
Payback Period
8 Tahun 3 bulan
Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.
Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai NPV usahatani konservasi apel adalah
positif Rp127.308.504,61, Nilai Net B/C adalah lebih besar dari 1 yaitu sebesar
1,29, dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang diisyaratkan, yaitu
sebesar 16%. Selain itu lama pengembalian investasi usahatani konservasi apel
juga cukup pendek dari umur ekonomis (25 tahun), yaitu selama 8 Tahun 3 bulan.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa usahatani konservasi apel di Desa
Tulungrejo layak untuk dikembangkan karena mampu memberikan keuntungan
yang cukup besar dimasa depan, yaitu sebesar Rp127.308.504,61.
3.5. Analisis Sensitivitas
a. Analisis sensitivitas pada peningkatan biaya produksi
Analisis sensitivitas pada peningkatan biaya produksi dilakukan
berdasarkan kenaikan biaya tertinggi yang pernah terjadi di daerah penelitian.
Kenaikan biaya produksi tersebut dipengaruhi oleh kenaikan biaya variabel
seperti kenaikan biaya pestisida, biaya pupuk, dan tenaga kerja. Hasil analisis
sensitivitas pada peningkatan biaya produksi disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil analisis sensitivitas usahatani konservasi apel pada
biaya produksi.
No.
Kondisi
NPV
Net B/C
1
Kondisi aktual
Rp127.308.504,61
1,29
2
Biaya produksi naik 20%
Rp 74.957.778,21 1,15
3
Biaya produksi naik 30%
Rp 48.782.415,01 1,10
4.
Biaya produksi naik 48%
Rp1.666.761,25 1,00
5.
Biaya produksi naik 49%
Rp-(950.775,07) 1,00

peningkatan
IRR
16%
12%
11%
7%
7%

Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.


Berdasarkan Tabel , pada kenaikan biaya produksi sebesar 20% didapatkan
nilai NPV sebesar Rp 74.957.778,21, Net B/C sebesar 1,15, dan IRR sebesar 12%.
Sedangkan pada kenaikan biaya produksi sebesar 30%, didapatkan nilai NPV
sebesar Rp 48.782.415,01, Net B/C sebesar 1,10, dan IRR sebesar 11%. Karena
nilai NPV pada kedua kondisi tersebut positif, nilai Net B/C lebih dari 1, dan nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang diisyaratkan (7%), maka usahatani
konservasi apel pada saat terjadi peningkatan biaya sebesar 20 dan 30% masih
layak untuk dikembangkan. Batas peningkatan biaya produksi yang masih dapat
ditoleransi adalah 48%. Pada kondisi ini, usahatani konservasi apel masih
memungkinkan untuk mendapat keuntungan sebesar Rp 1.666.761,25, sedangkan
pada nilai Net B/C dan IRR menunjukkan bahwa usahatani konservasi apel sudah
mencapai BEP.
b. Analisis sensitivitas pada penurunan produksi
Analisis sensitivitas pada penurunan produksi dilakukan karena setiap tahun
selalu ada potensi penurunan produksi akibat serangan hama dan kondisi cuaca
buruk. Hasil analisis sensitivitas pada peningkatan biaya produksi disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10. Hasil analisis sensitivitas usahatani konservasi apel pada penurunan
produksi.
No.
Kondisi
NPV
Net B/C IRR
1
Kondisi aktual
Rp 127.308.504,61 1,29
16%
Rp
2
Produksi turun 20%
(12.880.299,69)
0,97
6%
3
Produksi turun 30%
Rp -(40.918.061) 0,91
3%
4.
Produksi turun 22,5%
Rp 1.138.580,74 1,00
7%
5.
Produksi turun 23%
Rp -(1.665.195,34) 1,00
7%
Sumber: e-jurnal punlikasi pertanian, 2012.
Berdasarkan Tabel , pada penurunan produksi sebesar 25% didapatkan nilai
NPV sebesar minus Rp 12.880.299,69, Net B/C sebesar 0,97, dan IRR sebesar 6%.
Sedangkan pada penurunan produksi sebesar 30%, didapatkan nilai NPV sebesar
minus Rp 40.918.061, Net B/C sebesar 0,91, dan IRR sebesar 3%. Karena nilai
NPV pada kedua kondisi tersebut negatif, nilai Net B/C kurang dari 1, dan nilai
IRR kurang dari tingkat suku bunga yang diisyaratkan (7%), maka usahatani
konservasi apel pada saat terjadi penurunan produksi sebesar 25 dan 30% tidak
layak untuk dikembangkan. Batas penurunan produksi yang masih dapat
ditoleransi adalah 22,3%. Pada kondisi ini, usahatani konservasi apel masih
memungkinkan untuk mendapat keuntungan sebesar Rp 1.138.580,74, dengan nilai
Net B/C dan IRR menunjukkan bahwa usahatani konservasi apel sudah mencapai
BEP

Anda mungkin juga menyukai