Anda di halaman 1dari 2

Dewasa ini rasa kecintaan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga budaya daerah

setempat semakin memprihatinkan. Ditambah lagi maraknya budaya asing yang masuk ke
Indonesia tanpa penyaringan terlebih dahulu, menyebabkan budaya daerah semakin terkikis.
Kondisi seperti ini apabila dibiarkan begitu saja, akan berdampak luas terhadap keberlangsungan
masa depan generasi muda maupun generasi tua Indonesia. Kurangnya kesadaran akan
memahami dan mencintai budaya sendiri akan berdampak besar, yakni hilangnya jati diri bangsa
Indonesia.

Generasi muda Indonesia sebagai asset penerus eksistensi budaya daerah, sudah selayaknya dan
sewajibnya berupaya untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah setempat. Dalam
konteks keberlanjutan budaya, apabila generasi mudanya sudah tidak peduli lagi terhadap budaya
daerahnya, maka budaya tersebut akan punah. Seperti yang kita ketahui juga, akhir akhir ini
tanpa kita sadari budaya kita sudah banyak yang diakui dan diambil dengan mudahnya oleh
negara tetangga. Mulai dari batik, lagu daerah, alat musik daerah, tarian daerah, permainan
daerah, makanan khas daerah, naskah kuno, hingga ornament khas daerah pun diklaim oleh
negara tetangga sebagai kebudayaan milik mereka. Bahkan pulau pun yang masih dalam
kawasan territorial Indonesia diklaim sebagai kepunyaan mereka. Ini merupakan sebuah pukulan
keras bagi bangsa Indonesia, untuk lebih menjaga dan melestarikan budaya daerah setempat agar
tidak dengan mudah direbut dan diklaim oleh negara lain.

Seperti kata pepatah mempertahankan lebih sulit daripada memulai, begitu pula dengan
budaya, melestarikan satu budaya lebih sulit dibanding menciptakan suatu budaya yang baru.
Disinilah peran kita sebagai mahasiswa Universitas Brawijaya yang baik dan berpendidikan,
untuk membantu mempertahanakan dan melestarikan budaya daerah setempat. Mahasiswa
sebagai iron stock, agent of change, dan social control sudah selayaknya menjadi generasi
penerus yang membawa perubahan dan menjadi contoh yang baik untuk masyarakat setempat
dalam melestarikan kebudayaan daerah.

Mahasiswa sendiri sebagai generasi penerus bangsa dalam memajukan dan melestarikan budaya
setempat sudah semestinya memiliki karakter yang baik. Kita harus memiliki akidah sebagai
pondasi dasar untuk meneruskan nilai budaya luhur Indonesia. Kuat dan tidaknya pondasi ini
yang akan menentukan seberapa kuat juga karakter pemuda bangsa Indonesia. Apabila kita
memiliki jatidiri yang kuat, maka seberapa besar pun pengaruh budaya asing tidak akan
memengaruhi kita. Selain itu juga intelektualitas tinggi menjadi suatu hal yang penting dalam
melestarikan budaya daerah. Karena dengan intelektualitas ini, moral dan etika akan terbentuk
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai suatu budaya. Keluasan ilmu pengetahuan juga merupakan
salah satu jalan untuk membangun negeri ini. Sehingga dengan keluasan ilmu pengetahuan dan
intelektualitas yang tinggi, kita bisa memberikan pemahama dan pembelajaran terhadap
masyarakat akan pentingnya menjaga budaya daerah dan menyaring budaya asing yang baik
untuk dijadikan contoh oleh bangsa Indonesia.

Apabila kita telah memenuhi kriteria diatas, kita dapat dengan mudah memajukan dan
menghidupkan kembali budaya daerah yang kini semakin terkikis. Melestarikan budaya daerah
dapat kita lakukan dengan mudah, mulai dari hal yang terkecil hingga terbesar. Dari hal terkecil
misalnya dengan menyertakan kembali permainan kuno daerah dalam lomba agustusan, seperti
dari Tasikmalaya lomba galah, pecle, congkak, dan permainan lainnya. Selain itu juga
mahasiswa Universitas Brawijaya ketika sedang kkn atau libur kuliah, bisa mengadakan festival
budaya yang menarik dengan karang taruna di daerahnya. Festival budaya di Tasikmalaya bisa
berupa penampilan tari jaipong, orchestra music baik angklung atau suling maupun karinding,
hingga pencak silat, selain itu pula drama kabayan bisa dijadikan salah satu hiburannya.
Disamping pertunjukan festival budaya kita juga bisa mengenalkan makanan khas sunda dengan
mendirikan stand-stand khusus makanan daerah sunda seperti pencok, karedok, comro, seblak,
sampai minuman es goyobod. Selain stand makanan kita juga bisa mendirikan stand khusus
pakaian atau batik khas sunda, dan stand-stand budaya lainnya. Dan untuk jenjang yang lebih
tinggi, mahasiswa Universitas Brawijaya Tasikmalaya bisa mengikuti ajang pasanggiri mojang
jajaka yang merupakan salah satu agenda tahunan pemerintah dalam ajang kompetisi untuk lebih
mengenalkan karakter budaya tradisional kepada generasi muda. Karena untuk kedepannya
finalis mojang jajaka yang memenangkan kompetisi diharapkan mampu menjadi duta promosi
seni budaya dan pariwisata daerah yang merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya
daerah setempat.

Peranan mahasiswa dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah setempat ini
tentunya tidak akan berhasil tanpa adanya kesadaran pada masyarakat itu sendiri. Yang mana
kebudayaan yang dimiliki Indonesia ialah sebagai identitas bagi masyarakatnya Indonesia. Dan
mau tidak mau, siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan daerah di Indonesia jikalau bukan
oleh warga Negara itu sendiri. Oleh karena itu mari kita sebagai generasi penerus bangsa yang
berpendidikan bertanggung jawab moral untuk menjaga harta kebudayaan Indonesia dengan
cara melestarikannya.

Anda mungkin juga menyukai