Anda di halaman 1dari 20

1.

1 Pendahuluan
Semakin berkembangnya zaman, semakin besar juga kebutuhan manusia untuk
memenuhi

penghidupan

mereka.

Berbagai

kebutuhan

sehari-hari

pun

terus

dikembangkan agar manusia dapat menggunakan dengan efisien sesuai kebutuhan.


Salah satu alat atau benda yang sangat dipergunakan oleh manusia berbahan dasar dari
karet. Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai
macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Di Indonesia, karet sendiri
telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya, karet digunakan oleh pemerintah
Belanda sebagai tanaman koleksi yang di tanam di Kebun Raya Bogor. Kemudian, pada
tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet
dibuka oleh Hofland di daerah Pamanukan dan Ciasem Jawa Barat. Pada pertama kali,
jenis yang ditanam adalah karet Rambung atau Ficus Elastica. Jenis karet Hevea
(Hevea Brasiliensis) baru ditanam tahun 1902 di daerah Sumatera Timur. Jenis ini
juga ditanam di pulau Jawa pada tahun 1906.
Meskipun karet telah kita kenal lebih dari 1 abad lamamnya, namun hingga saat ini
belum ada perkembangan yang signifikan akan produksi karet di Indonesia. Rata-rata
kita masih menjadi pemasok bahan baku utama dan kemudian dijual dengan harga
rendah. Oleh karna itu, pada kali ini kita akan membahas lagi bagaimana sifat dan
pengaplikasian karet itu sebenarnya. Agar kedepan nantinya, kita dapat memproduksi
dan mengolah karet itu sendiri dengan kualitas terbaik.

TEKNOLOGI KARET 2016

1.2 Karet Alam (Natural Rubber)


Karet alam adalah polimer isoprene (C5H8) dan sejumlah kecil komponen organik
lain termasuk air yang mempunyai bobot molekul yang besar. Susunannya adalah CH
C(CH3)=CHCH2. Polimer polyisoprene (C5H8)n merupakan komponen paling
utama. Karet alam mempunyai sifat daya elastisitas dan daya lentur yang baik, plastis
dan tidak mudah panas, dan tidak murah retak. Karet alam diklasifikasikan sebagai
elastomer (polimer elastis). Karet alam dibuat dengan mengolah lateks (getah) yang
dihasilkan dari tanaman Hevea brasiliensis. Hevea brasiliensis merupakan tanaman asli
dari lembah Amazon dan diketahui dapat menghasilkan polimer dengan berat molekul
yang tinggi dengan kandungan cis 1,4 polyisoprene hingga 100%. Berat kering rata-rata
dari lateks normalnya adalah antara 30 dan 35%, dan secara khusus berkisar dari 25
sampai 40 %. Untuk mendapatkan lateks, pohon Hevea brasiliensis tersebut disadap.
Lateks sendiri merupakan dispersi koloid dari partikel solid polymer polyisoprene
dalam air. Kandungan polyisoprene dalam emulsi getah karet adalah 30%.

Gambar 1.1 (a) Hevea brasiliensis

(b) Penyadapan latex

Setelah lateks diperoleh, kemudian diberi stabilizer untuk mencegah koagulasi dini.
Teknik pengumpulan dan pengolahan lateks akan mempengaruhi grade/kualitas dari
Karet alam yang dihasilkan. Ada 8 tipe yang berbeda dari Karet alam yang kemudian
diklasifikasikan menjadi 35 tipe sesuai dengan spesifikasi grade internasional. Grade
tersebut menunjukkan kualitas warna, kebersihan, adanya gelembung, dan keseragaman
penampakan.
Untuk mendapatkan karet dari lateks, memerlukan proses koagulasi atau
penggumpalan dengan menambahkan zat asam seperti asam format (HCOOH). Proses
koagulasi tersebut berlangsung selama 12 jam. Koagulum (zat yang terkoagulasi) akan
terbentuk menjadi lembaran-lembaran padat yang lembut dan kemudian diperas untuk

TEKNOLOGI KARET 2016

mengurangi kandungan air sehingga ketebalannya berkurang hingga 3 mm. Lembaranlembaran tersebut kemudian dikeringkan dalam ruang pengasapan selama beberapa
hari. Karet yang dihasilkan nantinya berbentuk lembaran yang disebut dengan istilah
ribbed smoked sheet dengan karakteristik warna coklat tua. Ada pula lembaran karet
yang dikeringkan di udara panas yang diberi istilah air dried sheet dengan kualitas
atau grade yang lebih tinggi daripada ribbed smoked sheet. Grade karet yang lebih
baik dari kedua jenis grade karet yang disebutkan sebelumnya adalah karet pale
crepe, yang menggunakan dua tahap koagulasi, dan dilanjutkan dengan pengeringan
menggunakan udara hangat dengan karakteristik warna coklat muda.

Gambar 1.2 Ribbed smoke sheet

1.2.1 Sifat-sifat Umum Karet Alam


Proses kristalisasi yang cepat pada saat karet ditarik membuat karet memiliki
tensile strength, tear strength, dan sifat tahan gores yang sangat baik. Tensile strength
dari karet vulkanat tanpa bahan pengisi berkisar dari 2500 hingga 3500 psi, dimana
bahan pengisi dapat meningkatkan tensile stength hingga lebih dari 4500 psi (35 mPa).
Gaya pegas atau kekenyalan dari karet alam sangat baik. Pada strain atau tegangan yang
tinggi, umur fatik dari karet alam lebih tinggi dari pada styrene (SBR). Pada strain yang
rendah, berlaku kebalikannya. Karakteristik kekuatan Karet alam menurun seiring
dengan meningkatnya temperatur.
Karakteristik:

Berat molekul tinggi (M ~ 106)

Amorphous (Tg = -70oC)

Elastisitas tinggi

Elongasi tinggi

TEKNOLOGI KARET 2016

Tidak tahan terhadap ozon, minyak dan suhu tinggi


Namun demikian, karet alam lebih memiliki ketahanan pada panas lebih baik

daripada jenis elastomer lainnya. Karet alam memiliki sifat pengolahan yang sangat
baik dan dapat diproses dengan menggunakan teknik yang bervariasi. Proses
konvensional akan menghasilkan Karet alam dengan sifat awal yang baik seperti
kekuatan karet, ketahanan gores, dan fatigue resistance. Ketahanan panas dan sifat
relaksasi tegangan pada pengolahan Karet alam secara konvensional tidak begitu
diinginkan. Untuk meningkatkan stabilitas suhu dan meningkatkan low compression
set, dapat digunakan sistem vulkanisasi dengan sulfur dengan waktu dipercepat.
Penambahan zat kimia seperti carbon black, kasium karbonat, dan clay akan
meningkatkan sifat adesif pada Natural Rubber. Bahan pengisi dari proses pengolahan
Karet alam yang paling utama adalah carbon black, yang merupakan bentuk koloid
dari karbon dan diperoleh dari proses dekomposisi thermal hidrokarbon. Carbon black
dapat meningkatkan tensile strength dan ketahanan abrasi dari produk jadi natural
rubber. Carbon black juga memberikan perlindungan dari sinar ultraviolet. Kandungan
carbon black inilah yang menyebabkan kebanyakan produk karet berwarna hitam.

Gambar 1.3 Carbon black

1.2.2 Jenis-jenis Karet Alam


a. Bahan Olah Karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh
dari pohon karet hevea brasiliensis. Beberapa kalangan mengatakan bahwa bahan
olah karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan
olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun
karet.
Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam :
TEKNOLOGI KARET 2016

a. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggunpalan entah itu dengan tambahan atau
tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).
b. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring
dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling
tetapi belum jadi.
c. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut
d. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.
b. Karet Alam Konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. jenis
ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Jenis-jenis karet
alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut :
a. Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang
mendapat proses pengasapan dengan baik.
b. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan
ada yang tebal dan tipis.
c. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan banyak
dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate.
d. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon,
potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
e. Thin brown crepe remilis adalah crepe coklat yang tipis karena digiling ulang.
f. Thick blanket crepes ambers adalah crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat,
biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan dan lump serta
scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik mutunya. Scrap tanah tidak
boleh digunakan.
g. Flat bark crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe yang
dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang
berwarna hitam
h. Pure smoked blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari penggilingan karet
asap yang khusus berasal dari RSS, termasuk juga block sheet atau sheet

TEKNOLOGI KARET 2016

bongkah, atau dari sisa pemotongan RSS. Jenis karet lain atau bahan bukan karet
tidak boleh digunakan.
i. Off crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya
tidak dibuat melelui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih
segar, melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, lembaranlembaran RSS yang tidak bagus penggilingannya sebelum diasapi, busa-busa dari
lateks, bekas air cucian yang banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain
yang jelek.
c. Lateks Pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang dibuat
melalui proses pendadihan atau creamed lateksdan melalui proses pemusingan atau
centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahanbahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
d. Karet Bongkah (Block Rubber)
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi
bandela-bandela denga ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang
berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
e. Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin
mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau
penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet,
crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini. Karet sintesis yang
permintaannya cenderung meningkat memiliki jaminan mutu dalam setiap
bandelanya. Keterangan sifat teknis serta keistimewaan tiap jenis mutu karet
sintesis disertakan pula. Hal ini diterapkan juga pada karet spesifikasi teknis. Karet
ini dikemas dalam bongkahan kecil, berat dan ukurannya seragam, ada sertifikat uji
coba laboratorium dan ditutup dengan lembaran plastik polietilen.
f. Karet Siap Olah (Tyre Rubber)
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang
setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan
TEKNOLOGI KARET 2016

ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber
sudah dibuat di Malaysia sejak tahun 1972. Pembuatannya dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintesis. Tyre rubber juga
memiliki kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan
karet sintesis.
g. Karet Reklim (Reclaimed Rubber)
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas,
terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya boleh dibilang
karet reklim dalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir. Biasanya
karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran sebab bersifat mudah
mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik.
Alexander Parkes adalah orang yang pertama kali mengusahakan jenis karet
ini pada tahun 1846. Sampai sekarang ternyata karet reklim tetap dibutuhkan, bahkan
dalam jumlah yang besar. Biasanya karet reklim banyak digunakan sebagai bahan
campuran sebab bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat
yang dimilikinya juga baik. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan
tahan lama dipakai.
Kelemahan karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan
sesuai dengan sifatnya sebagai karet bekas pakai. Oleh karena itu karet reklim
kurang baik digunakan untuk membuat ban.
1.2.3 Aplikasi Karet Alam
Karet alam banyak diaplikasikan pada berbagai peralatan di bidang Industri dan
teknik, antara lain sebagai berikut:
a.

Bidang Industri : selang/pipa karet, conveyor belt, gasket, dan seal.

b.

Teknik : pegas, bantalan, rubber ring, dan lain sebagainya.


Selain penggunaan karet untuk keperluan di atas, Karet alam juga digunakan

sebagai bahan baku utama untuk produk karet yang diproduksi CV.Sekar Wangi.
Beberapa produk tersebut antara lain Rubber Fender, Elastomeric Bearing Pad,
Rubber Lagging, Rubber Sheet, dan lain sebagainya.
1.3 SBR (Styrene Butadiene Rubber)
Jenis SBR merupakan karet sintesis yang paling banyak diproduksi dan digunakan.
Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan
TEKNOLOGI KARET 2016

juga rendah. Namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan penguat memiliki kekuatan
yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir karet alam .
Sifat-sifat :

Gum vulcanizate-nya mempunyai sifat yang lebih rendah dari NR, sehingga perlu
ditambahkan filler (seperti carbon black)

Sifat ketahanannya terhadap bahan kimia, pelarut dan cuaca sama dengan NR

Harganya relatif murah (sama dengan NR)

Aplikasi : banyak digunakan untuk ban bersama NR

[ H2C CH = CH CH2 CH CH2 ]n

Gambar 1.4 Styrene Butadiene Rubber

1.4 IR (Isoprene Rubber) atau Polyisoprene Rubber


Jenis karet ini mirip dengan karet alam kerena sama-sama merupakan polimer
isoprene. Dapat dikatakan bahwa sifat IR yang mirip sekali dengan karet alam,
walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet
alam yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap.

Gambar 1.5 Struktur Polyisoprene Rubber


1.5 Polybutadiene
Polybutadien (BR) merupakan karet sintesis yang kuat untuk pembuatan side wall
dan thread pada ban, umumnya dicampur dengan karet alam atau karet SBR untuk
TEKNOLOGI KARET 2016

membentuk compound pembuatan thread ban. Polybutadiene (BR) dibuat dari


butadiene sebagai monomer.
nH2C = CH CH = CH2 ( CH2 CH = CH CH2 )n or ( CH2 CH)n
CH = CH2
Gambar 1.6 Struktur pembentukan polybutadien
Polybutadiene dengan konfigurasi cis- 1,4 medium (36oC) banyak digunakan dalam
produksi impact polystyrene dengan bantuan katalis butyllithium dalam solution.
Impact strength polystirene sangat baik pada suhu rendah (-108oC). Kadar konfigurasi
vinil dalam polybutadiene berpengaruh pada grafting dan crosslinking. Bila kadar
konfigurasi vinil medium (12%) maka reaktivitas untuk pembentukan grafting dan
crosslinking sama.
Polybutadiene dengan konfigurasi trans- 1,4 60%, cis- 1,4 20% dan vinil 20%
merupakan bahan baku untuk memproduksi ABS melalui polimerisasi emulsi radikal
bebas. Partikel lateks hanya sepersepuluh dari partikel karet yang terdispersi dalam
styrene untuk produksi impact polystyrene. Monomer dari polibutadiene snagat mirip
dengan monomer karet alam . Namun demikian, polibutadiene menunjukkan sifat-sifat
yang berbeda nyata. Polybutadiene kurang kuat dan tidak tahan terhadapa bensi atau
minyak sehingga tidak bisa digunakan untuk ban.
1.6 NBR (Nitrile Butadiene Rubber) atau Acrilonytrile Buatadiene Rubber
NBR adalah karet sintesis untuk kegunaan khusus yang paling banyak dibutuhkan.
Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini disebabkan oleh
adanya kandungan akrilinitril didalamnya. Semakin besar kandungan akrilonitril yang
terkandung maka daya atahan terhadap minyak, lemak, dan bensin semakin tinggi tetapi
elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan NBR adalah sulit diplastisasi. Caranya
mengatasinya dengan memilih NBR yang memiliki viskositas awal yang sesuai dengan
keinginan. NBR memerlukan pula penambahan bahan penguat serta bahan pelunak
senyawa ester.
Karakteristik NBR:

Bersifat polar sehingga tahan terhadap minyak yang non polar

Tidak tahan terhadap pelarut polar, spt: keton, benzene, toluen, ester

TEKNOLOGI KARET 2016

Sifatnya tergantung pada kadar acrylonitrile (ACN), semakin banyak maka


semakin tahan minyak

Ketahanan terhadap cuaca rendah, sama dengan NR atau SBR

Heat aging resistance lebih baik dari CR (1000 jam pada 107oC)

Seperti SBR, perlu penambahan filler utk meningkatkan sifat mekaniknya

Aplikasi: banyak digunakan di sektor otomotif (seperti seal)


CN

H2C CH = CH CH2 CH2 CH

]n

Gambar 1.7 Struktur NBR


1.7 Polyacrylic Rubber
Merupakan karet khusus pertama yang tahan terhadap minyak panas dan pelumas
agresif. Kegunaan utamanya adalah untuk industri otomotif membuat O-ring, oil seal
dan gasket. Selain itu juga untuk pelapis bahan tekstil, finishing, pembuatan kertas dan
kulit.

Gambar 1.8 Pembentukan Polyacrylic


1.8 CSM (Chlorosulfonated Polyethylene) atau Hypalon
Chlorosulfonated Polyethylene (CSM) atau (Hypalon), memiliki sifat khusus yaitu
tahan terhadap oksidasi, sinar ultra violet, cuaca, ozon, zat asam dan bahan kimia
lainnya. Umumnya digunakan untuk melapisi selang karet dan bahan-bahan pelapis
elastik dan anti korosif untuk penerapan di luar ruangan.
a.

Sifat Cholorosulfonated Polyethylene


Clorosulfonated polyethylene atau hyplon memiliki sifat diantaranya yaitu

memiliki sifat permeabilitas gas rendah. Resistensi terhadap minyak agak rendah.
TEKNOLOGI KARET 2016

10

Memiliki resistensi yang sangat baik terhadap oksigen, ozon dan sebagian besar bahan
kimia, termasuk air.
b.

Aplikasi Cholorosulfonated Polyethylene


Chlorosulphonated polyethylene rubber (CSM) adalah modifikasi polyethylene

dengan cara dicampurkan dengan chlorine (Cl) dan gas SO2, sehingga sifatnya dari
yang keras (thermoplastic) menjadi bersifat karet.
1)

Hypalon (Dupont)

2)

Toso CSM (Tosoh Co.)

3)

CM1000 (Sundow Polymers Co. LTD.)

4)

CSM 40 (Zhengzhou Polymer Chemical Co. LTD.)


Penggunaan terutama aplikasi industri

otomotif dan bidang lain

yang

membutuhkan kinerja tinggi, seperti : adhesives, isolasi, sol sepatu, produk-produk


industry seperti selang, roll, seal, gasket, diafragma dan lapisan utk peralatan proses
kimia seperti pembungkus dan isolasi kawat/kabel dan sebagai bahan lapisan pelindung
dan dekoratif.

Gambar 1.9 Struktur CSM


1.9 CR (Chloroprene Rubber)/Neoprene
CR memiliki ketahanan terhadap minyak minyak tetapi dibadingkan dengan NBR
katahanannya masih kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap oksigen dan ozon di
udara, bahkan juga terhadap panas atau nyala api. Pembuatan karet sintesis CR tidak
divulaknisasi dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida, seng
oksida, dan bahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan ke dalam
CR untuk proses pengolahan yang baik.
Sifat-sifat:

Tahan terhadap minyak dan cuaca

Dapat memperlambat penyalaan api

Heat aging lebih baik dari NR (seperti: tahan selama 1000 jam pd suhu 99oC)

TEKNOLOGI KARET 2016

11

Ketahanan terhadap asam dan basa lebih baik dari NR dan SBR

Relatif lebih mahal dibandingkan dengan NR

Aplikasi: digunakan untuk bahan adhesif

Gambar 1.10 Struktur CR

1.10 EPR (Ethylene Propylene Rubber)


Ethylene propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya
menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya melainkan
juga monomepolyr ketiga atau EPDM. Pada proses vulkanisasinya dapat ditambahkan
belerang. Adapun bahan pengisi dan bahan pelunak yang ditambahkan tidak
memberikan pengaruh terhadap daya tahan. Keunggulan yang dimiliki EPR adalah
ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta pengaruh unsur cuaca lainnya.
Sedangkan kelemahannya pada daya lekat yang rendah.
Karakteristik:

Tidak terpengaruh dengan kondisi cuaca, dan sangat tahan terhadap ozon

Heat aging temperature limit dalam udara mencapai 150oC (5 tahun pada 100oC)

Seperti SBR, perlu penambahan filler utk meningkatkan sifat mekaniknya

Sifat fleksibel pada suhu rendah sangat baik, sama dgn NR dan SBR

Dapat bercampur dengan baik dengan filler dan minyak dalam jumlah relatif besar,
sehingga biaya bahan baku dapat ditekan

Lebih tahan terhadap asam dan basa dibandingkan dengan NR dan SBR

Sangat tahan air, sifat mekanik yg baik dan harga relatif murah

Aplikasi: banyak digunakan sebagai lining atap dan jendela, dicampur dengan NR
untuk sisi samping ban, pembungkus kabel listrik, dan pada atomotif
TEKNOLOGI KARET 2016

12

Gambar 1.11 Sruktur molekul EPDM


1.11 IIR (Isobutene Isoprene Rubber) atau Butyl Rubber
IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap
sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga terkenal
karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat matang sehingga
memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat jeleknya IIR tidak baik dicampur
dengan karet alam atau sintesis lainnya bila akan diolah menjadi suatu barang. IIR
yang divulkanisir dengan damar felonik menjadikan bahan tahan terhadap suhu tinggi
serta proses pelapukan/penuaan.

Gambar 1.12 Struktur IIR


1.12 Fluroelastomer (FKM) atau Viton
Jenis dari karet ini dapat digunakan pada suhu sangat tinggi. Karet FKM yang
memiliki kadar fluor yang lebih tinggi dapat meningkatkan katahanan terhadap minyak.
Karakteristik dari fluroelastomer:

Memiliki ketahanan terhadap minyak yang baik.

TEKNOLOGI KARET 2016

13

Ketahanan terhadap uap, air panas, methanol dan cairan dingin terbatas.

Lebih stabil terhadap panas dan lebih tahan terhadap minyak jika rasio fluor atau
hydrogen tinggi, ikatan karbon fluor kuat, dan tidak ada rantai tak jenuh.

1.13 Urethane
Uretana dihasilkan dengan mereaksikan bahan-bahan yang mengandung hidroksil
dengan bahagian yang bersentuhan dengan bahan organik isosianat. Dengan pemilihan
isosianat, poliol dan bahan pematangan yang sesuai, resin penyalutan, busa uretana,
polimer cair dan polimer gam dapat dihasilkan. Polimer gam yang digunakan dalam
industri karet dibuat dengan mereaksikan poliol yang berlebih sedikit dengan isosianat.
Untuk pematangan dengan sulfur, sedikit monomer tak jenuh digunakan. Polimer yang
terhasil adalah tahan kepada ozon dan mempunyai sifat-sifat penuaan yang baik. Ia juga
tahan kepada minyak dan mempunyai kekuatan tensil, koyak yang tinggi seta rintangan
lelasan yang amat baik.
Aplikasi : urethane banyak digunakan di seluruh dunia, tubing, produk kabel, nozel

Gambar 1.13 Struktur Molekul Urethane

1.14 Silicone Rubber (VMQ)


Karet silikon bersifat food grade, sehingga menjadikannya pilihan yang lebih
disukai dari industri medis, farmasi dan pengolahan makanan. Ini juga mempertahankan
stabilitas di lingkungan yang ekstrim, dan sifat operasi yang tetap tidak berubah-ubah
pada rentang temperatur yang luas, sehingga berguna untuk sejumlah besar aplikasi
industri dalam, sektor elektronik dan otomotif pencahayaan, dll.
Silicone rubber (SI, Q, VMQ), karet silikon berbedan dengan elastomer sintetik
lainnya terutama karena karet ini tidak mengandung unsur karbon organik melainkan
terdiri dari molekul atom silikon dan oksigen. Sifat fisiknya adalah kurang baik pada
suhu ruangan, namun lebih tahan suhu dibanding dengan karet hydrocarbonlainnya.
TEKNOLOGI KARET 2016

14

Memiliki sifat elektrik yang baik, tahan terhadap cuaca,dan ozon dan konsisten
terhadap warna. Digunakan untuk industri pesawat terbang dan industri canggih lainnya
karena ia dapat tahan pada suhu -100oC s/d 200oC lebih, selain itu juga digunakan untuk
pembuatan conveyor makanana, dan farmasi, serta barang-barang operasi dan tabung
transfusi darah, klep jantung buatan, mesin pencuci ginjal dan pelapis kabel serta seal.
Karakteristik :

Elastomer yang paling tahan terhadap suhu tinggi dan rendah, spt:heat aging
temperature mencapai 205oC (2-5 tahun)

Sangat tahan terhadap ozon, listrik dan cuaca

Seperti CR, dapat memperlambat penyalaan api

Ketahanan terhadap minyak sama dengan CR

Ketahanan terhadap asam dan basa kurang baik

Biasanya digunakan pada pesawat, peralatan medis, slang minyak, dll

Relatif lebih mahal dibandingkan dengan jenis karet lainnya


Karet silikon adalah suatu elastomer atau bahan seperti karet yang tersusun dari

silikon. Polimer itu sendiri mengandung silikon bersama dengan karbon, hidrogen, dan
oksigen. Karet silikon digunakan secara luas dalam industri dan ada bayak
formulasinya. Karet silikon secara umum non-reaktif, stabil, dan taha terhadap
lingkungan dan suhu ekstrim dari -55 sampai +300 sambil masih mempertahankan
sifat-sifatnya yang berguna. Karena sifat-sifat tersebut mudah fabrikasi dan
pembentukan karet silikon dapat ditemukan luas dalam berbagai produk, termasuk
aplikasi otomotif, produk-produk memasak, pembakaran, dan penyimpanan makanan.
Pakaian seperti pakaian dalam, pakaian olahraga, dan alas kaki. Elektronik seperti
perlengkapan medis dan implant dan perangkat keras dengan produk-produk keras
seperti lem silikon. Selama fabrikasi, panas mungkin diperlukan untuk vulkanisasi
silikon menjadi berbentuk seprti karet. Ini biasanya dilakukan dalam dua tahapan proses
pada titik manufakturnya menjadi bentuk yang diinginkan dan kemudian dalam proses
pasca perawatan yang diperpanjang ini juga bisa.

1.

Sifat Silikon
Karet silikon menawarkan daya tahan yang baik terhadap suhu ekstrim yang

mampu beroperasi secara normal dari -55 sampai +300. Pada suhu ekstrim,
kekuatan merengang, pemanjangan, daya tetes dan setela tekanan dapat jauh lebih
TEKNOLOGI KARET 2016

15

ungggul dibandingkan dengan karet konvensional meskipun masih relative rendah


dibandingkan dengan bahan lain.. Karet organik memiliki kerangka karbon-karbon
yang dapat meninggalkan kepekaan bertaha dengan baik. Ini membuat salah satu
elastomer pilihan di lingkugan ekstrim. Dibandingkan dengan karet organik, namun
karet silikon memiliki kekuatan merengang sangat rendah. Untuk alasan ini,
kekhawatiran diperlukan dalam mendisain produk-produk untuk bertahan bahkan low
imposed loads. Material ini juga sangat sensitive terhadap lelah dari pemuatan siklik.
Karet silikon suatu material sangat inert dan tidak bereaksi dengan kebanyakan zat
kimia. Karena kelambanannya, karet silikon digunakan dalam banyak aplikasi medis
dan dalam implant medis.
2.

Aplikasi Silikon
Setelah dicampur dan bewarna, karet silikon dapat diekstrusi ke tabung, strip, kabel

padat atau profil kustom sesuai pembatasan ukuran produsen. Kabel dapat bergabung
untuk membuat O-ring dan profil diekstruksi dapat bergabung untuk membuat segel.
Karet silikon dapat dicetak ke dalam bentuk kostum dan desain. Produsen bekerja untuk
mengatur toleransi industry saat ekstrusi, memotong atau bergabung dengan profil karet
silikon. Di inggris ini BS3734, untuk ekstrusi tingkat ketat adalah E1 dan terluas adalah
E3. Menjadi lebih dan lebih umum di tingkat konsumen, produk karet silikon dapat
ditemukan disetiap ruangan rumah khas. Dari aplikasi otomotif, hingga berbagai macam
produk memasak, makanan, kue dan alas kaki, elektronik, untuk perbaikan rumah dan
perangkat keras, dan sejumlah aplikasi yang tak terlihat. Panel surya pemanas air
toleran-beku mengeksploitasi elastisitas silicon untuk berulang kali mengakomodasi
ekspansi air pada titik beku, sementara suhu toleransi suhu ekstrim memberikan
kurangnya kerapuhan di bawah titik beku dan toleransi yang sangat baik suhu tinggi
lebih dari 150. Juga, sifat-sifat higienisnya yang tidak memiliki kerangka karbon,
tetapi sebaliknya secara kimia memiliki kerangka silikon yang kuat, mengurangi
potensinya sebagai sumber makanan bagi bakteri berbahaya yang berasal dari air seperti
legionella. Pita karet silikon tanpa pewarna dengan aditif besi oksida (membuat pita
bewarna merah-jingga) digunakan secara luas dalam aplikasi kabel penerbangan dan
kedirgantaraan kabel aplikasi sebagai sambatan atau pembungkus pita karena sifatnya
yang tidak mudah terbakar. Penambahan aditif besi-oksida meanmbah konduktivitas
panas yang tinggi tetapi tidak mengubah sifat-sifat isolasi listrik yang tinggi dari karet
silikon.

TEKNOLOGI KARET 2016

16

1.15 Perbedaan Karet alam dengan Karet Sintetis


Walaupun karet alam sekarang inicr jumlah produksi dan konsumsinya jauh di
bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, sesungguhnya karet alam belum dapat
digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimilikikaret alam
sulit ditandingi oleh karet sintetis.
Adapun kelebihan-kelebihan karet alam yaitu :
1. Memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna
2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pwngolahan nya cukup mudah
3. Tidak mudah panas
4. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan
Adapun kelebihan-kelebihan karet sintetis yaitu :
1. Tahan terhadap berbagai zat kimia
2. Harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil
3. Suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan
Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam
selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa turun
drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya.
1.16 Sifat Karet
1) Heat aging resistance
Seberapa lama karet dapat digunakan pada suhu tertentu karena semakin tinggi
suhu dapat mempercepat degradasinya
2) Chemical resistance vs Consentration
Seberapa tahan karet terhadap bahan kimia pada konsentrasi tertentu. Contoh: NR
relatif tahan terhadap larutan H2SO4 encer, tetapi akan dengan cepat rusak pada
konsentrasi tinggi
3) Chemical resistance vs Temperature
Seberapa tahan karet dalam larutan kimia tertentu terhadap suhu tertentu. Contoh:
Karet Fluorocarbon dapat digunakan secara kontinyu pada suhu 200C dan juga
dalam larutan NaOH encer pada suhu 20C, namun akan rusak jika berada dalam
larutan NaOH pada suhu 121C. Butyl rubber lebih tahan terhadap ozon
dibandingkan NR pada suhu kamar, namun ketahanannya relatif sama pada suhu
50C.
TEKNOLOGI KARET 2016

17

4) Mechanical properties vs Temperature


Beberapa sifat mekanik berubah dengan cepat dengan kenaikan suhu. Contoh:
a. Butyl rubber yang relatif tidak mempunyai sifat pegas pada suhu ruang akan
menjadi sangat kenyal pada suhu 80C
b. Ketahanan terhadap sobekan nitryl rubber berkurang dengan kenaikan suhu
c. NR (tipikal) mempunyai tensile strength 30 Mpa pada suhu 23C, menjadi 23
Mpa pada suhu 80oC dan 5 Mpa pada suhu 140C
d. Semua karet cenderung menjadi kaku bila didinginkan
5) Pengaruh kuaalitas (grade) karet
Sifat-sifat karet juga dipengaruhi oleh grade karet tersebut. Contoh: nitrile rubber
mempunyai sifat tahan terhadap minyak, namun ketahanan tersebut mempunyai
kisaran sedang sampai dengan sangat baik, tergantung pada grade dari nitrile rubber
itu sendiri
6) Pengaruh bahan tambahan
Biasanya penambahan komponen lain dalam suatu karet akan mengubah sifatsifat dasar dari karet tersebut. Contoh: penambahan carbon black dapat
menghasilkan karet dengan tingkat ketahanan terhadap sinar UV yang sangat baik.

TEKNOLOGI KARET 2016

18

1.17 Penutup
Karet alam adalah polimer isoprene (C5H8) yang mempunyai bobot molekul yang
besar. Susunannya adalah CHC(CH3)=CHCH2. Jenis-jenis karet alam antara lain:
bahan olah karet, karet konvensional, lateks pekat, karet bongkah (block rubber), karet
spesifikasi teknis (crumb rubber), karet siap olah (tyre rubber) dan karet reklim
(reclaimed rubber). Jenis-jenis karet sintetis antara lain: polybutadien (BR), SBR
(styrene butadiene rubber), IR (isoprene rubber) atau polyisoprene rubber, IIR
(isobutene isoprene rubber) atau butyl rubber, NBR (nitrile butadiene rubber) atau
acrilonytrile buatadiene rubber, CR (chloroprene rubber)/neoprene, EPR (ethylene
propylene rubber), silicone rubber (VMQ), CSM (chlorosulfonated polyethylene) atau
hypalon, fluroelastomer (FKM) atau viton, urethane, polyacrylic rubber. Sifat-sifat
karet ditentukan oleh beberapa hal di bawah ini, yaitu heat aging resistance, chemical
resistance vs consentration, chemical resistance vs temperature, mechanical properties
vs temperature, pengaruh kualitas (grade) karet dan pengaruh bahan tambahan.

TEKNOLOGI KARET 2016

19

DAFTAR PUSTAKA

Aidi-Daslin, A.Suhaimi, dan Nong Alwi. 1988. Perkembangan plasma nutfah hasil
ekspedisi IRRDB. 12-14.
Alwi,N., dan Irwan Suhendry. 1992. Country Report On : Collection, Conservation,
And Evaluation Of Heva Germplasm In Indonesia. IRRBD Anual Meeting.
Jakarta. 25-29.
Hendratno, Ella Hapsari. 2008. Analisis Permintaan Ekspor Karet alam Indonesia Di
Negara Cina. 10-11. Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati,

Irma.

2011.

Industri

Karet

dan

Pengolahannya. (http://irizlovely.blogspot.co.id/2011/08/industri-karetdanpengolahannya.html). Diakses pada Selasa 27 September 2016.


Supardianningsih. 2014. Industri Karet Buatan. (http://karetbuatan.blogspot.com/)
Diakses pada Selasa 27 September 2016.
Tim penulis PS. 1994. Panduan Lengkap Karet. Jakarata: Penebar Swadaya.
Tim Penyusun Pusat Data dan Informasi. 2007. Gambaran Sekilas Industri Karet.
Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian.
Zuhra, Cut Fatimah. 2006. Karya Ilmiah: Karet. 17-25. Universitas Sumatera Utara.

TEKNOLOGI KARET 2016

20

Anda mungkin juga menyukai