Meningitis Tuberkolusa
Meningitis Tuberkolusa
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan
angka
kejadian
dan
dampak
penyakit
meningitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Meningitis
tuberkulosis
adalah
radang
selaput
otak
akibat
Pia mater terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung banyak
pembuluh darah. Pia mater dilapisi oleh sel-sel gepeng yang berasal dari
mesenkim. Pia mater menyusuri seluruh lekuk permukaan SSP dan menyusup
ke dalamnya untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah. Pembuluh darah
menembus SSP melalui terowongan yang dilapisi oleh pia mater, disebut
ruang perivaskular. Pia mater lenyap sebelum pembuluh darah ditransformasi
menjadi kapiler. Susunan dari luar ke dalam: Periostem tengkorak ruang
epidural duramater ruang subdural arachnoid ruang subarachoid
piamater
C. ETIOLOGI
Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis humanus, sedangkan menurut peneliti yang lain dalam
literatur yang berbeda meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh dua
micobacterium yaitu Mycobacterium tubeculosis dan Mycobacterium
bovis yang biasanya menyebabkan infeksi pada sapi dan jarang pada
manusia.
Mycobacterium tuberculosis merupakan basil yang berbentuk batang,
berukuran 0,2-0,6m x 1,0-10m, tidak bergerak dan tidak membentuk
spora. Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat aerob, hal ini
menerangkan predileksinya pada jaringan yang oksigenasinya tinggi
seperti apeks paru, ginjal dan otak. Mycobacterium tidak tampak dengan
pewarnaan gram tetapi tampak dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Basil ini
bersifat tahan asam, artinya tahan terhadap pewarnaan carbolfuchsin yang
menggunakan campuran asam klorida-etanol. Sifat tahan asam ini
disebabkan karena kadar lipid yang tinggi pada dinding selnya. Lipid pada
dinding sel basil Mycobacterium tuberculosis meliputi hampir 60% dari
dinding selnya, dan merupakan hidrokarbon rantai panjang yang disebut
asam mikolat. Mycobacterium tuberculosa tumbuh lambat dengan double
time dalam 18-24 jam, maka secara klinis kulturnya memerlukan waktu 8
minggu sebelum dinyatakan negatif.4
D. INSIDEN
Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas
dan mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis
TB terjadi setiap 300 TB primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun
1990 morbiditas meningitis TB 6,2% dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis
TB sebanding dengan TB primer, umumnya bergantung pada status sosioekonomi, higiene masyarakat, umur, status gizi dan faktor genetik yang
menentukan respon imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi
TB adalah malnutrisi, penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala,
infeksi HIV dan diabetes melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur,
anak-anak lebih sering dibanding dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama
kehidupan. Jarang ditemukan pada usia dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah
ditemukan pada usia dibawah 3 bulan.5
E. PATOFISIOLOGI
Meningitis TB terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke
meningen. Dalam perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula
terbentuk lesi di otak atau meningen akibat penyebaran basil secara hematogen
selama infeksi primer. Penyebaran secara hematogen dapat juga terjadi pada TB
kronik, tetapi keadaan ini jarang ditemukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat
terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus kaseosa (lesi permulaan di otak)
akibat trauma atau proses imunologik, langsung masuk ke ruang subarakhnoid.
Meningitis TB biasanya terjadi 36 bulan setelah infeksi primer.3
Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk
kolonisasi dari nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid,
Multiplikasi
Penyebaran hematogen
Meningens
Membentuk tuberkel
MENINGITIS
F. GEJALA KLINIK
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas.8
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel
muncul bercak pada kulit tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat
gerakan tidak beraturan.8
Gejala meningitis meliputi :8
Stadium II : Intermediate
Mengantuk, kejang,
10
Penurunan kesadaran
G. DIAGNOSIS BANDING
Pada stadium prodromal sukar dibedakan dengan penyakit infeksi
sistemik yang disertai kenaikan suhu. Jenis-jenis meningitis bakterialis lainnya
perlu dipertimbangkan secara seksama. Hal ini berkaitan erat dengan program
terapi.4
H. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :8
1.
2.
Lumbal pungsi
Gambaran LCS pada meningitis TB :
Limfositer
Protein meningkat
11
2.
3.
Tes Tuberkulin
Ziehl-Neelsen ( ZN )
PCR ( Polymerase Chain Reaction )
Rontgen thorax
TB apex paru
TB milier
CT scan otak
Komplikasi
: hidrosefalus
4. MRI
Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan
aglutinasi Latex. Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb
dalam kultur CSS. Namun pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu
yang lama dan memberikan hasil positif hanya pada kira-kira setengah dari
penderita.
I. PENATALAKSANAAN
Saat ini telah tersedia berbagai macam tuberkulostatika. Tiap jenis
tuberkulostatika mempunyai mempunyai spesifikasi farmakologis tersendiri.
Berikut ini adalah beberapa contoh tuberkulostatika yang dapat diperoleh di
Indonesia :4
1. Rifampisin
Diberikan dengan dosis 10 20 mg/kgBB/hari. Pada orang dewasa
diberikan dengan dosis 600 mg/hari, dengan dosis tunggal.
2. Isoniazid
12
optika, muntah, kelainan darah perifer, gangguan hepar, dan flu-like symptoms.
Etambutol bersifat hepatotoksik dan dapat menimbulkan polineuropati dan
kejang.4
J. PROGNOSIS
Bila meningitis tuberkulosis tidak diobati, prognosisnya menjadi
buruk. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6 8 minggu. Prognosis
ditentukan
oleh kecepatan
pengobatan
dan
stadium
penyakit.
Usia
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Neurology
and
Clinical