Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

Deden Habibrata
NPM : 61113051

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM

Pemeriksaan Fisik (Diagnostik)

PNEUMONIA,BRONKITIS KRONIS DAN TB ANAK DAN


DEWASA

P
n
Pemeriksaan Fisik Diagnostik Pneumonia
e
Pada Anak
u
m
o
n
Pemeriksaan fisik :
i
Tanda-Tanda Vital (TTV):

Suhu
Respirasi
Nadi
Tekanan Darah

: 39-40 Derajat Celcius


: Cepat Dan Dangkal
: Takikardi
: Hipertensi Pulmonal

Inspeksi: Sianosis pada mulut dan hidung dan biasanya kejang


Palpasi : retraksi,nyeri dada, dan nyeri kepala
Perkusi : redup

Auskultasi :Ronki basah nyaring halus atau sedang

Pada Dewasa

Tanda-Tanda Vital (TTV):


Suhu
Respirasi
Nadi
Tekanan Darah

: Demam
: Takipnea
: Takikardi
: Hipertensi Pulmonal

Pemeriksaan Fisik :
inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: sianosis dan gerakan berkurang pada sisi yang terkena


: Fremitus taktil meningkat
: Redup
: Ronki akhirdan suara napas bronkial

Penatalaksanaan Pneumonia

Pada Anak
Pengobatan Umum :
Penisilin 50.000 U/kg/
BB/hari + kloramfenikol 50-75
mg/kg/BB/hari atau antibiotik berspektrum luas 4-5 hari,hinggga panas
anak hilang.
Jenis cairan : glukose 5% + Nacl 0,9% dgn perbandingan 3:1+ KCL 10
mEq/500 ml botol infus. Banyak cairan dapat di hitung dengan rumus
Darrow
Terapi Oksigen

Pada Dewasa
-Terapi Empirik

Streptococcus

Seftriakson

H.influenza, gram (-) sensitif

Levofloksasin,moksifloksasin,atau
siprofloksasin
Atau
Ampisilin atau sulbactam
Atau
ertopenem

E.colli
K.pneumonia
Enterobacter spp
Serratia marcescens

- Terapi Intravena(IV)

SUSPEK PATOGEN
A. Sefalosporin
Anti peudomonas
Sefepime
Seftazidime
Karbapenem
Imipenem
Meropenem

ANTIBIOTIK DISARANKAN
1-2 gr tiap 8-12 jam
2 gr tiap 8 jam
0,5 gr tiap 6 jam atau 1 gr tiap 12 jam
1 gr tiap 8 jam

B.Beta lacktam inhibitor


pipreasilin-tazobactam
Aminoglikosamida
Gentamicin
Toramicin
Amicasin
Kuinolon anti psedomonas
Levoploksasin

Ciproflokasasin
Vancomicin

4,5 gr tiap 6 jam


7 mg/kg/hari
7 mg/kg/hari
20 m / kg/ hari
750 mg/kg/hari

400 mg/8 jam


15 mg/kg/12 jam

Linezolid

600 mg/ 12 jam

Bron
Pemeriksaan Fisik Diagnostik Bronkitis Kronis
kitis
Pada Anak
Kroni
k
Tanda-Tanda Vital (TTV):
Suhu
: subfebris
Respirasi
: cepat dan dangkal
Nadi
: takikardi
Tekanan darah : hipertensi pulmonal
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: batuk basah
: framitus taktil melemah
: hipersonor
: Ronki basah nyaring halus atau sedang

Pada Dewasa
Tanda-Tanda Vital (TTV) :
Suhu
Respirasi
Nadi
Tekanan darah

: > 40 derajat celcius


: takipnea
: takikardi
: hipertensi sedang hingga berat

Pemeriksaan fisik :
Inspeksi
: sianosis dan pasien biasanya gemuk
Palpasi
: seringkali normal
Perkusi
: seringkali normal
Auskultasi
: ronki awal

Penatalaksanaan Bronkitis Kronik


Pada anak
Tindakan perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir
- Sering mengubah posisi
- Banyak minum
- Inhalasi
- Nebulizer
- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain

Tindakan Medis
- Jangan beri obat antihistamin berlebih
- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
- Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari

- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

Pada Dewasa
lini pertama
Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer, 2-6 puff 4 x sehari, tunjukkan
cara penggunaan yang tepat, advis pasien ttg pentingnya penggunaan teratur
dan efek samping yg mungkin timbul (mulut kering & rasa pahit)
jika hasil trial : perbaikan FEV1 < 20% step 2

lini kedua
Tambahkan -agonis MDI atau nebulizer, tunjukkan cara penggunaan yang
tepat, advis pasien ttg pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yg
mungkin timbul (takikardi, tremor) jika tidak ada perkembangan:
hentikan -agonis ,jika ada perbaikan tapi kecil step 3

lini ketiga
Tambah teofilin,mulai dari 400 mg/hari dlm bentuk sustained released,
sesuaikan dosis setiap interval 3 hari untuk menjaga serum level antara 1015 g/ml, pantau ESO takikardi, tremor, nervous, efek GI; jika tidak ada
perbaikan hentikan teofilin dan go to step 4

lini ke empat
Coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari selama 2-4 minggu,
cek dengan spirometer (perbaikan 20%), titrasi dosis ke dosis efektif
terkecil (< 10 g sehari), pertimbangkan penggunaan kortikosteroid inhalasi
jika pasien tidak berespon baik kembali ke steroid oral

Terapi antibiotika
Karakteristik pasien
- eksaserbasi tanpa
komplikasi
- < 4kali setahun
- tidak ada penyakit
penyerta
-FEV 1 >50%

Patogen yg mungkin
menyebabkan
S. pneumoniae, H.
influenzae, H.
parainfluenzae, dan M.
catarrhalis umumnya tidak
resisten

Terapi yg di
rekomendasikan
makrolid (azitromisin,
klaritromisin)
sefalosporin generasi 2
atau 3
doksisiklin

- eksaserbasi komplit
seperti di atas, ditambah H.
-umur> 65 tahun
influenza dan M. catarrhalis
-> 4 eksaserbasi
penghasil beta-laktamase
pertahun
- FEV 1< 50% tapi 35%

Amoksisilin/klavulanat
Fluorokuinolon
(levofloksasin,
gatiflokasin,
moksifloksasin)

Eksaserbasi kompleks
dengan risiko
P.aeruginosa

Fluorokuinolon
(levofloksasin,
gatiflokasin,
moksifloksasin)
Terapi I.V. jika
diperlukan : sefalosporin
generasi 3 atau 4

seperti di atas, ditambah P.


aeruginosa

Terapi Non-farmakologi.
Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :

-- Pasien harus berhenti merokok


-- Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah
sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.
-- Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah
kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya
jangan sampai kedinginan.
-- Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan
pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.
-- Istirahat yang cukup.

Tuber
culosi
Pemeriksaan Fisik
Diagnostik Tuberculosis
s

Pada Anak
Tanda-Tanda Vital (TTV):
Suhu
: subfebris
Respirasi
: takipnea
Nadi
: takikardi relatif
Tekanan darah : hipertensi pulmonal
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi
:panas, batuk,anoreksia,dan berat badan turun
Palpasi
: fremitus taktil melemah dan flikten
Perkusi
: redup
Auskultasi : ronki awal

Pada Dewasa
Suhu
Respirasi
Nadi
Tekanan darah

: demam (subfebris)
: cepat dan dangkal
: takikardi
: hipertensi pulmonal

Pemeriksaan fisik :
Inspeks
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: batuk/hemoptosis
: penurunan fremitus taktil
: redup
: Ronki basah, kasar, dan nyaring

Penatalaksanaan Tuberculosis

Pada Anak
Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan
profilaksis (pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB,
sedangkan profilaksis TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis
primer) atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder).
Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB Anak adalah:
Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan sebagai
monoterapi.
Pemberian gizi yang adekuat.
Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana secara bersamaan
Prinsip pengobatan TB anak:
OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk
mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman
intraseluler dan ekstraseluler
Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka
panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kekambuhan
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap: o Tahap intensif,
selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal 3
macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat
ringannya penyakit. o Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya,
tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya
penyakit.
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap
hari untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering
terjadi jika obat tidak diminum setiap hari.

Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan
lainlain dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis
TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan
kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi
dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh
dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan
pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan
mencegah terjadi perlekatan jaringan.
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah: o Kategori Anak
dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR o Kategori Anak dengan 4 macam
obat: 2HRZE(S)/4-10HR
Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa
obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri
dari kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien.
OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT kombipak
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.

Tabel
Obat antituberkulosis (OAT) yang biasa dipakai dan dosisnya

Nama Obat

Dosis harian
(mg/kgBB/ hari)

Dosis maksimal
(mg /hari)

Isoniazid (H)

10 (7-15)

300

Rifampisin (R)

15 (10-20)

600

Pirazinamid (Z)

35 (30-40)

Etambutol (E) 2

20 (1525)

Streptomisin (S)
1

15 40

1000

Efek samping
Hepatitis,
neuritis perifer,
hipersensitivitis
Gangguan
gastrointestinal,
reaksi kulit,
hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan
enzim hati,
cairan tubuh
berwarna oranye
kemerahan
Toksisitas hepar,
artralgia,
gangguan
gastrointestinal
Neuritis optik,
ketajaman mata
berkurang, buta
warna merah
hijau,
hipersensitivitas,
gastrointestinal
Ototoksik,
nefrotoksik

Kombinasi dosis tetap OAT KDT (FDC=Fixed Dose Combination) Untuk


mempermudah pemberian OAT sehingga meningkatkan keteraturan minum obat,
paduan OAT disediakan dalam bentuk paket KDT/ FDC. Satu paket dibuat untuk

satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket KDT untuk anak berisi obat fase
intensif, yaitu rifampisin (R) 75mg, INH (H) 50 mg, dan pirazinamid (Z) 150 mg,
serta obat fase lanjutan, yaitu R 75 mg dan H 50 mg dalam satu paket. Dosis yang
dianjurkan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel . Dosis kombinasi pada TB anak


Berat badan (kg)
5-7
8-11
12-16
17-22
23-30

2 bulan RHZ
(75/50/150)
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
5 tablet

4 bulan (RH (75/50)


1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
5 tablet

BB > 30 kg diberikan 6 tablet atau menggunakan KDT dewasa


Keterangan:
R: Rifampisin; H: Isoniasid; Z: Pirazinamid
Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk
kombinasi dosis tetap, dan sebaiknya dirujuk ke RS rujukan
Apabila ada kenaikan BB maka dosis/jumlah tablet yang diberikan,
menyesuaikan berat badan saat itu
Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal (sesuai
umur). Tabel Berat Badan berdasarkan umur dapat dilihat di lampiran
OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak boleh
digerus)
Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable),
atau dimasukkan air dalam sendok (dispersable).

Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah makan
Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak
boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer

Pada Dewasa
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap
ini terdiri dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg 3. Jenis obat tambahan lainnya
(lini 2)

Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam
klavulanat
Derivat rifampisin dan INH Dosis OAT
Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau BB >
60 kg : 600 mg BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg Dosis intermiten 600 mg / kali
INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15
mg/kg BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten :
600 mg / kali
Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu,
50 mg /kg BB 2 X semingggu atau : BB > 60 kg : 1500 mg BB 40-60
kg : 1 000 mg BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB,
30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau : BB >60kg
: 1500 mg BB 40 -60 kg : 1000 mg BB < 40 kg : 750 mg Dosis
intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin:15mg/kgBB atau BB >60kg : 1000mg BB 40 - 60 kg :
750 mg BB < 40 kg : sesuai BB

Kombinasi dosis tetap


Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya
minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase
lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis
seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman
pengobatan.
Efek Samping OAT : Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan
pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami
efek samping, oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama
pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka
pemberian OAT dapat dilanjutkan.
1. Isoniazid (INH)
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf
tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot.
Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100
mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut
pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi
piridoksin (syndrom pellagra) Efek samping berat dapat berupa hepatitis
yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis
imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan
pedoman TB pada keadaan khusus
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan

pengobatan simtomatik ialah : - Sindrom flu berupa demam, menggigil


dan nyeri tulang - Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu
makan, muntah kadang-kadang diare - Sindrom kulit seperti gatal-gatal
kemerahan

Efek samping yang berat tapi jarang terjadi ialah : - Hepatitis imbas
obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan
penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus - Purpura,
anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari
gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
lagi walaupun gejalanya telah menghilang - Sindrom respirasi yang
ditandai dengan sesak napas Rifampisin dapat menyebabkan warna
merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut
terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini
harus diberitahukan kepada penderita agar dimengerti dan tidak perlu
khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadangkadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout,
hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan
asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan
reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis
yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari
atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan

penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat


dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko
kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran.
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan
dosis yang digunakan dan umur penderita. Risiko tersebut akan
meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala
efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera
dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan
maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap
(kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi hipersensitiviti kadang
terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah
dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang
terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging
dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka
dosis dapat dikurangi 0,25gr Streptomisin dapat menembus barrier
plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat
merusak syaraf pendengaran janin.

Anda mungkin juga menyukai