Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mengingat
Menetapkan
Pertama
Kedua
Ketiga
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes ,RI 2004). Berdasarkan
Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah sakit umum
pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan
menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E (Azwar,1996).
Pengertian rumah sakit disana menunjukkan bahwa di sebuah rumah
sakit diperlukan seorang tenaga ahli yang dapat mengatasi hal menganai
terjadinya penularan penyakit dan pencemaran lingkungan serta gangguan
kesehatan lainnya. Sesuai dengan Permenkes No.32 Tahun 2013 menjelaskan
bahwa Tenaga Sanitarian adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di
bidang kesehatan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundanganundangan. Mengenai tugas sanitarian dituangkan dalam Permenkes No.32
Tahun 2013 Pasal 13 yaitu: Lingkup pekerjaan Tenaga Sanitarian merupakan
pelayanan kesehatan lingkungan yang meliputi pengelolaan unsur-unsur yang
mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. binatang pembawa penyakit;
e. zat kimia yang berbahaya;
f. kebisingan yang melebihi ambang batas;
g. radiasi sinar pengion dan non pengion;
h. air yang tercemar;
i. udara yang tercemar; dan
j. makanan yang terkontaminasi.
Maka dengan berlakunya peraturan tersebut diharapkan agar seorang
tenaga sanitarian dapat memenuhi tanggungjawab sesuai dengan ruang
lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga tercapainya suatu keadaan
yang terbebas dari masalah gangguan penyakit.
B. TUJUAN PELAYANAN SANITASI
dalam
rumah
sakit
sehingga
tidak
dinding
Melakukan pemeriksaan mengenai kelayakan inventaris
Evaluasi kinerja rekan kerja sanitasi
Mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan berkala
Mengadakan diskusi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
terjadi dilapangan
C. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional seorang tenaga teknis sanitarian berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggara Pekerjaan
Sanitarian berada pada:
Lingkup pekerjaan Tenaga Sanitarian merupakan pelayanan kesehatan
lingkungan yang meliputi pengelolaan unsur-unsur yang mempengaruhi
timbulnya gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi.
D. LANDASAN HUKUM
Landasan Hukum yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggara
Pekerjaan Sanitarian
2. Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan rumah
sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Personalia Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan sanitasi di rumah sakit yang termasuk dalam bagan
organisasi rumah sakit dengan persyaratan :
a. Terdaftar di Departeman Kesehatan
b. Terdaftar di Asosiasi Profesi
c. Mempunyai izin kerja.
d. Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan sanitasi dilaksanakan oleh sanitarian profesional yang
berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi
aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan
kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian
terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan
cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
1. Kompetensi Sanitarian:
Sebagai Pimpinan :
a. Mempunyai kemampuan untuk memimpin
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan
pelayanan sanitasi
b. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
c. Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain
d. Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan
memecahkan
e. masalah
mengarahkan
Mengkoordinir
Pelaksana
pelaksana
Melaksanakan
KUALIFIKASI
dan Sanitarian
beberapa Koordinator
Service
tugas-tugas Cleaning Service
tertentu
2. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Jenis Ketenagaan
a. Untuk pekerjaan Kepala Instalasi Sanitasi dibutuhkan SDM:
1) Sanitarian
2) Lulusan D3 Kesehatan Lingkungan
b. Untuk pekerjaan koordinator cleaning service
1) Minimal lulusan SMA
2) Berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun
c. Untuk pekerjaan cleaning service
1) Minimal lulusan SMA
Cleaning
f.
g.
h.
i.
j.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. Ruang Administrasi/Kantor Sanitasi
2. Ruang penyimpanan peralatan sanitasi (Terlampir)
B. STANDAR FASILITAS
Standar fasilitas ruang sanitas meliputi :
1.
Ruang administrasi
2.
Ruang untuk menyimpan alat-alat kebersihan, seperti : mop, serok,
3.
4.
5.
6.
kanebo, troli, bak, sikat closed, dan lain-lain. Minimal ruang 4-6 m2
Area basah untuk mencuci alat kebersihan
Tempat bahan kimia (obat pel, obat WC, dan lain-lain)
Toilet (kloset, westafel, bak air)
Tempat istirahat
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Penyehatan bangunan dan ruangan
Aspek lingkungan dan bangunan rumah sakit yang secara langsung terkait
kepuasan pasien digambarkan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Ruang Bangunan
b.
c.
d.
Peralatan
dicuci
segera
sesudah
digunakan,
selanjutnya
f.
g.
h.
i.
1.
Sanitasi Air
a. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih
minimal 1 tahun sekali.
b. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan
minimal 2 kali setahun. Pemeriksaan mikrobiologi minimal 1
bulan sekali.
c. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan
sendiri oleh pihak rumah sakit dan diperiksakan pada
laboratorium yang berwenang, atau dilaksanakan oleh pihak
ketiga yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan.
d. Setiap 24 jam sekali rumah sakit hams melakukan pemeriksaan
kualitas air untuk pengukuran sisa klor, pH, dan kekeruhan air
minum dan atau air bersih pada titik yang dicurigai rawan
peneemaran.
e. Petugas sanitasi melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan
pemeriksaan laboratorium, apabila terdapat parameter yang
menyimpang maka hams dilakukan pengolahan, apabila tingkat
resiko pencemaran amat tinggi maka hams dilakukan perbaikan
sarana.
2.
Sanitasi Limbah
a. Limbah medis padat
1) Melaksanakan minimalisasi limbah medis padat dengan :
3) Membakar
limbahnya
selambat-lambatnya
24
jam
residunya
dapat
dibuang
ke
tempat
untuk
memusnahkan
dengan
PT.ARAH
sebagai
Limbah
farmasi:
dalam
jumlah
besar
harus
diinsenerasi, dikembalikan ke
Citra
menggunakan
pihak
ke-3
untuk
sekurangnya-
c. Limbah cair
1) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem
saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan
lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
2) Rumah sakit harus memiliki IPAL sendiri atau bersamasama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang
memenuhi persyaratan teknis.
3) Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengukur
debit harian limbah yang dihasilkan.
4) Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair effluent dilakukan
setiap bulan sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Limbah gas
1) Monitoring limbah gas berupa NO2, logam berat, dan
dioksin dilakukan 6 bulan sekali
2) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon
yang
banyak
menyerap debu.
3.
Sanitasi Linen
a. Perencanaan, Permintaan , dan Pengadaan Linen RS :
1) Perencanaan dan Permintaan :
Perencanaan kebutuhan linen dibuat oleh masing-masing unit
pelayanan berdasarkan ratio kebutuhan unit dibandingkan
dengan persediaan linen yang masih layak pakai yang ada di
unitnya masing-masing. Perencanaan ini diajukan oleh kepala
ruang dalam Rencana Anggaran Tahunan, atau dapat diajukan
sewaktu-waktu dalam keadaan mendesak, sesuai prosedur yang
telah ditetapkan. Setiap unit pelayanan wajib menyerahkan
laporan inventaris linen dan melampirkannya dalam
perencanaan kebutuhan linen yang diajukan untuk tahun
berikutnya.
2) Pengadaan linen baru / pengganti :
Pengadaan
linen
dilakukan
berdasarkan
pengajuan
perencanaan dari tiap-tiap unit yang telah mendapat
persetujuan.
b. Pengelolaan Linen Kotor
1) Pengelolaan linen kotor di rumah sakit dimulai dari unit
perawatan, yaitu sejak proses pengumpulan linen kotor,
pemisahan linen kotor berdasarkan infeksius tidaknya, proses
dekontaminasi / spooling, dilanjutkan proses pencucian di
bagian pencucian, sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
2) Petugas yang bertanggungjawab dalam proses ini adalah
petugas laundry.
3) Penggunaan APD yang sesuai harus dipenuhi dalam hal
mengelola linen kotor. Wadah untuk membawa linen kotor non
infeksius, linen kotor infeksius, maupun linen bersih harus
terpisah dan merupakan wadah yang tertutup.
c. Distribusi Dan Penyimpanan Linen Bersih
Distribusi linen kotor / linen bersih dari ruang perawatan ke
pencucian atau sebaliknya dilakukan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan, dengan menggunakan buku register / ekspedisi.
d. Penyediaan Linen Siap Pakai
1) Linen siap pakai disimpan di tiap unit pelayanan, dengan tetap
memperhatikan standar penyimpanan, yaitu :
2) Lemari penyimpan selalu bersih, kering, tidak lembab, dan
tertutup rapat
3) Lemari penyimpanan jauh dari pelayanan pasien / terhindar dri
kontaminasi
4) Inventarisasi linen menjadi tanggung jawab unit pelayanan
yang menyimpan, dan harus selalu dilakukan cross check antara
jumlah linen yang terpakai dengan linen kotor dan stok linen
bersih.
e. Penggunaan Linen Bersih
1) Linen bersih digunakan dengan prinsip FIFO (First In First
Out), yaitu linen yang lebih dahulu disimpan, dipakai terlebih
dahulu.
2) Sebelum memegang linen bersih, petugas harus mencuci
tangan terlebih dahulu.
4.
2.
a. Nyamuk:
melakukan
membersihkan
PSN,
tanaman,
menutup
saluran
memasang
kawat
air
limbah,
kasa,
dan
hygiene
dan
sanitasi
dapat
dilaksanakan
dengan
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
Keterkaitan sanitasi rumah sakit dengan keselamatan pasien secara langsung
adalah pembuangan limbah, pencegahan penularan bakteri, dan prosedur
pencegahan infeksi nosokomial. Ketiga indikadtor tersebut merupakan bagian
dari 25 indikator keselamatan pasien, kelompok fasilitas dan prosedur.
A. Pembuangan Limbah yang Aman
Pembuangan limbah terkontaminasi yang benar meliputi menuangkan limbah
cair ke sistem pembuangan kotoran tertutup dan incenerasi (pembakaran)
limbah padat. Cara penanganan limbah terkontaminasi :
1. Gunakan kantong-kantong plastik yang berwarna untuk membedakan
limbah infeksius dan non infeksius, pakailah wadah plastik atau
disepuh logam dengan tutup yang rapat.
2. Gunakan wadah tahan tusukan untuk pembuangan semua benda-benda
tajam.
3. Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan
mudah dicapai oleh pemakai.
4. Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak
dipakai untuk keperluan lain di rumah sakit.
5. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih desinfektan dan bilas
teratur dengan air.
6. Gunakan wadah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan yang
tidak akan dibakar sebelum dibuang.
7. Gunakan APD (missal sarung tangan utilitas dan sepatu tertutup) ketika
menangani limbah.
Isolasi,
yang
lebih
diarahkan
pada
pemutusan
rantai
bahwa
petugas
sanitasi
telah
diimunisasi
atau
divaksinasi.
4. Menyediakan APD yang memadai bagi petugas sanitasi dalam upaya
mencegah kontak dengan agen terinfeksi.
C. Pencegahan infeksi nosokomial
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara daya tahan
tubuh host/pejamu, patogenitas agen infeksi, serta cara penularan. Identifikasi
faktor resiko (HAIs) pada host/pejamu dan pencegahan terhadap infeksi dapat
mengurangi infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas
kesehatan. Demi kesemalatan pasien, maka hams dihindari transfer mikroba
pathogen antar pasien dan petugas sanitasi.
1. Kebersihan Tangan dan APD
a.
Kebersihan tangan
Praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang
ditularkan
melalui
tangan,
hal-hal
yang
perlu
diingat
saat
membersihkan tangan :
Tangan hams dicuci dengan sabun dan air mengalir, bila jelas
terlihat kotor/terkontaminasi oleh bahan yang mengandung protein
(darah, urine, feces).
b.
2.
Pengelolaan Limbah
Limbah benda tajam ditempatkan dalam safety box yang tahan tusuk
dan tahan air
d. Mengemas limbah
e. Menyimpan limbah
Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat dan
beri label
f. Mengangkut limbah
g. Mengolah limbah
3.
2.
3.
4.
7.
2.
3.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Salah satu syarat keselamatan kerja adalah memperoleh keserasian antara
lingkungan dengan tenaga kerja, alat kerja, cara dan proses kerja. Keselamatan
lingkungan di rumah sakit berdampak terhadap pencemaran lingkungan.
Program K3 terkait kesehatan lingkungan di rumah sakit yang harus diterapkan :
I. Pengelolaan penyehatan lingkungan rumah sakit
Program penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi : penyehatan ruangan,
bangunan dan fasilitas sanitasi termasuk pencahayaan, penghawaan dan
kebisingan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan
limbah,
penyehatan
tempat
pencucian
umum
termasuk
laundry,
K3RS,
area
yang
sudah
melaksanakan
dan
melalui
tangan,
hal-hal
yang
perlu
diingat
saat
membersihkan tangan :
Tangan hams dicuci dengan sabun dan air mengalir, bila jelas
terlihat kotor/terkontaminasi oleh bahan yang mengandung
protein (darah, urine, feces).
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan spesifikasi teknis tentang tolok
ukur pelayanan minimum rumah sakit yang berhak diperoleh setiap warga, ditinjau
dari akses, efektivitas, efisiensi, keselamatan dan keamanan, kenyamanan,
kesinambungan pelayanan, kompetensi teknis dan hubungan antar manusia
berdasarkan standar WHO.
A. Penyehatan Bangunan dan Ruangan
1. Baku Mutu Udara Ruang
Judul
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Frekuensi
pengumpulan
Periode analisis
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung jawab
Judul
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Baku
mutu adalah standar minimal parameter
mikrobiologi pada lantai dan dinding yang
dianggap aman bagi kesehatan, yang merupakan
ambang batas yang ditolerir (sekaligus
untuk
menilai tingkat
kebersihan)
Ruang operasi = 0 5 CFU/cm 2 dan bebas
patogen
Ruang isolasi = 0 5 CFU/cm2
Ruang perawatan = 5 10 CFU/cm2
2
6Ruang
bulanUGD = 5 10 CFU/cm
Frekuensi
pengumpulan
Data
Periode analisis
6 bulan
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung jawab
Hasil pemeriksaan
100%
Instalasi Sanitasi
Judul
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
= 0/gr sampel
= 0/100 ml
Definisi operasional
Frekuensi
pengumpulan
3 bulan
Data
Periode analisis
3 bulan
Numerator
Hasil laboratorium pemeriksaan contoh air bersih
RS yang sesuai dengan baku mutu
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung j awab
Hasil pemeriksaan
100%
Instalasi Sanitasi
Sumber data
Standar
Penanggung jawab
Hasil pemeriksaan
100%
Instalasi Sanitasi
D. Pengelolaan Limbah
1. Baku Mutu Limbah Cair
Judul
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi operasional
Definisi operasional
Frekuensi pengumpulan
Data
Periode analisis
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung jawab
1 bulan
3 bulan
Jumlah sampah infeksius yang dimusnahkan
Logbook hasil pengangkutan
Hasil pemusnahan
100%
Instalasi Sanitasi
BAB IX
PENUTUP
Pedoman kesehatan lingkungan disusun untuk melindungi masyarakat dari
bahaya pencemaran lingkungan akibat aktifitas medis di rumah sakit, karena pada
prinsipnya kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan upaya penyehatan
dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin beresiko menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan bagi masyarakat. Adapun persyaratan
kesehatan
lingkungan
rumah
sakit
berdasarkan
Kepmenkes
No.
2015
Direktur