Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


(bagian penyakit)
ACARA II
PENENTUAN INSIDENSI DAN INTENSITAS PENYAKIT DI LABORATORIUM

Disusun oleh :
Nama

: Alvina Clara Giovanni

NIM

: 13210

Gol/Kel

: C1.1/4

Asisten

: Rizal Dwi Prasetyo


Qonita M.

SUB - LABORATORIUM KLINIK TUMBUHAN


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

ACARA II
PENENTUAN INSIDENSI DAN INTENSITAS PENYAKIT DI LABORATORIUM

I.

TUJUAN

1. Memahami dan mempelajari insdensi dan intensitas penyakit tanaman.


2. Dapat melakukan skoring penyakit dan menentukan insidensi dan intensitas penyakit
tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kehidupan manusia sangat bergantung pada tumbuhan, begitu pula pada makhluk lain
yang tidak berhijau daun. Sedangkan tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada
berbagai gangguan, salah satunya adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat
berpengaruh terhadap hasil produksi. Adanya penyakit tumbuhan sudah diketahui lama sebelum
masehi, bahkan dilaporkan bahwa penyakit telah ada sebelum manusia membudidayakan
tanaman (Sinaga, 2003).
Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tumbuhan serta keberadaan sangan
dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil, peramalan tingkat penyakit, dan sistem
pengendalian yang harus dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang disebabkan oleh
serangan penyakit. Berat atau ringannya penyakit dapat diklasifikasikan dalam tiga kriterium
utama, yaitu insidensi penyakit (diseases insident), intensitas penyakit (diseases severity), dan
kehilangan hasil (crop loss) (Sastrahidayat, 2011).
Penilaian Penyakit yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan sistem skoring.
Penilaian penyakit ini penting dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan suatu penyakit,
peramalan dan pengambilan keputusan untuk pengendalian yang akan dilakukan, evaluasi cara
pengendalian, dan meprwdiksi tingkat kehilangan hasil. Pengukuran penyakit seringkali masih
bersifat subjektif sehingga dalam mengkuantitatifkan penyakit perlu dibuat standard diagram
yang spesifik untuk masing-masing jenis tanaman, patogen, penyakit, lokasi, dan bagian tanaman
yang terserang, misalnya daun muda, daun tua, atau keseluruhan daun (Semangun, 1993).

Diseases severity (DS) atau intensitas penyakit adalah proporsi area tanaman yang rusak
atau dikenai gejala penyakit karena serangan patogen dalam satu tanaman. Intensitas penyakit
merupakan ukuran berat-ringannya tingkat kerusakan tanaman oleh suatu penyakit, baik pada
populasi atau individu tanaman. Untuk menggambarkan keparahan penyakit biasanya dibuat
dengan cara membagi kisaran antara bagian yang bebas penyakit sampai terkena seluruhnya
menjadi sejumlah kategori serangan atau kelas-kelas serangan (Sastrahidayat, 2011).
Besarnya atau intensitas penyakit tanaman menurut James dapat dinyatakan dalam istilah
keterjadian penyakit dan keparahan penyakit. Intensitas penyakit dinyatakan dengan keterjadian
penyakit apabila penyakitnya bersifat sistemik atau adanya serangan patogen cepat atau lambat
akan menyebabkan kematian atau tidak berproduksi misalnya penyakit yang disebabkan oleh
virus. Penyakit-penyakit yang gejala dan akibatnya bervariasi, maka intensitas penyakit
dinyatakan dengan keparahan penyakit.
Pengukuran keparahan penyakit biasanya dilakukan pada penyakit bercak dan karat pada
daun (Prasetyo, 2005). Tanaman yang terkena penyakit dapat diduga dengan cara mengamati
tingkat penyakit yang menyerang tanaman tersebut. Pengamatan yang dilakukan berupa
mengamati bagian tanaman yang sakit seperti daun, batang, buah, dan akar. Selama perhitungan
tanaman sakit perlu diperhatikan tingkat keparahan penyakit yang berbeda pada tanaman yang
berbeda.

III. METODOLOGI
Praktikum Teknik Pengamatan Hama dan Penyakit Tumbuhan bagian penyakit yang
berjudul Penentuan Insidensi dan Intensitas Penyakit di Laboratorium diaksanakan pada hari
Senin, 3 Oktober 2016 di Sub-Laboratorium Klinik Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah alat tulis berupa pensil, pena dan penghapus. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
gambaran simulasi dari penyakit tanaman.
Yang pertama dilakukan adalah, tanaman bergejala yang telah disediakan diperhatikan.
Dilakukan pengamatan secara visual. Kemudian ditentukan skoring kerusakan tanaman pada
tanaman tersebut sesuai dengan penyakitnya (bercak, layu, busuk dsb). Ditentukan berapakah
insidensi dan intensitas penyakitnya pada masing-masing tanaman. Masing-masing kelompok
mengamati sebanyak 6 pot tanaman tomat dan 6 pot tanaman cabai dan data yang sudah ada
dikumpulkan menjadi satu. Untuk menentukan intensitas penyakit, digunakan rumus sebagai
berikut :
(m v )
IP=
100
N Z

Keterangan :
m

= jumlah tanaman dengan skor v

= skor penyakit

= jumlah tanaman sakit

= skor penyakit tertinggi

Dengan parameter keparahan penyakit :


1

= tanaman sehat

= > 0 20%

= > 20 40%

= > 40 60%

= > 60 80%

= > 80%

Sedangkan untuk menentukan insidensi penyakitnya digunakan rumus :

Insidensi penyakit=

jumlah tanaman sakit


100
jumlah total tanaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Hasil Insidensi dan Intensitas Penyakit
No

Tanaman

1.

Cabai

2.

Tomat

Penyakit
Layu
Keriting
Bercak
Layu
Bercak

Insidensi

Intensitas

Penyakit (%)
16,67
100
100
16,67
33,33

Penyakit (%)
66,67
6,67

B. Pembahasan
Insidensi Penyakit (Disease Incident) merupakan jumlah tumbuhan atau bagian tumbuhan
yang sakit (jumlah tanaman, daun, batang, dan buah yang sakit) membandingkannya dengan
jumlah total tumbuhan atau bagian tumbuhan. Insidensi penyakit ditandai dengan menghitung
populasi tanaman yang sakit pada suatu lahan yang diamati. Kejadian penyakit dapat dilihat dari
kerusakan parsial berdasarkan individu tanaman ataupun kerusakan parsial dari bagian tanaman
dan kerusakan total dari tanaman tersebut. Insidensi penyakit dapat dibagi menjadi kerusakan
parsial ataupun kerusakan individu. Kerusakan parsial secara individu adalah kerusakan yang
tidak memandang pada salah satu bagian dari tanaman, seperti jika pada tanaman tersebut ada
gejala akibat suatu penyakit, maka tanaman tersebut langsung dianggap terinfeksi, tanpa melihat
dari besar atau kecilnya gejala atau kerusakan yang terdapat pada tanaman tersebut.
Sedangkan kerusakan parsial berdasarkan bagian tanaman adalah kerusakan yang lebih
spesifik daripada kerusakan pada bagian tanaman. Karena tanaman yang sakit dilihat berapa
besarnya gejala yang terlihat pada tanaman tersebut, seperti kerusakan atau tanda akibat bercak
pada daun, karat pada batang, dan lainnya. Sedangkan kerusakan total adalah kerusakan dari
seluruh tanamannya, seperti layu ataupun mati.
Insiden penyakit merupakan variable diskrit. Keparahan penyakit (sereviatas penyakit)
adalah bagian dari jaringan tanaman yang menunjukkan efek penyakit. Dengan sampel tanaman,

nilai rata-rata individual tanaman berlaku untuk menentukan keparahan penyakit secara
keseluruhan. Keparahan penyakit juga dapat diartikan sebagai bagian dari tanaman yang
terserang penyakit atau daerah penyakit dari tanaman sampel. Namun, pada kenyataannya,
serevitas penyakit ditentukan dengan nilai kelas atau kategori keparahan penyakit untuk setiap
tanaman yang diuji (Cooke, 2006).
Dengan demikian, keparahan penyakit merupakan sebaran diskrit, meskipun mungkin
dengan beberapa nilai yang berbeda. Umumnya, pengertian dari serevitas penyakit adalah ratarata dari semua serevitas penyakit tanaman atau bagian tanaman, baik yang terserang penyakit
maupun tidak. Dengan kata lain, nilai severitas penyakit nol digunakan untuk pengamatan
tanpa ada gejala-gejala penyakit, dan perhitungan berarti ukuran severitas penyakit untuk sampel
tanaman. Ukuran severitas penyakit tanaman tergantung pada tanaman yang terinfeksi.
Perbedaan severitas penyakit tanaman ditentukan dari semua tanaman yang diuji dibandingkan
dengan tanaman yang terserang penyakit (Cooke, 2006).
Pada percobaan kali ini, disediakan 6 pot tanaman cabai dan 6 pot tanaman tomat.
Diamati berapakah insidensi dan intensitas penyakitnya. Untuk insidensi penyakit, pada tanaman
cabai terdapat 3 penyakit yang diamati yaitu layu, bercak daun dan keriting. Sedangkan pada
tanaman tomat ada 2 penyakit yaitu layu dan bercak daun. Pada tanaman cabai untuk penyakit
layu diperoleh insidensi penyakitnya sebesar 16,67%, bercak daun sebesar 100% dan keriting
sebesar 100%. Sedangkan untuk tanaman tomat, insidensi penyakit layu sebesar 16,67% dan
bercak sebesar 33,33%. Insidensi didapatkan dari menghitung persen dari jumlah tanaman yang
terserang penyakit dibagi dengan total tanaman yang diamati.
Keparahan Penyakit (Disease Severity) didefinisikan sebagai persentase luas bagian
tanaman yang sakit dibandingkan dengan keseluruhan bagian yang luas bagian tanamannya yang
diamati. Keparahan penyakit dapat diamati dengan cara membagi kisaran dari yang tidak ada
gejala penyakit sampai menuju gejala penyakit yang parah, pengelompokan dibuat kedalam
kelas-kelas atau kategori-kategori. Jaringan diamati dengan cara mencocokan termasuk kategori
atau kelas yang mana bagian tanaman tersebut. Proses pencocokan tersebut harus dilakukan
secara hati-hati. Jika jumlah kelas terlalu sedikit, maka kunci tersebut tidak memiliki
kemampuan diskriminatif; sebaliknya kalau jumlah kelas terlalu besar maka diperlukan banyak
waktu untuk menentukan suatu jaringan masuk kelas yang mana. Oleh karena itu biasanya

jumlah kelas tidak lebih dari 10. Semisal adalah bercak daun, penyakit karat, serta penyakit yang
lain.
Pengukuran

penyakit

seringkali

masih

bersifat

subjektif

sehingga

dalam

mengkuantitatifkan penyakit perlu dibuat standard diagram yang spesifik untuk masing-masing
jenis tanaman, patogen, penyakit, lokasi, dan bagian tanaman yang terserang, misalnya daun
muda, daun tua, atau keseluruhan daun (Sinaga, 2006). Diseases severity (DS) atau intensitas
penyakit adalah proporsi area tanaman yang rusak atau dikenai gejala penyakit karena serangan
patogen dalam satu tanaman. Intensitas penyakit merupakan ukuran berat-ringannya tingkat
kerusakan tanaman oleh suatu penyakit, baik pada populasi atau individu tanaman (Adnan,
2009).
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui seberapa parah intensitas penyakit yang ada
pada suatu area tanam dan menentukan tingkat serangan pertanaman dalam populasi. Oleh
karena itu terdapat beberapa metode untuk menghitung tingkat intensitas atau keparahan
penyakit. Dua diantaranya adalah metode kelas serangan (skoring) dan metode proporsi
langsung. Kedua metode ini cocok digunakan untuk penyakit-penyakit yang menunjukkan gejala
parsial (tidak sistemik), contohnya bercak daun.
Metode kelas serangan atau skoring menggunakan pembagian kelas atau skor dalam
menilai skala kerusakan tanaman. Terdapat lima kelas ditambah satu kelas 0. Pada tanaman cabai
dan tomat yang kami amati, penilaian tergantung dari seberapa parah gejaka yang sudah
ditimbulkan lalu diberi skor sesuai dengan selang nilai kelas serangannya. Metode proporsi
langsung tidak menggunakan pembagian kelas serangan atau skor.
Pada percobaan yang dilakukan, disediakan tanaman yang sama dengan pengukuran
insidensi penyakit. Penentuan intensitas penyakit tidak dapat dilakukan pada penyakit yang
bersifat sistemik karena penyakit yang bersifat sistemik tidak dapat diskoring dengan keparahan
gejala. Karena bisa saja tanaman tersebut sudah terserang suatu penyakit namun gejala yang
ditimbulkan belum parah (belum terlihat). Sedangkan penentuan intensitas penyakit ini nantinya
akan digunakan untu pengendalian sehingga untuk penyakit yang bersifat lokal akan dapat
dengan mudah dikendalikan dengan mengetahui intensitas penyakitnya. Berbeda dengan
penyakit sistemik yang sulit untuk dikendalikan karena dengan menentukan keparahannya saja
tidak mudah untuk diamati karena tanaman akan menunjukkan gejala penyakit sistemik jika

sudah rusak parah. Makadari itu, kita akan kesulitan untuk memperkirakan apakah tanaman
tersebut sudah terserang penyakit atau belum dan berapakah keparahannya.
Makadari itu, dalam percobaan ini penyakit layu dan keriting merupakan penyakit
sistemik yang tidak bisa diukur intensitasnya. Sehingga hanya penyakit bercak saja yang dapat
diukur berapakah intensitas penyakitnya. Dan didapatkan hasil intensitas penyakit bercak daun
pada cabai sebesar 66,67% dan bercak daun pada tomat sebesar 6,67%. Jadi, tidak semua
penyakit dapat diukur intensitasnya. Berbeda dengan insidensi penyakit yang hanya mengetahui
apakah tanaman tersebut sakita atau tidak dan berapa persenkah tanaman yang sakit dari total
keseluruhan tanaman yang diamati.

V. KESIMPULAN
Insidensi Penyakit (Disease Incident) merupakan jumlah tumbuhan atau bagian tumbuhan
yang sakit (jumlah tanaman, daun, batang, dan buah yang sakit) membandingkannya dengan
jumlah total tumbuhan atau bagian tumbuhan. Sedangkan Intensitas Penyakit (Disease Severity)
didefinisikan sebagai persentase luas bagian tanaman yang sakit dibandingkan dengan
keseluruhan bagian yang luas bagian tanamannya yang diamati.
Hasil dari insidensi penyakit layu pada cabai adalah 16,67%, penyakit keriting sebesar
100% dan penyakit bercak sebesar 100% pula. Untuk intensitas penyakit bercak pada daun cabai
sebesar 66,67%. Kemudian hasil dari insidensi penyakit layu pada tomat sebesar 16,67% dan
penyakit bercak daun sebesar 33,33%. Untuk intensitas penyakit bercak daun adalah sebesar
6,67%.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A. M. 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan Dasar. Departemen Proteksi Tanaman IPB,
Bogor.
Prasetyo, J. et al. 2005. Penuntun Praktikum Epidemologi dan Pengendalian Penyakit
Tumbuhan. Jurusan Proteksi Tanaman FP, Unila. Bandar Lampung.
Sastrahidayat, R. I. 2011. Epidemiologi Teoritis Penyakit Tumbuhan. UB Press. Universitas
Brawijaya, Malang.
Semangun, H. 1993. Penyakit Penyakit Tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Sinaga, M. S. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Sinaga, M. S. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai