Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tugas 6
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Oleh
RISKA WAHYUNI
15175036
DOSEN :
Prof. Dr. Festiyed, M.S
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahNya, saya dapat menyusun tugas ini dengan judul Pengembangan dan pemafaatan bahan ajar
cetak (non ict)
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat masalah, namun hal
tersebut dapat diatasi dengan bimbingan dan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar
Fisika, pengarang buku serta pembuat blog (internet) yang sangat membantu sebagai
pencarian bahan dalam pembuatan tugas ini, dan teman-teman yang secara langsung atau
tidak langsung terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini telah diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin, namun
saya sebagai penyusun menyadari bahwa tidak ada karya yang sempurna. Untuk itu semua
kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan, sebagai bahan penyempurnaan dimasa
yang akan dating. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua serta mendapat Ridho
disisi Allah dan dapat menjadi salah satu referensi dalam ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. i
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A.
LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
B.
TUJUAN PENULISAN...................................................................................... 1
C.
MANFAAT PENULISAN.................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3
A.
B.
C.
D.
E.
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN..................................................................7
F.
1.
Model 4D..................................................................................................... 7
2.
Model ADDIE............................................................................................. 13
3.
Model IDI.................................................................................................. 20
4.
5.
BAB II................................................................................................................... 29
PEMBAHASAN....................................................................................................... 29
A.
B.
Matriks Perbedaan Prosedur Penyusunan Bahan Ajar Cetak Lembar Kerja Siswa..............30
C.
BAB III.................................................................................................................. 37
PENUTUP.............................................................................................................. 37
A.
KESIMPULAN............................................................................................... 37
B.
SARAN........................................................................................................ 37
1
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 38
Lampiran 1 . Lembar Kerja Siswa.................................................................................. 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan
Dasar Dan Pendidikan Menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Demi tercapainya amanat peraturan kementrian
pendidikan nasional itu, kurikulum 2013 telah memberikan ruang melalui kegiatan
saintifik dalam kegiatan pembelajaran. untuk itu, setiap satuan pendidikan harus berupaya
untuk melakasanakan pendidikan yang mampu memebrikan stimulus kepada peserta didik
untuk berperan aktif, dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulus peserta didik belajar aktif,
kreatif dan mandiri adalah melalui penyediaan bahan ajar. Bahan ajar merupakan alat yang
dapat membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran agar lebih bermakna. Melalui
bahan ajar, guru dapat memfasilitasi peserta didik untuk melihat secara nyata apa yang
sedang dipelajari. Baik itu berupa gambar, maupun berupa video. Dengan menggunakan
bahan ajar interaksi anatara guru, dan peserta didik akan lebih terarah, begitu juga
interaksi antar peserta didik, karena mereka telah mempunyai informasi yang cukup dalam
berdiskusi tentang pembelajaran yang sedang dipelajari.
Secara umum, bentuk bahana ajar ada dua yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar non
cetak. Bahan ajar juga banyak bentuknya, seperti lembar kerja, handout, modul, buku teks,
gambar, dan sebagainya. Bahan ajar cetak yang bisa digunakan membantu proses belajar
mengajar dan bisa mengaktifkan peserta didik adalah LKS.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui model-model pengembangan bahan ajar
2. Mengetahui pengembangan bahan ajar non cetak
3. Mengetahui cara pengembangan LKS
C. MANFAAT PENULISAN
1 Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam pengembangan bahan ajar. Ketiga prinsip itu
adalah relevansi, konsitensi, dan kecukupan. Relevansi artinya keterkaitan atau berhubungan
erat. Konsistensi maksudnya keajegan tetap. Kecukupan maksudnya secara kuantitatif
materi tersebut memadai untuk dipelajari.
1. Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah materi
pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh menghafalkan fakta, materi
yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi dasar meminta 18 kemampuan
melakukan sesuatu, materi pelajarannya adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu.
2. Prinsip konsistensi adalah ketatabahasan dalam pengembangan bahan ajar. Misalnya
kompetensi dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam konsep,
materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya kemampuan yang diharapkan
dikuasai oleh siswa adalah menyusun paragraf deduktif, materinya sekurang-kurangnya
pengertian paragraf deduktif, cara menyusun paragraf deduktif, dan cara merevisi
paragraf deduktif. Artinya, apa yang diminta itulah yang diberikan.
3. Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai untuk
mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika
materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar
dengan memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak pula
menyita waktu untuk mempelajarinya.
D. Prosedur pengembangan bahan ajar
Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam pengembangan bahan ajar. Prosedur
itu meliputi:
1. memahami standar isi dan standar kompetensi lulusan, silabus, program semeter, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran;
2. mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan pemahaman terhadap poin
pertama;
3. melakuan pemetaan materi;
4. menetapkan bentuk penyajian;
5. menyusun struktur (kerangka) penyajian;
6. membaca buku sumber;
7. mendraf (memburam) bahan ajar;
8. merevisi (menyunting) bahan ajar;
9. mengujicobakan bahan ajar;m
10. merevisi dan menulis akhir (finalisasi).
Allah SWT berfirman dalam Quran Surat An-Nahl ayat yang berbunyi 125,
Artinya: 125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam pengembangan bahan ajar, terdapat beberapa model pengembangan yang
mendasarinya. Salah satu model pengembangan adalah model ADDIE. ADDIE merupakan
singkatan dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery
and Evaluations.
.
E. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN
1.
Model 4D
Model pengembangan perangkat 4D Model disarankan oleh Sivasailam Thiagarajan,
Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap
pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan
menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
a.
Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syaratsyarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis kebutuhan.
Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam
pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat
pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian
dan pengembangan (model R & D) yang cocok digunakan untuk mengembangkan produk.
Analisis bias dilakukan melalui studi literature atau penelitian pendahuluan. Thiagrajan
(1974) menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:
a. Front and analysis
Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran.
b. Learner analysis
Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi
belajar, latar belakang pengalaman, dsb.
c. Task analysis
Guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar peserta
didik dapat mencapai kompetensi minimal.
d. Concept analysis
Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan
dilakukan secara rasional
e. Specifying instructional objectives
Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar
dengan kata kerja operasional.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar (modul, buku, LKS), menurut Endang
Mulyatingingsih (2012), tahap pendefinisian dilakukan dengan cara:
1) Analisis kurikulum
Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat itu. Dalam
kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai. Analisis kurikulum berguna untuk
menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini
dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum
dapat disediakan bahan ajarnya
2) Analisis karakteristik peserta didik
Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus mengenali karakteristik
peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. Hal ini penting karena semua proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik antara lain: kemampuan
akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, latar
belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Dalam kaitannya
dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk
menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan akademiknya, misalnya: apabila
tingkat pendidikan peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar harus
menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Apabila minat baca
peserta didik masih rendah maka bahan ajar perlu ditambah dengan ilustasi gambar yang
menarik supaya peserta didik termotivasi untuk membacanya.
3) Analisis materi
Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu
diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya kembali
secara sistematis
4) Merumuskan tujuan
Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak
diajarkkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk membatasi peneliti
supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis bahan ajar.
b.
Design (perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran .
Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterion
referenced test, media selection, format selection, initial design. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap tersebut antara lain:
1.
pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, dan sebagai alat evaluasi
setelah implementasi kegiatan. Menurut Thiagarajan, dkk (1974), penyusunan tes
kriteria
merupakan
langkah
yang
tahap
menghubungkan
perancangan (design).
antara
Tes
tahap
kriteria
media
dilakukan
yang
untuk
untuk
mengoptimalkan
penggunaan
bahan
ajar
dalam
bentuk
proses
penyajian
materi
dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat
simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat.
Rancangan seluruh perangkat pembelajaran harus dikerjakan sebelum ujicoba
dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang terstruktur
seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan pembelajaran yang
berbeda melalui praktek mengajar.
Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau
rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk
membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan
materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan
kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi,
media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran
tersebut dalam lingkup kecil.
Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka
rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan
produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang
keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan
rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.
10
c.
Develop (Pengembangan)
Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert
11
melalui PTK dapat dilakukan dengan cara mengukur kompetensi sebelum dan
sesudah pembelajaran. Apabila kompetensi sesudah pembelajaran lebih baik dari
sebelumnya, maka model pembelajaran yang dikembangkan juga dinyatakan
efektif.
d.
Disseminate (Penyebarluasan)
Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation
testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap validation testing, produk yang
sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran
yang sesungguhnya. Pada saat implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan.
Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan.
Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang
kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap
pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption.
Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan
model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model
pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap
(diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan
cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru
dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan
balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna
bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan
pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah
analisis pengguna, menentukan strategi dan tema, pemilihan waktu, dan pemilihan
media
a) Analisis Pengguna
Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan diseminasi untuk
mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah dikembangkan. Menurut
Thiagarajan, dkk (1974), pengguna produk bisa dalam bentuk individu/perorangan
atau kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas/program studi
kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru, sekolah, guru-guru, orangtua
12
13
Artinya: 125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Langkah-langkah desain model ADDIE
a.
Analysis (analisa)
Analisis merupakan tahap pertama yang harus dilakukan oleh seorang
pengembang pembelajaran. Shelton dan Saltsman menyatakan ada tiga segmen yang
harus dianalisis yaitu siswa, pembelajaran, serta media untuk menyampaikan bahan
ajarnya.
Langkah-langkah
dalam
tahapan
analisis
ini
setidaknya
adalah:
masalah
kinerja
yang
dihadapi
memerlukan
solusi
berupa
14
Design (desain/perancangan)
Tujuan dalam tahap desain ini adalah Memverifikasi kinerja yang akan dicapai
15
3) Langkah
yang
harus
mampu
menjawab
pertanyaan,
apakah
program
Development (pengembangan)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi
kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah penting
dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji
coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi.
Pengembangan merupakan langkah ketiga dalam mengimplementasikan model
desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah pengembangan meliputi kegiatan
membuat, membeli, dan memodifikasi bahan ajar. Dengan kata lain mencakup kegiatan
memilih, menentukan metode, media serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk
digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program. Dalam melakukan
langkah pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai. Antara lain adalah :
1) Memproduksi, membeli, atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
16
2) Memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Pada saat melakukan langkah pengembangan, seorang perancang akan membuat
pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya, Pertanyaan-pertanyaannya
antara lain :
1) Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli untuk dapat digunakan dalam mencapai
tujuan pembelajaran?
2) Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan siswa
yang unik dan spesifik?
3) Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli dan dimodifikasi sehingga dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?
4) Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam menyelenggarakan program
pembelajaran?
d.
Implementation (implementasi/eksekusi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang
sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau
diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari
model desain sistem pembelajaran ADDIE. Tujuan utama dari langkah ini antara lain :
1) Membimbing siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi.
2) Menjamin terjadinya pemecahan masalah / solusi untuk mengatasi kesenjangan
hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.
3) Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memilki
kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap - yang diperlukan. Pertanyaanpertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang perancang program
pembelajaran pada saat melakukan langkah implementasi yaitu sebagai berikut :
Metode pembelajaran seperti apa yang paling efektif utnuk digunakan dalam
penyampaian bahan atau materi pembelajaran?
Upaya atau strategi seperti apa yang dapat dilakukan untuk menarik dan
memelihara minat siswa agar tetap mampu memusatkan perhatian terhadap
penyampaian materi atau substansi pembelajaran yang disampaikan?
17
Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi
bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat
tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai
terhadap program pembelajaran. Evaluasi terhadap program pembelajaran bertujuan
untuk mengetahui beberapa hal, yaitu :
1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
2) Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang merupakan dampak dari
keikutsertaan dalam program pembelajaran.
3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan kompetensi
siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Beberapa pertanyaan penting yang
harus dikemukakan perancang program pembelajaran dalam melakukan langkahlangkah evaluasi, antara lain :
a) Apakah siswa menyukai program pembelajaran yang mereka ikuti selama ini?
b) Seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh siswa dalam mengikuti program
pembelajaran?
c) Seberapa jauh siswa dapat belajar tentang materi atau substansi pembelajaran?
d) Seberapa besar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap yang telah dipelajari?
e) Seberapa besar kontribusi program pembelajaran yang dilaksanakan terhadap
prestasi belajar siswa?
Implementasi model desain sistem pembelajaran ADDIE yang dilakukan secara
sistematik dan sistemik diharapkan dapat membantu seorang perancang program, guru,
dan instruktur dalam menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan
menarik.
Konsep Penting Dalam Desain Instruksional Model ADDIE
a. Tahap Analisis
Kosep menarik dari tahap ini adalah bagaimana seorang perancang
instruksional melakukan analisis kinerja untuk mengetahui dan mengklarifikasi
apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan
program pembelajaran atau perbaikan manajemen, apakah masalah tersebut adalah
benar-benar masalah dan membutuhkan upaya untuk penyelesaian. Disamping itu
kemampuan menganalisis kebutuhan, juga merupakan langkah yang sangat penting
18
19
dan keuntungan apa yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan
kompetensi pemelajar setelah mengikuti program pembelajaran.
Kelebihan dan Kekurang Model Desain ADDIE
Kelebihan desain ADDIE
b) Sifatnya lebih sederhana
c) Terstruktur dengan sistematis
d) Mudah dipelajari pendidik
3. Model IDI
Model IDI, dikembangkan oleh University Consortium for Instructional Development
and Technology (UCIDT), pengembangan model IDI menerapkan prinsip-prinsip pendekatan
sistem, yaitu penentuan (define), pengembangan (develop), dan evaluasi (evaluate). Ketiga
tahapan ini dihubungkan dengan umpan balik (feedback) untuk mengadakan revisi.
a. Tahap Penentuan (Define)
Identifikasi masalah dimulai dengan analisis kebutuhan atau disebut need
assesment. Need assesment ini berusaha mencari perbedaan antara apa yang ada dan
apa yang idealnya. Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu ditentukan
prioritas mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu: karakteristik siswa, kondisi dan sumber yang relevan.
b. Tahap Pengembangan (Develop)
Identifikasi tujuan yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tujuan instruksional
yang hendak dicapai, baik tujuan intruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI
menyebutkan dengan Terminal Objectives. TIK Merupakan penjabaran lebih rinci dari
TIU.
Dalam menentukan metode pembelajaran, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan antara lain:
1) Metode apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
2) Bagaimana urutan bahan yang akan disajikan;
20
3) Bentuk instruksional apa yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan
kondisinya (ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas individu/kelompok, dan
lain-lain).
c. Tahap Penilaian (Evaluate)
Setelah program instruksional disusun diadakan tes uji coba untuk menentukan
kelemahan dan keunggulan, serta efisiensi dan keefektifan dari program yang
dikembangkan.
Hasil uji coba yang dilakukan perlu dianalisis terutama yang berkenaan dengan:
1) Apakah tujuan dapat dicapai, bila tidak atau belum semuanya, dimanakah letak
kesalahannya?;
2) Apakah metode atau teknik yang dipakai sudah cocok denganpencapaian tujuantujuan tersebut, mengingat karakteristik siswa yang telah diidentivikasi?;
3) Apakah tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi?;
4) Apakah sudah dievaluasi hal-hal yang seharusnya perlu dievaluasi?
4. Model Desain Research
Setiap model penelitian memiliki karakteristik masing-masing, termasuk design
research. Walaupun memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan
model
penelitian lain, design research memiliki karakteristik sebagai berikut (Cobb et al.
2003; Kelly 2003; Design-Based Research Collective 2003; Reeves et al. 2005; van
den Akker 1999, dalam van den Akker et al., 2006: 5).
a. Interventionist : penelitian bertujuan untuk merancang suatu intervensi dalam dunia
nyata;
b. Iterative: penelitian menggabungkan pendekatan siklikal (daur) yang meliputi
perancangan, evaluasi dan revisi;
c. Process oriented: model kotak hitam pada pengukuran input-output diabaikan, tetapi
difokuskan pada pemehaman dan pengembangan model intervensi;
d. Utility oriented: keunggulan dari rancangan diukur untuk bisa digunakan secara
praktis oleh pengguna; serta
e. Theory oriented: rancangan dibangun didasarkan pada preposisi teoritis kemudian
dilakukan pengujian lapangan untuk memberikan konstribusi pada teori.
Berdasarkan karakteristik tersebut, berikut ini adalah salah satu definisi
educational design research yang berikan oleh Barab dan Squire (2004, van den Akker
et al., 2006: 5), yaitu: serangkaian pendekatan, dengan maksud untuk menghasilkan
21
teori-teori baru, artefak, dan model praktis yang menjelaskan dan berpotensi berdampak
pada pembelajaran dengan pengaturan yang alami (naturalistic).
Sementara menurut Plomp (2007: 13), design research adalah: Suatu kajian
sistematis
pendidikan (seperti program, strategi dan bahan pembelajaran, produk dan sistem)
sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam praktik pendidikan,
yang juga bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik dari
intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya. Proses
penelitian pada design research meliputi langkah-langkah seperti halnya proses
perancangan pendidikan (educational design), yaitu analisis, perancangan, evaluasi dan
revisi yang merupakan proses siklikal yang berakhir pada keseimbangan antara yang
ideal dengan prakteknya.
Ada beberapa model langkah-langkah pelaksanaan design research, diantaranya
yaitu :
a.
dikembangkan;
menentukan karakteristik kelas dan peran guru; serta
menetapkan tujuan teoritis yang akan dicapai melalui penelitian.
2) Design Experiment
Tahap merupakan tahap pelaksanaan desain eksperimen yang dilakukan
setelah semua persiapan dilakukan. Tahap ini bukan untuk menguji apakah
rancangan dan local instructional theory bekerja atau tidak, tetapi sekaligus menguji
dan mengembangkan local instructional theory yang telah dikembangkan serta
memahami bagaimana teori itu bekerja selama eksperimen berlangsung. Design
22
eksperimen dilakukan dalam bentuk kegiatan siklikal, misalnya dalam beberapa kali
pembelajaran. Pada tahap ini dikumpulkan data yang diperlukan meliputi proses
pembelajaran yang terjadi di kelas serta proses berpikir siswa baik dari perspektif
sosial yang mencakup norma sosial kelas, sosio-matematik dan praktik matematik di
kelas maupun persfektif psikologi mencakup pandangan (beliefs) tentang peran
sendiri di kelas serta tentang aktivitas matematika; pendangan dan nilai matematik
secara khusus; serta konsepsi dan aktivitas matematika.
3) Restrospective Analysis
Tujuan tahap ini adalah menganalisis data-data yang telah diperoleh untuk
mengatahui apakah mendukung atau sesuai tidak dengan konjektur yang telah
dirancang. Data yang dianalisis meliputi rekaman video proses pembelajaran dan
hasil interview terhadap siswa dan guru, lembar hasil pekerjaan siswa, catatan
lapangan serta rekaman video dan audio yang memuat proses penelitian dari awal.
Tahapan ini bergantung kepada tujuan teoritis yang hendak dicapai, sehingga analisis
yang dilakukan untuk mengetahui dukungan data terhadap local instructional theory.
Pada tahap ini dilakukan rekonstruksi dan revisi pada local instructional theory serta
menyajikan suatu isu kemungkinan yang dapat berimplikasi pada teori dan
penerapannya pada konteks dan situasi yang lebih luas. Selain berkonstribusi dalam
mengembangkan pembelajaran di level local instructional theory (instructional
sequence), design research juga berkontribusi dalam mengembangkan di level
aktivitas pembelajaran (microtheories) dan pengembangan di level domain-specific
instruction theory.
b.
1) Preliminary research
Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan dan konteks, kajian literatur,
mengembangkan kerangka konseptual dan teoritis untuk penelitian.
2) Prototyping stage
23
24
25
26
Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya
proses belajar-mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS
harus mengikuti asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu : memperhatikan adanya
perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik
oleh siswa yang lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses
untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk
jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai
media dan kegiatan siswa, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh
tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan
ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
b. Syarat konstruksi
Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada
hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik.
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik,
menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta didik menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka,
tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan, peserta didik
menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaaan pada peserta didik
untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS, menggunakan kalimat yang
sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-kata,
sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa yang diisyaratkan
LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber
motivasi, mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
c. Syarat teknis
Dari segi teknis LKS memiliki beberapa pembahasan yaitu:
1) Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi,
menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis
bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan
27
Design Research
Plo
28
Define
Analysis
Define
Preliminary
Design
Design
Develop
Design experiment
Prototyping s
Develop
Develop
Evaluate
Restrospec-tive analysis
Assessment p
Disseminate
Implementation
Evaluation
6
7
8
9
B Matriks Perbedaan Prosedur Penyusunan Bahan Ajar Cetak Lembar Kerja Siswa
No
Didaktik
Indikator
a. Perbedaan Individual
Sub Indikator
a. Mengembangkan
kemampuan komunikasi
sosial pada diri siswa
L
k
m
d
29
No
Konstruksi
Teknis
Indikator
Sub Indikator
b. Mengembangkan
kemampuan komunikasi
emosional pada diri siswa
L
k
c. Mengembangkan
kemampuan komunikasi
moral pada diri siswa
L
k
s
d. Mengembangkan
kemampuan komunikasi
estetika pada diri siswa
L
n
a. Penggunaan bahasa
L
E
b. Susunan kalimat
b. Susunan kalimat
mengikuti aturan SPOK
S
m
c. Kosa kata
c. Kata-kata yang
digunakan mudah
dipahami dan
menggunakan kata-kata
baku
K
L
d. Tingkat kesukaran
S
b
m
e. Kejelasan
Is
a. Tulisan
a. Menggunakan huruf
cetak
L
c
H
b. Menggunakan huruf tebal m
yang agak besar
c
30
No
Indikator
b. Gambar
b. Tampilan
Sub Indikator
M
b
d. Menggunakan bingkai
untuk membedakan
kalimat perintah dengan
jawaban peserta didik
T
a
ja
e. Perbandingan besarnya
huruf dengan besarnya
gambar serasi
B
b
G
y
Uraian
Lembar Ke
Analysis
Analisis kurikulum
Dalam pelaksanaannya,
melaksanakan kegiatan
31
Tahapan Model
ADDIE
Uraian
Lembar Ke
dengan petunjuk dalam
a. Analisis
Karakteristik
Siswa
Design
a. Membuat garis
besar isi LKS
yang berisi berisi
tentang penyajian
materi
6. Menyiapkan buku
referensi, gambar,
dan materi yang
berkaitan dengan
materi yang akan
digunakan untuk
mengembangkan
LKS,
Me
8. Menyusun
instrumen
penilaian LKS
32
Tahapan Model
ADDIE
Uraian
Lembar Ke
Mengembangkan LKS
kalor, dengan tahapan s
a. Mengembangkan L
sesuai dengan has
b. Menilai kualitas L
c. Melakukan revisi a
LKS.
Implementation
Evaluation
a. Melakukan revisi a
dikembangkan diimp
pembelajaran fisika.
b. Menghasilkan produ
digunakan dalam pe
33
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
1 Terdapat berbagai model pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan dalam
2
3
B. SARAN
Dari bermacam-macam model pengembangan bahan ajar dan jenis bahan ajar cetak
yang ada, diharapkan pendidik hendaknya mampu menggunakan salah satu model dan
bahan ajar cetak yang dibuat, sehingga mampu memaksimalkan hasil belajar peserta didik
34
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model
Pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategimetode-teknik-dan-model-pembelajaran (diakses September 2015)
Andi Prastowo. 2012. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta : diva press
E.Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996
Nieveen, Nienke. 1999. Prototyping to Reach Product Quality. In Jan Van den Akker, R.M.
Branch, K. Gustafson, N. Nieveen & Tj. Plomp (Eds). Design Approaches and Tools
in Education and Training. Nederlands: Kluwer Academic Publishers.
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Plomp, Tjeerd. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of the
seminar conducted at the East China Normal University. Shanghai (PR China).
November 23-26, 2007.
Rahmat Hasan. 2014.Definisi, Tujuan, Pentingnya Bahan Ajar. http://berbagi-mediapengetahuan.blogspot.co.id/2014/05/defenisitujuanpentingnya-bahan-ajar.html (diakses
September 2015)
Ratna Wilis Dahan. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Rochmad. 2012. Desain Model Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano, ISSN : 2086-2334.
Volume 3 Nomor 1, Juni 2012. FMIPA UNNES
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UN
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership
Training Institute/Special
35
36
PERPINDAHAN KALOR
NAMA KELOMPOK :
PERPINDAHAN KALOR
A. Petunjuk Belajar
1. Amati dan lakukanlah berbagai jenis kegiatan berikut!
2. Gunakanlah alat dengan hati-hati dan bila terjadi kecelakaan kerja segera laporkan
kepada gurumu!
3. Diskusikan dengan temanmu untuk penyelesaiaan (jawaban) dari kegiatan-kegiatan
berikut!
B. Tujuan Kegiatan
1. Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi
2. Menyelidiki perpindahan kalor secara konveksi
37
yang buruk).
2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor dari suatu tempat ke tempat lain bersama
dengan gerak partikel-partikel bendanya.
3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara.
Setiap benda dapat memancarkan dan menyerap radiasi kalor yang besarnya
antara lain bergantung pada suhu dan warna benda.
D. Mengamati
Kegiatan 1
Perhatikan gambar berikut!
Tangan Satria kepanasan saat memegang panci. Menurut pendapatmu, apa yang harus
dilakukan Satria agar tanganya tidak panas saat mengangkat panci? Mengapa demikian?
Berikan alasanmu!
Jawaban :
E. Menanya
Kegiatan 1
Ajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan gambar pada point D kegiatan 1!
Jawaban :
38
F. Mencoba
1. Alat dan Bahan
Bunsen
Kacang hijau
Kaki tiga
Mentega
Alumunium
Besi
Lidi
Stopwatch
Tembaga
Bahan
Alumunium
Besi
Kayu
Tembaga
Waktu (menit)
H. Pertanyaan
Kegiatan 1
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang kamu lakukan. Urutkanlah jenis bahan yang
kacang hijaunya lebih cepat jatuh! ___________________________
____________________________________________________________
2. Pada saat proses pemanasan, beberapa saat kemudian mentega akan mengalami
peristiwa________________________
Bagaimana
peristiwa
sehingga
ini
dapat
menjatuhkan
kacang
hijau.
terjadi?_________________
____________________________________________________________
3. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa konduksi. Jadi peristiwa konduksi adalah
______________________________________________________
4. Pada saat besi, dan tembaga dapat mulai mencairkan mentega dan menjatuhkan
kacang hijau, apa yang terjadi pada kacang hijau yang terletak padajenis bahan kayu
(lidi)?______________________________
_____________________Bagaimana
Apa
hal
yang
ini
terjadi
dapat
pada
lidi?
terjadi?
39
________________________________________________
____________________________________________________________
5. Peristiwa ini disebut isolator. Jadi peristiwa isolator adalah_____________
____________________________________________________________
6. Klasifikasikanlah benda-benda yang digunakan berdasarkan jenis bahan dan sifatnya!
________________________________________________
____________________________________________________________
I. Mengamati
Kegiatan 2
Perhatikan gambar berikut!
Fitri menggambarkan sirkulasi udara di pantai pada malam dan siang hari. Menurut
pendapatmu, mengapa nelayan tradisional pergi melaut pada malam hari dan pulang pada
pagi harinya?
Jawaban :
J. Menanya
Kegiatan 2
Ajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan gambar A dan B pada point I
kegiatan 2!
Jawaban :
K. Mencoba
Alat dan Bahan
100 ml air
Serbuk gergaji
Stop watch
Bunsen/lampu
Gelas beaker
Kaki tiga
Termometer
40
Waktu
(menit)
Suhu
(oC)
0
1
2
Kegiatan 2
1. Masukkanlah 100 ml air dan serbuk gergaji kedalam gelas
beaker!
2. Susunlah peralatan seperti pada gambar!
3. Panaskan gelas beaker di atas kaki tiga, dan hidupkan stopwatchmu!
4. Amatilah perilaku serbuk gergaji dan suhu pada waktu 0, 1, 2 menit pada tabel yang
disediakan!
Hasil Pengamatan
M. Pertanyaan
Kegiatan 2
1. Berdasarkan hasil pengamatanmu, apakah suhu air naik setiap waktu? __
2. Apakah yang terjadi pada serbuk gergaji didalam air saat suhu rendah dan suhu
tinggi?_____________________________________________
___________________________________________________________
3. Jika kita misalkan serbuk gergaji adalah partikel-partikel air, maka perpindahan
panas juga disertai dengan perpindahan_________________
4. Peristiwa tersebut disebut dengan peristiwa konveksi. Jadi peristiwa konveksi
adalah______________________________________________
5.
N. Mengamati
Kegiatan 3
Perhatikan gambar berikut!
1. Mengapapakaian
pada gambar A?
A sekolah kebanyakan berwarna cerah seperti
B
2. Mengapa lebih mudah mendinginkan kopi didalam piring dibandingkan didalam
gelas seperti pada gambar B?
Jawaban :
41
O. Menanya
Kegiatan 3
Ajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan gambar A dan B pada point N
kegiatan 3!
Jawaban :
P. Mencoba
Alat dan Bahan
Bunsen/lampu
Mistar/penggaris
Q. Prosedur Percobaan
Kegiatan 3
1. Hidupkan lampu yang telah disediakan!
2. Lakukan percobaan seperti pada gambar, dengan kondisi api
kecil dan api besar!
3. Dekatkan tanganmu dengan jarak api cm, 8 cm! (hati-hati
jangan sampai tanganmu terbakar!). Apa yang kamu
rasakan? Tulislah dalam tabel yang telah disediakan!
Hasil Pengamatan
Apa yang kamu rasakan?
(panas/setengah panas/tidak panas)
Jarak telapak
tangan dengan api
(cm)
Api kecil
Api besar
R. Pertanyaan
Kegiatan 3
1. Berdasarkan hasil pengamatanmu, bila dibandingkan jarak cm akan terasa lebih
_____________dibandingkan dengan jarak 8 cm. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Berikan
alasanmu!___________________________
____________________________________________________________
2. Bila dibandingkan api besar terasa lebih____________dibandingkan dengan api kecil.
Bagaimana
hal
ini
dapat
terjadi?
Berikan
alasanmu!____
_____________________________________________________________________
___________________________________________________
42
3. Didalam percobaan ini kita tidak menggunakan alat untuk mengalirkan panas api,
tetapi
mengapa
telapak
tangan
kita
dapat
merasakan
panas?
______________________________________________________
4. Peristiwa tersebut disebut dengan peristiwa radiasi. Jadi peristiwa radiasi
adalah_______________________________________________________
____________________________________________________________
S. Kesimpulan
Tuliskan hasil kesimpulan kelompokmu berdasarkan kegiatan yang telah kamu lakukan!