I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pemerintah
telah
memberikan
perhatian
di
bidang
higiene
dan
sanitasi
dengan
menetapkan
sasaran
Indonesia
STOP
BABS
(Stop
Buang
Air
Besar
Sembarangan)
dalam
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
(RPJMN)
2010-2014.
Hal
ini
sejalan
dengan
komitmen
pemerintah
dalam
mencapai
target
Millennium
Development
Goals
(MDGs)
tahun
2015,
yaitu
meningkatkan
akses
air
minum
dan
sanitasi
dasar
secara
berkesinambungan
kepada
separuh
dari
proporsi
penduduk
yang
belum
mendapatkan
akses.
Dalam
rangka
akselerasi
pencapaian
akses
masyarakat
terhadap
sanitasi
yang
layak
dan
akses
air
minum
serta
peningkatan
perilaku
higiene
tersebut
maka
Kementerian
Kesehatan
bersama
lintas
sektor
dan
pemangku
kepentingan
terkait
telah
mengembangkan
Strategi
Nasional
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
dalam
Kepmenkes
Nomor
852/Menkes/SK/IX/2008
yang
mencakup
5
pilar
perilaku
higienis
yaitu:
1) Stop
Buang
Air
Besar
Sembarangan
(BABS)
2) Cuci
Tangan
Pakai
Sabun
(CTPS)
3) Pengelolaan
Air
Minum
dan
Makanan
Rumah
Tangga
(PAMM
RT)
4) Pengelolaan
Sampah
Rumah
Tangga
(PS
RT)
5) Pengelolaan
Air
Limbah
Rumah
Tangga
(PAL
RT)
STBM
saat
ini
dilaksanakan
di
masyarakat
luas
dengan
banyak
pelaku,
baik
dari
lembaga
pemerintah
maupun
LSM/NGO
atau
pihak
lainnya.
Sebagai
program
nasional,
dalam
pelaksanaannya
sangat
dibutuhkan
pemantauan
dan
evaluasi
untuk
dapat
melihat
pencapaian
dan
pembelajarannya.
Untuk
mensinergikan
para
pelaku
dalam
kegiatan
pemantauan
dan
evaluasi
program
nasional
STBM,
maka
dipandang
perlu
adanya
satu
pedoman
untuk
menjalankan
kegiatan
ini.
Dokumen
Pedoman
Pemantauan
dan
Evaluasi
STBM
ini
merupakan
salah
satu
dari
beberapa
dokumen
pedoman
STBM,
ditujukan
sebagai
pedoman
atau
referensi
dalam
melaksanakan
pemantauan,
evaluasi
dan
pelaporan
Program
STBM
bagi
para
pelaku
program.
Pedoman
ini
merupakan
bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
Pedoman-pedoman
STBM
lain.
1.2. Tujuan
Sebagaimana
diamanatkan
dalam
Kepmenkes
852/2008,
maka
pemerintah
daerah
diharapkan
mengembangkan
sistem
pemantauan
dan
pengelolaan
data.
Dengan
demikian,
dokumen
Pedoman
Pemantauan
dan
Evaluasi
ini
digunakan
sebagai
rujukan
dan
standar
minimal
sehubungan
dengan
upaya
pemantauan
dan
evaluasi
program
STBM.
Pedoman
ini
berisikan
informasi
yang
diperlukan
untuk
II.
Untuk
lebih
menjelaskan
indikator
pencapaian,
berikut
ini
adalah
kriteria/batasan
penilaian
yang
digunakan.
1. Stop
buang
air
besar
sembarangan
Melakukan
perilaku
buang
air
besar
dengan
membuang
tinja
dan
air
buangannya
(ketika
membersihkan/membasuh
diri)
sehingga
memutus
mata
rantai
penularan
penyakit.
2. Jamban
sehat
Sarana
pembuangan
tinja
yang
efektif
untuk
memutus
mata
rantai
penularan
penyakit.
Penampungan
tinja
tidak
mencemari
sumber
air
minum
dan
tanah,
tidak
dapat
diakses
oleh
lalat
atau
vektor
penyakit
lainnya;
Ada
cukup
air
untuk
membersihkan
diri
dan
sarana
jamban;
Ada
sabun;
Tidak
menimbulkan
bau
yang
mengganggu;
Konstruksi
sederhana,
bahan
yang
mudah
dan
murah;
Jarak
penampungan
tinja
dengan
sumber
air
minimal
10
m.
Dalam
pedoman
teknis
ini,
jamban
sehat
dibedakan
menurut
ke-efektif-an
memutus
mata
rantai
penularan
penyakit
dan
ketahanan
masa
pakainya
(durability),
yakni:
Jamban
Sehat
Permanen
(JSP),
dimana
secara
konstruksi
telah
dilengkapi
dengan
leher
angsa
pada
bagian
dudukan
(bagian
tengah)
dan
septik
tank
sebagai
bangunan
bagian
bawahnya,
Jamban
Sehat
Semi
Permanen
(JSSP),
adalah
jamban
sehat
yang
belum
dilengkapi
dengan
leher
angsa
pada
bagian
dudukan,
dan
septik
tank
sebagai
bangunan
bagian
bawah;
namun
telah
cukup
efektif
memutus
mata
rantai
penularan
penyakit.
Secara
ketahanan
masa
pemakaian,
tanpa
ada
perlakuan
tertentu
akan
jauh
lebih
singkat
dibandingkan
jamban
sehat
permanen.
3. Masyarakat
memiliki
Akses
kepada
jamban
sehat
Suatu
kondisi
dimana
masyarakat
telah
menggunakan
secara
konsisten
sarana
jamban
sehat,
baik
mereka
memiliki
sendiri
ataupun
tidak
sarana
jamban
sehat
tersebut.
Masyarakat
yang
telah
menggunakan
jamban
sehat,
namun
belum
memiliki
sarana
jamban
sendiri
dapat
dikatakan
mereka
memiliki
akses
sharing
kepada
jamban
sehat
tersebut,
baik
yang
permanen
maupun
semi
permanen.
Di
masyarakat
secara
sering
mereka
menyebutkan
dengan
istilah
jamban
numpang.
4. Cara
CTPS
yang
benar
Cuci
tangan
dengan
air
bersih
mengalir;
Gunakan
sabun,
gosok
hingga
berbusa;
Gosok
telapak
tangan,
punggung
tangan,
antara
jari
dan
bawah
kuku;
Bilas
sampai
bersih
dengan
air
mengalir;
Pewadahan
air
minum
rumah
tangga
Wadah
yang
aman
adalah
yang
bertutup,
berleher
sempit
dan
lebih
baik
jika
dilengkapi
dengan
kran;
Air
minum
sebaiknya
disimpan
di
wadah
pengolahannya;
Air
yang
sudah
diolah
sebaiknya
disimpan
di
wadah
yang
bersih
dan
selalu
tertutup.
Pewadahan
makanan
rumah
tangga
Wadah
tertutup;
Wadah
terpisah
antara
pangan
mentah
dan
pangan
matang.
10. Perilaku
pengelolaan
makanan
yang
aman
Perilaku
mengelola
makanan
dengan
melakukan
5
(lima)
kunci
pengamanan
pangan
yaitu:
Jagalah
kebersihan
Contoh:
o Cucilah
tangan
sebelum
mengolah
pangan
dan
sesering
mungkin
selama
pengolahan
pangan;
o Cucilah
tangan
sesudah
dari
toilet;
o Cuci
dan
sanitasi
seluruh
permukaan
yang
kontak
dengan
pangan
dan
alat
untuk
pengolahan
pangan;
o Jagalah
area
dapur
dan
pangan
dari
serangga,
hama
dan
binatang
lainnya.
Pisahkan
pangan
mentah
dari
pangan
matang
Contoh:
o Pisahkan
daging
sapi,
daging
unggas,
dan
pangan
hasil
laut
dari
pangan
lainnya;
o Gunakan
peralatan
yang
terpisah,
seperti
pisau
dan
talenan
untuk
pangan
mentah;
o Simpan
pangan
dalam
wadah
untuk
menghindari
kontak
antara
pangan
mentah
dan
pangan
matang.
Masaklah
dengan
benar
Contoh:
o Masaklah
pangan
dengan
benar
terutama
daging
sapi,
daging
unggas,
telur
dan
pangan
hasil
laut;
o Rebuslah
pangan,
seperti
sup
sampai
mendidih
dan
usahakan
agar
suhu
internalnya
mencapai
70C.
Untuk
daging,
usahakan
cairannya
bening,
tidak
berwarna
merah
muda.
Agar
lebih
yakin,
gunakan
termometer;
o Panaskan
kembali
pangan
secara
benar.
14. Pengelolaan
limbah
cair
rumah
tangga
yang
aman
Limbah
cair
yang
dimaksud
adalah
air
buangan
dari
kegiatan
mencuci,
mandi,
dan
memasak
(grey
water).
Pengelolaan
limbah
cair
rumah
tangga
dimaksudkan
untuk
menghindari
terjadinya
genangan
dan
pembuangan
secara
tidak
aman
sehingga
dapat
mencemari
sumber
air
minum
dan
lingkungan.
Note: Penilaian hingga ke tingkat pemilahan dan pengolahan dengan 3R (dapat disajikan dengan model
pembobotan).
1
merupakan
acuan
dalam
penyusunan
perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan
serta
evaluasi
yang
terkait
dengan
sanitasi
total
berbasis
masyarakat.
Dalam
dokumen
Strategi
Nasional
itu
disebutkan
bahwa
STBM
menekankan
pada
5
(lima)
perubahan
perilaku
higienis
untuk
terjadinya
kondisi
sanitasi
total.
Kelima
perilaku
higienis
ini
dikenal
sebagai
5
pilar
STBM,
yaitu:
Indikator pencapaian;
Sesuai
dengan
pola
pikir
program
STBM
dan
dikaitkan
dengan
fokus
proses
kegiatan
STBM
yang
terjadi
di
tingkat
masyarakat
dalam
pencapaian
layanan
sanitasi
yang
sinambung,
kegiatan
pemantauan
dan
evaluasi
dilakukan
berdasarkan
penjabaran
lebih
rinci
Kerangka
Kerja
Rencana
Pemantauan
STBM
seperti
pada
matriks
dibawah
berikut.
Tabel-1
No.
FREKUENSI LAPORAN
bulanan
Jumlah
desa/kelurahan
di
kabupaten
yang
mencapai
SBS/ODF,
dicek
ulang
setiap
tahun
setelah
deklarasi
ODF
triwulan
bulanan
bulanan
bulanan
bulanan
bulanan
bulanan
Jumlah desa/kelurahan di
triwulan
No.
INDIKATOR
FREKUENSI LAPORAN
bulanan
-sda-
triwulan
-sda-
triwulan
6 bulanan
6 bulanan
6 bulanan
triwulan
Lokasi-lokasi yang belum diintervensi saat proses pengenalan STBM belum sampai ke lokasi tersebut dapat diperhitungkan
ada definisi operasional untuk pemicuan yang perlu dijelaskan dalam pedoman ini
10
No.
INDIKATOR
FREKUENSI LAPORAN
Tahunan
10
Tahunan
11
Tahunan
11
Pelaksanaan monitoring STBM
Monitoring
dan
evaluasi
program
STBM
melalui
Sistem
Informasi
Monitoring
dilaksanakan
secara
umum
melalui
tahapan,
yaitu
pengumpulan
data
dan
informasi,
pengolahan
dan
analisis
data
dan
informasi,
dan
pelaporan
dan
pemberian
umpan-balik.
Tahapan
ini
terjadi
di
masing-masing
tingkatan.
Monitoring
program
STBM
sedapat
mungkin
dapat
dilakukan
secara
mandiri
dan
partisipatori
oleh
masyarakat
sendiri,
dan
diharapkan
peran
aktif
dari
natural
leader
yang
muncul
dan
organisasi
masyarakat
seperti
PKK,
kelompok
dasa
wisma,
dan
lainnya.
Namun
demikian
tetap
diharapkan
peran
aktif
dari
petugas
PUSKESMAS/
Sanitarian
sebagai
fasilitator
dan
katalisator
di
tingkat
kecamatan/desa
dalam
mengelola
data
dan
informasi
hasil
monitoring
kegiatan
kesehatan
lingkungan
ini.
Bila
di
tingkat
kabupaten
terdapat
proyek
terkait
STBM
sedang
berjalan,
fungsi
monitoring
ini
akan
diperkuat
dengan
memanfaatkan
sumber
daya
tenaga
Konsultan/Fasilitator
di
tingkat
kabupaten
untuk
melakukan
alih
pengetahuan
dan
pembinaan,
baik
terhadap
para
petugas
PUSKESMAS/Sanitarian
maupun
langsung
kepada
masyarakat
(natural
leader/
organisasi
masyarakat
yang
berperan
aktif).
Adapun
gambaran
sederhana
dari
pelaksanaan
monitoring
program
STBM
seperti
pada
gambar-1
berikut.
12
Tahap
Desa/ Kelurahan
Tingkatan
Pelaku
pemantauan
Fasilitator
Melalui pemicuan
masyarakat ataupun
secara khusus ada
upaya untuk
melakukan
pengumpulan data
dasar STBM oleh
kabupaten/ kota
Aksi yang
dilakukan
Pelaporan
Data dasar
STBM (misal
melalui peta
sosial), berisi
akses sanitasi di
masyarakat
Gambar-1
Natural leader/
Komite
Memantau
perkembangan
pemicuan di
masyarakat
Permintaan verifikasi
STBM
Mencatat
kemajuan dan
memperbaharui
dalam peta sosial
terhadap
perubahan yang
terjadi
Kecamatan
Staf Puskesmas
Mengkompilasi
update progress
pemicuan
Memverifikasi klaim
STBM dan
melaporkan hasil
verifikasi
Feedback temuan
Mengirim laporan
pemantauan via
SMS
Pelaporan
bulanan.
Verifikasi STBM.
Kabupaten/
Kota
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/ Kota
Konsolidasi data
melalui SMS
gateway
Analisis data:
perbaikan kegiatan
dan perencanaan
kedepan
Feedback kepada
staf puskesmas
Disseminasi kepada
lintas program
terkait dan sektor
AMPL
Pelaporan
bulanan.
Pelaporan
tahunan
Bahan untuk
publikasi
Provinsi
DInas
Kesehatan
Provinsi
Workshop review
pembelajaran
tahunan dan analisis
komparatif
pencapaian hasil
antar kabupaten/
kota
Disseminasi kepada
lintas program
terkait dan sektor
AMPL
Evaluasi tahunan
kompetitif melalui
media massa
(contoh JPIP)
Penilaian
kinerja per tahun
(Benchmarking)
program sanitasi
kabupaten/kota
Pusat
Kementerian
Kesehatan
Rakornas STBM:
review tahunan dan
analisis komparatif
pencapaian hasil
antar propinsi.
Disseminasi kepada
lintas program
terkait dan sektor
AMPL
Konsolidasi untuk
pencapaian MDG.
Penilaian kinerja
per tahun
(Benchmarking)
program sanitasi
propinsi.
Alur
pikir
tata
laksana
monitoring
dan
pelaporan
dari
masyarakat
hingga
tingkat
pusat
13
Tabel-2
14
Kecamatan
Masyarakat
di
tingkat
masyarakat
Membantu
kabupaten
dalam
menganalisis
data
dan
informasi
hasil
monitoring
Memonitor
keefektifan
kegiatan
Program
melalui
sistem
monitoring
rutin
Melakukan
pengumpulan
data
dan
informasi
Petugas
monitoring
di
tingkat
masyarakat
PUSKESMAS/
Melakukan
verifikasi
dan
sertifikasi
hasil
Sanitarian
monitoring
yang
dilakukan
oleh
masyarakat,
sebelum
dikirimkan
ke
kabupaten
untuk
direkam/
di-entri
dalam
database.
Melakukan
verifikasi
dan
sertifikasi
terhadap
komunitas
yang
telah
mencapai
ODF,
hingga
Sanitasi
Total
(5
pilar)
Melakukan
monitoring
mandiri
terhadap
hasil
Natural
leader/
perkembangan
kegiatan
Program
STBM
Organisasi
Masyarakat
4.1.1 Pelaksanaan monitoring di tingkat masyarakat/ desa
Pelaksanaan
monitoring
di
tingkat
masyarakat
akan
lebih
bertumpu
kepada
indikator
monitoring
yang
mudah
dilihat
dan
dirasakan
secara
langsung
oleh
masyarakat
itu
sendiri,
antara
lain
terkait:
1. Pengumpulan
data
dasar
terkait
indikator
5
pilar
perubahan
perilaku
hidup
bersih
dan
sehat,
yaitu:
a)
data
akses
awal
jumlah
masyarakat
yang
memiliki
dan
menggunakan
jamban
sehat,
memiliki
dan
menggunakan
jamban
tidak
sehat,
jumlah
masyarakat
yang
masih
numpang
ke
jamban
tetangga
atau
umum
dibedakan
menurut
jenis
jamban
sehat
dan
tidak
sehat,
dan
terakhir
masih
BAB
di
sembarang
tempat;
b)
data
akses
awal
jumlah
keluarga
(termasuk
anggota
keluarga
di
dalamnya)
yang
telah
terbiasa
cuci
tangan
pakai
sabun
pada
waktu-waktu
kritis;
c)
data
akses
awal
jumlah
keluarga
yang
telah
mengelola
air
minumnya
dengan
aman;
d)
data
akses
awal
jumlah
keluarga
yang
telah
mengelola
sampahnya
dengan
aman;
e)
data
akses
awal
jumlah
keluarga
yang
telah
mengelola
limbah
cair
rumah
tangganya
dengan
aman.
2. Proses
pemicuan
perubahan
perilaku
Buang
Air
Besar
masyarakat,
Indikator
yang
direkam
antara
lain:
a)
peningkatan
akses
masyarakat
kepada
penggunaan
sarana
jamban
sehat;
b)
kebersihan
lingkungan
sekitar
rumah
keluarga;
c)
peningkatan
perubahan
perilaku
pilar
lainnya.
3. Pendataan
tukang
yang
terkait
dengan
jasa
dan
layanan
sanitasi,
15
Pendataan
ini
bertujuan
untuk
menjaring
informasi
jumlah
tukang
yang
beredar
di
desa
bersangkutan
yang
memiliki
pengalaman
dan/atau
ketrampilan
membangun/
memperbaiki
sarana
jamban.
Berikut
dibawah
ini
disajikan
beberapa
model
pelaksanaan
monitoring
yang
dapat
dilakukan
di
tingkat
masyarakat.
Pelaku
Cara
pelaksanaan
Waktu
pelaksanaan
Monitoring
perkembangan
perubahan
perilaku
BAB
dan
pembuangan
kotoran
anak
batita
Masyarakat
Persiapan:
Setiap
saat
ada
perubahan
Pihak
kabupaten/
kecamatan/
desa
menyediakan
perilaku
yang
terjadi
pada
komunitas
tersebut.
kertas
spot
berwarna
(merah,
kuning,
hijau),
dengan
yang
mudah
terlihat
dari
jarak
pandang
cukup
jauh,
misal:
bentuk
bulat
dengan
diameter
15
cm;
bentuk
bujursangkar
dengan
ukuran
15
cm
X
15
cm.
Menginformasikan
penggunaan
kertas
berwarna
kepada
masyarakat
setelah
proses
pemicuan
awal
atau
saat
monitoring
lanjutan.
Kertas
merah
(jamban
numpang),
kuning
(jamban
blm
sehat),
hijau
(jamban
sehat).
Untuk
aspek
PHBS
lain,
seperti
cuci
tangan,
pengelolaan
dan
penyimpanan
air
minum
dan
makanan,
pengelolaan
limbah
RT
dapat
mengikuti
pola
monitoring
mandiri
untuk
perilaku
BAB
di
jamban.
Untuk
efektivitas
monitoring
dapat
menggunakan
kartu
sehat
Pelaksanaan
monitoring:
Masyarakat
yang
telah
berupaya
berubah
perilaku
untuk
tidak
BAB
di
sembarang
tempat
(termasuk
membuang
kotoran
anak
batita
tidak
sembarangan),
menempelkan
tanda
kertas
spot
di
depan
rumah
mereka
pada
tempat
yang
tampak
dari
pandangan
orang
yang
berdiri
di
depan
atau
melalui
rumah
tersebut.
Warna
yang
ditempel
sesuai
kondisi
perkembangan
upaya
perubahan
perilaku
mereka.
Pada
kertas
tersebut
dapat
dituliskan
tanggal
mereka
melakukan
perubahan
tersebut.
Apabila
pada
keluarga
tertentu
ada
peningkatan
perubahan
perilaku
dengan
ditandai
perubahan
warna
kertas
spot
yang
ditempel.
Tempel
warna
baru
diatas
warna
lama,
sehingga
informasi
warna
awal
masih
ada.
Natural
leader
atau
komite
secara
berkala
memperbaharui
informasi
tersebut
dalam
peta
masyarakat
(tanpa
mengganggu
informasi
baseline)
16
Telah
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
monitoring
di
tingkat
masyarakat
ini
menggunakan
pendekatan
partisipatori
dan
mengangkat
peran
aktif
masyarakat
untuk
melakukan
monitoring
mandiri.
Oleh
karena
itu,
penting
sekali
bahwa
selama
proses
kegiatan
STBM,
fasilitator
kabupaten
membantu
meningkatkan
kapasitas
masyarakat
untuk
melakukan
monitoring
mandiri
melalui
on
the
job
training.
Persiapan:
Pihak
kecamatan/
Puskesmas
menyiapkan
dan
memahami
pengisian
format
monitoring
perkembangan
perubahan
perilaku
pilar-pilar
STBM
(pilar
1
hingga
pilar
5).
Contoh
Pelaksanaan
monitoring:
Mengacu
kepada
peta
sosial
masyarakat,
informasi
perkembangan
hasil
pemicuan
(akses
masyarakat
kepada
jamban)
dipindahkan
kedalam
format
LB-1.
Melakukan
kunjungan
ke
rumah
tangga
yang
telah
melakukan
perubahan
(berdasarkan
perkembangan
data
pada
peta
sosial)
untuk
mengamati
kondisi
dan
pemeliharaan
jamban
dan
lingkungan
sekitarnya
(lihat
panduan
transeck
walk).
Penting:
Monitoring
perkembangan
perubahan
perilaku
masyarakat
terkait
kebiasaan
BAB,
sekaligus
sebagai
kegiatan
verifikasi
ODF
per
rumah
tangga,
yang
digunakan
sebagai
dasar
verifikasi
status
ODF
suatu
komunitas.
Persiapan:
Masyarakat
melalui
natural
leader
atau
komite
menginformasikan
pihak
Puskesmas
untuk
17
Pelaku
Cara pelaksanaan
Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan
monitoring:
Tim
kecamatan
melakukan
pengecekan
informasi
total
masyarakat
yang
sudah
berubah
perilakunya.
Dengan
alat
bantu
peta
sosial
dan
ceklist
jamban,
tim
mengunjungi
rumah
masyarakat
dan
mencocokkan
warna
kertas
spot
(kaitkan
dengan
proses
monitoring
no.1).
Rekaman
hasil
verifikasi
dicantumkan
dalam
format
LB-2.
Tim
melakukan
penilaian
terhadap
total
akses
masyarakat.
Hasilnya
diinformasikan
kepada
masyarakat.
Bila
telah
mencapai
100%
akses,
tim
dapat
menempelkan
stiker
atau
menempatkan
papan
ODF
dengan
diisi
tanggal
kapan
mereka
mencapai
ODF
dan
verifikasi
dilakukan.
3. Monitoring
status
Desa
STBM
yang
dicapai
suatu
komunitas
(Verifikasi
Desa
STBM)
Tim
kecamatan
bersama
masyarakat.
Persiapan:
Masyarakat
melalui
natural
leader
atau
komite
menginformasikan
pihak
Puskesmas
untuk
dilakukan
verifikasi
status
ke-STBM-an
mereka
(akan
lebih
baik
bila
penginformasian
dilakukan
melalui
surat
pernyataan
yang
diketahui
oleh
kepala
desa).
Tim
kabupaten
menyiapkan
stiker
atau
papan
pencapaian
Desa
STBM.
Pelaksanaan
monitoring:
Tim
kecamatan
melakukan
pengecekan
informasi
total
masyarakat
yang
sudah
berubah
perilakunya.
Dengan
alat
bantu
peta
sosial
dan
ceklist
capaian
5
pilar
STBM,
tim
mengunjungi
rumah
masyarakat
dan
mencocokkan
warna
kertas
spot
(kaitkan
dengan
proses
monitoring
no.1).
Rekaman
hasil
verifikasi
dicantumkan
dalam
format
rekam
pilar-1
sampai
pilar-5
STBM.
Tim
melakukan
penilaian
terhadap
total
akses
masyarakat.
Hasilnya
diinformasikan
kepada
masyarakat.
Bila
telah
mencapai
100%
akses
kelima
pilar
STBM,
tim
dapat
menempelkan
stiker
atau
menempatkan
papan
Desa
STBM
dengan
diisi
tanggal
kapan
mereka
mencapai
18
Pelaku
Cara pelaksanaan
Waktu pelaksanaan
Persiapan:
Menyiapkan
dan
memahami
cara
pengisian
format
LB-3.
Pelaksanaan:
Kegiatan
ini
dapat
dilaksanakan
saat
fasilitator
pemicu
memperbaharui
(updating)
informasi
kemajuan
pemicuan.
Pada
saat
kunjungan
ke
rumah
tangga,
dapat
menanyakan
kepada
keluarga
bersangkutan
perkiraan
biaya
untuk
membangun
jamban.
(untuk
membantu
dapat
melakukan
perkiraan
bahan
yang
digunakan
dan
tenaga
yang
dikeluarkan)
Persiapan:
Menyiapkan
dan
memahami
cara
pengisian
format
LT-3.
Pelaksanaan:
Pendataan
awal
tentang
tukang
yang
ada
di
komunitas/
desa
tersebut
sebagai
data
dasar,
dilakukan
selang
1
2
minggu
setelah
pemicuan
awal
Pembaharuan
pendataan
tukang
dilakukan
setiap
3
bulan,
baik
ada
pengurangan
(karena
pindah
atau
bekerja
diluar)
atau
penambahan
jumlah
tukang
Pelaksanaan
monitoring:
Masyarakat
membuat
tulisan
perubahan
kondisi
masyarakat
yang
dirasakan
setelah
intervensi
(pemicuan
awal)
dilakukan.
Hasil
tulisan
masyarakat
ini
dapat
didokumentasi
secara
elektornik
dan
dipublikasi
dalam
media
daerah
lokal
hingga
situs
AMPL.
Tim kecamatan
Persiapan:
Membuat
pemberitahuan
kepada
setiap
desa
19
Pelaku
Cara pelaksanaan
Waktu pelaksanaan
Persiapan:
Pendataan
dilakukan
secara
berkala
per
triwulan
Menyiapkan
dan
memahami
cara
pengisian
format
pendataan
toko
dan
produsen
produk
sanitasi
Pelaksanaan:
Tim
mengidentifikasi
dan
memetakan
toko
bangunan
dan
produsen
produk
sanitasi
yang
ada
di
wilayah
kerja
Puskesmas/
kecamatan
bersangkutan
Tim
membagi
tugas
kunjungan
ke
toko
bangunan
dan/atau
produsen
produk
sanitasi
Petugas
mewawancarai
pemiliki
toko
dan/atau
produsen
produk
sanitasi
dan
mengisi
informasi
yang
dijaring
sesuai
dengan
format
LT-2A
dan
2B.
Persiapan:
Menyiapkan
dan
memahami
cara
pengisian
format
pendataan
kegiatan
peningkatan
kapasitas
(format
LT-5)
20
memiliki
peran
dan
fungsi
dalam
melaksanakan
monitoring,
juga
harus
dapat
merekam
indikator
penting
untuk
melihat
perubahan
dan
dampak,
menganalisanya
dan
memberikan
umpan-balik
secara
cepat
untuk
perbaikan
pelaksanaan
program
sanitasi
di
wilayah
kerjanya.
Disamping
itu,
hasil
pembelajarannya
dapat
dijadikan
dasar
untuk
mengembangkan
kebijakan
daerah
yang
dapat
mengakomodir
pelaksanaan
kegiatan
sanitasi
yang
pendekatannya
senada
dengan
program
STBM.
Pelaku
Cara
pelaksanaan
1. Dukungan
pendanaan
oleh
pemerintah
daerah
Waktu pelaksanaan
Tim kabupaten
Per tahun
2. Peminatan
kecamatan
Tim
kabupaten
Persiapan:
Persiapan
pertemuan
para-pihak
(unsur
kecamatan).
Detail
kegiatan
dapat
dilihat
pada
Pedoman
Pelaksanaan
STBM.
Pelaksanaan
monitoring:
Paska
roadshow
kecamatan/desa,
kabupaten
mendata
kecamatan/desa
yang
memasukkan
LoI.
Surat
minat
(LoI)
kecamatan
dan
desa
dikumpulkan
dan
diarsipkan
dengan
baik
di
kabupaten
Persiapan:
Menyiapkan
dan
memahami
cara
pengisian
format
pendataan
kegiatan
peningkatan
kapasitas
(format
LT-5)
Pada
pertemuan
pembelajaran
di
tingkat
kabupaten
21
Pelaku
Cara pelaksanaan
Waktu pelaksanaan
4.2
Verifikasi pencapaian
22
Tercapainya
kondisi
semua
masyarakat
telah
BAB
ke
jamban
sehat,
dapat
disebut
bahwa
masyarakat
tersebut
telah
mencapai
SBS
(stop
buang
air
besar
sembarangan)4.
Verifikasi
terhadap
pencapaian
status
ODF
oleh
satu
komunitas
dilakukan
berdasarkan
kriteria
ODF
pada
pedoman
aspek
manajemen.
Evaluasi
status
ODF
satu
komunitas
oleh
tim
verifikasi
kecamatan
dengan
menggunakan
format
verifikasi
ODF
seperti
pada
Lampiran-2;
hasilnya
dapat
direkapitulasi
dengan
menggunakan
format
LB-5.
Adapun
proses
verifikasi
status
ODF
di
satu
komunitas
adalah
sebagai
berikut:
1. Komunitas
bersangkutan
dapat
melakukan
pengajuan
permohonan
untuk
diverifikasi
kepada
Puskesmas
atau
kantor
kecamatan
terdekat
apabila
mereka
telah
siap
untuk
mendeklarasikan
mereka
telah
bebas
buang
air
besar
sembarang
tempat.
2. Tim
verifikasi
kecamatan
melakukan
kunjungan
mendadak
ke
komunitas
yang
akan
diverifikasi.
Tim
akan
mengamati
kondisi
dan
perilaku
di
masyarakat,
dan
mewawancara
keluarga-keluarga
yang
berubah
perilakunya
di
komunitas
atau
desa
bersangkutan.
Pada
hari
itu
juga,
tim
verifikasi
melaporkan
hasil
verifikasi
kepada
masyarakat
di
komunitas
tersebut.
3. Bila
satu
komunitas
dianggap
telah
lolos
verifikasi,
akan
diumumkan
dan
diresmikan
secara
simbolis
(misal:
papan
deklarasi
berlogo
Puskesmas
atau
Kecamatan);
Bila
ada
bentuk-
bentuk
penghargaan
sebaiknya
diwujudkan
dalam
penghargaan
untuk
mendapatkan
prioritas
program
pembangunan
lainnya.
4. Karena
suatu
hal
verifikasi
tidak
dapat
diberikan,
alasannya
perlu
disampaikan
kepada
masyarakat.
Mereka
dapat
mengajukan
ulangan
untuk
diverifikasi
pada
waktu
yang
disepakati
bersama
saat
penyampaian
hasil
verifikasi.
Demikian
halnya
dengan
deklarasi
kecamatan
dan
kabupaten
yang
ODF,
secara
proses
mengikuti
langkah
yang
sama
seperti
verifikasi
status
ODF
di
komunitas.
Evaluasi
deklarasi
kecamatan
yang
ODF
akan
dilakukan
oleh
tim
verifikasi
kabupaten,
sementara
deklarasi
kabupaten
yang
ODF
akan
dilakukan
oleh
tim
evaluasi
propinsi
atau
bahkan
tim
nasional.
23
program
terbuka
yang
dapat
diusulkan
dan
dikelola
oleh
masyarakat
tersebut
menjadi
rencana
kerja
sebagai
tindak
lanjut
yang
mengarah
kepada
perubahan
tatanan
masyarakat
yang
lebih
baik
untuk
mencapai
tujuan
(goal)
program
STBM.
Indikator capaian
Indikator
pencapaian
terkait
perilaku
Stop
buang
air
Jumlah
dan
persentase
Indikator
keberhasilan
100%
2.
100%
3.
Pengelolaan
air
minum/makanan
yang
aman
(PAMM
RT)
4.
Pengelolaan
sampah
rumah
tangga
(PS
RT)
Pilar STBM
1.
Indikator
pencapaian
terkait
akses
Jumlah
dan
persentase
rumah
tangga
menggunakan
sarana
6
jamban
sehat .
Jumlah
desa/kelurahan
di
kabupaten
yang
mencapai
SBS/ODF,
dicek
ulang
setiap
tahun
setelah
deklarasi
ODF
Setiap
anggota
keluarga
Jumlah
dan
persentase
cuci
tangan
pakai
sabun
rumah
tangga
memiliki
pada
waktu-waktu
kritis.
dan
menggunakan
sarana
untuk
melakukan
CTPS;
Setiap
institusi
pendidikan
dan
kesehatan
memiliki
sarana
untuk
melakukan
CTPS.
Jumlah
dan
Jumlah
dan
persentase
persentase
rumah
rumah
tangga
memiliki
tangga
melakukan
sarana
untuk
melakukan
pengelolaan
air
pengelolaan
air
minum
minum
dengan
aman
dengan
aman
Jumlah
dan
Jumlah
dan
persentase
persentase
rumah
rumah
tangga
memiliki
tangga
melakukan
sarana
untuk
melakukan
pengelolaan
pengelolaan
makanan
makanan
yang
aman
yang
aman
Setiap
rumah
tangga
Setiap
rumah
tangga
melakukan
pengelolaan
mengakses
sarana
untuk
sampah
dengan
aman
melakukan
pengelolaan
sampah
100%
100%
5
6
Indikator
pencapaian
terkait
perilaku
Pengelolaan
limbah
Jumlah
dan
persentase
cair
rumah
tangga
rumah
tangga
mengelola
(PLC
RT)
limbah
cairnya
dengan
aman
Pilar
STBM
5.
Indikator
pencapaian
terkait
akses
Jumlah
dan
persentase
rumah
tangga
memiliki
sarana
pengelolaan
limbah
cair
yang
aman
Indikator
keberhasilan
100%
Tercapainya
kondisi
suatu
masyarakat
telah
mencapai
ke-lima
pilar
STBM,
dapat
dikatakan
bahwa
masyarakat
sebagai
komunitas/
Desa
STBM.
Secara
prinsip
menyerupai
proses
verifikasi
pencapaian
ODF
yang
hanya
pilar
pertama
saja;
namun
untuk
pencapaian
Desa
STBM
persyaratannya
adalah
mencapai
total
kelima
pilar
dalam
STBM.
Adapun
proses
verifikasi
status
Komunitas/
Desa
STBM
adalah
sebagai
berikut:
1. Masyarakat
bersangkutan
dapat
melakukan
pengajuan
permohonan
untuk
diverifikasi
kepada
Puskesmas
atau
kantor
kecamatan
terdekat
apabila
mereka
telah
siap
untuk
mendeklarasikan
pencapaian
pencapaian
kelima
pilar
STBM.
2. Tim
verifikasi
kecamatan
melakukan
kunjungan
(mendadak)
ke
komunitas
yang
akan
diverifikasi.
Tim
akan
mengamati
kondisi
dan
perilaku
di
masyarakat,
dan
mewawancara
keluarga-keluarga
yang
berubah
perilakunya
di
komunitas
atau
desa
bersangkutan.
Pada
hari
itu
juga
bila
memungkinkan
sebaiknya
tim
verifikasi
melaporkan
hasil
verifikasi
kepada
masyarakat
tersebut.
3. Bila
satu
komunitas
atau
desa
dianggap
telah
lolos
verifikasi,
akan
diumumkan
dan
diresmikan
secara
simbolis
(misal:
papan
deklarasi
berlogo
Puskesmas
atau
Kecamatan);
Bila
ada
bentuk-bentuk
penghargaan
sebaiknya
diwujudkan
dalam
penghargaan
untuk
mendapatkan
prioritas
program
pembangunan
lainnya.
4. Karena
suatu
hal
verifikasi
tidak
dapat
diberikan,
alasannya
perlu
disampaikan
kepada
masyarakat.
Mereka
dapat
mengajukan
ulangan
untuk
diverifikasi
pada
waktu
yang
disepakati
bersama
saat
penyampaian
hasil
verifikasi.
Demikian
halnya
dengan
deklarasi
kecamatan
dan
kabupaten
yang
telah
dapat
mencapai
kelima
pilar
STBM,
secara
proses
mengikuti
langkah
yang
sama
seperti
verifikasi
komunitas/
desa
STBM.
Evaluasi
deklarasi
kecamatan
yang
STBM
akan
dilakukan
oleh
tim
verifikasi
kabupaten,
sementara
deklarasi
kabupaten
yang
STBM
akan
dilakukan
oleh
tim
evaluasi
propinsi
atau
bahkan
tim
nasional.
4.3
Alat
bantu
pelaporan
Pelaporan
merupakan
bagian
penting
dari
pemantauan
dan
evaluasi
sebuah
program
yang
memuat
hasil
kemajuan
pelaksanaan
program
secara
berjenjang
mulai
dari
tingkat
desa
sampai
25
tingkat
pusat.
Hal-hal
pokok
yang
menjadi
acuan
dalam
pengembangan
sistem
pelaporan
ini,
antara
lain:
laporan-laporan
ini
harus
dibuat
sederhana
dan
seringkas
mungkin,
dan
para
pelaku
program
mempunyai
tanggung
jawab
untuk
membuat
laporan
secara
akurat
dan
tepat
waktu
kepada
penyelia
mereka.
Jika
pelaku
tidak
melaporkan
secara
akurat
dan
tepat
waktu
maka
akan
berdampak
negatif
kepada
evaluasi
kinerja
mereka.
Walaupun
dalam
fungsi
manajemen
dikenal
dengan
POAC
(Planing,
Organizing,
Activity
dan
Controling),
namun
sesungguhnya
unsur
pemantauan
dalam
setiap
tahapan
kegiatan
selalu
harus
ada,
mulai
dari
perencanaan
sampai
bagaimana
menjaga
agar
pelaksanaan
kegiatan
ini
tetap
berjalan
semestinya.
Sedangkan
dalam
melakukan
pemantauan,
hal
yang
paling
substansi
dan
mempengaruhi
sistem
secara
menyeluruh
adalah
data.
Sistem
monitoring
tidak
akan
berjalan
efektif
apabila
data
tidak
mencerminkan
keadaan
sesungguhnya
di
lapangan,
sehingga
output
yang
dihasilkan
dari
sistim
monitoring
tidak
akan
optimal
untuk
digunakan
sebagai
aksi
kedepan
(feedback)
bahkan
cenderung
akan
menjadi
percuma.
26
Gambar-2
Penerapan
Sistem
Monitoring
berbasis
SMS
yang
dilakukan
di
TSSM
secara
hirarkhi
data
berasal
dari
sumber
data
melalui
pemantauan
rutin
fasilitator
masyarakat
atau
sanitarian
yang
dikirim
ke
Kabupaten
dan
diteruskan
pula
ke
Propinsi
secara
rutin
setiap
kurun
waktu
tertentu.
Pada
dasarnya
sistim
ini
juga
dapat
diaplikasikan
ke
tingkat
pusat
(skala
nasional),
dengan
mekanisme
kerja
yang
sama,
data
hasil
pemantauan
tersebut
diteruskan
(forward)
secara
rutin
ke
sms
server
di
tingkat
pusat.
Model
sistem
yang
dikembangkan
adalah
dengan
server
terpusat,
cara
ini
sebetulnya
memberikan
ruangan
atau
kapasitas
yang
lebih
besar
dan
terorganisasi
dalam
media
penyimpanannya
dengan
kata
lain
menyediakan
sistim
database
sebagai
pusat
data.
Struktur
pelaksana
utama
tetap
ada
pada
wilayah
desa,
kecamatan
dan
kabupaten.
Kabupaten
tetap
sebagai
pemegang
otoritas
utama
dalam
mengelola
dan
menjamin
akurasi
data.
Data
yang
dikirim
melalui
sanitarian
ke
server
pusat
dan
telah
terverifikasi,
akan
diteruskan
ke
penyimpanan
data
virtual
di
website
STBM.
Kabupaten
dan
propinsi
dapat
melihat
dan
mengakses
data
monitoring
tersebut
melalui
aplikasi
berbasis
web
pada
website
STBM.
27
Gambar-3
28
Penerapan
sistem
monitoring
berbasis
SMS
juga
dapat
menggantikan
tools
sistem
monitoring
berbasis
SMS,
manakala
pada
wilayah
tertentu
tidak
memungkinkan
untuk
menggunakan
SMS.
Otoritas
pengisian
data
monitoring
berbasis
website
ada
di
Dinas
Kesehatan
atau
bidang/kelompok
kerja
STBM
di
tingkat
kabupaten
maupun
tingkat
propinsi
(sesuai
dengan
status
kewilayahan
data).
Institusi
ini
akan
diberikan
otoritas
khusus
sebagai
administrator
data
pada
wilayah
yang
bersangkutan.
Mekanisme
pengisian
data
oleh
lembaga/institusi
atau
mitra
lainnya
yang
memiliki
kegiatan
STBM
di
wilayah
tersebut
akan
bekerjasama
dan
berkordinasi
dengan
lembaga
yang
memiliki
otoritas
atau
akses
ke
website
STBM.
Monitoring
berbasis
website
STBM
juga
merupakan
sub-sistem
dari
Sistem
Monitoring
dan
Evaluasi
Nasional
yang
akan
terintegrasi
dengan
pelaku/sistem
Monitoring
AMPL
BM
lainnya
ditingkat
pusat.
4.4
Sistem benchmarking
Keberhasilan
pencapaian
indikator
hasil-hasil
kegiatan
STBM
seperti
tertuang
pada
pokok
bahasan
3,
tidak
terlepas
kepada
bagaimana
pemerintah
daerah
melaksanakan
strategi
programnya
dengan
baik
dan
tepat
sasaran.
Pemantauan
kinerja
program
pemerintah
daerah
ini
menjadi
penting
dilakukan
dengan
beberapa
pertimbangan
seperti
di
bawah
ini:
Pemantauan
kinerja
harus
memungkinkan
pembuat
kebijakan
dan
pengelola
program
untuk
memantau
kinerja
secara
rasional
dan
dengan
demikian
ada
upaya
menyalurkan
sumber
daya
dengan
tepat
dan
aksi
perbaikan
atas
dasar
kekuatan
dan
kelemahan
yang
diidentifikasi;
Menghubungkan
pemantauan
input,
output
dan
proses
dengan
outcome
yang
diinginkan
melalui
sistem
pemantauan
STBM
yang
dikembangkan;
Pemantauan
berkala
membantu
menandai
kesenjangan
dalam
akurasi
data
dan
ketepatan
waktu
pelaporan;
Evaluasi
program
yang
sudah
berjalan,
untuk
menentukan
strategi
pelaksanaan
program
(rencana
strategis)
ke
depan
yang
lebih
efisien.
29
seperti
institusi
media
massa
menjadi
penting
perannya
dalam
membangun
kompetisi
yang
baik
dan
terbuka.
Pemantauan
kinerja
program
pemerintah
daerah
terkait
dengan
aspek
sanitasi
akan
mengacu
kepada
indikator
sebagai
berikut:
Tabel-3
Kelompok
indikator
Input
Output
Outcome
Bobot penilaian
Semakin
besar,
bobot
nilainyaakan
lebih
baik
Semakin
besar,
bobot
nilainya
akan
lebih
baik
Semakin
besar,
bobot
nilainya
akan
lebih
baik
30
Kelompok
indikator
Bobot penilaian
investasi
program
Rasio
efektivitas
biaya
program
Semakin
kecil,
bobot
nilainya
dengan
hasil
capaian
seperti
capaian
akan
lebih
baik
ODF,
peningkatan
akses
masyarakat
ke
masing-masing
pilar,
capaian
desa
STBM
31
V.
PENGELOLAAN PENGETAHUAN
Pengetahuan
organisasi
adalah
pengetahuan
yang
dimiliki
oleh
individu-individu.
Dengan
adanya
mutasi
/
promosi
perorangan
yang
mengakibatkan
individu
keluar,
maka
pengetahuan
organisasi
juga
hilang.
Ilmu
dan
kapasitas
yang
dimiliki
individu
tersebut
yang
sangat
dibutuhkan
oleh
organisasi
juga
menghilang.
Disinilah
pentingnya
pengelolaan
pengetahuan
yang
diamanatkan
menjadi
salah
satu
strategi
nasional
dalam
program
STBM.
Pengelolaan
pengetahuan
memastikan
bahwa
ilmu
dan
kapasitas
yang
telah
ada
di
suatu
organisasi
/
program
tidak
menghilang
walaupun
individunya
tidak
ada
lagi
di
oraganisasi
/
program
tersebut.
Pengelolaan
pengetahuan
juga
digunakan
untuk
meningkatkan
performa
seseorang
atau
organisasi,
dengan
cara
mengatur
dan
menyediakan
sumber
ilmu
yang
ada
saat
ini
dan
yang
akan
datang.
Tujuan
Prinsip
pengelolaan
pengetahuan
di
program
STBM
adalah
untuk
melestarikan
pengetahuan
dan
pembelajaran
dalam
sanitasi
total.
Mekanisme
Jangka panjang
Pengelolaan pengetahuan yang sederhana dapat dilakukan dengan siklus 3 tahapan yaitu:
Diseminasi
32
Horizontal:
Pertemuan koordinasi
Lokakarya
Studi banding
Gambar-4
33
Pembagian
peran
Pembagian
peran
yang
bisa
diambil
dalam
pengelolaan
pengetahuan:
PERAN
KEGIATAN
Identifikasi
dan
pengumpulan
pengetahuan
Memfasilitasi
pembelajaran
horizontal
Mendorong
terjadinya
inovasi
dan
praktik
unggulan
Menindaklanjuti
pembelajaran
untuk
diterapkan
lebih
luas
Penelitian
Memfasilitasi
pengelolaan
pengetahuan
kunjungan
lapangan
wawancara
riset
pemantauan
rutin,
dll
Pemberian
penghargaan
Benchmarking,
dll
Penerbitan
regulasi
Pendampingan
paska
studi
banding
Baseline
Cost
effectivenes
Opsi
teknologi
Dampak,
dl
Pengarsipan
Pertemuan
horizontal
learning
lintas
sektor/lintas
program
Ekspose
kegiatan
Diseminasi,
dll
PELAKU
Kegiatan
pengelolaan
pengetahuan
yang
dapat
dilakukan:
TINGKAT
KEGIATAN
Pusat
Provinsi
Kabupaten
34
TINGKAT
KEGIATAN
Kecamatan
35
LAMPIRAN 1
Instrumen
Monitoring
Keluaran
Program
STBM
(bagi
fasilitator
pemicu)
1.
PEMETAAN
SOSIAL
Tujuan:
Memetakan
informasi
dasar
terkait
kegiatan
sanitasi
dan
kesehatan
Mengetahui
perilaku
masyarakat
dalam
hal
buang
air
besar
Mengetahui
akses
masyarakat
berdasarkan
tingkatan
kesejahteraan
terhadap
sarana
sanitasi
yang
ada
Alat
bantu
untuk
monitoring
paska
pemicuan,
peningkatan
demand
dan
supply
Persiapan:
Memahami
proses
fasilitasi
pemetaan
sosial
Pembagian
peran
dan
tugas
fasilitator/pendamping
Membuat
janji
pertemuan
dengan
masyarakat
dengan
ada
keterwakilan
seluruh
masyarakat
(dusun,
golongan/kelompok,
laki-laki/perempuan)
Mempersiapkan
alat
dan
bahan
fasilitasi,
seperti:
potongan
kertas
berwarna
(metaplan),
kertas
plano,
kertas
A4,
spidol,
kain
tempel/sticky
clothe,
hasil
klasifikasi
kesejahteraan,
lembar
catatan)
Hasil
yang
Pola
perilaku
masyarakat
(setiap
rumah
tangga)
dalam
hal
buang
air
besar,
termasuk
diharapkan:
perilaku
di
sekolah
Distribusi
keluarga/rumah
tangga
untuk
setiap
kategori,
yang
punya
akses
kepada
sarana
air
minum
dan
sanitasi
yang
baik/sehat,
akses
kepada
sarana
sanitasi
yang
belum
sehat,
menumpang
BAB
atau
BAB
di
sembarangan
tempat.
Distribusi
keluarga/rumah
tangga
yang
memiliki
dan
menggunakan
sarana
cuci
tangan
di
rumahnya
Jumlah
sekolah
yang
memiliki
sarana
jamban
dan
cuci
tangan,
berfungsi
dan
digunakan
Informasi
yang
berkaitan
dengan
supply
sanitasi
seperti
toko
material,
pengecer,
rumah
tukang,
dst
Proses:
Pembuatan
peta
sosial:
1) Fasilitator
menjelaskan
tujuan
dari
kegiatan
pemetaan
sosial
ini.
2) Peta
sosial
yang
dibuat
berdasarkan
hasil
kegiatan
pemetaan
saat
pemicuan
3) Agar
peta
sosial
yang
dibuat
memiliki
informasi
yang
jelas
dan
rapi,
penting
untuk
menyepakati
legenda/simbol
informasi
yang
akan
dituangkan
dalam
peta
tersebut,
yang
dapat
dibedakan
menurut
informasi
umum
dan
informasi
khusus.
Informasi
umum:
Informasi
khusus:
1. Jalan
1. Rumah
(yang
dibedakan
menurut
2. Tanda
alam
(sungai,
danau,
klasifikasi
kesejahteraan
yang
muncul)
gunung,
bukit,
rawa,
dan
lain
2. Tempat-tempat
yang
dimanfaatkan
oleh
sebagainya)
masyarakat
sebagai
sarana
untuk
Buang
3. Bangunan/
fasilitas
umum
Air
Besar
(BAB)
termasuk
kepemilikan
(mesjid,
gereja,
pura,
jamban
(penting
untuk
dibedakan
jamban
kelenteng,
kuil,
sekolah,
sarana
yang
dibangun
proyek
dan
oleh
kesehatan,
pasar
dan
lain
masyarakat
sendiri).
sebagainya)
3. Sumber/sarana
air
yang
dimanfaatkan
36
4)
5)
6)
7)
Peta
dibuat
dengan
ukuran
besar
yaitu
dengan
menggunakan
kertas
plano
(kertas
roti/
kertas
flip
chart),
dengan
tujuan
memudahkan
partisipan
untuk
terlibat,
dan
isi/informasi
dalam
peta
tidak
berimpitan.
Misal:
posisi
kertas
portrait
(tegak)
2
membujur
dan
3
melintang
(dibutuhkan
6
lembar
kertas)
Setelah
legenda/
simbol
untuk
informasi
yang
diperlukan
selesai
disepakati,
lanjutkan
dengan
membuat
dasar
dari
peta
sosial:
i. Pertama-tama
menentukan
batas
wilayah
desa
tersebut
dengan
menggunakan
tali
sebagai
alat
bantu,
setelah
dianggap
benar,
tandai
batas
desa
tadi
secara
permanen
(contoh:
menggunakan
spidol
bila
media
gambarnya
kertas),
menurut
simbol
yang
disepakati.
ii. Lanjutkan
menggambar
informasi
umum
yang
dianggap
penting.
Setelah
peta
dasar
dianggap
selesai,
lanjutkan
dengan
menggambarkan
informasi
khusus.
i. Gambar
rumah-rumah
penduduk,
dimulai
dari
rumah
yang
digunakan
untuk
kegiatan
pemetaan
sosial
atau
rumah
terdekat
dari
tempat
kegiatan.
ii. Dilanjutkan
dengan
tempat-tempat
yang
dimanfaatkan
oleh
masyarakat
sebagai
sarana
untuk
Buang
Air
Besar
(BAB)
termasuk
kepemilikan
jamban.
iii. Lanjutkan
dengan
memetakan
informasi
khusus
lainnya
yang
berkaitan
dengan
program
sanitasi.
Lakukan
diskusi
bersama
peserta
dengan
memanfaat
informasi
yang
tersedia
dari
peta
sosial
tersebut.
Pastikan
untuk
menyalin
peta
kedalam
kertas
setelah
kegiatan
ini
selesai.
8)
Penggunaan
untuk
monitoring:
Dengan
memanfaatkan
peta
sosial,
ajak
masyarakat
untuk
menandai
keluarga/
rumah
tangga
yang
telah
berhasil
melakukan
perubahan;
Adapun
pemantauan
perubahan
kondisi
masyarakat
dapat
dibedakan
sebagai
berikut:
a. Komunitas
yang
menuju
ODF:
menandai
perubahan
kebiasaan
dari
BAB
di
sembarang
tempat
menjadi
BAB
di
jamban,
hingga
perubahan
untuk
meningkatkan
kualitas
jamban
menjadi
jamban
sehat.
b. Komunitas
yang
menuju
Total
Sanitasi:
menandai
keluarga/
rumah
tangga
dalam
komunitas
yang
sudah
ODF,
telah
berhasil
mengupayakan
peningkatan
kulaitas
jamban
sehat,
penggunaan
air
bersih
dan
pengolahan
makanan
dengan
baik,
kebiasaan
cuci
tangan
di
keluarga,
dan
ada
pengelolaan
air
kotor
(SPAL)
dan
sampah
padat
dengan
baik.
Catatan:
akan
lebih
baik
apabila
peta
yang
digunakan
untuk
memantau
perubahan
yang
terjadi
37
disalin
dan
ditempatkan
di
tempat
yang
mudah
dijangkau
oleh
masyarakat
untuk
melihat
dan
melakukan
pemantauan
mandiri.
38
2.
PENGAMATAN
MELALUI
PERJALANAN
TRANSEK
Tujuan:
Mengetahui
keberfungsian,
penggunaan
dan
pemeliharaan
sarana
jamban
yang
dimiliki
masyarakat,
baik
di
lingkungan
permukiman
maupun
lingkungan
sekolah
Mengetahui
apa
yang
masyarakat
rasakan
dengan
sarana
sanitasi
yang
dipunyai
sekarang,
dan
rencana
mereka
terkait
sarana
sanitasi
mereka
Persiapan:
Perencanaan
perjalanan
transek
bersama
beberapa
wakil
masyarakat
Mempersiapkan
alat
dan
bahan
fasilitasi,
seperti:
salinan
peta
sosial,
ceklist
jamban
Hasil
yang
Efektivitas
keberfungsian
dan
penggunaan
jamban
yang
dimiliki/
dibangun
oleh
diharapkan:
masyarakat
Kualitas
pemeliharaan
sarana
jamban
yang
ada
oleh
masyarakat
Waktu
pelaksanaan:
Proses:
kegiatan
ini
dapat
dilakukan
oleh
kader
atau
fasilitator
pemicu
pada
saat
melakukan
pembaharuan
(updating)
informasi
kemajuan
pemicuan
1) Dengan
bantuan
informasi
dari
peta
sosial,
lakukan
perencanaan
perjalanan
transek
bersama
beberapa
perwakilan
masyarakat.
2) Kunjungan
dilakukan
terhadap
rumah
tangga
yang
terjadi
perubahan
perilaku
BAB-nya,
dari
tanpa
tanda
ke
merah/
kuning/
hijau;
dari
merah
ke
kuning/hijau,
dan/atau
dari
kuning
ke
hijau
(keterangan:
tanpa
tanda=BAB
sembarang/OD,
merah=jamban
numpang,
kuning=jamban
tidak
sehat,
hijau=jamban
sehat).
3) Saat
melakukan
kunjungan:
- Amati
dan
perdalam
informasi
berkaitan
dengan
penggunaan,
dan
pemeliharaan
sarana
sanitasi
yang
dimiliki
masyarakat,
minimal
sesuai
aspek-aspek
yang
ada
dalam
lembar
catatan
- Catat
hasilnya
dalam
lembar
catatan;
apabila
kurang
untuk
menuliskan
keterangan
dan
informasi
penting
dapat
menggunakan
kertas
tambahan
sebagai
pelengkap
lembar
catatan
- Jangan
lupa
mencantumkan
nomor
lokasi
yang
dikunjungi
sesuai
yang
ada
dalam
peta
sosial,
saat
perencanaan
perjalanan
transek
39
Lembar
Catatan:
1.
Nama
komunitas/
Desa:
2.
Nama
Kecamatan/Kabupaten/Propinsi:
3.
Program:
4.
Tanggal
kegiatan:
TW
1
Kualitas
konstruksi,
O&M,
dan
penggunaan
jamban
rumah
tangga
dan
Sarana
Cuci
Tangan
(pengamatan
oleh
fasilitator)
Skor
1=
ya/ada,
0=tidak/tidak
ada
1.
1)
11
12
Catatan:
Keterangan
untuk
setiap
jamban
yang
diamati
dapat
dibuat
dalam
lembar
tersendiri.
1
)
disesuaikan
dengan
penomeran
lokasi
pada
peta
sosial
Untuk
keperluan
analisis:
No.
1,
2,
6,
7
dan
10
sebagai
indikator
perubahan
perilaku
BAB
di
jamban
No.
3,
4,
dan
5
sebagai
indicator
jamban
yang
digunakan
telah
dikategorikan
jamban
sehat
(improved)
No.
8
dan
9
sebagai
indicator
perilaku
PHBS
lain
yaitu
kebiasaan
cuci
tangan
40
TW
2
Kualitas
konstruksi,
O&M,
dan
penggunaan
jamban
sekolah
No.
Jamban
yang
diamati
Skor
1=
ya/ada,
0=tidak/tidak
ada
Sekolah
1
2
3
1
1.
2.
Sekolah
2
2
3
1)
Sekolah
3
2
3
Catatan:
Keterangan
untuk
setiap
jamban
yang
diamati
dapat
dibuat
dalam
lembar
tersendiri.
41
42
Analisis/
pemanfaatan
Data
(Verifikasi ODF)
Pusat
Pelaporan
Perekaman &
Kompilasi
data monitoring
Baseline data:
Anggaran kab.
Media
Pelatihan
hambatan dlm
mengadopsi
jamban sehat
Dokumentasi
Perkembangan
Anggaran
Dokumentasi database:
media,
Pelatihan
Hasil survei hambatan
dlm mengadopsi
jamban sehat
Propinsi
ODF
Analisis/
pemanfaatan
Data
(Verifikasi ODF)
Propinsi
Pelaporan
Perekaman &
Kompilasi
data monitoring
Analisis/
pemanfaatan
Data
(Verifikasi ODF)
Kabupaten
ODF
Kabupaten
Dokumentasi
pembelajaran +
photo kegiatan/
kejadian
Pelaporan
Baseline data:
Data toko produk
sanitasi
Data produsen
produk sanitasi
Pelatihan
Dokumentasi Database:
Toko produk sanitasi
Produsen produk
sanitasi
Pelatihan
Tukang
Dokumentasi
pembelajaran +
photo kegiatan/
kejadian
Baseline data:
tukang
Kecamatan
ODF
Kompilasi
data monitoring
Perekaman
monitoring
kemajuan
pemicuan
(format laporan)
Kecamatan
Analisis/
pemanfaatan
Data
(Verifikasi ODF)
Komunitas
ODF
Baseline data:
Akses sanitasi
Perilaku
pembuangan
tinja batita
Proses
pemicuan
Monitoring
mandiri perilaku
oleh rumah
tangga
Perekaman
kemajuan
monitoring
(peta masyarakat)
Monitoring jenis
jamban yang
digunakan
(verifikasi:
pengamatan dg
ceklist jamban)
Desa
43
LAPORAN
BULANAN
KEMAJUAN
KEGIATAN
SANITASI
TOTAL
BERBASIS
MASYARAKAT
Perkembangan
Akses
Masyarakat
kepada
Jamban
Kabupaten
Kecamatan
Bulan
laporan
:
......................................................................................
:
......................................................................................
:
........................................
/
Tahun
................................
7
No.
(2)
Jumlah
total
rumah
tangga
Nama
dusun/
kampung
Nama Desa
(1)
LB-1
(3)
(4)
Jamban
sehat
permanen
(improved
)
Jamban
sehat
semi-
permanen
(hygienic)
(5)
Numpang
(sharing)
(6)
Masih
BAB
sembarangan
(OD)
(7)
(8)
Keterangan
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Keterangan:
Kolom
(1),
(2),
(3),
(13)
cukup
jelas
Kolom
(4)
jumlah
rumah
tangga
pada
komunitas
yang
dimaksud
(KK)
Kolom
(5)
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
memiliki
dan
menggunakan
jamban
sehat
permanen
(improved)
untuk
keperluan
BAB
(baseline)
Kolom
(6)
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
memiliki
dan
menggunakan
jamban
sehat
semi-permanen
(hygienic)
untuk
keperluan
BAB
(baseline)
Kolom
(7)
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
belum
memiliki
jamban
namun
telah
menggunakan
jamban
sehat
untuk
keperluan
BAB,
baik
ke
permanen
atau
semi-permanen
Kolom
(8)
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
masih
BAB
di
sembarang
tempat
(baseline).
Masyarakat
yang
masih
BAB
ke
jamban
terbuka
(masih
memungkinkan
terjadi
kontaminasi/
penularan
ke
manusia),
dapat
dikatakan
mereka
masih
BAB
di
sembarang
tempat
(Open
Defecation).
Hal
ini
pun
termasuk
jamban/WC
dengan
kontruksi
yang
sudah
baik,
namun
muara
buangannya
masih
ke
sungai/
parit,
dst.
Masyarakat
yang
masih
BAB
ke
jenis
jamban
seperti
inipun,
dianggap
masih
BAB
di
sembarang
tempat.
Kolom
(9)
perkembangan
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
telah
menggunakan
jamban
sehat
permanen
untuk
keperluan
BAB
Kolom
(10)
perkembangan
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
telah
menggunakan
jamban
sehat
semi-permanen
untuk
keperluan
BAB
Kolom
(11)
perkembangan
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
belum
memiliki
jamban
namun
telah
menggunakan
jamban
sehat
untuk
keperluan
BAB,
baik
permanen
atau
semi-permanen
Kolom
(12)
perkembangan
jumlah
rumah
tangga
(KK)
yang
masih
BAB
di
sembarang
tempat
7
Baseline data diisi pada awal sebelum intervensi program dimulai; pengisian cukup sekali saja. Pada saat pemutakhiran data/ informasi saat ada kemajuan hasil kegiatan (updating progress), baseline
tidak perlu disertakan atau diisi kembali.
44
Catatan
lain:
Kondisi
dimana
1
rumah
dihuni
oleh
lebih
dari
1
KK
mengakses
ke
satu
jamban,
dan
juga
satu
pekarangan
terdiri
dari
lebih
dari
1
rumah
sebagai
keluarga
besar
mengakses
ke
satu
jamban,
maka
keadaan
seperti
ini
dapat
dikatakan
semua
KK
yang
ada
telah
dianggap
memiliki
akses
ke
jamban
tersebut
(sehat
permanen
atau
sehat
semi-permanen).
Contoh:
1
rumah
dihuni
2
KK
mengakses
ke
1
jamban
sehat
permanen,
maka
kedua
KK
tersebut
dapat
dikatakan
memiliki
akses
kepada
jamban
sehat
permanen
tersebut.
45
LAPORAN
BULANAN
REALISASI
KEGIATAN
SANITASI
OLEH
MASYARAKAT
Data
Komunitas
ODF
Kabupaten
Kecamatan
Bulan
laporan
LB-2
:
......................................................................................
:
......................................................................................
:
........................................
/
Tahun
................................
Hasil
verifikasi
status
ODF
(Ya/Tidak)
No.
(1)
(2)
Jumlah
KK
(dalam
komunitas)
Nama
komunitas
Nama desa
(3)
Jumlah
populasi
(jiwa)
(4)
Jumlah
KK
yang
memiliki
akses
dan
menggunakan
jamban
(5)
Mulai
pemicuan
(6)
Deklarasi
ODF
(7)
Natural
leader
(8)
Tidak
ada
bukti
kotoran
di
lingkungan,
termasuk
perilaku
membuang
kotoran
anak
<
3
tahun
(9)
Ada
rencana
kerja
untuk
mencapai
100%
KK
memiliki
jamban
sehat
(10)
Ada
sanksi/
aturan
untuk
melestarikan
status
ODF
masyarakat
(11)
(12)
Ada
bentuk
monitoring
untuk
melihat
perubahan
perilaku
BAB
ke
jamban
sehat/
tidak
sehat,
dan
cuci
tangan
(13)
Keterangan:
Kolom
(1),
(2),
(3),
(4),
(5)
cukup
jelas
Kolom
(6)
diisikan
data
sesuai
dengan
informasi
pada
LB-1:
Total
jumlah
dari
keluarga
yang
punya
akses
ke
jamban
sehat,
jamban
belum
sehat
dan
yang
masih
numpang
(sharing)
Kolom
(7)
diisikan
tanggal
pemicuan
awal
dilakukan
Kolom
(8)
diisikan
tanggal
status
ODF
tercapai
sesuai
hasil
monitoring
dan
verifikasi
Kolom
(9)
diisikan
nama-nama
masyarakat
yang
menjadi
kampiun
pemicuan
sebagai
Natural
Leader
atau
Komite
Pemicuan
Kolom
(10),
(11),
(12),
(13)
diisikan
keterangan
Ya
atau
Tidak
sesuai
dengan
pernyataan
yang
dimaksud
46
LAPORAN
TRIWULAN
REALISASI
KEGIATAN
SANITASI
OLEH
MASYARAKAT
Data
Masyarakat
Yang
Membangun
Jamban
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Komunitas
Bulan
laporan
:
:
:
:
:
LB-3
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
........................................
/
Tahun
................................
No.
Nama
Kategori
kesejahteraan
Waktu
membangun
jamban
Apakah
mereka
memiliki
SCT-PS
(Ya/Tidak)
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Keterangan:
Kolom
(1),
(2),
(7)
cukup
jelas
Kolom
(3)
merupakan
tingkatan
kesejahteraan
masyarakat
bersangkutan
mengacu
kepada
hasil
peta
sosial
Kolom
(4)
diisikan
tanggal/bulan/tahun
masyarakat
bersangkutan
membangun
jamban
Kolom
(5)
diisikan
biaya
total
yang
dikeluarkan
untuk
membangun
jamban
(misal:
untuk
pembelian
material,
membayar
tenaga
tukang
(bila
menggunakan),
dll)
Kolom
(6)
diisikan
kepemilikan
sarana
cuci
tangan
pakai
sabun
(SCT-PS),
Ya=bila
tersedia
air
dan
sabun
untuk
cuci
tangan,
dan
lokasi
SCT-PS
dekat
jamban
(
3
meter),Tidak=bila
salah
satu
tidak
dipenuhi
47
LAPORAN
TRIWULAN
REALISASI
KEGIATAN
SANITASI
OLEH
MASYARAKAT
Rekapitulasi
Biaya
Pembangunan
Jamban
oleh
Masyarakat
Kabupaten
Kecamatan
Bulan
laporan
LB-4
:
......................................................................................
:
......................................................................................
:
........................................
/
Tahun
................................
Biaya
yang
dikeluarkan
untuk
membangun
jamban
Keluarga
Miskin
Keluarga
Menengah
Keluarga
Kaya
No.
Nama Komunitas
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Keterangan:
Kolom
(1),
(2),
(9)
cukup
jelas
Kolom
(3)
diisikan
hasil
rata-rata
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
membangun
jamban
oleh
keluarga
miskin
dalam
komunitas
tersebut
Kolom
(4)
diisikan
hasil
rata-rata
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
membangun
jamban
oleh
keluarga
menengah
dalam
komunitas
tersebut
Kolom
(5)
diisikan
hasil
rata-rata
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
membangun
jamban
oleh
keluarga
kaya
dalam
komunitas
tersebut
48
LAPORAN
TRIWULAN
REALISASI
KEGIATAN
SANITASI
OLEH
MASYARAKAT
Data
Komunitas/
Desa
STBM
Kabupaten
Kecamatan
Bulan
laporan
LB-5
:
......................................................................................
:
......................................................................................
:
........................................
/
Tahun
................................
Hasil
verifikasi
status
STBM
(Ya/Tidak)
No.
(1)
(2)
Jumlah
KK
(dalam
komunitas)
Nama
komunitas
Nama desa
(3)
Mulai
pemicuan
(4)
(5)
Diverifikasi
dan
dinyatakan
ODF
Deklarasi
STBM
(6)
(7)
100%
rumah
tangga
100%
rumah
memiliki
tangga
memiliki
sarana
untuk
dan
melakukan
menggunakan
pengelolaan
sarana
untuk
air
minum
melakukan
CTPS
dan
makanan
dengan
aman
(8)
(9)
100%
rumah
tangga
mengakses
sarana
untuk
melakukan
pengelolaan
sampah
100%
rumah
tangga
memiliki
sarana
pengelolaan
limbah
cair
yang
aman
(10)
(11)
Keterangan:
Kolom
(1),
(2),
(3),
(4)
cukup
jelas
Kolom
(5)
diisikan
tanggal
pemicuan
awal
dilakukan
Kolom
(6)
diisikan
tanggal
status
STBM
tercapai
sesuai
hasil
monitoring
dan
verifikasi
Kolom
(7),
(8),
(9),
(10),
(11)
diisikan
keterangan
Ya
atau
Tidak
sesuai
dengan
pernyataan
yang
dimaksud;
verifikasi
dilakukan
termasuk
di
lokasi
sekolah
yang
berada
di
dalam
lingkungan
komunitas/
desa
bersangkutan,
untuk
meliihat
juga
konsistensi
perubahan
perilaku
di
institusi
tersebut.
49
Kabupaten
Kecamatan
Bulan
laporan
No.
(1)
LT-1
LAPORAN
TAHUNAN
REALISASI
KEGIATAN
SANITASI
OLEH
MASYARAKAT
Data
Investasi
Program
Sanitasi
:
......................................................................................
:
......................................................................................
:
........................................
/
Tahun
................................
Anggaran
program
yang
sudah
digunakan
untuk:
Daftar
program
sanitasi
di
kabupaten
(3
tahun
terakhir)
Periode
program
(2)
(3)
Peningkatan
demand
Peningkatan
Supply
Subsidi/
Konstruksi
jamban
Monitoring
Total
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Investasi
masyarakat
untuk
jamban
(9)
(10)
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan:
Kolom
(1)
cukup
jelas
Kolom
(2)
diisikan
program
sanitasi
di
kabupaten
pada
kurun
waktu
3
tahun
terakhir,
baik
yang
telah
selesai
dan/atau
sedang
berjalan
Kolom
(3)
diisikan
jangka
waktu
berjalan
dari
program
bersangkutan,
misal
(Januari
2005
Desember
2007),
(Juli
2007
Desember
2010)
Kolom
(4)
diisikan
jumlah
anggaran
yang
telah
digunakan
selama
periode
program
berjalan
(untuk
penggunaan
peningkatan
demand),
misal
untuk
periode
program
(Juli
2007
Desember
2010),
isikan
penggunaan
dana
hingga
bulan/tahun
berjalan
(Juli
2007
..sekarang..);
Contoh
penggunaan
dana
untuk
peningkatan
demand
adalah
pemicuan
dengan
metode
CLTS,
pelatihan
CLTS,
perbanyakan
media
komunikasi,
dan
kegiatan
lain
yang
menunjang
peningkatan
demand.
Kolom
(5)
diisikan
jumlah
anggaran
yang
telah
digunakan
selama
periode
program
berjalan
untuk
penggunaan
peningkatan
supply,
seperti
pelatihan
tukang,
workshop
jejaring
supply,
dll
Kolom
(6)
diisikan
jumlah
anggaran
yang
telah
digunakan
selama
periode
program
berjalan
untuk
penggunaan
pemberian
stimulan
jamban/
konstruksi
jamban
(bersifat
subsidi)
Kolom
(7)
diisikan
jumlah
anggaran
yang
telah
digunakan
selama
periode
program
berjalan
untuk
penggunaan
monitoring
kegiatan
Kolom
(8)
diisikan
jumlah
anggaran
pada
kolom
(4),
(5),
(6),
dan
kolom
(7)
Kolom
(9)
diisikan
data
sesuai
dengan
informasi
pada
LB-1:
Total
jumlah
dari
keluarga
yang
punya
akses
ke
jamban
sehat,
jamban
belum
sehat
dan
yang
masih
numpang
(sharing)
Kolom
(10)
diisikan
total
investasi
untuk
jamban
yang
terbangun
oleh
upaya
masyarakat
sendiri
dan/atau
dari
dana
program
50
LT-2A
Nama Toko
Desa
-
Kecamatan
Alamat
No Telpon
Closet
Semen
Ring
Semen
Lainnya
(sebutkan)
Bro-chure
Sticker
Lainnya
(sebutkan)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Catatan:
Jenis produk sanitasi yang dihasilkan: closet cement, closet porselen, ring cor cement, closet dengan plat penyangga, lainnya (sebutkan)
51
Nama
Produsen
(Pemilik
atau
Nama
Usaha)
LT-2B
Alamat
Desa - Kecamatan
No Telpon
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Catatan:
*)
Jenis
produk
sanitasi
yang
dihasilkan:
closet
cement,
closet
porselen,
ring
cor
cement,
closet
dengan
plat
penyangga,
lainnya
(sebutkan)
52
LT-3
No
Referensi
Toko
(Sebutkan
Nama
Toko)
Nama Tukang
Spesifikasi
*)
Tukang
Pengalaman
Membuat
WC
(Ya
/
Tdk)
Desa - Kecamatan
No Telpon
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Catatan:
*)
Spesifikasi
tukang:
mandor/tukang
terlatih,
buruh,
tukang
batu,
tukang
gali,
atau
sejenisnya
53
LT-4
No
Nama Media
*)
Ranking
Alamat
Kecamatan
Contact Person
No Telpon
Surat
Kabar
1
2
3
4
1
2
3
4
5
Radio
TV Lokal
Jenis
Media
Lain
yang
Efektif
(Dijumpai
banyak
diterapkan
di
desa
/
kecamatan)
No
Jenis Media
Keterangan
2
3
Catatan:
-
Ranking
disusun
berdasarkan
popularitas
media
(yang
paling
banyak
dibaca
/
didengar
/
ditonton)
54
LT-5
Rekapitulasi
Kegiatan
Peningkatan
Kapasitas
(Capacity
Building)
Kecamatan/
Kabupaten:
Kegiatan
peningkatan
kapasitas
No.
Durasi
pelaksanaan
Waktu pelatihan
Jumlah peserta
Tempat
pelaksanaan
Keterangan
Total
10
No.
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
*)
ya (), tidak ()
55
LAMPIRAN 2
FORMAT
MONITORING
VERIFIKASI
ODF
TINGKAT
DESA
Siapa
yang
seharusnya
menggunakan
format
ini
:
Format
ini
adalah
verifikasi
mandiri/
independen,
karena
itu
sebaiknya
tidak
digunakan
oleh
anggota
masyarakat
untuk
memverifikasi
komunitas
mereka
sendiri.
Tim
verifikasi
sebaiknya
terdiri
dari
staf
Puskesmas,
kader
kecamatan/
kabupaten,
anggota
dusun/
desa
lain,
dan
anggota
lembaga
masyarakat
lain.
Fasilitator
luar
yang
memicu
masyarakat,
sebaiknya
TIDAK
melakukan
verifikasi.
Anggota
masyarakat
yang
diverifikasi
boleh
mengantarkan
pem-verifikasi
untuk
membantu
menemukan
rumah-rumah
yang
dikunjungi.
A. Batasan
Batasan
1) Suatu
Masyarakat
Disebut
ODF
:
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
56
B.
5.
Dusun
:
6.
Desa:
7.
Kecamatan/Kabupaten:
/
8.
Nama
Puskesmas:
9.
Tanggal
Monitoring/Verifikasi
kegiatan:
10.
Nama-nama
Pengamat:
TW
1
Kualitas
konstruksi,
O&M,
dan
penggunaan
jamban
rumah
tangga
dan
Sarana
Cuci
Tangan
(pengamatan
oleh
fasilitator
dan
masyarakat)
1)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Catatan:
Keterangan
untuk
setiap
jamban
yang
diamati
dapat
dibuat
dalam
lembar
tersendiri.
1
)
disesuaikan
dengan
penomeran
lokasi
pada
peta
social,
ditulis
nama
KK.
Untuk
keperluan
analisis:
57
Langkah
Langkah
1. Pada
waktu
verifikasi,
sebelumnya
lakukan
konsolidasi
tim
untuk
memahami
bersama
format
tersebut,
yang
secara
khusus
dibahas
10
pertanyaan
tersebut,
satu
per
satu.
2. Gunakan
Peta
Sosial
untuk
membagi
tanggung
jawab
pengamatan
dan
verifikasi
di
antara
anggota
tim.
Pastikan
bahwa
mereka
memegang
nomor
rumah
yang
benar/
nama
kepala
keluarga
yang
akan
dikunjungi.
3. Biarkan
semua
anggota
tim
menyelesaikan
kunjungan
rumah
untuk
pengamatan
dan
wawancara.
4. Buat
ringkasan
hasil
secara
bersama-sama
menggunakan
Catatan
Terakhir
ODF
dan
Jamban
Sehat
5. Laporkan
kembali
ke
masyarakat
hal-hal
sebagai
berikut:
Jelaskan
5
kriteria
ODF
satu
per
satu,
hingga
total
skor.
Jelaskan
kirteria
jamban
sehat
dan
jamban
TIDAK
sehat
,
beri
contoh
jamban
tidak
sehat
yang
masih
ditemukan
di
masyarakat.
Tegaskan
bahwa
jamban
tersebut
mudah
rusak
dan
tidak
bertahan
lama,
yang
menyebabkan
masyarakat
bersangkutan
kehilangan
status
ODF-nya,
dan
sebaiknya
masyarakat
berupaya
untuk
meningkatkannya
menjadi
jamban
sehat
dengan
sesegera
mungkin.
Jelaskan
kemungkinan
masyarakat
dapat
mendeklarasikan
status
ODF-nya.
Bila
tidak,
jelaskan
perubahan
apa
yang
perlu
dilakukan
di
lingkungan
rumah
atau
di
sekolah.
Sampaikan
kepada
masyarakat
bahwa
tim
verifikasi
akan
kembali
untuk
mencek
apakah
telah
ada
perubahan/
perbaikan
yang
dibuat,
sehingga
ODF
dapat
dideklarasikan.
Catatan:
1.
Ke
10
pertanyaan,
harus
disesuaikan
dengan
situasi
lapangan
dan
tidak
dibaca
lurus-lurus
seperti
pertanyaan
dalam
check
list.
2.
Catatan
dari
setiap
jamban
yang
diamati
dan
hasil
wawancara
dengan
Rumah
Tangga,
pengguna
jamban
tetap
diperlukan
seperti
format
tersendiri
pada
bagian
C.
3.
Jika
ada
yang
harus
dipraktekkan
dengan
pemilik/
pengguna
jamban
dan
si
pemilik
jamban
tidak
ada
di
rumah,
usahakan
untuk
mencari
tahu
dan
mencari
informasi
ke
tetangga
terdekatnya.
No
Catatan
proses
Pernyataan
1
Lihat
jambannya
(tanda-tanda
digunakan).
Wawancara
dengan
pemilik
berapa
kali
sehari
BAB?,
apakah
setiap
kali
BAB
selalu
BAB
ke
Jamban?.
Bagaimana
jika
sedang
pergi
ke
sawah
atau
ke
kebun?.
2
Jika
pemilik
jamban
punya
bayi,
maka
harus
ditanyakan
ke
orang
tua.
Bagaimana
dengan
popok
si
Bayi,
dicuci
dimana?
(jika
dicuci
di
Kamar
Mandi),
lihat
kamar
mandinya.
3
Dengan
observasi.
Bagaimana
jika
dudukan
mulai
miring?.
Tanyakan
ke
pengguna
bagaimana
rasa
aman
dan
tidaknya
terhadap
keadaan
tersebut.
4
Tanyakan
sumber
air
yang
digunakan
masyarakat.
Jika
menggunakan
sumur
gali
atau
bor,
tanyakan
dimana
posisi
sumber
air
tersebut.
Bagaimana
jika
sumur
bor
dengan
kedalaman
lebih
dari
20
m
dan
dekat
dengan
pembuangan
kotoran,
tetapi
jarak
malah
lebih
20
m.
Berarti
tidak
mencemari
(aman)
karena
banyak
lapisan
tanah
yang
akan
dilalui.
5
Harus
diamati
pada
jamban.
Jika
masih
ada
celah
atau
lubang
tetap
dapat
1.
Karena
jika
ada
yang
mungkin
masuk,
dicheck
dengan
nomor
6.
6
Observasi.
jika
ada
lubang
pernafasan-angin-angin,
tanyakan
dimana
posisinya.
Karena
memberikan
peluang
kecoak
masuk
ke
lubang.
Jika
kebetulan
dilihat
ada
kecoak
masuk
atau
keluar,
maka
buat
catatan
dan
beri
skor
0.
Jika
tidak
ada
angin-angin
dan
menggunakan
tangki
septik,
maka
dicatat.
58
C.
Bagaimana
jika
dalam
lubang
masih
ada
sisa
feses?,
tetap
gugur
dan
nilai
0.
Tetap
harus
dibuat
catatan,
dan
ditanyakan
kepada
pengguna.
Tunjuk
ke
lubang
dan
minta
pemilik
WC
untuk
menjelaskan.
Lihat
indicator
(ada
air
dan
ada
sabun
atau
tanda-tanda
bekas
sabun).
Kemudian
Wawancara,
melakukan
dan
meminta
praktek
ke
pemilik
jamban.
Karena
walaupun
jarak
tempat
berdempetan
dan
tidak
didalam
ruang
bangunan
WC
perlu
dibuktikan
dengan
praktek.
Sertakan
dengan
proses
penyuluhan
sederhana
berdasarkan
pengalaman
mereka.
Lihat
dimana
tempat
makan?,
dimana
tempat
cuci
tangan?,
bisa
kamar
mandi-bisa
khusus,
tanyakan
apakah
cuci
tangan
pakai
sabun
sebelum
makan?,
bagaimana
caranya
(minta
dipraktekkan)?.
10
Harus
dilakukan
observasi
ke
lingkungan
dimana
biasa
warga
sebelumnya
BAB
(tempat
terbuka),
tempat-tempat
sampah,
kebun
belakang,
ke
sungai
dan
tempat
lain.
No
Catatan
Rumah
dan
Nama
KK
1.
2.
3.
4.
5.
59
Sekolah 2
Sekolah
1
2
3
1)
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
Jumlah Skor
6.
9.
Catatan:
Keterangan
untuk
setiap
jamban
yang
diamati
dapat
dibuat
dalam
lembar
tersendiri.
Prinsip
pengisian
sama
dengan,
seperti
rumah
tangga.
60
E.
Harus
didata
berapa
jamban
dalam
1
sekolah
tersebut.
Semua
jamban
harus
diamati.
No
Catatan
proses
dan
langkah
Pernyataan
1
2
Akan
skor
0,
jika
WC
hanya
digunakan
oleh
GURU.
Tanyakan
ke
sebagian
murid,
jika
kepingin
BAB
selama
sekolah
kemana?,
kenapa
tidak
menggunakan
jamban
di
sekolah?
3
9
Sama
seperti
catatan
untuk
kunjungan
jamban
rumah
tangga
10
Bagian
ini
terkait
dengan
sekolah,
kemana
saja
anak
sekolah
dan
guru
BAB.
Termasuk
di
halaman
dan
lingkungan
sekolah
dan
harus
diamati
keliling.
Amati
sampai
ke
bagian
belakang
sekolah
atau
tempat-tempat
yang
mengindikasikan
ada
kemungkinan
tempat
BAB.
F.
No
Jamban
setiap
sekolah
Catatan
1.
2.
3.
4.
61
G.
G.1.
Rekapitulasi
Jumlah
dan
Akses
Masyarakat
Terhadap
Jamban
[Format
rekap
gunakanlah
LB-1
(pada
halaman
34)]
G.2.
Checklist
dan
Catatan
Terakhir
(ODF
dan
Jamban
Sehat)
1)
Kriteria ODF
Beri tanda ( )
4. Ada mekanisme
monitoring umum yang
dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat
Catatan
tambahan
Catatan:
Nomor-
3:
Tertulis
dan
pastikan
ada
komitmen
penerapan
serta
dan
lakukan
cross
check
ke
sebagian
warga.
Nomor-4:
Harus
dipastikan
ada
tidaknya
tim
pemanatu.
62
2)
Jamban Sehat
Kriteria
Jamban
Sehat
1. Mencegah kontaminasi
ke badan air. Skor
Checklist no-4.
Beri tanda ( )
Catatan tambahan
2. Mencegah kontak
antara manusia dan
tinja. Skor checklist
no-5, 6 dan 7.
5. Konstruksi dudukannya
dibuat dengan baik &
aman bagi pengguna.
Skor checklist no-3.
.,
tanggal
.......20
Mengetahui
.
1. Kepala
Desa
.
a.n.
2.
..
...
Sanitarian
63