Anda di halaman 1dari 12

Definisi Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita


keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
(Soelaiman,1993).
Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian.Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan
imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak
tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan
selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain,
berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak
terbatas.
Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak keuntungan
bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resikoresiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan
otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga
adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri di
daerah operasi klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun dengan alasan takut
jahitan lepas klien tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai
edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu
komplikasi yang tidak diinginkan.
Konsep mobilisasi mula mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan

pengembalian secara berangsur angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk


mencegah komplikasi (Roper,1996).
Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :1)
Rentang gerak pasifRentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otototot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien2) Rentang gerak aktifHal ini
untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.3)
Rentang gerak fungsionalBerguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan.
Manfaat Mobilisasi Dini Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi ibu
post operasi adalah :1) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early
ambulation. Dengan bergerak, otot otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit
dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat kesembuhan.Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan
bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga
membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
2) Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat
anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya
kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bias merawat
anaknya dengan cepat3) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan
mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.
Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.
1) Peningkatan suhu tubuhKarena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga
sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari
tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

2) Perdarahan yang abnormalDengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik


sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat
dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang
terbuka
3) Involusi uterus yang tidak baikTidak dilakukan mobilisasi secara dini akan
menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus
Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan
dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :1) Setelah
operasi, pada 6 jam pertama ibu paska operasi seksio sesarea harus tirah baring
dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki2) Setelah 6-10 jam,
ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan
trombo emboli3) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk
duduk4) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan
MOBILISASI PASCA SC
PENGERTIAN MOBILISASI
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas / kegiatanMobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalianan Caesar.
TUJUAN MOBILISASI
Membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkanMobilisasi
yang dilakukan meliputi:
Hari ke 1 :lakukan miring ke kanan dank e kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam
setelah penderita / ibu sadarLatihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar.


Hari ke 2 :Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan
pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita
bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah
dudukSelanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah
melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 hari setelah operasi.Mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan
ibu. [Pemesanan/ Pembelian Kapsul Herbal Alami Binahong Untuk Mempercepat
Penyembuhan Luka Luar dan Dalam.
Adapun saran-saran yang peneliti ingin sampaikan mengenai penelitian ini
antara lain :
1. Bagi PasienKepada pasien,
setelah 6 jam selesai tindakan operasi anastesi umum dibantu dengan perawat.
Pasien mau melakukan tindakan mobilisasi dini dengan mengabaikan rasa malas
dan sedikit nyeri juga rumor yang berpendapat bahwa jika banyak bergerak setelah
operasi maka jahitan operasi akan lepas. Mobilisasi dilakukan untuk mempercepat
terjadinya platus, melancarkan peredaran darah dan menghindari komplikasi
lainnya.
2. Bagi Bidan/ perawat
Mobilisasi dini pada pasien post operasi anastesi umum sangat perlu dilakukan
dimana keuntungan yang didapat pasien dapat lebih cepat mengakhiri puasanya
karena peristaltik nya sudah baik dan mencegah komplikasi yang lain. Kepada
perawat diharapkan mampu melakukan mobilisasi secara terstruktur setelah 6 jam
pasien selesai dioperasi.
3. Bagi Pihak Rumah Sakit
Mengingat efek yang ditimbulkan sangat fatal jika tidak dilakukan mobilisasi dini

setelah pasien 6 jam selesai di operasi, hal ini perlu menjadi perhatian yang sangat
penting bagi pihak Rumag Sakit yaitu diharapkan mobilisasi secara terstruktur
dapat menjadi protap yang harus dilakukan setalah 6 jam pasien selesai di operasi
dengan anastesi umum
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan
miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya cobalah
untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang
dan berdiri

PERHATIKAN TAHAP MOBILISASI


Memang benar, persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu disarankan
tak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat
sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Namun setelah istirahat 8 jam, mobilisasi sangatlah
perlu agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan
ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur.
Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri. Khusus bagi ibu yang menjalani sesar
dianjurkan untuk turun dari tempat tidur setelah beristirahat selama 24 jam. Setelah itu, ibu bisa
pergi ke kamar mandi. Dengan begitu, sirkulasi darah di tubuh akan berjalan dengan baik.
Gangguan yang tak diinginkan pun bisa dihindari.
Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini:
1. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu terjatuh. Khususnya
jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang
terlambat dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ
tubuh, aliran darah tersumbat, terganggunya fungsi otot, dan lain-lain.
2. Yakinlah ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
3. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak
cuma itu. Sistem sirkulasi di dalam tubuh pun bisa berfungsi normal kembali akibat mobilisasi.

Bahkan, penelitian menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa mencegah
aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya trombosis vena
dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.
4. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.

KTI

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar
terguncang. Jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia
harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik
perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk
menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha tersebut terlihat dari
beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional misalnya
program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer
program) yang dilaksanakan oleh World Health Organization (WHO), atau
program gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang dilaksanakan
oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional
di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha-usaha tersebut, ada pula beberapa
konferensi internasional yang juga bertujuan untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) seperti International Conference on Population and
Development, di Kairo, 1994 dan The World Conference on Women, di
Beijing, 1995 (www.rahima.or.id, 2003).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berjumlah 307/100.000 kelahiran


hidup. Bila dibandingkan negara-negara Asean, AKI Indonesia menempati
posisi mengkhawatirkan. Yang menyebabkan AKI tinggi ada dua faktor
penyebab yaitu medis dan akses ke pelayanan kesehatan. Untuk mendukung
Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan WHO, Pemerintah
melaksanakan strategi utama adalah memberi pertolongan persalinan yang
diberikan tenaga kesehatan, kedua mengupayakan komplikasi ibu saat
mengandung dan melahirkan dapat ditangani, ketiga mengupayakan
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. Mengenai target menurunkan
AKI menjadi 125/100.000, agaknya sulit mencapai target tersebut
(www.depkes.go.id , 2004).

Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah


Sectio Caesaria (SC), dimana SC adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding rahim, namun pada kenyataannya masih
sering terjadi komplikasi pada ibu post partum seperti; infeksi puerperal,
perdarahan, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru, ruptur uteri
dan juga dapat terjadi pada bayi seperti kematian perinatal (Mansjoer,
et.all, 1999).
Menurut Jones (2005) dalam tahun 30 tahun belakangan, peristiwa operasi
caesar meningkat dengan pesat. Kebanyak beralasan. Tetapi beberapa juga
tidak mempunyai alasan yang tepat, hanya karena pasien menginginkan
operasi tersebut, atau dokter menginginkan cara yang mudah. Di Australia
dan Inggeris, operasi caesar sekitar 10 sampai 15%. Di Amerika Serikat,
sekitar 16% sampai 20%. Alasan tingginya jumlah kejadian operasi caesar di
Amerika Serikat adalah, kebanyakan ahli kebidanan.
Dari hasil laporan Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta tercatat bahwa pada
tahun 2005 jumlah persalinan dengan operasi caesar meningkat menjadi
24% dengan jumlah 1.757 persalinan dari jumlah semula sebesar 1.389
(22,6%) (healthsolutionlpg_2006).
Sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Lampung
tahun 2006 ditemukan jumlah persalinan dengan caesar sebanyak 612
persalinan, dimana terdapat 14 orang ibu (2,28%) yang mengalami infeksi
saat persalinan dengan caesar.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada minggu ke-tiga dan ke-empat
bulan Juni 2006 di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM)
Propinsi Lampung didapatkan data jumlah pasien tahun 2005 dengan jumlah
persalinan sebanyak 1093, dimana jumlah persalinan normal sebanyak 156
persalinan (14,27%), komplikasi 515 kasus (47,12%), perdarahan sebelum 63

kasus (5,76%), perdarahan sesudah 41 kasus (3,75%), pre eklampsia 53 kasus


(4,85%), eklampsia 26 kasus (2,38%), infeksi 37 kasus (3,39%), lain-lain
seperti partus tidak maju berjumlah 307 (28,09%) dan SC sebanyak 412
kasus (38,25%).
Kemudian dari data yang didapatkan di Ruang ZZZ pada periode triwulan I
tahun 2006 didapatkan data persalinan sebanyak 152 kasus, dimana jumlah
persalinan normal sebanyak 20 kasus (13,16%) dan persalinan SC sebanyak
69 kasus (45,39%).

Kemudian diketahui bahwa dari jumlah 69 kasus

tersebut, 11 diantaranya (15,94%) melakukan mobilisasi dini dengan alasan


untuk mempercepat penyembuhan luka yang dideritanya.
Fenomena lain yang tampak pada saat peneliti melakukan pengamatan
terhadap 69 orang ibu post partum di Ruang Kebidanan pada tahun 2007
adalah masih banyak ditemui ibu-ibu yang tidak mengetahui tentang
pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah melakukan persalinan dengan
sectio casesaria atau persalinan dengan komplikasi yaitu berjumlah 32
orang (46,37%), selain itu masih tingginya kepercayaan ibu-ibu hamil
terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat seperti; tidak boleh banyak
bergerak karena melawan pantangan dan makanan yang dikonsumsi tidak
boleh berasal dari ikan-ikan laut sebanyak 49 orang (71,02%).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti merasa
tertarik untuk mengetahui Hubungan Mobilisasi Dini pada ibu Post Sectio
Caesaria (SC) dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi di Ruang ZZZ Tahun
2007
1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:

1.2.1

Diketahui bahwa pada tahun 2006 terjadi persalinan dengan SC sebanyak


412 kasus (38,25%).

1.2.2

Didapatkan jumlah persalinan dengan SC pada tahun 2007 (Januari


Maret) sebanyak 69 kasus (45,39%).

1.2.3

11 dari 69 orang (15,94%) ibu-ibu melakukan mobilisasi dini dengan alasan


untuk mempercepat penyembuhan yang dideritanya.

1.2.4

Diketahui bahwa masih terdapat ibu-ibu yang percaya akan mitos-mitos


yang tersebar di masyarakat, seperti makan-makanan tidak boleh berasal
dari ikan-ikan laut dan tidak boleh banyak bergerak sebanyak karena
melawan pantangan 49 orang (71,02%).

1.3
1.3.1

Masalah dan Permasalahan


Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah Masih banyak ditemui ibu-ibu yang
post operasi SC yang tidak melakukan mobilisasi dini di Ruang ZZZ tahun
2007 .

1.3.2

Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan
antara mobilisasi dini pada ibu dengan proses penyembuhan luka operasi.

1.4
1.4.1

Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria
(SC) dengan proses penyembuhan luka operasi di Ruang ZZZ tahun 2007.

1.4.2

Tujuan Khusus

1.

Mengidentifikasi mobilisasi dini post SC ibu di Ruang ZZZ Tahun 2007.

2.

Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi pos SC ibu di Ruang ZZZ Tahun


2007.

3.

Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan mobilisasi dini pada ibu post


sectio caesaria (SC) dengan proses penyembuhan luka operasi di Ruang ZZZ
Tahun 2007.

1.5

Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang terkait, antara lain:

1.5.1

Bagi Institusi Pendidikan


Dapat memberikan masukan bagi institusi pendidikan, sebagai data awal
melakukan penelitian selanjutnya.

1.5.2

Bagi Ruang ZZZ


Sebagai bahan masukan bagi Ruang ZZZ untuk dapat mengoptimalkan
sistem penatalaksanaan dan perawatan pada ibu post partum pasca post
operasi SC dalam tindakan mobilisasi dini.

1.5.3

Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post SC dengan
penyembuhan luka operasi dan diharapkan dapat menjadi masukan yang
berharga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

nis penelitian

1.6

Ruang Lingkup Penelitian


: Korelasi

byek yang akan diteliti : ibu post SC di Ruang ZZZ

yek penelitian

: Hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria (SC) dengan
proses penyembuhan luka operasi

kasi penelitian

: Ruang ZZZ

ktu

: Juli 2007 (minggu ke-1 dan ke-2)

Anda mungkin juga menyukai