Alterasi Hidrotermal
Disusun Oleh :
DANENDRA GARUDA WISDA
111.140.015
PLUG 3
LABORATORIUM PETROLOGI
SIE ENDAPAN MINERAL
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Nama
Nim
: 111.140.015
Prodi
: Teknik Geologi
Fakultas
: Teknologi Mineral
Mengetahui,
Penulis
DANENDRA GARUDA W
NIM. 111.140.015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan menyelesaikan Laporan Alterasi Hidrotermal. Terima kasih pula
penyusun sampaikan kepada para asisten dan pihakpihak lain yang telah membantu
penyusun selama melaksanakan praktikum Endapan Mineral.
Laporan Praktikum Alterasi Hidrotermal ini penyusun buat sebagai pelengkap
tugas praktikum yang telah dilaksanakan di Laboratorium Petrologi Sie Endapan
Mineral, Program studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Akhirnya,
penyusun
berharap
semoga
Laporan
Praktikum
Alterasi
Hidrotermal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terima kasih.
DANENDRA GARUDA W
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 . Mineralogi dan Alterasi dalam sistim Hidrothermal ( Corbet & Leach 1996 )................8
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Diagram Alir........................................................................................ 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan
mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi
dengan larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal adalah suatu cairan panas
yang berasal dari kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa
komponen- komponen pembentuk mineral bijih (Bateman dan Jensen, 1981).
Larutan hidrotermal pada suatu sistem dapat berasal dari air magmatik, air
meteorik, connate atau air yang berisi mineral yang dihasilkan selama proses
metamorfisme yang menjadi panas di dalam bumi dan menjadi larutan
hidrotermal. Ketika terjadi kontak batuan dengan larutan hidrotermal, maka
terjadi perubahan mineralogi dan perubahan kimia antara batuan dan larutan,
di luar kesetimbangan kimia dan kemudian larutan akan mencoba kembali
membentuk kesetimbangan.
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
1
Sumber
Literatur
Sumber
Ensiklope
dia
Menyatuka
n semua
sumber
Menulis
Hasilnya
Tabel 1. Diagram Alir
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alterasi Hidrotermal
White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah
perubahan
mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan
larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal adalah suatu cairan panas yang berasal
dari kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa komponen- komponen
pembentuk mineral bijih (Bateman dan Jensen, 1981). Larutan hidrotermal pada suatu
sistem dapat berasal dari air magmatik, air meteorik, connate atau air yang berisi
mineral yang dihasilkan selama proses metamorfisme yang menjadi panas di dalam
bumi dan menjadi larutan hidrotermal. Ketika terjadi kontak batuan dengan larutan
hidrotermal, maka terjadi perubahan mineralogi dan perubahan kimia antara batuan
dan larutan, di luar kesetimbangan kimia dan kemudian larutan akan mencoba
kembali membentuk kesetimbangan.
Alterasi hidrotermal akan bergantung pada :
1.
2.
3.
Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung ( Guilbert dan
Park, 1986, dalam Sutarto, 2004 ).
4.
Konsentrasi.
5.
Klorit-kalsit-kaolinit.
Klorit-kalsit-talk.
Klorit-epidot-kalsit.
Klorit-epidot.
2. Argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu
muskovot-kaolinit-monmorilonit
dan
muskovit-klorit-monmorilonit.
Himpunan
mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100-300C (Pirajno, 1992,
dalam Sutarto, 2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah.
3 . Potasik
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu
sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa
ratus meter. Dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K Feldspar,
kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat terbentuk
akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal
yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen.
menambahkan istilah inner propylitic untuk zona pada bagian yang bertemperatur
tinggi (>300C), yang dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.
6. Argilik lanjut ( advanced argilic )
Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat),
ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan
mineral
pirofilit+diasporandalusitkuarsaturmalinenargit-luzonit
temperatur
tinggi,
250-350C),
atau
himpunan
(untuk
mineral
8. Greisen
Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa-muskovit (atau lipidolit) dengan
sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan florit yang dibentuk oleh alterasi
metasomatik post-magmatik granit (Best, 1982, Stempork, 1987, dalam Sutarto,
2004).
9. Silisifikasi
Merupakan salah satu tipe alterasi hidrotermal yang paling umum dijumpai
dan merupakan tipe terbaik. Bentuk yang paling umum dari silika adalah (E-quartz,
atau -quartz, rendah quartz, temperatur tinggi, atau tinggi kandungan kuarsanya
(>573C), tridimit, kristobalit, opal, kalsedon. Tridimit terutama umum sebagai
produk devitrivikasi gelas volkanik, terbentuk bersama alkali felspar.
Selama proses hidrotermal, silika mungkin didatangkan dari cairan yang
bersirkulasi, atau mungkin ditinggalkan di belakang dalam bentuk silika residual
setelah melepaskan (leaching) dari dasar. Solubilitas silika mengalami peningkatan
sesuai dengan temperatur dan tekanan, dan jika larutan mengalami ekspansi
adiabatik, silika mengalami presipitasi, sehingga di daerah bertekanan rendah siap
mengalami pengendapan (Pirajno, 1992).
10. Serpentinisasi
Batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral utamanya
adalah Cripiolite disamping ada juga mineral mineral lain. Batuan semuala biasanya
batuan basa ( andesitte ) yang berubah karena proses hidrotermal maka batuan basa
ini berubah menjadi serpertisasi. Misal : Geruilite di sulawesi dari kalimantan diubah
menjadi serpentinisasi. Serpentinisasi bisa pula akibat dari pada Weathering, tetapi
daerah yang teralterasi relatif terbatas kecil.
Gambar 1. Mineralogi dan Alterasi dalam sistim Hidrothermal ( Corbet & Leach 1996 )
BAB IV
KESIMPULAN
perubahan
mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi
dengan larutan hidrotermal.
2. Ada 10 macam tipe alterasi yaitu profilitik, filik, argilik, advanced argilik,
profilitik dalam, potasik, skarn, greisen, serpentinisasi, dan silisifikasi.
3. Langkah yang sebaiknya dilakukan untuk mengenali batuan ubahan
hidrotermal, diantaranya adalah:
a. Mendiskripsi mineral-mineral yang hadir maupun tekstur dalam batuan,
mencatat mineral-mineral sekunder yang terbentuk karena ubahan
hidrotermal.
b. Mendiskripsi distribusi mineral ubahan pada batuan.
c. Menyusun hubungan antara satu mineral dengan mineral.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hartosuwarno,
Sutarto.
(1996). Panduan
Kuliah
Praktikum
Endapan
2016
(Mineralisasi,
https://pillowlava.wordpress.com/mineralisasi/