Bab 1,2,3,4
Bab 1,2,3,4
Genap/2014
Bab 1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Ikan Patin adalah sekelompok ikan berkumis (Siluriformes) yang termasuk
dalam genus Pangasius, famili Pangasiidae. Nama "patin" juga disematkan pada
salah satu anggotanya, P. nasutus. Kelompok hewan ini banyak yang bernilai
ekonomi, seperti patin dan patin siam (P. hypophthalmus syn, P. sutchi, atau
beberapa pustaka menyebutnya jambal siam). Beberapa anggotanya yang hidup di
Sungai Mekong dikenal berukuran sangat besar, mencapai panjang dua meter
lebih (Ahira, 2009).
Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air.
Minyak ikan dapat mencegah beberapa penyakit antara lain jantung koroner,
kelebihan kolesterol darah, penyakit kanker, mengobati kerontokan rambut dan
untuk kekebalan tubuh. Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak
hati ikan (fish liver oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A
dan D dan golongan lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil) (Ahira, 2009).
Melihat potensi dan kegunaan lemak yang terdapat pada ikan patin, maka
dilakukanlah percobaan ini sekaligus menghitung kadar asam lemak bebasnya.
Dimana jika kadar asam lemak bebasnya tinggi akan mengakibatkan minyak
berwana coklat dan itu akan menurunkan kualitas minyak tersebut (Ahira, 2009).
1.2
Tujuan Praktikum
1.
2.
3.
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Agtinopterygii
Ordo
: Ostariophysi
Sub-ordo
: Siluroidea
Famili
: Pangasidae
Genus
: Pangasius
Spesies
: Pangasius hypophtalmus
Nama Inggris
: Catfish
Omega-3 yang berguna untuk proses perkembangan otak pada janin dan
2.
3.
4.
5.
6.
Vitamin B12 yang berguna untuk pembentukan sel darah merah, membantu
metabolisme lemak, melindungi jantung dan mencegah terjadinya
7.
8.
9.
10.
kerusakan syaraf.
Zat besi yang mudah di serap oleh tubuh.
Yodium untuk mencegah terjadinya penyakit gondok.
Seng yang membantu kerja enzim dan hormon.
Fluor yang berperan dalam menyehatkan gigi anak.
2.2
Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara pemisahkan suatu zat dari campurannya.
Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair sebagai separating agent. Ekstraksi
biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutannya.
Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi
minyak atau lemak itu 3 metode, yaitu 1. rendering (dry rendering dan wet
rendering), 2. mechanical expression dan 3. solvent extraction.
1.
Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik. Tujuan
penggunaan panas ini adalah untuk menggumpalkan protein pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara, yaitu :
a.
Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah pada
wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak.
Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi
dengan alat pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan
Ekstraksi Minyak Ikan dari Limbah Ikan Patin
perlahan-lahan sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
naik keatas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan
temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses wet rendering dengan
menggunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap air,
dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.
Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang
akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40
sampai 60 pound selama 4-6 jam.
b.
Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung
minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan
tersebut kemudian dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu
220F sampai 230F (105C-110C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya
akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan
dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian
atas ketel.
2.
terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan, penggilingan serta tempering atau pemasakan.
Terdapat dua cara umum dalam pengepresan mekanis, yaitu:
a.
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan,
serta kandungan minyak dalam bahan. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa
pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya bungkil
ditekan dibawah tekanan hidra.
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah serta mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller pressing. Hal ini disebabkan
karena sebagian fraksi yang bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak
atau lemak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi adalah petroleum eter,
gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksana.
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi. Ekstraksi
yang dilakukan menggunakan metode sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan
pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut
relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu
senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak
nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksana dan benzen. Untuk
mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan
metode sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai. Karakteristik beberapa jenis
pelarut yang biasa digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pelarut
Solven
Pelarut Non-Polar
Heksana
Benzena
Toluena
Dietil eter
Kloroform
Etil asetat
Pelarut Polar
1,4-Dioksana
Tetrahidrofuran
(THF)
Diklorometana
(DCM)
Asetona
Asetonitril
(MeCN)
Dimetilformamida
(DMF)
Dimetil sulfoksida
(DMSO)
Asam asetat
Titik didih
Konstanta
Dielektrik
Massa jenis
69 C
80 C
111 C
35 C
61 C
77 C
2.0
2.3
2.4
4.3
4.8
6.0
0.655 g/ml
0.879 g/ml
0.867 g/ml
0.713 g/ml
1.498 g/ml
0.894 g/ml
101 C
2.3
1.033 g/ml
66 C
7.5
0.886 g/ml
40 C
9.1
1.326 g/ml
56 C
21
0.786 g/ml
82 C
37
0.786 g/ml
153 C
38
0.944 g/ml
189 C
47
1.092 g/ml
118 C
6.2
1.049 g/ml
n-Butanol
Isopropanol (IPA)
n-Propanol
Etanol
Metanol
Asam format
Air
(Sumber: Ahira, 2009)
118 C
82 C
97 C
79 C
65 C
100 C
100 C
18
18
20
30
33
58
80
0.810 g/ml
0.785 g/ml
0.803 g/ml
0.789 g/ml
0.791 g/ml
1.21 g/ml
1.000 g/ml
hidrokarbon dan zat warna. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan cara mekanis
seperti pengendapan, penyaringan dan sentrifusi.
2.
serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan cara mekanis
seperti pengendapan dan penyaringan.
3.
kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan uap panas, elektrolisa
dan disusul dengan proses mekanik.
Tahap-tahap pemurnian minyak adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
2.3
10
3.
biomolekul.
Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat.
Hal ini disebabkan karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara
sempurna akan menghasilkan energi 9 kal/liter gram lemak atau minyak.
Sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram
4.
5.
6.
7.
11
Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang yang
mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi yang paling banyak adalah
C-16 dan C-18. Asam lemak dapat dikelompokan berdasarakan panjang rantai,
ada tidaknya ikatan rangkap dan isomer trans-cis. Asam lemak berdasarkan
panjang rantai meliputi asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acids,
SCFA) yang mengandung jumlah atom karbon C-4 sampai C-8, asam lemak rantai
sedang (Medium Chain Fatty Acids, MCFA) mengandung atom karbon C-10 dan
C-12, dan asam lemak rantai panjang (Long Chain Fatty Acids, LCFA)
mengandung jumlah atom karbon C-14 atau lebih (White, 2009).
Berdasarkan jumlah ikatan rangkap asam lemak terdiri dari asam lemak
jenuh dapat dibagi tiga golongan, asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid; SFA)
karena tidak mempunyai ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh tunggal (Mono
Unsaturated Fatty Acids; MUFA) hanya memiliki satu ikatan ranggkap dan asam
lemak tak jenuh jamak (Polyunsaturated Fatty Acids, PUFA) memiliki lebih dari
satu ikatan rangkap (White, 2009).
Suatu molekul lemak tersusun dari satu hingga tiga asam lemak dan satu
gliserol. Gliserol adalah alkohol trihidrat, yaitu mempunyai tiga gugus hidroksil
(Gaman dan Sherrington, 1992). Jumlah asam lemak yang terdapat pada gugus
gliserol menyebabkan adanya pembagian molekul lemak menjadi monogliserida,
digliserida dan trigliserida.
Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom
karbon 4-24, memiliki gugus karboksil tunggal dan ujung hidrokarbon nonpolar
yang panjang menyebabkan hampir semua lipid bersifat tidak larut dalam air dan
tampak berminyak atau berlemak (Davanport dan Johnson, 1971). Penamaan
asam lemak berdasarkan pada jumlah atom karbon dan posisi ikatan tak jenuh dari
gugus karboksilnya (Lobb, 1992).
Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid;
SFA) dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fatty Acid; UFA).
1.
Asam lemak jenuh memiliki titik cair lebih tinggi daripada asam lemak tak jenuh
12
dan merupakan dasar dalam menentukan sifat fisik lemak dan minyak. Lemak
yang tersusun oleh asam lemak jenuh akan berbentuk padat.
Komposisi kandungan asam lemak minyak ikan patin terdiri dari asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh minyak ikan patin
terdiri dari asam laurat (C12H24O2), asam miristat (C14H28O2), asam palmitat
(C16H32O2) dan asam stearat (C18H36O2) dengan kandungan asam palmitat paling
tinggi.
2.
lemak tidak jenuh. Lemak yang tersusun oleh asam lemak tak jenuh akan bersifat
cair pada suhu kamar. Asam lemak tak jenuh yang mengandung satu ikatan
rangkap disebut asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid;
MUFA). Asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap disebut
asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acid; PUFA) (Muchtadi,
dkk, 1993). Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan
rangkapnya, semakin besar kecenderungan untuk menurunkan kadar kolesterol
dalam darah.
Asam lemak tak jenuh terdiri dari asam oleat/omega-9 (C17H33COOH), asam
linoleat/omega-6 (C17H31COOH) dan asam linolenat/omega-3 (C17H29 COOH)
yang merupakan asam lemak essensial dengan kandungan asam oleat paling
tinggi. Komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh ikan sangat
bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain jenis ikan, jenis
kelamin, ukuran tingkat kematangan/umur, siklus bertelur, lokasi geografis, jenis
makanan dan musim.
Pada umumnya komposisi minyak ikan laut lebih kompleks dan
mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang yang relatif lebih banyak
dibanding dengan ikan air tawar. Asam lemak tak jenuh berantai panjang pada
minyak ikan laut terdiri dari asam lemak C18, C20, dan C22, sedangkan pada minyak
ikan air tawar hanya mengandung sedikit asam lemak C 20 dan C22. Asam lemak di
alam terdapat sebagai ester asam lemak dalam bentuk ester antara gliserol dengan
asam lemak ataupun terkadang ada gugus hidroksilnya yang teresterkan tidak
13
dengan asam lemak tetapi dengan phosfat seperti phosfolipid. Ester asam lemak
sering dimodifikasi baik untuk bahan makanan ataupun untuk bahan surfaktan,
aditif, detergen dan lain sebagainya (Tarigan, 2002).
2.3.6 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses
hidrolisis lemak oleh enzim. Asam lemak bebas dihasilkan bila terjadi hidrolisis
terhadap minyak trigliserida sehingga asam lemak terlepas dari ikatan dengan
gliserol. Peningkatan hidrolisis terhadap minyak akan meningkatkan jumlah asam
lemak bebas yang dihasilkan. Peningkatan jumlah asam lemak bebas menurunkan
mutu minyak dan meningkatkan potensi terjadinya kerusakan minyak. Kerusakan
minyak dapat mempengaruhi aroma sehingga minyak berbau tengik selain itu juga
dapat merusak peralatan karena mengakibatkan timbulnya korosi. Apabila jenis
asam lemak bebas yang dihasilkan adalah dari jenis asam lemak tidak jenuh maka
ini akan memperbesar terjadinya oksidasi bila tersedia cukup oksigen. Reaksi
antara
asam
lemak
bebas
tidak
jenuh
dengan
oksigen
menghasilkan
1.
Corong pisah
2.
Oven
3.
Kain pengepres
4.
Buret
5.
Pipet tetes
6.
Erlenmeyer
7.
Gelas kimia
8.
Corong
9.
14
10.
Botol aqua
11.
Sarung tangan
12.
Water batch
13.
Timbangan
14.
Piknometer
15
3.2
1.
2.
Aquades/air
3.
4.
5.
Phenolpthalein
6.
Alkohol (etanol)
7.
Vaseline
3.3
3.3.1
1.
2.
3.
4.
5.
Prosedur Praktikum
Dry Rendering
Limbah ikan patin dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang.
Lalu dimasukkan kedalam alat pengukus atau oven.
Limbah ikan patin dioven dengan unit alat pengukus selama 5 jam.
Limbah ikan dipres untuk mengeluarkan minyak.
Minyak dimasukkan kecorong pisah dengan ditambahkan Natrium Sulfat
6.
7.
Anhidrat.
Kemudian minyak yang diperoleh ditimbang.
Hitung % rendemen.
(1)
5.
warna.
Kemudian dititrasi sampai warna minyak menjadi warna pink atau merah
muda.
6.
16
Hasil titrasi dicatat dan ditentukan persentase asam lemak bebas dalam
minyak dengan persamaan:
.... (2)
3.3.3
1.
2.
3.
4.
3.4
Rangkaian Alat
%Gambar
ALB = 3.1 Rangkaian
N NaOH Alat
X V Proses
NaOH(ml)
X MrMinyak
MinyakIkan Patin
Ekstraksi
X 100 %
Berat sampel (gr) X 1000
17
4.1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hasil Praktikum
Berat sampel
Berat minyak yang diperoleh
Rendemen
Massa jenis
% ALB
Laju pembentukan ALB
4.2
Pembahasan
: 250 gram
: 144,978 gram
: 57,99%
: 0.8932 gram/ml
: 0,947%
: 1,57 x 10-6 gram/detik
18
19
Kesimpulan
Minyak ikan patin yang didapat adalah sebesar 144,978 gram.
Rendemen yang diperoleh adalah sebesar 57,99%.
Densitas minyak adalah sebesar 0,8932 gram/ml.
% ALB minyak yang dihasilkan adalah sebesar 18,94%.
Laju pembentukan ALB-nya adalah sebesar 1,57 x 10-6 gram/detik.
5.2
1.
Saran
Pada saat pemilihan sampel (limbah ikan patin), pilihlah isi perutnya yang
2.
berwarna kuning.
Pada proses pemisahan di corong pisah, tunggu hingga endapannya turun
terlebih dahulu baru dilakukan pemisahan agar hasil yang diperoleh lebih
3.
murni.
Pada saat titrasi, lakukan dengan hati-hati agar tidak melewati titik akhir
titrasi.
20
Daftar Pustaka
Ahira, A., 2009, Minyak Lemak, Minyak Ikan yang Kaya Manfaat,
http://www.anneahira.com/minyak-lemak.htm, Diakses 12 Mei 2014 pukul
11.27 WIB.
Anto, Siswaidi, 2012, Proses Pemurnian Minyak Nabati, http://industryoleo
chemical.com/2012/04/proses-pemurnian-minyak-nabati.html, Diakses 14
Mei 2014 pukul 19.34 WIB.
Davanport JB. dan Johnson AR., 1971, The Nomenclature and Classification of
Lipids, Biochemistry and Methodology of Lipids, Wiley-Interscience,
Sydney.
Gaman, P. M. dan Sherrington K. B., 1992, Ilmu Pangan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hart, Harold, 1990, Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat, Jakarta, Erlangga.
HS, Irdoni dan Nirwana HZ, 2014, Modul Praktikum Kimia Organik-B,
Universitas Riau, Pekanbaru.
Ketaren, S., 2008, Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Kordi, M., 2005, Budidaya Ikan Baronang, Rineka Cipta, Jakarta.
Lobb K., 1992, Fatty Acid Classification and Nomenclature, Chow CK, editor.
Fatty Acids in Foods and Their Health Implications, Marcel Dekker, Inc,
New York.
Muchtadi, D., Palupi N.S., dan Astawan M., 1993, Metabolisme Zat Gizi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Panagan, Almunady T., Heni Yohandini, Jojor Uli Gultom, 2011, Analisis
Kualitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak
Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Metode Kromatografi Gas,
Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.
21
Ritonga, Yusuf M., 2002, Destilasi Asam Lemak, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Tarigan, HG.,1991, Motodologi Pengajaran Bahasa-2, Angkasa, Bandung.
White, A., 2009, Western Medical Acupuncture: A Definition, Acupunct Med,
27, 33-36.