Anda di halaman 1dari 14

Penyakit Katup Jantung

29 Jan

KONSEP DASAR TEORI


Pengertian
Penyakit katup jantung adalah gangguan atau penyakit pada katup jantung, yaitu jaringan
penutup yang mengatur aliran darah ke dan dari ruang jantung.
Pasien dengan penyakit katup jantung memiliki malfungsi satu atau lebih katup jantung. Ada
beberapa tipe penyakit katup jantung dengan gejala dan pilihan pengobatan berbeda.
Masalah dengan katup jantung mungkin terjadi sebagai akibat infeksi (paling umum infeksi
endokarditis dan demam reumtik), degenerasi, atau tidak normal keturunan.
Stenosis Aorta
Etiologi
Stenosis katup
Stenosis katup disebabkn oleh kalsifikasi katup bikuspidal congenital atau penyakit katup
reumatik. Diatas usia 60 tahun kalsifikasi degenerate pada katup yang sebelumnya normal lebih
sering terjadi.

Stenosis aorta congenital (sangat jarang) stenosis subvalvar (disertai hipertropi fibromuskular
atau kariomiopati obsrtuktif hipertropi), dan stenosis di atas katup (dengan fish face dan
hiperkalsemia infantil).
Gejala
Pada awalnya tanpa gejala kemudian terjadi angina,sesak,dan sinkop(yang mungkin merupakan
akibat dari rendahnya curah jantung). Gagal ventrikel kiri dan kematian mendadak relatif dan
sering terjadi dan mungkin disebabkan oleh anemia ventrikel.
Tanda

Denyut nadi teratur yang naik turunya lambat (mendatar)

Tekanan nadi kecil (misalnya TD 105/90 mmHg)

Hipertropi ventrikel kiri (menetap dan apeks kuat angkat)

Bisa ada thrill aorta saat sistol.

Auskultasi . timbul murmur ejeksi sistolik aorta, terdengar paling keras dirongga interkostal
kanan yang menjalar ke leher,dengan bunyi jantung kedua yang lambat dan pelan atau tidak
terdengar. Adanya klik ejeksi menunjukan stenosis katup. Murmur menjadi tidak terlalu jelas bila
stenosis sangat ketat karena aliran darah turun dengan menurunya pemompaan jantung.
NB stenosis supravalvar atau subvalvar tidak menimbulkan klik ejeksi. Dilatasi pasca tenotik
jarang terjadi pada stenosis dibawah katup .
Pemeriksaan penunjang

Pada EKG tampak LVH dan biasanya hipertropi atrium kiri. Stenosis berat pada orang
dewasa jarang terjadi tanpa adanya LVH

Rontgen thoraks. Bisa ada pebesaran ventrikel kiri bahkan adanya denyut apeks yang
menonjol. Aorta kecil dan mungkin mengalami pelebaran dibagian distal katup (dilatasi
pascastenosis). Katup aorta bisa menglami klasifikasi (paling jelas tampak pada rontgen
thoraks lateral).

Ekokardiografi memperlihatkan ukuran orifisium dan derajat penebalan serta klasifikasi


katup,yang mungkin terjadi pada katup biskupidal. Doppler bisa digunakan untuk menilai
gradient sepanjang katup.

LVH dan fungsinya juga bisa dinilai.

Kateterisasi jantung gradien tekanan sepanjang katup bisa diukur selama angiografi
dengan menarik kateter melewati katup. Selain itu harus dilakukan arteriografi koroner
karena 25% pasien berusia diatas 50 tahun juga akan mengalami penyakit arteri koroner
yang signifikan.

Komplikasi

Gagal ventrikel kiri

Endokarditis infektif

Sinkop

Kematian mendadak.

Penatalaksanaan
Indikasi penggantian katup adalah bagi stenosis berat asimtomatik (gradient > 50 mmHg) atau
kemunduran asimtomatik termasuk sinkop. Pemeriksaan dengan kateter dilakukan dengan
memastikan letak obstruksi dan gradient dan menilai keadaan arteri koroner (antibiotic
profilaksis,hal 335).
Regurgitasi aorta
Etiologi
Katup bikuspidal congenital dan endokarditis infektif adalah penyebab yang paling banyak
ditemukan. Hubungan yang lebih jarang terjadi adalah dengan arthritis seronegatif (spondilitis
ankilosa, sindrom reiter, artropati colitis dan psoriatic),lesi congenital (koarktasio aorta,sindrom
marfan),rupture traumatic dan sipilis.
Gejala
Biasanya tak ada sampai terjadi sesak akibat terjadi edema paru. Angina jarang terjadi.
Tanda
Nadi naik dan turun dengan cepat (palu air atau kolaps) dan terdapan tekanan nadi yang lebar.
Bisa teraba pulsasi arteri karotis yang jelas pada leher (tanda Corrigan) ventrikel kiri membesar
dan apeks bergeser di lateral.terdapan murmur diastolic dini pada tepi seternal kiri yang paling
jelas pada rongga interkostal ketiga an ke empat kiri, lebih keras saat pasien membungkuk dan
dengan menahan nafas saat respirasi. Bunyi jantung ke2 terdengar pelan (murmur austin flint).
Pemeriksaan penunjang

Pada EKG tampak hipertropi ventrikel kiri

Pada rontgen thoraks tampak pembesaran jantung

Ekokardiografi : akan menunjukan dilatasi pangkal aorta dan terpisahnya daun katup.
Fungsi dan dimensi ventrikel kiri bisa dinilai. Katup mitral bisa dipengaruhi oleh adanya
getaran pada daun anterior,dan penuupan premature jika regurgitasi berat.

Penatalaksanaan

Medis. Temukan penyebab yang mendasari. Beri antibiotic profilaksis, dan obato
endokarditis jika ada. Obat gagal jantung.

Bedah. Penggantian katup harus dipertimbangkan untuk kemunduran simtomatik jika


ukuran jantung membesar dengan cepat atau jika diameter internal ventrikel kiri > 55mm
pada ekokardiografi pada paien muda, bahkan jika asimtomatik.

Dominasi lesi pada gabungan stenosis aorta reumatik/regurgitasi aorta. Regurgitasi dominan jika
volume nadi tinggi, tekanan nadi turun , dan ventrikel kiri membesar dan tergeser. Stenosis aorta
dominan jika volume nadi kecil (nadi mendatar) dan tekanan nadi rendah. Apeks ventrikel pada
ventrikel yang membesar tidak selalu tergeser.
Stenosis mitral
Etiologi
Hampir selalu merupakan akibat dari demam reumatik. Stenosis miteral adalah lesi katup
reumatik tersering dan empat kali lebih umum dijumpai pada wanita dibandingkan pria. Kelainan
ini berkembang 2-20 tahun setelah episode demam reumatik akut. Tiga puluh persen pasien tidak
memiliki riwayat penyakit karena sangat ringan atau telah terlupakan.
Gejala

Sesak timbul dimalam hari dan saat aktivitas dan disebabkan oleh edema paru.

Palpitasi disebabkan oleh fibrilasi atrium. Ada resiko emboli.

Hemoptisis disebabkan oleh hipertensi pulmonal, edema paru,atau emboli paru.

Lelah dan rasa dingin di ektremitas disebabkan oleh rendahnya curah jantung. Angina
jarang terjadi.

Tanda

Facies mitral merupakan rona ungu gelap pada pipi disertai kapiler yang melebar-rona
malar(malar flush).

Volume nadi arteri kecil akibat obstuksi pada katub mitral. Bisa ireguler karena ada
fibrilasi atrium.

Denyut pada afeks kuat angkat. Merupakan buyi jantung yang pertama yang teraba.

Jika telah terjadi hipertensi vulmonal, tampak denyut pada parasternal kiri dari hipertropi
ventrikel kanan. Thrill diastolik bisa ditemukan pada penyakit yang berat.

Auskultasi
Komponen mitral dari bunyi jantung pertama terdengar keras karena katup mitral terbuka lebar
akibat tingginya tekanan atrium sampai sistol ventrikel menutupnya.
Lamanya murmur froporsional dengan derajat stenosis. Murmur dimulai saat darah mulai
mengalir melalui katup mitral,yaitu saat tekanan atrium melebihi tekanan ventrikel. Murmur
mungkin sulit terdengar pda kasus yang ringan, nmun bisa terdengar lebih jelas pada takikardi
akibat olahraga dan saat pasien berbaring kesisi kiri. Adanya bunyi snap saat membuka dan
kerasnya bunyi jantung pertama menunjukan katup yang lentur. Jika katup kedua hal tersebut
tidak ada. Bunyi yang semakin keras pasa presistolik disebabkan oleh meningkatnya aliran
melalui katup akibat sistol atrium dan oleh karenanya tidak ditemukan pada fibrilasi atrium.
Sebagian tanda stenosis mitral bisa ditemukan pada murmur Austin flint akibat regurgitasi.
Pemeriksaan
Derajat stenosis bisa ditentukan dari keparahan sesak,lamanya murmur,dan tanda-tanda derajat
pembesaran atrium kiri pada EKG dan rotgen thorak.semakin ketat stenosisnya,semakin lama
murmur dan semakin dekat bunyi snap saat membuka dengan bunyi jantung ke dua. Mobilitas
katup ditandai oleh adanya bunyi snap saat membuka dan komponen mitral yang keras dari
bunyi jantung pertama. Hipertensi pulmonal. Kelelahan,tanda-tanda gagal jantung kanan dan
berkurangnya sesak menunjukan adanya peningkatan resistensi paskular paru. Adanya lesi lain.
Regulgitasi mtral dan lesi katup lain harus diperhatikan dan dinilai, khususnya jika gejala
mengarah keindikasi interfensi bedah. Fibrilasi atrium bisa menujukan adanya derajat penyakit
moikard yang lebih besar,yang selalu ditemukan sampai tingkat tertentu.
EKG pada awal penyakit timbul gambaran P mitral akibat hipertropi atrium kiri. Gambaran ini
menghilang dengan dimulainya fibrilasi atrium kemudian bisa disertai hipertropi ventrikel
kanan.
Rontegen thoraks. Khas terjadi pembesaran atrium kiri plus sumbatan vena dilobus atas disertai
garis septum (kerley B) tepat diatas angulus kostofrenikus dan pembesaran ateri pulmonalis.

Ekokardiogram. Memungkinkan penilaian tingkat penutupan diastole yang menurun pada katup
mitral. Pemeriksaan ini juga menunjukan penebalan dan klasifikasi katup (area katup mitral <1,5
cm2 merupaka tanda stenosis yang penting) dan memberikan penilaian fungsi ventrikel.
Kompikasi

Edema paru

Gagal jantung kanan

Fibrilasi atrium

Embolisasi sistemik

Endokarditis infektif

Penatalaksanaan
Gunakan antibiotic profilaksis untuk ekstraksi gigi, pembedahan atau pemeriksaan invasive (hal
335). Indikasi pemberian anti koagulan adalah bila ada fibrilasi atrium atau terjadi pembesaran
atrium kiri. Sebagian dokter member antikoagulan secara profilaktif pada semua penderita
stenosis mitral. Denyut ventrikel yang cepat pada fibrilasi atrium yang tak diobati dikendalikan
oleh digoksin. Indikasi valvotomi (pemasangan balon trans-sevtal atau valvotomi terbuka )
adalah jika ada edema paru yang persisten atau disertai hipertensi pulmonal.
Sistonesis mitral dalam kehamilan. Retensi cairan pada kehamilan normal menyebabkan
peningkatan volume darah sebesar 30% selama trimester terakhir dan bisa memicu gagal jantung
jika ada stenosis mitral. Valvotomi bisa dilakukan setiap saat dalam kehamilan jika ada indikasi
sesuai kretria diatas . curah jantung menurun pada 2 bulan terakhir kehamilan dan sebagaian
pasien yang bisa mengatasi nya saat itu bisa mencapai usia kehamilan cukup bulan . jika ada
komplikasi obstretik ,antibotik untuk membasmi organism pada fraktus genitalis harus diberikan
saat persalinan.
REGURGITASI MITRAL
Etiologi

Daun katup mitral terkulai (prolaps )

Disfunsi otot papilaris iskemik ,khususnya setelah infrak miokard inverior .

Gagal ventrikel kiri yang berat disertai dilatasi annulus mitral.

Demam reumatik .

Jarang ,kardimiopati, malformasi congenital (sindrom marfan) , endokarditis infektif ,


dan ruftur korda tendinae .

Gejala
Sesak progresif berkembang akibat sumbatan paru dan di ikuti gagal jantung kanan . angina dan
hemoptisis lebih sering ditemukan dibandingkan dengan pada stenosis mitral .kelelahan dan
palpitasi adalah gejala yang sering timbul.
Tanda
Palpasi. LVH dan thrill sistolik adalah tanda khas . bisa disertai denyut kuat angkat di
parasternal kiri,dan disebabkan oleh ekspansi sistolik dari atrium kiri ,bukan oleh hifertrofi
ventrikel kanan
Auskultasi. Terdengar murmur pansistolik di afeks yang menjalar diketiak kiri. Bunyi mitral
terdengar lembut. Prolaps katup mitral menimbulkan bunyi mitral dan murmur sitolik
lambat.timbulnya lambat Karena daun posteriol katup baru mulai menjadi bocor jika tekanan
ventrikel mencapai tekanan tertinggi Bunyi ini terdengar pada dua keadaan klinis. Pada usia
parubaya dan manula. Hal 335
Pemeriksaan penunjang

Pada EGK bisa tampal LVH, serta P mitral akibat hipertropi atrium kiri.

Rontgen thorak. Atrium dan ventrikel kiri membesar, pembesaran atrium biasanya
saangat jelas.

Ekokardiografi membantu membedakan berbagai penyebab dan menilai fungsi ventrikel


kiri.

Penilaian dominasi lesi pada gbungan stenosis mitral/regurgitasi mitral.

Komplikasi
Sama dengan stenosis mitral kecuali bahwa endokarditis infektif lebih sering dan emboli lebih
jarang ditemukan.
Penatalaksanaan
Berikan antibiotic propilaksis indikasi penggantian katup adalah jika gejala berat dan tidak bisa
dikendalikan oleh terapi medis atau jika terjadi hipertensi pulmonal. Indikasi penberian
antikoagulan adalah fibrilasi atrium emboli sitemik dan katup buatan
Penyakit katup lain

Regurgitasi tricuspid
Regurgitasi tricuspid bisa disebabkan oleh dilatasi anulus katup tricuspid pada gagal jantung
kanan dengan sebab apa pun,deman reumatik (dimana hamper selalu berhubungan dengan
penyakit katup mitral dan atau aorta). Atau endokarditis pada pecandu obat.
Yang masuk tanda-tandanya adalah:

Gelombang v raksasa pada denyut vena jugularis dan pulpasi sistolik dari hati yang
membesar (keduanya terjadi akibat transmisi pengisian ventrikel melalui katup trukuspid
yang terbuka)

Pembesaran ventrikelkanan yang menyebabkan pulpasi yang jelas pada tepi sternal kiri bawah
dan murmur pansistolik, yang lebih jelas saat inspirasi,terdengar di tepi bawah sternum.
Sering disertai edema pergelangan kaki dan sarkum,asites,dan ikterus akibat sumbatan hati.
Stenosis pulmonal
Stenosis pulmonal biasanya congenital namun bisa terjadi setelah rubella maternal.jarang
berhubungan dengan sindrom noonan (fenotipe turner dengan kromosum normal). Deman
reumatik dan karsinoid adalah penyebab yang sangat jarang. Kelelahan dan sinkop terjadi jika
stenisisnya berat.pasien bisa datang dengan sianosis perifer, nadi dengan volume kecil dan
gelombang a yang besar pada gelombang denyut vena jugularis. Hifertrofi ventrikel kanan
menyebabkan denyut kuat angkat di parasternal. terdapat thrill sistolik dan murmur pada area
pulmonal (rongga interkostal kedua kiri) dan klik ejeksi. Komponen pulmonal dari bunyi jantung
kedua trdengar pelan dan terlambat.
Miksoma atrium
Miksoma atrium bisa menyerupai penyakit katup. Penyakit ini sangat jarang ditemukan.
Biasanya terjadi di antrium kiri dan menimbulkan gambaran seperti stenosis mitral, emboli
sistemik, dan gejala konstitusional disertai demam.penyakit ini bisa menyerupai endokarditis
bakterialis. Penegakan diagnosis terbaik adalah dengan ekokardiografi dimana tumor
menyebabkan gambaran eko yang khas saat bergerak di antara daun katup mitral saat diastole
ventrikel dan saat sistol atrium. Penyakit ini fatal dan harus diangkat melalui pembedahan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1.

Aktivitas/istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja, palpitasi, gangguan
tidur (ortopnea, dispnea paroksismal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).

Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea.
2.

Sirkulasi

Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial subakut,
infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh kerusakan atrial-septal, sindrom
Marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung, palpitasi, serak, hemoptisis,
batuk dengan/tanpa produksi sputum.
Tanda: Sistolik TD menurun (AS lambat). Tekanan nadi: penyempitan (SA); luas (IA). Nadi
karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri terlihat (IA).
Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara lateral kuat dan
perpindahan tempat (IA). Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar
(SA), getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada titik jugular dan
sepanjang arteri karotis (IA). Dorongan: dorongan apikal selama sistolik (SA). Bunyi jantung: S1
keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan luas, adanya S3,
S4 (IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA). Bunyi sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok
(MVP). Kecepatan: takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM). Irama: tak teratur, fibrilasi
atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat pertama blok AV (SA). Murmur: bunyi rendah,
murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke
leher (SA). Murmur diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA). DVJ:
mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan. Warna/sianosis: kulit hangat, lembab, dan
kemerahan (IA). Kapiler kemerahan dan pucat pada tiap nadi (IA).
3.

Integritas ego

Gejala: Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit, gemetar.
4.

Makanan/cairan

Gejala: Disfagia (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan diuretik.


Tanda: Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM, IM), hangat, kemerahan dan
kulit lembab (IA), pernapasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan mengi.
5.

Neurosensori

Gejala: Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.


6.

Nyeri/kenyamanan

Gejala: Nyeri dada, angina (SA, IA), nyeri dada non-angina/tidak khas (MVP).
7.

Pernapasan

Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau nokturnal
(sputum mungkin/tidak produktif).
Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan berbercak
darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema pulmonal).
8.

Keamanan

Gejala: Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya perawatan gigi (pembersihan,


pengisian, dan sebagainya).
Tanda: Perlu perawatan gigi/mulut.
9.

Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.


Pertimbangan pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,9 hari. Bantuan dengan
kebutuhan perawatan diri, tugas-tugas rumah tangga/pemeliharaan, perubahan dalam terapi obat,
susunan perabot di rumah .
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Penurunan curah jantung b/d perubahan dalam preload/peningkatan tekanan atrium dan
kongesti vena.
2.

Risiko kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi glomerulus.

3.

Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard.

4.

Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

5.

Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

III. INTERVENSI
1.
Penurunan curah jantung b/d perubahan dalam preload/peningkatan tekanan atrium dan
kongesti vena.
Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.
Intervensi :
1)

Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer.

R/ Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi


dini/tindakan terhadap dekompensasi.
2)

Pantau irama jantung sesuai indikasi.

R/ Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup.


3)

Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat.

R/ Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload), yang memungkinkan


oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantung.
4)
Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis: berjalan) bila pasien mampu turun dari tempat
tidur.
R/ Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan
jantung.
5)

Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/nadi oksimetri.

R/ Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompensasi


peningkatan kebutuhan oksigen.
6)
Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis: antidisritmia, obat inotropik, vasodilator,
diuretik.
2.

Risiko kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi glomerulus.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
dalam rentang normal, dan tak ada edema.
Intervensi :
1) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif atau negatif),
timbang berat badan tiap hari.
R/ Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretik.
Keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dan berat badan
meningkat menunjukkan makin buruknya gagal jantung.
2)

Catat laporan dispnea, ortopnea. Evaluasi adanya/derajat edema (dependen/umum).

R/ Terjadinya/teratasinya gejala menunjukkan status keseimbangan cairan dan keefektifan terapi.


3)

Berikan diuretik contoh furosemid (Lazix), asam etakrinik (Edecrin) sesuai indikasi.

R/ Menghambat reabsorpsi natrium/klorida, yang meningkatkan ekskresi cairan, dan


menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.
4) Pantau elektrolit serum, khususnya kalium. Berikan kalium pada diet dan kalium tambahan
bila diindikasikan.
R/ Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan oksigenasi dan metabolisme.
Hipokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung.
5)

Berikan cairan IV melalui alat pengontrol.

R/ Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan.


6)

Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan IV).

R/ Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/ edema.


7)

Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi.

R/ Menurunkan retensi cairan.


3.

Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard.

Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol.


Intervensi :
1)
Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan skala
nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non verbal nyeri, respons otomatis
terhadap nyeri (berkeringat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi
pernapasan).
R/ Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda
vital membantu menentukan derajat/ adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien
menolak adanya nyeri.
2)

Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.

R/ Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba, stres,
makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
3) Anjurkan pasien berespons tepat terhadap angina (contoh berhenti aktivitas yang
menyebabkan angina, istirahat, dan minum obat antiangina yang tepat).
R/ Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering
menghentikan angina.

4)

Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai indikasi.

R/ Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina


sehubungan dengan iskemia miokardia.
4.

Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.


Intervensi :
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi nadi
20/menit diatas frekuensi istirahat; catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada; kelelahan
berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan.
R/ Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat
pengaruh kelebihan kerja/jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan, TD
stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
3)

Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat
gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5)

Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.

R/ Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
5.

Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

Tujuan : Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.


Intervensi :
1)

Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.

R/ Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama
dengan respons verbal dan non verbal.
2)

Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisi).

R/ Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan


kemampuan koping.
3)
Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit-efeknya terhadap pola hidup dan status
kesehatan akan datang. Kaji keefektifan koping dengan stressor.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung kronis dan secara
tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terapi pada aktivitas sehari-hari.
4)
Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi
maksimum pada rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan
memberikan rasa kontrol.
5) Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan imajinasi,
relaksasi progresif.
R/ Memberikan arti penghilangan respons ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
IV. EVALUASI
1.

Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.

2.
Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam
rentang normal, dan tak ada edema.
3.

Nyeri hilang/terkontrol.

4.

Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.

5.

Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai