Anda di halaman 1dari 16

TUGAS REFERAT

Pembimbing: dr. Noer


KJ

Saelan Tadjudin, Sp.

Disusun oleh: Jane (406161005)

KEPANITERAAN KLINIK GERONTOLOGI MEDIK


SASANA TRESNA WERDA
YAYASAN KARYA BAKTI RIA PEMBANGUNAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 22 AGUSTUS - 24 SEPTEMBER 2013
JAKARTA

BAB 1
PENDAHULUAN
Benign prostatic hyperplasia atau yang dikenal dengan BPH adalah pembesaran prostat jinak
yang sering ditemukan pada pria usia lanjut. Suatu penilitian menyebutkan bahwa Pravelensi
pada pria dengan BPH berusia sekitar 41-50 tahun sebesar 20%, usia 51-60 tahun berkisar 50%
dan 90% pada usia diatas 80 tahun.

Meskipun jarang mengancam jiwa BPH memberikan keluhan yang dapat menggangu aktivitas
sehari-hari. Keadaan ini diakibatkan dari pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan
terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan penekanan pada uretra. Obstruksi ini lama kelamaan
dapat menimbulkan perubahan struktur pada buli-buli maupun ginjal yang akhirnya
menyebabkan komplikasi pada saluran kemih bagian atas dan bawah. Faktor resiko dari
perkembangan BPH tidak sepenuhnya dimengerti, penyebabnya multifakorial dan factor
endokrin juga mempengaruhi.
Pemeriksaan BPH dapat dilakukan berbagai cara dengan pemeriksaan fisik, DRE (Digital rectal
examination), pemeriksaan labolatorium dari sediaan urin, uroflowmetri, foto polos, sistoskopi,
dan sebagainya.
Tatalaksana dari BPH itu sendiri bisa dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan secara
konservatif ( non operatif) dengan mengontrol pola hidup, mengkonsumsi obat-obatan, dan cara
yang terakhir yaitu dengan tehnik pembedahan (operatif).

BAB II
PEMBAHASAN
I.

ANATOMI PROSTAT
Kelenjar prostat terletak diantara buli-buli dan rectum yang membungkus uretra, yang
akan dilewati oleh ductus ejakulatorius pada bagian posterolateral dan uretra pada bagian
depan pada apex. Ini adalah kelenjar aksesorius terbesar pada sistem reproduksi pria.
Pada dasarnya terdiri dari beberapa sel yang berbeda : 1. Glandular sel, dimana
memproduksi cairan kental seperti susu yang mencairkan semen 2. Otot polos (smooth
muscle) dan sel stroma, dimana untuk kontraksi saat berhubungan sexual dan menekan
cairan dari glandular sel ke uretra, dimana ada percampuran antara sperma dan cairan
yang lain untuk membentuk semen. Pada otot polos distimulasi oleh molekul yang
dinamakan alpha adregenik reseptor. Berat dari kelenjar prostat sekitar 40 gr dengan
ukuran transversal 4 cm, panjang 3 cm, dan diameter anteroposterior 2 cm.1

Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus: 3


1. Lobus median
2. Lobus lateralis ( 2 lobus)
3. Lobus anterior
4. Lobus posterior
Pada kelenjar prostat juga dibagi dalam 5 zona : 3
1. Zona anterior atau ventral
2. Zona perifer
3. Zona sentralis
4. Zona transisional: Kelenjar kelenjar periuretra

II.

DEFINISI BPH
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran pada kelenjar prostat yang bersifat
jinak. Yang timbul pada laki-laki bersuia menengah atau lanjut.1

III.

ETIOLOGI 2,3
Hingga sekarang masih belum diketahui secar pasti penyebab terjadinya
hyperplasia prostat beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH
adalah: (1) Teori DHT (2) ketidakseimbangan hormon estrogen dan testosterone (3)
riwayat keluarga dan pola hidup
A. Teori Dihidrotestosteron (DHT)
Hormon pria adalah androgen, bermain penting dalam pertumbuhan prostat.
Hormon androgen yang paling penting adalah testosterone, prostat akan
mengubah testosterone menjadi androgen yang lebih kuat yaitu,
dihidrotestosteron(DHT) dengan bantuan enzim 5-reduktase . DHT yang
terbentuk akan menstimulasi pertumbuhan sel di jaringan dalam kelenjar
prostat ( glandular epitelium).
B. Ketidakseimbangan hormone estrogen dan testosterone
Estrogen juga ikut berperan penting dalam BPH, beberapa hormon estrogen
selalu terdapat pada pria. Seiring pertambahan usia testosterone level menurun
dan porsi estrogen meningkat, yang akan menstimulasi pertumbuhan prostat.
C. Terjadinya BPH akan meningkat pada pria yang mempunyai riwayat penyakit
BPH dalam keluarganya. Factor-faktor lain dalam pola hidup juga
mempengaruhi seperti : merokok, status sosialekonomi, pola makan, ras, dan
aktivitas seksual.

IV.

PATOFISIOLOGI2,3

Sebagian besar hyperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan


pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer. Dari faktor- faktor penyebab
hyperplasia prostat yang dijelaskan sebelumnya seperti DHT, ketidakseimbangan
estrogen dan testosterone, riwayat keluarga, dan pola hidup menyebabkan
pembesaran prostat.
Pembesaran pada prostat menyebabkan penyempitan pada lumen uretra pars
prostatika dan menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesikal dan terjadi hiperaktivitas dari buli-buli. Karena terjadi obstruksi,
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tahanan agar dapat
mengeluarkan urin. Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan anatoik
buli- buli yaitu berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, selula, sakula, divertikl
buli-buli.
Tekanan pada intravesika yang tinggi diteruskan keseluruh bagian buli-buli, berlanjut
ke ureter dan ginjal. Tekanan pada kedua muara ureter dapat menimbukan aliran balik
urine atau refluks vesiko ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus
akanmengakibatkanhidroureter, hidronefrosis bahkan dapat terjadi gagal ginjal.3,4
V.

Manifestasi klinik
Gejala yang sering terjadi pada Benign prostatis hyperplasia adalah:

Hesistansi
Mengejan saat berkemih
Untuk
Pancaran miksi lemah
Nokturni
menentukan
Miksi tidak puas
Urgensi
derajat
Air kencing menetes
Dysuria
beratnya
Volume urine menurun
Distensi abdomen
penyakit yang
berhubungan dengan jenis pengobatan BPH, terdapat system skoring yaitu International
Prostate System (IPSS) yang diambil berdasarkanskor American Urological Associtation
(AUA) . Skor terdiri dari 7 pertanyaan dan 1 kualitas hidup. Pasien diminta untuk menilai sendiri
derajat keluhan mereka dengan skala 0-5. Total skor dapat berkisar 0-35. Skor 0-7 ringan, 8-19
sedang, dan 20-35 berat.3

VI.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Digital Rectal Examination (DRE)


DRE atau pemeriksaan colok dubur dilakukan untuk menditeksi pembesaran
prostat. Dokter akan menggunakan sarung tangan dan gel lubricant pada jari ke
rectum pasien dan meraba prostat, untuk memperkirakan ukuran prostat, menilai
apakah terdapat nodul dan nyeri, dan untuk meraba apakah bagian atas dapat
diraba. Pemeriksaan ini juga untuk menyingirkan kanker prostat.
Derajat
I
II
III
IV

Colok dubur
Penonjolan prostat, batas atas
mudah diraba
Penonjolan prostat, batas atas dapat
dicapai
Batas atas prostat tidak dapat diraba

Sisa volume urin


<50ml
50-100ml
>100ml
Retensi urin total

2. Uro-flowmetri
Untuk menentukan apakah kandung kemih mengalami obstruksi dan kecepatan
aliran urin. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkemih dalam beberapa jam
sebelum tes dan minum banyak air sehingga kandung kemih penuh dan memiliki
keinginan yang kuat untuk berkemih. Pada pemeriksaan ini diperlukan peralatan
toilet khusus dengan uroflowmeter. Penting bagi pasien untuk tetap diam dan
tenang saat berkemih untuk keakuratan pemeriksaan, pemeriksaan dilakukan
setidaknya 2X untuk diagnosis pasti. Nilai nomal: >15ml/detik dengan
pengosongan150 ml atau lebih

3. Post void residual urine

.Post-void residual mengukur jumlah air seni yang tertinggal dalam kandung
kemih setelah buang air kecil. PRV kurang dari 50 ml menunjukan pengosongan
kandung kemih yang memadai dan pengukuran 100-200 ml atau lebih
menunjukkan sumbatan.

4. Pemeriksaan labolatoium
a. Urin analisis:Urin analisis dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda
perdarahan, infeksi, dan untuk menyingkirkan kanker pada kandung
kemih. Infeksi saluran kemih adalah suatu hal yang sering terjadi pada
pasien BPH.
i. Sedimen urin: untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit,
leukosit, bakteri, protein atau glukosa.
ii. Kultur urin: mencari jenis kumah penyebab infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan
b. Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. Elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna untuk menditeksi
insufisiensi ginjal.
c. Prostat spesifik antigen (PSA)
PSA direkomendasikan bagi pria berusia diatas 50 tahun atau usia diatas
40 tahun dengan fakto resiko. Penurunan ukuran prostat berhubungan
dengan penurunan PSA level. Contoh pada pengobatan oral finasteride,
prosedur TURP (Transuretral resection of prostate). Nilai normal PSA
kurang dari 4 nm/ml.
5. Pemeriksaan patologi anatomi
Menunjukkan pola fibroadenomyomatous hyperplasia

6. Pencitraan
a. Ultrasonografi transabdomial3
Digunakan untuk keakuratan ukuran dan bentuk dari kelenjar
prostat. Ultrasound sangat menguntungkan untuk perencanaan operasi,

menentukan treatment. Ultrasound juga untuk menilai apakah ada


kerusakan pada ginjal, tumor, dan batu pada buli-buli. Ultrasound juga
dapat mengukur Postvoid residual urin

b. Ultrasonografi transrektal (TRUS)3


Dalam prosedur ini, probe dimasukkan ke dalam rectum mengarahkan
gelombang suara di prostat. Gema pola gelombang suara merupakan
gambar dari kelenjar prostat pada layar tampilan

c. Sistoskopi2

Prosedur ini dilakukan setelah dianastesi bagian dalam penis, lalu tabung
atau sistoskop berisi lensa dan cahaya untuk melihat bagian dalam. Tes ini
memungkinkan dokter untuk menentukan ukuran kelenjar dan
mengidentifikasi lokasi dan derajat.

VII. PENATALAKSANAAN
Tidak semua pasien hyperplasia prosat perlu mengalami tindakan medik. Kadang
pada mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan
terapi apapun atau hanya dengan nasehat. Namun adapula yang membutuhkan terapi
medikamentosa atau indakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah.
Tujuan terapi BPH adalah melancarkan aliran urin, dan mengurangi gejala.
1. Watchful waiting2,3
Berlaku pada pasien dengan score IPSS rendah 0-7. Pasien juga diharuskan
follow up, karena komplikasi dapat terjadi seperti sepsis, retensi urin dll.
2. Terapi medikamentosa
Tujuan: untuk mengurangi resistensi otot polos prostat dengan obat alpha
blocker, mengurangi ukuran prostat dengan 5 reductase inhibitor.
i. Alpha blocker2
Bekerja dengan mengendurkan otot polos dan leher kandung kemih yang
membantu meringankan obstruksi kemih. Efek samping : sakit kepala,
kelemahan. Obat ini akan meningkatkan pancaran urin dan perbaikan
gejala dalam beberapa minggu dan tidak berpengaruh pada ukuran prostat
Non-selective alpha blocker

o Doxazosin
o Prazosin
o Terazosin
Efek samping: pusing, hipotensi postural, lemas, retrograde ejaculation.
Diminum pada malam hari
ii. Selective alpha blocker2
Tamsulosin dapat menyingkirkan efek samping dari non selective agents.
Pada pasien yang tidak respon terhadap non-selective alpha blocker dapat
diberikan tamsulosin. Efek samping lebih sedikit. Tamsulosin tidak
memiliki efek anti hipertensi
iii. 5 reductase inhibitor2
Menurunkan serum DHT level, sehingga menurunkan ukuran prostat
sekitar 19% dalam 3 sampai 6 bulan. Finastride memberikan bukti yang
signifikan pada gejala urinari dan aliran urin. Tetapi terapi dengan alpha
blocker lebih mendukung. Efek samping : penurunan libido, gangguan
ejakulasi , dan impotensi.

Klasifikasi
Alpha blocker
Non selective
Phenoxybenzamine
Alpha-1 short acting
Prazosin
Alpha-1 long acting
Terazosin
Doxazosin
Alpha-1a selective
Tamsulosin
Alfuzosin
5 reductase inhibitor
Finasteride
Dutaseride
Subcutaneous implant
Triptorelin pamoate

Dosis oral
10 mg 2x sehari
2 mg 2x sehari
5-10 mg/hr
4-8 mg/hr
0,4 -0,8 mg/hr
10 mg/ hr
5 mg/hr
0,5 mg / hr
Setiap tahun
3,75 mg setiap bulan

3. Terapi invasif minimal2,3


Dilakukan pada pasien yang memiliki resiko tinggi pembedahan
TUMT / THERMOTHERAPY TRANSURETRAL

4. BEDAH

TUNA3,4

TURP /TRANSURETRAL RESECTION OF PROSTATE


Prosedur ini hamper 90% dilakukan pada BPH. Dilakukan anastesi
pada spinal dan membutuhkan rawat inap 1-2 hari. Dengan TURP
alat yang disebut resectoscope dimasukan ke dalam penis.
Resectoscope memiliki panjang sekitar 12 inc diameter inc
berisi lampu, katup untuk mengendalikan cairan irigasi dan loop
listrik untuk memotong jaringan. Kompilkasi TURP adalah
pendarahan, striktura pada uretra, kontraktur pada leher kandung
kemih perforasi.3,4

BAB III
KESIMPULAN
Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada pria usia lanjut.
Dengan bertambahnya usia bertambahnya juga ukuran prostat yang mengakibatkan keluhan
dalam berkemih. Penatalaksanaan BPH adalah watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah
konvensional dan terapi miimal invasive. Prognosis pada tiap individu berbeda-beda. Pada BPH
yang tidak segera ditatalaksana akan memiliki prognosis yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jeffry B.Halter, Joseph G Ouslander, Mary E. Tinetti, Stephanie Studenski, Kevin P.High,
Sanjay Asthana. Hazzards Geriatric Medicine and Gerontology, Sixth Edition.2009: 608617
2. www.JAAPA.comJAAPA( Journal of the American Academy of Physician Assistants)
Benign prostatic hyperplasia: A clinical Review
3. Emil A. Tanagho,MD, Jack W. McAnich,MD, FACS. Smith General Urology
Seventeenth Edition.2008: 348-358
4. www.irjponline.com/admin/php/uploads/1932_pdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai