Referat BPH
Referat BPH
BAB 1
PENDAHULUAN
Benign prostatic hyperplasia atau yang dikenal dengan BPH adalah pembesaran prostat jinak
yang sering ditemukan pada pria usia lanjut. Suatu penilitian menyebutkan bahwa Pravelensi
pada pria dengan BPH berusia sekitar 41-50 tahun sebesar 20%, usia 51-60 tahun berkisar 50%
dan 90% pada usia diatas 80 tahun.
Meskipun jarang mengancam jiwa BPH memberikan keluhan yang dapat menggangu aktivitas
sehari-hari. Keadaan ini diakibatkan dari pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan
terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan penekanan pada uretra. Obstruksi ini lama kelamaan
dapat menimbulkan perubahan struktur pada buli-buli maupun ginjal yang akhirnya
menyebabkan komplikasi pada saluran kemih bagian atas dan bawah. Faktor resiko dari
perkembangan BPH tidak sepenuhnya dimengerti, penyebabnya multifakorial dan factor
endokrin juga mempengaruhi.
Pemeriksaan BPH dapat dilakukan berbagai cara dengan pemeriksaan fisik, DRE (Digital rectal
examination), pemeriksaan labolatorium dari sediaan urin, uroflowmetri, foto polos, sistoskopi,
dan sebagainya.
Tatalaksana dari BPH itu sendiri bisa dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan secara
konservatif ( non operatif) dengan mengontrol pola hidup, mengkonsumsi obat-obatan, dan cara
yang terakhir yaitu dengan tehnik pembedahan (operatif).
BAB II
PEMBAHASAN
I.
ANATOMI PROSTAT
Kelenjar prostat terletak diantara buli-buli dan rectum yang membungkus uretra, yang
akan dilewati oleh ductus ejakulatorius pada bagian posterolateral dan uretra pada bagian
depan pada apex. Ini adalah kelenjar aksesorius terbesar pada sistem reproduksi pria.
Pada dasarnya terdiri dari beberapa sel yang berbeda : 1. Glandular sel, dimana
memproduksi cairan kental seperti susu yang mencairkan semen 2. Otot polos (smooth
muscle) dan sel stroma, dimana untuk kontraksi saat berhubungan sexual dan menekan
cairan dari glandular sel ke uretra, dimana ada percampuran antara sperma dan cairan
yang lain untuk membentuk semen. Pada otot polos distimulasi oleh molekul yang
dinamakan alpha adregenik reseptor. Berat dari kelenjar prostat sekitar 40 gr dengan
ukuran transversal 4 cm, panjang 3 cm, dan diameter anteroposterior 2 cm.1
II.
DEFINISI BPH
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran pada kelenjar prostat yang bersifat
jinak. Yang timbul pada laki-laki bersuia menengah atau lanjut.1
III.
ETIOLOGI 2,3
Hingga sekarang masih belum diketahui secar pasti penyebab terjadinya
hyperplasia prostat beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH
adalah: (1) Teori DHT (2) ketidakseimbangan hormon estrogen dan testosterone (3)
riwayat keluarga dan pola hidup
A. Teori Dihidrotestosteron (DHT)
Hormon pria adalah androgen, bermain penting dalam pertumbuhan prostat.
Hormon androgen yang paling penting adalah testosterone, prostat akan
mengubah testosterone menjadi androgen yang lebih kuat yaitu,
dihidrotestosteron(DHT) dengan bantuan enzim 5-reduktase . DHT yang
terbentuk akan menstimulasi pertumbuhan sel di jaringan dalam kelenjar
prostat ( glandular epitelium).
B. Ketidakseimbangan hormone estrogen dan testosterone
Estrogen juga ikut berperan penting dalam BPH, beberapa hormon estrogen
selalu terdapat pada pria. Seiring pertambahan usia testosterone level menurun
dan porsi estrogen meningkat, yang akan menstimulasi pertumbuhan prostat.
C. Terjadinya BPH akan meningkat pada pria yang mempunyai riwayat penyakit
BPH dalam keluarganya. Factor-faktor lain dalam pola hidup juga
mempengaruhi seperti : merokok, status sosialekonomi, pola makan, ras, dan
aktivitas seksual.
IV.
PATOFISIOLOGI2,3
Manifestasi klinik
Gejala yang sering terjadi pada Benign prostatis hyperplasia adalah:
Hesistansi
Mengejan saat berkemih
Untuk
Pancaran miksi lemah
Nokturni
menentukan
Miksi tidak puas
Urgensi
derajat
Air kencing menetes
Dysuria
beratnya
Volume urine menurun
Distensi abdomen
penyakit yang
berhubungan dengan jenis pengobatan BPH, terdapat system skoring yaitu International
Prostate System (IPSS) yang diambil berdasarkanskor American Urological Associtation
(AUA) . Skor terdiri dari 7 pertanyaan dan 1 kualitas hidup. Pasien diminta untuk menilai sendiri
derajat keluhan mereka dengan skala 0-5. Total skor dapat berkisar 0-35. Skor 0-7 ringan, 8-19
sedang, dan 20-35 berat.3
VI.
PEMERIKSAAN FISIK
Colok dubur
Penonjolan prostat, batas atas
mudah diraba
Penonjolan prostat, batas atas dapat
dicapai
Batas atas prostat tidak dapat diraba
2. Uro-flowmetri
Untuk menentukan apakah kandung kemih mengalami obstruksi dan kecepatan
aliran urin. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkemih dalam beberapa jam
sebelum tes dan minum banyak air sehingga kandung kemih penuh dan memiliki
keinginan yang kuat untuk berkemih. Pada pemeriksaan ini diperlukan peralatan
toilet khusus dengan uroflowmeter. Penting bagi pasien untuk tetap diam dan
tenang saat berkemih untuk keakuratan pemeriksaan, pemeriksaan dilakukan
setidaknya 2X untuk diagnosis pasti. Nilai nomal: >15ml/detik dengan
pengosongan150 ml atau lebih
.Post-void residual mengukur jumlah air seni yang tertinggal dalam kandung
kemih setelah buang air kecil. PRV kurang dari 50 ml menunjukan pengosongan
kandung kemih yang memadai dan pengukuran 100-200 ml atau lebih
menunjukkan sumbatan.
4. Pemeriksaan labolatoium
a. Urin analisis:Urin analisis dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda
perdarahan, infeksi, dan untuk menyingkirkan kanker pada kandung
kemih. Infeksi saluran kemih adalah suatu hal yang sering terjadi pada
pasien BPH.
i. Sedimen urin: untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit,
leukosit, bakteri, protein atau glukosa.
ii. Kultur urin: mencari jenis kumah penyebab infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan
b. Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. Elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna untuk menditeksi
insufisiensi ginjal.
c. Prostat spesifik antigen (PSA)
PSA direkomendasikan bagi pria berusia diatas 50 tahun atau usia diatas
40 tahun dengan fakto resiko. Penurunan ukuran prostat berhubungan
dengan penurunan PSA level. Contoh pada pengobatan oral finasteride,
prosedur TURP (Transuretral resection of prostate). Nilai normal PSA
kurang dari 4 nm/ml.
5. Pemeriksaan patologi anatomi
Menunjukkan pola fibroadenomyomatous hyperplasia
6. Pencitraan
a. Ultrasonografi transabdomial3
Digunakan untuk keakuratan ukuran dan bentuk dari kelenjar
prostat. Ultrasound sangat menguntungkan untuk perencanaan operasi,
c. Sistoskopi2
Prosedur ini dilakukan setelah dianastesi bagian dalam penis, lalu tabung
atau sistoskop berisi lensa dan cahaya untuk melihat bagian dalam. Tes ini
memungkinkan dokter untuk menentukan ukuran kelenjar dan
mengidentifikasi lokasi dan derajat.
VII. PENATALAKSANAAN
Tidak semua pasien hyperplasia prosat perlu mengalami tindakan medik. Kadang
pada mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan
terapi apapun atau hanya dengan nasehat. Namun adapula yang membutuhkan terapi
medikamentosa atau indakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah.
Tujuan terapi BPH adalah melancarkan aliran urin, dan mengurangi gejala.
1. Watchful waiting2,3
Berlaku pada pasien dengan score IPSS rendah 0-7. Pasien juga diharuskan
follow up, karena komplikasi dapat terjadi seperti sepsis, retensi urin dll.
2. Terapi medikamentosa
Tujuan: untuk mengurangi resistensi otot polos prostat dengan obat alpha
blocker, mengurangi ukuran prostat dengan 5 reductase inhibitor.
i. Alpha blocker2
Bekerja dengan mengendurkan otot polos dan leher kandung kemih yang
membantu meringankan obstruksi kemih. Efek samping : sakit kepala,
kelemahan. Obat ini akan meningkatkan pancaran urin dan perbaikan
gejala dalam beberapa minggu dan tidak berpengaruh pada ukuran prostat
Non-selective alpha blocker
o Doxazosin
o Prazosin
o Terazosin
Efek samping: pusing, hipotensi postural, lemas, retrograde ejaculation.
Diminum pada malam hari
ii. Selective alpha blocker2
Tamsulosin dapat menyingkirkan efek samping dari non selective agents.
Pada pasien yang tidak respon terhadap non-selective alpha blocker dapat
diberikan tamsulosin. Efek samping lebih sedikit. Tamsulosin tidak
memiliki efek anti hipertensi
iii. 5 reductase inhibitor2
Menurunkan serum DHT level, sehingga menurunkan ukuran prostat
sekitar 19% dalam 3 sampai 6 bulan. Finastride memberikan bukti yang
signifikan pada gejala urinari dan aliran urin. Tetapi terapi dengan alpha
blocker lebih mendukung. Efek samping : penurunan libido, gangguan
ejakulasi , dan impotensi.
Klasifikasi
Alpha blocker
Non selective
Phenoxybenzamine
Alpha-1 short acting
Prazosin
Alpha-1 long acting
Terazosin
Doxazosin
Alpha-1a selective
Tamsulosin
Alfuzosin
5 reductase inhibitor
Finasteride
Dutaseride
Subcutaneous implant
Triptorelin pamoate
Dosis oral
10 mg 2x sehari
2 mg 2x sehari
5-10 mg/hr
4-8 mg/hr
0,4 -0,8 mg/hr
10 mg/ hr
5 mg/hr
0,5 mg / hr
Setiap tahun
3,75 mg setiap bulan
4. BEDAH
TUNA3,4
BAB III
KESIMPULAN
Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada pria usia lanjut.
Dengan bertambahnya usia bertambahnya juga ukuran prostat yang mengakibatkan keluhan
dalam berkemih. Penatalaksanaan BPH adalah watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah
konvensional dan terapi miimal invasive. Prognosis pada tiap individu berbeda-beda. Pada BPH
yang tidak segera ditatalaksana akan memiliki prognosis yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jeffry B.Halter, Joseph G Ouslander, Mary E. Tinetti, Stephanie Studenski, Kevin P.High,
Sanjay Asthana. Hazzards Geriatric Medicine and Gerontology, Sixth Edition.2009: 608617
2. www.JAAPA.comJAAPA( Journal of the American Academy of Physician Assistants)
Benign prostatic hyperplasia: A clinical Review
3. Emil A. Tanagho,MD, Jack W. McAnich,MD, FACS. Smith General Urology
Seventeenth Edition.2008: 348-358
4. www.irjponline.com/admin/php/uploads/1932_pdf.pdf