1) Pedoman. Untuk Menentukan Klasifikasi Bahaya Bendungan
Diunggah oleh
Indrasto Dwi Cahyo
0 penilaian
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
107 tayangan
68 halaman
Informasi Dokumen
klik untuk memperluas informasi dokumen
Deskripsi:
Pedoman untuk klasifikasi bahaya bendungan
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
PDF atau baca online dari Scribd
Bagikan dokumen Ini
Bagikan atau Tanam Dokumen
Opsi Berbagi
Bagikan di Facebook, terbuka di jendela baru
Facebook
Bagikan di Twitter, terbuka di jendela baru
Twitter
Bagikan di LinkedIn, terbuka di jendela baru
LinkedIn
Bagikan dengan Email, membuka klien email
Email
Salin Tautan
Salin Tautan
Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?
0%
0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%
0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
Apakah konten ini tidak pantas?
Laporkan Dokumen Ini
Deskripsi:
Pedoman untuk klasifikasi bahaya bendungan
Hak Cipta:
© All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh
sebagai PDF atau baca online dari Scribd
Tandai sebagai konten tidak pantas
Unduh sekarang
Simpan
Simpan 1) Pedoman. Untuk Menentukan Klasifikasi Bahaya Be... Untuk Nanti
0 penilaian
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
107 tayangan
68 halaman
1) Pedoman. Untuk Menentukan Klasifikasi Bahaya Bendungan
Diunggah oleh
Indrasto Dwi Cahyo
Deskripsi:
Pedoman untuk klasifikasi bahaya bendungan
Hak Cipta:
© All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh
sebagai PDF atau baca online dari Scribd
Tandai sebagai konten tidak pantas
Simpan
Simpan 1) Pedoman. Untuk Menentukan Klasifikasi Bahaya Be... Untuk Nanti
0%
0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%
0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
Tanamkan
Bagikan
Cetak
Unduh sekarang
Lompat ke Halaman
Anda di halaman 1
dari 68
Cari di dalam dokumen
SCM PEDOMAN UNTUK MENENTUKAN KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN | DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM | DIREKTORAT JENDERAL, PENGAIRAN BALAI KEAMANAN BENDUNGAN; | PEDOMAN KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN NOMOR : 108/KPTS/A/1998 TANGGAL : 22 Desember 1998| Menimbang Mengingat KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEN AIRAN NOMOR_: L08/KPTS/A/1998 Tentang PENGESAHAN PEDOMAN KLASIFIKASI BAHAYA BENDUNGAN Bahwa bendungan sebagai bangunan yang mempunyai kemanfaatan unum, perlu adanya upaya pengamanan agar diperoleh manfaat selama mungkin serta jaminan atas keselamatan masyarakat di hilir bendungan. Bahwa usaha pengamanan bendungan perlu ditindak fanjuti dengan upaya penyusunan Panduan Klasifikasi Babaya Bendungan untuk setiap bendungan Bahwa Pedoman Klasifikasi Bahaya Bendungan ini pada tahap pertama sebelum berbentuk Peraturan Menteri, akan dilakukan sebagai ketetapan Direktur Jenderal Pengairan, sesuai rekomendasi Sidang Komisi Keamanan Bendungan tanggal 30 September 1998. Bahwa sehubungan hal tersebut diatas perlu ditetapkan pengesaban Pedoman Klasifikasi Bahaya Bendungan. Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan; Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen; Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemens Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan Departemen Pekerjaan Umum; Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378 Tahun 1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia; Keputusan Menteri Pekerj2an Umum Nomor 318/KPTS/1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Keamanan Bendungan; Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 102 Tahun 1994 tentang Penunjukan Pengangkatan Ketua, Anggota, Sekretaris Pada Keamanan Bendungan.| | | | | | Menetapka Pertama Kedua MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN TENTANG PEDOMAN KLASIFIKAS[ BAHAYA BENDUNGAN Mengesahkan berlakunya Pedoman Klasifikasi Bahaya Bendungan dalam membuat Panduan Klasifikasi Bahaya Bendungan untuk setiap bendungan di Indonesia, Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di JAKARTA Pada tanggal 22 Desember 1998| BABL BABI BAB III 3a DAFTAR ISI PENDAHULUAN Maksud Tujuan Pengertian .... Catatan Bagi Pengguna Pedoman KLASIFIKASI TINGKAT BAHAYA BAGIAN HILIR Sistem Klasifikasi Tingkat Bahaya . Penduduk Terkena Resiko (PenRes) .....-..-. Kerugian Ekonomi ...... Bendungan Berurutan (Multiple Dams)... PERKIRAAN DAERAH GENANGAN Umum Studi genangan yang ada seater ‘| na Pertimbangan Teknis Melakukan Studi Analisis Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) . Bae 34.1. Asumsi suatu skenario mengenai kegagalan bendungan 3.4.2, Menentukan titik akhir (terminal point) di hilir dari penelusuran banjir (flood routing) 3.4.3. Prosedur analisis yang dianjurkan 3.4.4, Tinggi puneak dan kecepatan banjir Wed u-2 1-4 ued M3 Mt-4 ery W-4 m-5| BAB IV 4 48 BABY LAMPIRAN IDENTIFI Umum Bangunan Fasilitas Umum, Daerah Tempat Kerja dan Tempat Tinggal Rumah-rumah Mobil (di Indonesia belum umum, pada masa sekarang) Jalan Darat Jalan untuk Pejalan Kaki Tanah Perkemahan dan Daerah Rekreasi Kemungkinan Kombinasi Bahaya di Berbagai Area Kerugian Ekonomi PENUTUP. vel W-3| { } | | Lt 12 BAB | PENDAHULUAN Maksud Maksud dari Pedoman ini adalah 1 fikasi bahaya —suatu Untuk menentukan metode dalam penentuan Ki bendungan. Untuk memberikan kriteria dan metode dalam memperkirakan luas daerah banjir akibat terjadinya keruntuhan bendungen serta evaluasi bahaya di bagian hii. Untuk memberikan petunjuk dan kriteria dalam mengidentifikasi tingkat bahaya sebagai dasar menentukan standar persyaratan keamanan bendungan. ‘Tujuan Tujuan dari Pedoman ini adalah untuk menuju obyektivitas dan konsistensi dalam penentuan klasifikasi bahaya di bagian hilir suatu bendungan. Pengertian Tingkat bahaya bagian hilir adalah : potensi kehilangan jiwa atau kerusakan harta benda di hilir suatu bendungan atau tampungan air akibat dari air banjir {meluap), sehingga terjadi kegagalan struktur baik sebagian maupun seluruhnya, atau disebabkan tidak berfungsinya pintu Kemungkinan kegagalan adalah : perkiraan kecenderungan atau kemungkinan suatu bendungan yang akan gagal (runtuh) dalam waktu tertentu, Resiko adalah : suatu akibat dari kemungkinen kegagalan suatu bendungan Penduduk terkena Resiko (PenRes) adalah semua orang yang berada di dalam batas-batas daerah genangan akibat dari keruntuhan suatu bendungan, bila tidak diungsikan akan menghadapi suatu keadaan bahaya, Banjir Penres adalah banjir yang menjangkau penduduk yang terkena resiko akibat dari keruntuhan suatu bendungan.| | | i | | | Ld . Kerugian ekonomi adalah kerugian karena kerusakan pada tempat pemukiman, bangunan komersial, daerah pertanian, bangunan fasilitas umum seperti jembatan, jalan raya, jalan kereta api dan sebagainya, tetapi tidak termasuk kerugian pada bendungan, fasilitas lainnya yang terkait serta tujuan dibangunaya bendungan tersebut + Bendungan Berurutan (Multiple Dams) adalah jika dalam satu alur sur terdapat lebih dari satu bendungan. * — Pembuangan air banjir yang memadai adalah titik batas bawah cimana tidak terdapat lagi potensi kehilangan jiwa dan kerusakan harta benda yang disebabkan oleh aliran banjir, dalam hal ini termasuk : tidak ada penghunian oleh manusia; tidak ada antisipasi pembangunan di waklu masa depan; arus banjir memasuki (eluk, samudra atau kanal besar; arus banjir sed: tertampung dalam tanggul-tanggul kanal Catatan Bagi Pengguna Pedoman Pada Bab Ul, mengatur Sistem Klasifikasi Bahaya diberlakukan bagi bendungan di Indonesia. Sistem dari negara lain ditambahkan agar pembaca dapat memperbandingkan mengenai nilai dan parameter dalam menentukan tingkat Klasifikasi bahaya. Pada Bab III dan penjelasan A, B dan D memberi petunjuk dalam penggunaan metode untuk memperkirakan daerah hilir yang mudah terkena banjir sebagai akibat keruntuhan bendungan serta untuk menentukan klasifikasi bahaya bagian hilir Pada bab IV, memberikan petunjuk dan kriteria untuk identifikasi bahaya bagiabn hilir. Penting untuk dicatat, bahwa pedoman ini dimaksudkan untuk menentukan klasifikasi bahaya bagian hilir dan bahan untuk menyiapkan Klasifikasi bahaya bagiar hilir dan bukan untuk menyiapkan peta genangan guna Rencana Tindak Darurat (RTD). Studi keruntuhan bendungan bukan merupakan ilmu yang eksak, pedoman dan kriteria dalam pelaksanaan studi ini akan beragam tergantung kepada tujuannya, Walaupun studi untuk Klasifikasi bahaya Rencana Tindak Darurat_ mempunyai beberapa kesamaan, tetapi masih ada perbedaan yang besar,BABII KLASIFIKASI TINGKAT BAHAYA BAGIAN HILIR- 24 Sistem Klasifikasi Tingkat Bahaya Sistem Klasifikasi Tingkat Bahaya terdiri dari lima tingkatan yang didasarkan pada jumlah keluarga di hilir bendungan dan berada dalam keadaan bahaya jika terjadi keruntuhan bendungan dan kelompok penduduk ini disebut Penduduk tetkena Resiko (PenRes), Sistem Klasifikasi tingkat bahaya adalah seperti dibawah ini: 1. Tingkat bahaya rendah (Low Hazard) Tingkat bahaya sedang (Moderate Hazard) 3. Tingkat bahaya agak tinggi (Significant Hazard) ingkat bahaya tinggi (Hight Hazard) 5, Tingkat bahaya sangat tinggi (Very Hight Hazard) PenRes didasarkan kepada jumlah kumulatif penduduk dalam keadaan bahaya di setiap daerah hilir bendungan, dan diperoleh dari suatu studi genangan dan tingkatan yang tepat diperoleh dari Daftar 2.1 di bawah ini, Tingkat bahaya akan berkurang sesuai dengan jarak ke arab hilir bendungan. Daftar : 2.1 Matriks jumlah keluarga yang terancam bahaya akibat dari keruntuhan suatu bendungan dan klasifikasi tingkat bahaya Jumlah Keluarga (Kumulatif) : >30 0 T 1 T T 1 1-200 3 2 2 1 1 201 - 5000 4 4 3 3 2 5001 - 20000 5 4 4 3 3 20001 - 250000 5 5 4 4 4 > 250000, 5 5 5 5 3 Jumlah kumulatif keluarga telah dipilih sebagai indikator untuk memudahkan perhitungan di lapangan dan setiap keluarga mendiami satu rumab. Jumlah Penduduk yang terkena Resiko (PenRes) dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah rumah di daerah genangan (rata-rata jumlah keluarga kira-kira $ orang).| Sistem klasifikasi dapat juga digunakan sebagai sarana_memperioritaskan pekerjaan untuk rehabilitasi dan dalam rangka peningkatan bendungan. Klasifikasi yang lebih tinggi akan memiliki tingkat bahaya hilir yang lebih besar, sebab itu upaya penanganan adalah sangat penting, Hanya sebagai perbandingan, sejumlah Sistem Klasifikasi Bahaya (SKB) dari negara dan lembaga lain, dikemukakan dalam penjelasan, Yang penting disini, bahwa setiap negara hendaknya dapat mengembangkan sistem sendiri, agar dapat menerapkan Klasifikasi bahaya dengan baik. Dengan mempergunakan Daftar 2.1 dalam menentukan Tingkat Klasifikasi Bahaya bagi sesuatu bendungan, tingkatannya akan bervariasi tergantung kepada seberapa banyak informasi yang diperoleh mengenai waduk serta keadaan bagian hilir sungai, Bila lebih banyak data diperoleh, maka Tingkat Klasifikasi Bahaya dapat ditetapkan lebih akurat dan meyakinkan. Bila data kurang diperoleh berarti penerapan Tingkat Klasifikasi Bahaya kurang sempurna (konservatif). Sebagai contoh daerah genangan pada pengkajian pertama kurang dapat diketahui Oleh sebab itu Klasifikasi Bahaya Tingkat 5 dapat digunakan, bila diketahui kota besar berpenduduk 250.000 keluarga berada di hilir bendungan. Demikian pula untuk Klasifikasi Bahaya Tingkat I dapat diterapkan bila diketahui bahwa di bagian hilir bendungan tidak berpenduduk. : Dengan diterapkannya Tingkat Klasifikasi Bahaya, hal ini berarti bahwa kepada bendungan dibetikan prioritas tinggi untuk dilakukan studi yang rinci (detail), termasuk pula penganalisaan seperti terurai dalam Bab II dan Bab IV dati dari pedoman ini, Hasil dati analisa, akan digunakan kemudian dalam penerapan ‘Tingkat Klasifikasi Bahaya yang baru. Tingkat yang baru ini, akan dicatat ke dalam Inventarisasi Bendungan Balai Keamanan Bendungan, dan digunakan sebagai prioritas untuk kegiatan pekerjaan rehabilitasi dan mempersiapkan Rencna Tindak Darurat. Untuk menggambarkan penerapan Tingkat Klasifikasi Bahaya sesuai dengan Daftar 2.1 dan bervariasi sesuai dengan kondisi setempat, hal ini digambar di Gambarkan 2.1.1 sampai dengan Gambar 2.1.4 Penduduk Terkena Resiko (PenRes) Pentes terbatas pada daerah yang mengalami dampak langsung akibat banjir yang disebabkan oleh keruntuhan bendungan. Jadi PenRes tidak mempertimbangkan situasi seperti adanya orang di waduk atau kecelakaan {alu fintas karena lintasan jalan raya yang hanyut (setelah dilalui gelombang banji). PenRes terdiri dari penggunaan secara tetap dan sementaraDalam penggunaan tetap termasuk © Tempat tinggal yang dihuni tetap (Bangunan yang sekarang ini dipakai untuk kediaman secara permanen dan dipakai sehari-hari serta dibuni oleh $ orang, Daerah tempat kerja dengan pekerja harian (mingguan) yang bertempat tinggal tinggal di lokasi kerja. Utilitas public dan fasilitas umum yang vital (pembangkit tenaga listrik, tempat pengolahan air dan seterusnya). + Perindustrian atau usaha swasta termasuk produksi bahan (pasir, batu, kerikil dan sebagainya). Usaha pertanian dan usaha perikanan. Dalam penggunaan sementara termasuk . Jalan u na sepanjang kanal atau lintasan kanal © Bumi perkemahan baik yang resmi maupun tidak. . Daerah rekreasi. Penting untuk dicatat, bahwa tingkat Klasifikasi bahaya hilir hanya dihubungkan dengan jiwa manusia di daerah bahaya, dan tidak sama dengan pengertian “jiwa manusia yang diperkirakan hilang”. Jika yang diperkirakan cenderung merupakan perkiraan jumlah kematian akibat banjir karena kegagalan bendungan dan merupakan ramalan berdasarkan waktu peringatan bahwa akan menghadapi banjir yang berbahaya dan juga menggunakan hubungan antara waktu peringatan dan kehilangan jiwa manusia, Menentukan perkiraan Korban jiwa manusia melibatkan banyak ketidakpastian dan analisa seksama oleh para analisa. Analisa dapat mengisyaratkan bencana banjir di daerah berpenduduk tetap, jadi akan menunjukkan dengan jelas jumlah kehilangan jiwa manusia. Orang mungkin akan aman, bila mereka diam di dalam bangunan, kendaraan bermotor, pindah ke daratan tinggi, dan seterusnya, Banjir mungkin hanya membasahi suatu daerah dalam parit atau lubang atau ditenggelamkan oleh air setempat yang mengalir cepat. Orang-orang yang pulang pergi bekerja setiap hari kemungkinan tidak tahu mengenai terjadinya kegagalan bendungan, atau mungkin. penduduk tidak menerima suatu peringatan, atau penduduk mungkin tidak mampu mengungsi secara aman dan seterusnya, Faktor-faktor lain untuk dipertimbangkan, mengenai_perkiraan kehilangan jiwa manusia adalah dekatnya dengan sumber bahaya dan waktu pada bari yang bersangkutan (malam atau siang). Masyarakat mungkin mudah terkena bencana banjir tetapi berlokasi cukup jauh di hilir schingga banyak waktu untuk memberi peringatan dan mengungsikan penduduknya.| | | | | | | | | i 23 24 Bendungan bisa saja runtuh dalam waktu saat kebanyakan orang istirahat (23.00- 06.00), jadi Kemungkinan kecil atau sama sekali tidak ada peringatan kepada penghuni di hilir Disebabkan oleh banyaknya ketidakpastian, dan ketidaktahuan menyangkut perkiraan korban jiwa, suatu pendekatan konservatif menggunakan Penduduk terkena Resiko (versus korban jiwa manusia yang diperkirakan hilang) dalam sistem Klasifikasi tingkat bahaya hilir dipergunakan untuk Program Keamanan Bendungan sesuai daftar 21 Kerugian Ekonomi Dalam kerugian ekonomi tidak termasuk kerugian pada bendungan, fasilitas lainya yang terkait dan tujuan dibangunnya bendungan tersebut, Klasifikasi tingkat bahaya Karena kerugian ekonomi didasarkan pada penilaian analis, Namun demikian pertimbangan nilai ekonomi dalam banyak hal tidak sulit karena jarang menjadi tujuan. Alasan untuk ini ialah, bahwa jika terjadi kerugian secara ekonomi, maka PenRes selalu menjadi salah satu faktor pertimbangan Klasifikasi tingkat bahaya bagian hilir, dan hanya akan didasarican pada itu. Jadi, jika suatu bendungan diklasifikasi memiliki tingkat bahaya hilir rendah atau sedang berdasarkan PenRes, baru kemudian kerugian ekonomi dievaluasi untuk menentukan apakah Klasifikasi tingkat bahaya hilir yang lebih tinggi dapat dibenarkan, Bendungan Berurutan (Multiple Dams) Jika keruntuhan bendungan di bagian hulu dapat berpengaruh pada keruntuhan bendungan di bagian hilimya, maka Klasifikasi tingkat bahaya minimum dari bendungan di bagian hulu, harus sama dengan Klasifikasi tingkat babaya hilir tertinggi bendungan di bagian hilir. u-43 BAB III PERKIRAAN DAERAH GENANGAN Umum Penentuan klasifikasi tingkat bahaya bagian hilir yang didasarkan pada daftar -1 adalah tepat, apabila PenRes dar/atau kerugian ekonomi akibat keruntuhan bendungan telah diketahui. PenRes dar/atau kerugian ekonomi dapat ditentukan jika potensi genangan di hilir bendungan telah dikaji. Untuk memperkirakan genangan banjir di hilir bendungan bila terjadi keruntuhan bendungan dengan cara sebagai berikut = + Memanfaatkan studi genangan yang ada, + Pertimbangan teknis, atau © Melakukan studi analisis keruntuhan bendungan (Dam Break Analysis). Metode yang disajikan di sini, hanya dianjurkan untuk keperluan klasifikasi tingkat bahaya di bagian bilir, dan bukan untuk membuat peta genangan yang akan disebarluaskan pada masyarakat, Karena + i, Penelusuran banjir (flood routing) untuk studi Klasifikasi tingkat bahaya hilir diakhiri pada lokasi kanal hilir di mana klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat ditetapkan dengan akurat, atau titik terakhir di hilir telah tercapai, Jadi, studi hanya dapat mencakup sebagian kecil jangkauan kanal di hilir dari bendungan, bila klasifikasi tingkat bahaya hilir tinggi dapat ditentukan, Studi yang digunakan untuk penyiapan peta genangan, selalu dengan asumsi, bahwa saluran penuh dan mencapai titik alchir di hilir. ii, Prosedur analitis untuk klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat berbeda dari pertimbangan teknis. iii, _Klasifikasi tingkat bahaya hilir tidak ada kaitannya dengan waktu perjalanan gelombang banjir di potongan melintang tertentu. Penekanannya adalah pada tinggi maksimum dan Kecepatan suatu kejadian banjir di potongan melintang pada tempat tertentu, M-1| | | | I 33 3.4 Studi genangan yang ada Bila studi mengenai genangan telah dilakukan atau ada, maka studi ini perlu dikaji, dan apabila baik, maka bisa digunakan dalam penentuan tingkat Klasifikasi bahaya. Catatan : Studi analisa keruntuban bendungan, mungkin bisa diperoleh di Kantor Puslitbang Air di Bandung atau Lembaga lainnya. Contoh dapat diperiksa penjelasan pada A, B dan D. Pertimbangan Teknis Dalam beberapa situasi klasifikasi tingkat bahaya hilir mungkin telah jelas; jadi, klasifikasi tingkat bahaya hilir semate-mata berdasarkan pada pertimbangan teknis dengan menggunakan informasi dari survey lapangan dan/atau peta topografi Sebagai contoh : i. Sekumpulan masyarakat bertempat tinggel di dataran banjir bagian hilir, dan dekat bendungan; atau ii, Dataran banjir sama sekali tidak ada penduduk dan daerah hilir yang tidak dikembangkan, dimana banjir akibat kegagalan bendungan akan mengecil dan tertahan di antara tanggul saluran wama atau mencapai suatu tampungan air yang Iuas (misalnya waduk besar atau laut). tanpa mengancam kepada jiwa manusia atau kerugian ekonomi. Dalam kasus pertama, bendungan jelas akan menjadi fasilitas dengan tingkat bahaya tinggi dan dalam hal kedua bendungan akan menjadi fasilitas dengan tingkat bahaya rendah. Analisa perhitungan tidak diperlukan dalam dua kasus tersebut, Melakukan Studi Analisis Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) Jika tidak ada studi komprehensif tentang keruntuhan bendungan atau klasifikasi bahaya hilir tidak jelas, maka suatu analisa harus dilakukan untuk menentukan daerah genangan. Banyak metoda dengan tingkat keandalan yang herbeda tersedia untuk melakukan analisa seperti itu Suatu metoda khusus disajikan dalam Penjesan A. Juga, masalah ini telah dibicarakan secara umum dengan mengacu pada metoda terbaru dalam Penjelasan B. m-2Terdapat tiga tahap wama pada keruntuhan studi keruntuhan bendungan, pate i, Asumsi suatu skenario mengenai kegagalan bendungan dengan perkembangannya, i, Tentukan titik terakhir dari penelusuran banjir (flood routing); dan ili, Lakukan prosedur analitis yang dianjurkan, 3.4.1. Asumsi suatu skenario mengenai kegagalan bendungan Hsil studi keruntuhan bendungan akan sangat akurat, jika kita ketahui skenario kegagalan sebelumnya, Namun, untuk studi keruntuhan bendungan ini tidak pasti dan hanya merupakan statu asumsi. Kemungkinan skenario kegagelan hampir tidak terbatas. Keruntuhan bendungan dapat disebabkan oleh gempa bumi, hasil erosi bulub/piping dan, keruntuban bendungan yang mendadak, kerusakan bendungan Karena banjir besar, erosi karena overtopping dan seterusnya. Debit dan banjir hilir Karena skenario keruntuhan bendungan yang berbeda. dapat menghasilkan klasifikasi tingkat bahaya hilir yang berbeda untuk bendungan yang sama, Karena skenario keruntuhan bendungan tidak diketahui sebelumnya, dan demi keamanan bendungan, suatu prosedur dianjurkan untuk menseleksi suatu skenario Keruntuhan bendungan dengan mencari Klasifikasi tingkat bahaya hilir tertinggi. Bendungan yang mempunyai potensi untuk klasifikasi tingkat bahaya tinggi, dan merupakan hasil suatu asumsi skenario Keruntuhan bukan akibat banjir maka dalam Kondisi banjir hilir yang cukup besar mempunyai tingkat bahaya yang tinggi. Tetapi, untuk bendungan lebih kecil dimana Klasifikasi tingkat bahaya berada diantara batasan kategori (Daftar 2.1), prosedur yang, tcrurai di Penjelasan C dapat diterapkan. Apabila kelemahan struktur utama telah diketahui (yaitu dari hasil inspeksi keamanan), perkembangan erosi adalah merupakan jalan ke arah terjadinya runtuhnya bendungan. Hal ini akan mengurangi seleksi skenario, apakah di arahkan pada erosi buluh atau pada "Jimpasan air/overtopping. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk memilih skenario kegagalan dalam bentuk sebagai berikut 1-3| | | | 3.4.2. 3.43. Langkah 1: adakan evaluasi, bila terdapat kelemahan struktural atau operasional (misalnya pelimpasan air scbagai akibat tidak berfungsinya pintu) akan membuat skenario yang lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan skenario lainnya, Kalau demikian, jabarkan skenario ini secara Konservatif dan dijadikan dasar bagi studi keruntuhan bendungan (Lihat Penjelasan A.B dan D). Langkah 2: Jika hasil evaluasi tersebut di atas menyatakan "tidak", maka lanjutkan dengan pendekatan seperti diuraikan dalam Penjelasan C. Dalam beberapa kasus, ada kemungkinan untuk meneliti skenario kegagalan dari hasil laporan inspeksi. Hal ini, sudah barang tentu memerlukan pertimbangan -teknis dan kajian yang baik. Sebagai contoh, adalah suatu bendungan yang akan mengalami limpasan ai (overtopping) pada Banjir Maksimum Bolehjadi yang dikaji ulang. Bila tidak ada ancaman terjadinya bocoran, piping, longsoran ke arah waduk, maka skenario limpasan air perlu di jabarkan lebih lanjut. Menentukan titik akhir (terminal point) di hilir dari penelusuran banjir (flood routing) Penelusuran banjir pada bendungan yang runtuh hanya perlu dilakukan untuk suatu jarak ke hilir dari bendungan sampai Klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat dipastikan, atau sampai “pembuangan air banjir yang memadai” tereapai. Sebagai contoh, jika masyarakat yang berada di hilir bendungan dengan jarak 1,6 km skan tergenang oleh banjir, sebagai akibat runtuhnya bendungan, dan karenanya bendungan diberikan klasifikasi tingkat bahaya tinggi, maka anelisa tambahan tidak diperlukan, sebab analisa tambahan tidak akan mengubah klasifikasi tingkat bahaya hilir dari tingkatan “tinggi” Prosedur analisis yang dianjurkan Penjelasan A,B dan D menganjurkan prosedur analitis untuk studi keruntuhan bendungan. Seperti dikemukakan dalam Butir 3.4.1, skenario kegaggalan yang spesifik dapat ditentukan yang mendckati realitas (mudah-mudahan tidak pemah terjadi). Parameter yang penting dalam pendekatan analitis adalah waktu pada terjadi keruntuhan (TFM di Penjelasan A). Uraian selanjutnya, merupakan data dari kasus yang terjadi sebenarnya. i-43.44, Tinggi puncak dan kecepatan banjir Tinggi puncak dan kecepatan banjir diperlukan sebagai kriteria yang ditetapkan dari Simplified Dam Break (SMPDBK), yang menghasilkan tinggi puncak banjir pada tiap potongan melintang namun bukan punieak kecepatan, Untuk menentukan puncak kecepatan, hitunglah luas potongan melintang dari aliran pada potongan melintang yang diinginkan dan bagi debit puneak, dengan luas potongan melintangaya (V =a). Bila banyak Klasifikasi tingkat bahaya hilit perlu ditetapkan dengan menggunakan SMPDBK, maka SMPDBK dapat diubah untuk menghasilkan kecepatan puncak, beberapa arahan diperlukan jike dibutuhkan. m-54 BAB IV IDENTIFIKASI TINGKAT BAHAYA Umum Studi genangan dilakukan untuk menentukan dampak banjir sebagai akibat dari kegagalan bendungan pada tingkat bahaya hilir Tingkat bahaya hilir dapat diidentifikasi dari peta topografi, foto, survey lapangan, dan informasi dari petugas. Termasuk situasi yang berpotensi mengancam penduduk yang terkena resiko. Sebagai akibat dari kegagalan bendungan tidak diperlukan analisa karena jelas akan terjadi resiko, daa/atau kerusakan harta benda pada penduduk. ‘Apakah genangan air sedalam 0,30 m akan mengakibatkan korban jiwa jika banjir melampaui suatu jembatan jalan raya, apakah jembatan tersebut akan musnah jika tidak, apakah Kendaraan yang melalui akan terbawa oleh air banjir dan seterusnya, Pertanyaann seperti. ini merupakan dasa untuk mengidentifikasi tingkat bahaya hilir yang dijelaskan pada butir 4-2 sampai dengan butir 4.7. Sedangkan hubungan antara tinggi aliran dengan kecepatan banjir yang menunjukken aliran banjir yang berbahaya untuk berbagai_kemungkinan tingkat bahaya hilir dapat diperiksa pada gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.5 (periksa pada lampiran). Hubungan antara tinggi aliran dan kecepatan aliran pada tingkatan banjir yang berbahaya yang disajikan dalam gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.5 dibagi dalam tiga zona, yaitu ; zona tingkat bahaya rendah, zona tingkat bahaya pertimbangan dan zona tingkat bahaya tinggi Penjelasan dari zona-zona tersebut adalah sebagai berikat Zone tingkat bahaya rendah - _Jika kemungkinan tingkat bahaya hilir yang terjadi mengikuti hubungan antara tinggi dan kecepatan air banjir yang dilukiskan dalam zona ini, Kemudian PenRes dihubungkan dengan tingkat bahaya hilir yang memungkinkan atau diasumsikan tidak ada. VelZone tingkat bahaya tinggi Jika kemungkinan tingkat bahaya hilir yang terjadi mengikuti kurva hubungan antara tinggi dan kecepatan air banjir dan diasumsikan bahwa PenRes berada pada semua tingkat bahaya hilir yang memungkinkan, Zone Tingkat pertimbangan Zone bahaya rendah dan zone bahaya tinggi yang mewakili dua titik ekstrim, dimana tidak ada PenRes dan ada sebagian PenRes. Antara kedua titik ekstrim tersebut terdapat zona ketidakpastian dalam hal menentukan PenRes, karena setiap situasi banjir mempunyai ciri khas masing-masing, schingga tidak mungkin menghitung semua variabel. Dalam hal ini tergantung pada analis untuk menggunakan_pertimbangan berdasarkan keahlian teknis untuk menentukan PenRes terdapat banyak faktor kemungkinan untuk dipertimbangkan, sebagai contoh ialah Bumi perkemahan tertentu, monumen, dan-lain sebagainya, mungkin sedikit sekali pengunjung yang datang. Disamping itu mungkin dikunjungi dalam waktu yang pendek selama setahun, misalnya 100 jam kunjungan. Jadi kemungkinan adanya orang di daerah bahaya sangat kecil, dengan demikian PenRes dapat dianggap tidak ada. Kegagalan bendungan pada waduk kecil dengan kenaikan debit puncak sangat cepat. Kemudian penurunan debit puncak juga sangat cepat Jika kemungkinan terjadi bahaya, yang terkena sasaran adalah jalan raya yang jarang digunakan, maka kemungkinan kendaraan menjadi sasaran banjir adalah kecil Sebaiknya, banjir yang terjadi pada waduk besar kemudian melanda jalan raya dengan lalu lintas padat, ditambah waktu banjir yang cukup lama. Hel seperti ini jelas akan terdapat penumpang/penduduk yang terkena resiko. Sehingga kehilangan jiwa penduduk perlu diperhatikan di dalam mengbitung PenRes. Tempat tinggal penduduk, dapat berupa rumah tiga lantai yang dibangun dengan baik. Hal seperti ini dapat dianggap bahwa penghuninya tidak dalam keadaan bahaya. Apabila jika banjirnya berlangsung tidak lama. Sehingga tidak diperhitungkan dalam PenRes. Akan tetapi para penghuni rumah tingkat satu yang dibangun kurang baik menjadi sasaran banjir harus dianggap berada dalam Kondisi bahaya. Sehingga diperhitungkan dalam PenRes. Iv-242 * Rumah papan kayu bertingkat memberi keamanan pada penghuni, namun demikian harus dianggap bahwa penghuni akan sadar adanya banjir (misalnya tidak tidur) dan akan pindah ke tingkat yang lebih tinggi Penentuan tingkat Klasifikasi bahaya, terutama pada bendungan besar yang memungkinkan banjir besar, tidak perlu mengacu kepada Gambar 4.1 sampai dengan 4.5 karena bahaya banjir tersebut sudah jelas. Tetapi, untuk situasi dimana klasifikasi tingkat bahaya hilir dari bendungan tergantung kepada situasi banjir, dimana para penghuni tidak dalam lingkungan yang aman misalnya, didalam rumah, kendaraan dan sebagainya. Sehingga Gambar 4.1 sampai dengan 4.5 harus digunakan. Dalam situasi seperti itu, analis akan ‘memperkirakan ketinggian dan kecepatan maksimum banjir, pada suatu daerah yang mungkin berbahaya, dan perlu juga membuat suatu keputusan terhadap akibat banjir pada tingkat bahaya hilir yang mungkin terjadi. Jika Ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diramalkan dengan pasti, maka dengan pendekatan yang menganggap bahwa tingkat bahaya hilir yang mungkin terjadi di daerah genangan, harus dipertimbangkan penggunaan Gambar 4.1 sampai dengan 4.5. Tetapi, untuk situasi-situasi dimana para analis yakin mengenai perkiraan mengenai ketinggian dan kecepatan banjir make, Gambar 4.1 sampai dengan 4.5 dapat digunakan. Kemudian para analis dapat memutuskan kemmungkinan bahaya hilir dan memperkirakan PenRes. Bangunan Fasilitas Umum, Dacrah Tempat Kerja dan Tempat Tinggal Didalam menetapkan PenRes tercakup semua penghuni rumah yang berada didalam batas daerah genangan. (periksa Gambar 4.1). Namun demikian, hanya dapat dibenarkan, bila tidak ada PenRes yang harus dihubungkan dengan para penghuni rumah yang tergantung kepada ketingggian dan kecepatan banjir yang digambarkan dalam zona pertimbangan. PenRes selalu dihubungkan dengan penghuni tempat tinggal, dan tergantung kepada kombinasi ketinggian dan kecepatan banjir, yang digambarkan di dalam zona bahaya tinggi. Untuk rumah tempat tinggal yang memiliki ruangan dibawah tanah, diasumsikan terjadi situasi bahaya jika air banjir memasuki dan membanjiri ruangan tersebut. Jika ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti, maka dalam PenRes termasuk semua penghuni rumah yang terletak di dalam batas daerah genangan tanpa mengacu pada ketinggian atau kecepatan, maka klasifikasi bahaya hilir yang sesuai dapat ditetapkan.43 44 Rumah-Rumah Mobil (di Indonesia belum umum, pada masa sekarang) Tempat parkir rumah mobil biasanya ditempatkan di dataran bani, disebabkan kebutuhan kawasan di banyak daerah, Hal ini menimbulkan situasi amat bahaya untuk penghuni rumah mobil, karena mereka sangat sulit untuk berpindah terhadap terjadinya banjir sekalipun relatip kecil. Jadi bubungan tingkat bahaya ketinggian - kecepatan banjir (Gambar 4.2) untuk rumah, berbeda dengan yang digunakan untuk rumah mobil. PenRes meliputi semua penghuni rumah mobil yang berlokasi didalam batas daerah_genangan, dan tergantung kepada kombinasi ketinggian dan kecepatan banjir yang digambarkan di atas zone bahaya rendah dari Gambar 4.2, Namun demikian, hanya dapat dibenarkan, jika tidak ada PenRes yang dihubungkan dengan para penghuni rumah mobil terhadap Kombinasi ketinggian dan kecepatan banjir, yang digambarkan dalam zona pertimbangan. PenRes selalu berhubungan dengan para penghuni rumah mobil tethadap kombinasi ketinggian dan kecepatan banjir yang digambarkan dalam zona bahaya tinggi, kecuali dalam hal sangat khusus dimana para analis dapat menyajikan kebenarannya. Bila ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti, maka penentuan PenRes mencakup semua orang yang berada dalam daerah genangan, tanpa petunjuk mengenai ketinggian dan kecepatan dan Klasifikasi tingkat bahaya hil. Jalan Darat Jika gelombang banjir yang terjadi akibat kegagalan bendungan menggenangi jalan darat, Kemungkinan akan terdapat korban jiwa, dan kepada ‘para pengendara dan pejalan kaki harus dilakukan evaluasi. Dalam berbagai kasus, jalan darat tergenang karena melintasi saluran, meliwati suatu jembatan atau gorong-gorong, atau karena jalan darat berdampingan dengan saluran misalnya di suatu lembah. Korban jiwa mungkin terjadi di jalan darat, sebagai akibat kegagalan bendungan karena bermacam sebab, diantaranya ialah : + Kendaraan hanyut ke hilir disebabkan oleh air banjir. + Kehilangan kendali yang mengakibatkan Kecelakean kendaraan, disebabkan oleh dampak air banjir dan. « — Kecelakaan Kendaraan, arena kerusakan jalan setelah dilalui oleh banjir . Dan sebagainya. IV-4Namun demikian, katena klasifikasi tingkat bahaya hilir di dasarkan pada dampak langsung dari banjir yang melewati jalan tersebut, sedangkan kecelakaan Kendaraan sebagai akibat deri kerusakan jalan setelah banjir melewati jalan tersebut, tidak dipertimbangkan saat memperkirakan PenRes Karena dianggap bahwa kendaraan telah berada di jalan atau sedang berusaha ‘memasuki jalan sewaktu tergenang air banjir PenRes meliputi semua penumpang kendaraan di dalam batas genangan. Namun demikian, hanya dapat dibenarkan, bila tidak ada PenRes yang ada kaitannya dengan penumpang kendaraan yang digambarkan pada zona pertimbangan, PenRes selalu dihubungkan dengan penumpang kendaraan tethadap zona daerah bahaya tinggi kecuali dalam hal khusus, dimana analis dapat memberi alasan yang kuat. Jika ketinggian dan kecepatan banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka PenRes yang meliputi semua orang yang berada di daerah genangan, tanpa mengacu kepada gambar 4,1 sampai dengan gambar 4.5 (Periksa lampiran), Jalan darat akan menjadi faktor dalam menentukan klasifikasi tingkat bahaya hilir dari bendungan, bila jalan itu dilapisi (aspal atau beton). Kriteria ini ‘memberi cara penyederhanaan penghitungan jumlah, frekwensi dan kecepatan lalu lintas di atas jalan darat tersebut. Kriteria jalan yang dilapisi berlaku, kecuali analis dapat memberi alasan terhadap hal yang sebaliknya. Sebagai contoh, jalan darat yang dilapisi dapat berlokasi di tempat yang amat jauh dan jarang dilalui, atau jalan darat mungkin tertutup selama waktu tertentu dalam waktu tahun berjalan, dan dimana kegagalan bendungan dianggap terjadi. Seperti kasus, dimana banjir yang mengakibat kegagalan bendungan, hanya dapat membahayakan jalan darat, bila kegagalan disertai oleh banjir besar, tetapi banjir besar ini hanya terjadi, selama musim hujan pada saat jalan darat ditutup untuk lalu lintas. Sebaliknya, jalan yang tidak dilapisi dapat juga menimbulkan situasi bahaya bagi PenRes, hal tersebut dapat menghasilkan Klasifikasi tingkat bahaya sedang atau bahaya tinggi jika pembenaran yang tepat dapat diajukan. Sebagai contoh adalah jalan kerikil yang membentang di suatu lembah panjang dan sempit dengan suatu bendungan yang berlokasi di hulu. Jalan ini dilintasi oleh beban lalu-lintas yang sedang, karena jalan ini merupakan jalan yang masuk ke kawasan rekreasi yang telah didirikan, daerah berpemandangan menarik, dacrah perumahan, dan seterusnya Sedang jalan darat yang meliwati lembah panjang dan sempit, dapat mengakibatkan korban jiwa atas pengendara kendaraan pada waktu banjir sebagai akibat kegagalan bendungan, disebabkan sulitnya losos dari bahaya pengendara dalam lembah, Kerugian ekonomi hanya meliputi biaya penggantian jalan darat beserta bangunan pelintasan Iv-46 Jalan untuk Pejalan Kaki Jalur jalan untuk pejalan kaki meliputi jalan yang dilapisi, trotoar, jalan rata, jalan sepeda, dan jalur pejalan kaki/pendaki. Dimana jalan untuk pejalan kaki dipisahkan, dan/atau dapat mempengaruhi Klasifikasi tingkat bahaya hilir, PenRes dapat diperkirakan dengan menggunakan Gambar 4.4 dan 4.5. PenRes meliputi semua pejalan kaki yang berada didalam batas genangan, tergantung yang digambarkan di atas zona bahaya rendah dari Gambar 4.4 atau 4.5, Namun demikian, dapat dibenarkan, tidak ada PenRes di dalam zona pertimbangan. PenRes selalu dihubungkan dengan pejalan kaki di dalam zona bahaya tinggi, Kecuali dalam hal amat Klusus dimana analis dapat memberi pertimbangen yang benar. Jika ketinggian dan kecepatan air banjir tidak dapat diperkirakan dengan pasti, maka PenRes meliputi semua orang yang berada dalam daerah genangan, tanpa mengacu kepada ketinggian dan kecepatan dan klasifikasi tingkat bahaya hilir yang sesuai dapat ditentukan, ‘Tanah Perkemahan dan Daerah Rekreasi Tanah perkemahan dan/atau daerah peruntukan hiburan di hilir bendu berlakukan sama seperti jalan bagi pejalan kaki. Fasilitas demikian dapat merupakan sesuatu yang dimiliki, dioperasikan dan dipelihara oleh Badan Pemerintah dar/atau Swasta. Tanah perkemahan dapat mencakup fasilitas untuk keperluan perkemahan sedethana. Daerah rekreasi mencakup untuk tempat melihat pemandangan, atraksi dan jalur untuk gerak jalan, daerah pemancingan lapangan golf, daerah bersampan/berlayar/berdayung, fasilitas peluneuran perahu dan sebagainya. Untuk keperluan klasifikasi tingkat bahaya hilir, dianggap bahwa fasilitas tersebut akan dikunjungi oleh pengunjung selama terjadinya banjir karena Kegagalan bendungan, (kecuali kegagalan berlangsung diluar skenario dan musim yang diperhitungkan) dan jiwa manusia mungkin akan terkena bahaya, Untuk memperkirakan PenRes jumlah orang yang sekiranya menggunakan fasilitas tersebut pada musim yang ramai (misalnya, Tahun Baru, Idul Fitri, Natal), perlu dipertimbangkan, Skenatio kegagalan bendungan yang disertai oleh limpasan banjir besar dalam waktu tertentu, dianggap bahwa orang berada dalam keadaan bahaya. Schingga penggunaan fasilitas dalam jangka waktu ini perlu dipertimbangkan dalam memperkirakan PenRes. Sebagai contoh, jika bendungan dapat mengancam kehidupan manusia dalam musim hujan, maka pengantisipasian penggunaannya selama waktu itu perlu dipertimbangkan saat memperkirakan PenRes, Iv-647 48 Kemungkinan Kombinasi Bahaya di Berbagai Ar Dalam masyarakat yang beraneka ragam biasanya terdapat semua kemungkinan bahaya hilir yang diindentifikasikan dalam Butir 4.2 sampai dengan 4.6. Memperkirakan PenRes untuk situasi seperti ini, mungkin perlu menggunakan semuanya, atau hanya beberapa kriteria dalam Butir 4.2 sampai 4.6, Sebagai contoh, jika masyarakat kecil yang terdiri dari rumah berfondasi, rumah mobil dan taman, maka semua kriteria dalam Butir 4.2. sampai dengan 4. 6 diperlukan untuk memperkirakan PenRes dengan cermat Kerugian Ekonomi Klasifikasi tingkat bahaya hilir yang didasarkan pada kerugian ekonomi, biasanya tidak diperlukan, Karena kerugian ekonomi sudah tercakup dalam mempertimbangkan PenRes. Jarang terdapat dalam situasi, dimana PenRes adalah nol, tetapi kerugian ekonomi yang besar atau berkelebihan dapat dipakai untuk meningkatkan Klasifikasi dari tingkat bahaya sedang menjadi Klasifikasi bahaya tinggi berdasarkan pada kerugian ekonomi. Jadi, yang terbaik adalah memberikan suatu Klasifikasi tingkat bahaya hilir berdasarkan PenRes’sebelum kerugian ekonomi dipertimbangkan. Kemudian, jika PenRes lebih besar, dari yang dipertimbangkan, menghasilkan klasifikasi bahaya tinggi, dalam hal ini perkiraan kerugian ekonomi tidak perlu, sebab tidak mempengaruhi Klasifikasi bahaya. Namun demikian, jika klasifikasi bahaya adalah kurang dati tinggi, kerugian ekonomi perlu dievaluasi untuk ‘menentukan apakah Klasifikasi bahaya dapat ditingkatkan,BAB V PENUTUP Klasifikasi tingkat bahaya hilir merupakan alat manajemen, Karena dapat menjadi faktor penentu dalam menetapkan perlu tideknya evaluasi keamanan secara formal dengan kemungkinan modifikasinya. Penentukan klasifikasi tingkat bahaya hilir dapat bervariasi misalnya dengan gambaran sekilas dari peta topografi, hingga suatu analisa yang memerlukan data lapangan yang rinei, model analitik yang handal dan rumit yang memerlukan komputer digital dengan kecepatan tinggi serta pelatihan oleh pemakainya. Sementara klasifikasi tingkat bahaya hilir mungkin jelas untuk bendungan besar, tetapi diperlukan analisa yang rinci dan ditambah dengan pertimbangan yang tepat untuk bendungan keoil. Namun demikian, analisa yang rinci tidak selalu menghasilkan klasifikasi tingkat bahaya hilir yang tepat. Banyak informasi yang tidak jelas diperoleh mengenai kerusakan konstruksi pada bangunan, jalan, tempat tinggal, sikap masyarakat dalam menghadapi banjir dan sebagainya, oleh karene it perlu pelaksanaan kebijakan secara obyeKtif dan mantap atas klasifikasi bahaya tersebut oleh instansi yang berwenang, Jakarta, 22 Desember 1998LAMPIRANBIERVE YIY YAVHYG H3TO SNIN3S VNINYIL NYCI Tigor H¥HAN,, NyuMNN IOvEU3B RIG INNHONSd ~ HVONY VAVHYE YHOZ, (SINNBL) YSVAVHSY NYOHVArILYIE VOVSIN NVRBYSVOIO VAVHVE LVXONIL ~ NVONVBRILWId ¥NOZ UIENVE_Uly VAVHYE W310 YNDWUIL ONVYA UBOM HYHINY,, IVO¥EYIa RVG INDHONSd — IDONIL VAYHYe YNOZ 1 upBu029)9% aon AY. NINN VASHVEYSA ONVA 'YICNVE Biv IDINIL ~ NvLvd393¥ vavINY NYONNENK - ¢ Ly YVENVO psy vorederex 00'F ose oe ose z ost oot oso oO HVGNae VAVAVE YNOZ Gel nl [ oo | [recast os’o 165ur, | NVONVENILY3d YNOZ [enone He met | ee ae seo voonil vAvHYs| VNOZ [enn | eee ee i ootBIPNYE aIV VAVEYE 310 YNSMIBL UVGIL HY¥KAY /TYOONLL L¥dMBL Iva INAHON3d — YAVHY8 VNOZ (SINMIL) YS¥AVHIY WN3d YOVE —NYRIYSVOIO VAVHVE LVWONIL — NYONYBHILN3d YNOZ uIeNv wiv HINO VAVH¥G VNUNUBL MYRNY /TVOONIL LVAH3L NYG INMHON3d - 19ONIL YAVH¥E WNOZ 1 ua6uosaiay1 Nyon HYHINY /IYOONIL LVdN3L I9¥8 YAVHVEU3E ONVA MICNYG oY NVLVd303¥ NYO ISOMIL VUVINY NVONNENM ~ ¢ zy avaRvo pf) NYLYd3O3y os ov oe ve 9 0 Sel 0 a a nyon3y YavHve voz oe a [sent y t 7 + 00 | 7 ‘w) 165u4, veoh viwive vi =| ) 85 | 002 L J oo'eHYON3Y) VAVEVE VNOZQICNVE VAvHYE HID NWNY WNW 18vd YAVHYEASE NTWIVAL MVGLL - HYONRYVAvHVE YNOZ USWAVNSY NUDNYEHILSSd VEVIIS NYSWd]O YAHUGLYNONIL - NVONVEHILY3d YNOZ BICNVE HEID WWNY M¥NY 19¥d = IDDNIL WAvHWE YNOZ 1: upbuosajay DYNW YAY ONLNA av = N¥LWe3IGX NYO IDONIL YaVINY NYDNDENH + cb avaHYo 974) NYLYdIIBA 00'% ost 00" os'a ——— YOHIU AH YNOZ NvONayyLad YAVHYB YNOZ JOONIL YAVHY YNOZ o0'o se‘o os'o suo (ww) (SeuPENJELASANPENJELASAN A Studi Keruntuhan Bendungan/Genangan; Prosedur Analitis dalam Garis Besar - US National Weather Service Umum Prosedur yang disajikan dalam Penjelasan ini, merupakan suatu kompromi antara metoda analitis yang sedethana dan kompleks, dalam melakukan studi keruntuhan bendungan. Prosedur ini akan memberikan suatu hasil yang konsisten bagi para analis, dan bagi mereka yang tidak mempunyai pengetahuan hidraulik yang ekstensif, serta_menghasilkan produk yang akurat dan dapat diterima. Prosedur adalah merupakan suatu aplikasi dari US Weather Bureau Service dalam seg Simplified Dam-Break Model (SMPDMB) {5} ” , dengan petunjuk dan kriteria yang diberikan dalam menentukan untuk input paramenter dari semua model. Test dari SMPDBK versus model {6} DAMBRK dari National Weather Service, merupakan suatu model andal yang memberikan suatu hasil yang akurat, dengan model SMPDBK dalam menghitung ketinggian puncak dan kecepatan air banjir, dimana kurang dari 20% atas-dasar perhitungan dengan mempergunakan DAMBRK, dan hal ini selama asumsi model tidak diganggu. Hal ini diberlakukan bagi kondisi air membalik (back water), dimana hasil SMPDBK biasanya mempunyai kesalahan yang besar. Model input parameter dapat berubah-rubah sekali untuk suatu bendungan tertentu dan masih perlu “dikoreksi”. Karena hal ini, hasil SMPDBK akan berubah sekali, bila sedang diadakan “koreksi”, Nilai output “koreksi” dapat! berada dalam jangkauan dari liberal sampai ke Konservatif; yaitu tinggi dan kecepatan air banjir masing-masing berada dalam jangkauan cninimum sampai maksimum Adalah penting untuk dicatat, bahwa nilai parameter yang dianjurkan dan disajikan dalam bab ini, tidak bermaksud untuk memperkirakan debit air puncak dari keruntuhan. Tetapi, untuk membawa ke arah konsistensi para analis dalam menghasilkan batas-batas debit puncak air keruntuhan dan tinggi serta kecepatan air di bagian hilir, Nilai maksimum tersebut merupakan nilai tambah bagi keamanan atas perkiraan genangan akibat banjir, dan konsisten dengan filosofi tingkat Klasifikasi bahaya hilir dalam mempertimbangkan skenario dengan kasus terburuk dan penggenangan ke bagian hilir. Memerlukan perhatian Khusus bagi paramater rekehan TFM (waktu untuk rekahan berkembang) dan BW (Iebar dan rekahan persegi). Banyak metoda yang berlainan diperoleh dalam rangka “memperkirakan” nilai-nilai tersebut, dan juga mengenai debit air puncak akibat rekahan (Penjelasan B). Bila metoda yang berlainan diterapkan kepada bendungan tertentu, maka akan dihasilkan nilai dengan skala yang lebar (wider range of typically results). Dan pula, TEMS dan BWS akan menghasilkan yang berbeda, yang dilakukan oleh para analis berlainan, dengan metoda yang sama. Jadi, hasil studi dan konsekuensi mengenai tingkat Klasifikasi bahaya bagian hilir, akan tergantung kepada metoda yang digunakan untuk memperkirakan parameter rekahan dan/atau debit air rekahan puncak.Karena hal ini, perhitungan perkiraan yang dianjurkan dan disajikan di bab selanjutnya dalam hal menentukan TFM dan BW merupakan suatu kombinasi antara kebijaksanaan dan pertimbangan terhadap data kegagalan yang lalu, dimana ingin memuaskan satu dari keseluruhan pedoman ini, dan membawa Ke atah konsistensi dan kegiatan pekerjaan dalam penentuan klasifikasi bahaya bagian hilir. Dan pula, persamaan parameter adalah sangat membantu bagi analis yang tidak berpengalaman, dan/atau bagi mereka yang tidak mempunyai cukup latar belakang teknis. Persamaan ini akan menghasilkan nilai, yang masih dalam jangkauan yang ditentukan oleh aplikasi dari semua metoda. Dari studi tingkat klasifikasi bahaya hilir pada umumnya, SMPDBK akan memberikan_hasil yang cukup baik. Namun demikian, situasinya perlu dianalisa yang mungkin menggangu asumsi dari SMPDBK, dan/atau mungkin diperlukan modeling yang andal yang berada di luar cakupan SMPDBK, dalam hal kasus tersebut, DAMBRK harap digunakan (Penjelasan B). Sebaliknya, penyederhanaan kalkulasi mungkin akan cukup, dengan tidak tersedianya fasilitas komputer. Bila hal ini merupakan kasus, maka metoda yang sederhana diterangkan pada Penjelasan B, dapat digunakan, Penjelasan B digunakan untuk memberikan informasi mengenai beberapa metoda dalam melakukan studi Keruntuhan bendungan/genangan. Para analis harus mengenal mengenai metoda-metoda ini, sehingga dapat diterapkan sesuai dengan keperluan sitwasi. Namun demikian, metoda adalah beda dengan apa yang dinamakan “prosedur yang dianjurkan”, dan jangan digunakan, kecuali bila segala sesuatunya dapat dibenarkan. Pembenaran demikian, harus dijelaskan di dalam laporan Klasifikasi bahaya hilir. Petunjuk Nilai Input Data dalam Penentuan SMPDBK SMPDBK memerlukan nilai khusus dari pengguna mengenai input parameter yaitu sebagai berikut DAM - Nama dari Bendungan RIVN - Nama dari Sungai IDAM - Kode dari tipe bendungan HDE - _Blevasi_ mercu bendungan, atau tinggi muka air bila bendungan runtuh BME - _Blevasi dasar dari rekahan dasar VOL = Voluma (meter kubik) dari waduk SA - _Luas permukaan waduk pada HDE (hektar) BW = Lebar (meter) dari rekahan persegi TEM = Waktu (menit) untuk rekahan berkembang Qo - Aliran bukan rekahan (spilway, outlet, limpasan) yang terjadi dengan aliran maksimum rekahan. NS = Jumlah potongan melintang NCS - Jumiah lebar alas untuk setiap potongan melintang cMS - “Manning” n dikaitkan dengan penyimpanan air oleh “saluran luar” De) - Jarak dari bendungan ke potongan melintang ke 1 (km)FLDQ) HS(K,D BS (K.) BBS (K.) CM (KD) ‘Tinggi air (meter) di setiap poton; waktu Pembanjiran dan surut akan dihitung, fang, dimana Elevasi (m.s.1.) kaitannya dengan K" lebar atas dari potongan Kel. K® lebar atas (meter) dari potongan ke 1 K" lebar atas yang tidak aktif (meter) dari potongan ke 1 K"" Manning “n” kaitanya dengan K"" lebar atas dengan po- ‘Tongan melintang ke 1 Kriteria dalam penentuan nilai input sebagai berikut. Analis yang berpengalaman harus ‘mempunyai alasan yang kuat untuk merubah kriteria ini, hal ini dapat dilakukan, tetapi harus dicatat ke dalam laporan Klasifikasi bahaya DAM RIVIN IDAM HIDE BME VOL SA BW Nama dari Sungai Tipe dari bendungan Tipe dari bendungan Gunakan suatu nilai yang sesuai dengan skenario keruntuhan- bendungan yang disebabkan bukan karena overtopping. Dimana bendungan dianggap runtuh pada genangan normal atau pada clevasi normal. Untuk keruntuhan akibat da limpasan (overtopping), dimana bendungan dianggap gagal (runtuh) dengan limpasan 300 mm (sebagai contoh), melewati elevasi puncak bendungan ditambah 300 mm. Bendungan urugan tanah : Gunakan elevasi aliran pada tapak di bagian hilir bendungan. Bendungan beton : Sama seperti untuk bendungan urugan tanah, kecuali penambahan 0,20 (HDE - BME) sampai BME. Gunakan volume waduk dihubungkan dengan HDE - BME Gunakan Iuas permukaan waduk dihubungkan dengan HDE Bendungan urugan tanah 3 (HDE - BME) Bendungan urugan batu 2,5 (HDE -BME) Concrete arch dam - BW = 0,45 (CL + BL) Concrete gravity dam 0,375 (CL + BL) Stone-masonry dam 0,3 (CL+ BL) dimana CL = panjang — puncak bendungan dan BL = panjang dasar bendungen.TEM NS. NCS CMS Da FLD () HS (K
6 Kerugian ekonomi mal cukup besar berkelebihan {USA (State of Virginia) ini adatah suatu contoh yang khusus dari Sistem Klasifikasi Bahaya suatu negara bagian {ii USA, setiap negara bagian mempunyai Sistem Klasifikasi Bahaya sendiri |Kebanyakan adalah berdasarkan pada klasifikasi bahaya atas tinggi bendung volume waduk Katagori I pif m1 kemungkinan kehilangan kemungkinan kehila- tidak diharapkan ke- jive ngan jiwa bilangan jiwa kerugian ekonomi berkelebihan kerugian ekonomi cukup kerugian ekonomi besar minimal Klasifikasi ukuran bendungan Volume (cft) : besar > 50.000 >50 000 >50.000 medium 1000
100 >100 >100 medium — 40
30 1-200 3 2 T 7 200 - 5000 4 4 3 3 2 5001 - 20000, Ss 4 4 3 3 20001 - 250000 5 5 4 4 4 >250000 5 5 5 5 5 Catatan Jumlah rumah komuatif telah dipilih sebagai indikator untuk mempermudah perhitungan di lapangan. PenRes dapat diperoleh dengan mengkalikan jumlah rumah di daerah genangan dengan sejumlah keluarga dengan ukuran rata-rata 5 orang per keluarga.Elemen O7- Kemampuan Banjir Desain Bendungan Terhadap Standar Banjir Desain ng Berlaku dalam % Angka Yang diberikan Dasar Penilaian 1 95% - 100% PMF 2 75% - 94% PME 50% - 74% PMF- 4 25% - 49% PME 5 fi 0- 24% PME Elemen 03- Kemampuan Bendungan untuk menahan keruntuhan arena overtopping ‘Angka Yang diberikan ~~ Dasar Penilaian, "| T Bendungan beton yang di desain dengan baik. | 2 Bendungan beton dengan masalah struktur yang kecil =| atau bendungan urugan batu yang di desain menghadapi_ | overtopping. Bendungan urugan batu dengan masalah penempatan batunya atau bendungan urugan tanah yang tahan erosi 4 Bendungan urugan tanah dengan lapisan pelindung kurang baik atau bendungan urugan batu yang tidak di disain menghadapi overtopping. Bendungan urugan tanah yang mengalami erosi dengan sedikit atau tanpa lapisan pelindung atau bendungan urugan hidrolik. Elemen $3 - Jumlah rumah yang terancam kegagalan bendungan Deerah tergenang diperoleh dari keruntuhan bendungan dengan elevasi air pada genangan normal maksimum tidak termasuk tambahan volume air yang akan melewatkan debit banjir. Angka yang ditetapkan didasarkan pada susunan yang sama yang dipakai untuk Oy| Elemen $9 - Bukti bahwa keadaan struktur berbahaya Inspeksi tethadap struktur bangunan dan peninjauan kembali disain serta catatan pelaksanaan diperlukan untuk menetapkan angka. ‘Angka Yang ditetapkan Dasar Penilaian | T Tidak ada bahaya yang tampak, disain dan Konstruksi benar | Tidak ada bahaya yang tampak, catatan disain atau konstruksi tidak lengkap Bahaya yang tampak tidak begitu penting, disain atau konstruksi di bawah standar Bahaya yang tampak diragukan, disain dan konstruksi jauh di bawah standar Ketidaksempurnaan bangunan tampak jelas seperti erosi-erosi bawah tanah yang menghawatirkan, longsoran beser, lobang genang besar, keadaan beton yang cukup membahayakan, dst. Elemen $3 - Potensi aktivitas gempa ‘Angka yang ditetapkan didasarkan pada lokasi bendungan di peta daerah gempa, pengetahuan sesar, pusat gempa bumi yang baru alu dan prosedur disain bendungan 12 Penduduk terkena Resiko (PenRes) Penduduk yang terkena resiko adalah semua individu dalam batas-batas genangan bila mereka tidak bertindak untuk mengungsi, akan menjadi sasaran bahaya. PenRes terbatas pada dacrah yang mengalami dampak langsung akibat banjir karena gagalanya bendungan. Jadi PenRes tidak mempertimbangkan situasi seperti adanya orang diwaduk atau kecelakaan lalu lintas karena lintasan jalan raya yang terhanyut (setelah dilalui oleh gelombang banjir.| PenRes terbagi atas penghuni tetap dan penghuni sementara. Dalam penghuni tetap termasuk + Tempat tinggal yang dituni tetap (Bangunan yang sekarang ini dipakai untuk kediaman manusia dan secara permanen berhubungan dengan pemakaian sehari-hari, termasuk rumah mobil; dianggap lima penghuni tiap tempat tinggal + Daerah tempat kerja dengan pekerja harian (mingguan) yang bertempat tinggal Gi lokasi kerja Keperluan umum dan fasililtes umum yang vital (pembangkit tenaga listri tempat pengolahan air, pengolahan limbah dan sebagainya), + Perindustrian atau usaha lain, termasuk produksi bahan (pasir, batu, kerikil,dan sebagainya). Usaha pertanian dan perikanan, Dalam penggunaan sementara termasuk : * Jalan utama sepanjang saluran/sungai * Tanah perkemahan yang ditetapkan dan tempat perkemahan tidak resmi. © Daerah rekreasi lain, Penting untuk dicatat, bahwa klasifikasi tingkat bahaya hilir hanya berkaitan dengan jiwa manusia di daerah bahaya, berlainan dengan * jiwa manusia yang diperkirakan hilang*. Jiwa yang diperkirakan hilang cenderung merupakan perkiraan jumlah kematian akibat banjir karena keruntuhan bendungan dan merupakan ramalan berdasarkan waktu peringatan bahwa penduduk di daerah resiko akan menghadapi banjir yang berbahaya dan juga menggunakan hubungen antara waktu peringatan dan kehilangan jiwa manusia. Uraian mengenai “jiwa manusia yang diperkirakan hilang “termasuk dalam USBR ACER Technical Memorandum No. 7 (3). Menentukan jiwa manusia yang diperkiraken hilang melibatkan banyak ketidakpastian dan penilaian seksama oleh analis. Analisa dapat mengisyaratkan bencana banjir atas daerah yang selalu digenangi, jadi akan menunjukkan dengan jelas jumlah kehilangan jiwa manusia, atau menunjukkan jumlah kehilangan jiwa manusia pada banjir dangkal (misalnya 0,3-0,6 m) dengan kecepatan aliran rendah di daerah genangan sementara. Dalam hal terakhir sulit untuk menentukan banyaknya jiwa yang hilang, bila ada, hal ini akan terjadi pada penduduk yang terpengaruh oleh banjir. Orang mungkin akan aman, bila mereka menetap dalam bangunan, kendaraan bermotor, pindah ke dataran tinggi, dan sebagainya, Banjir mungkin hanya membasahi suatu daerah sehingga orang akan aman, namun bisa terjadi bahwa anak keoil jatuh ke dalam parit atau lubang atau ditenggelamkan oleh air setempat yang mengalir cepat.| | | | | | | | | 2. Orang-orang yang pulang-pergi bekerja setiap hari kemungkinan tidak tahu mengenai keruntuhan bendungan, penduduk mungkin tidak menerima peringatan, penduduk mungkin tidak mampu mengungsi secara aman dan seterusnya, Faktor-faktor lain untuk dipertimbangkan mengenai jiwa manusia yang diperkirakan hilang adalah dekatnya dengan sumber bahaya dan waktu dari hari yang bersangkutan. Suatu masyarakat mungkin mudah terkena bencana banjir, tetapi berlokasi cukup jauh di hilir sehingga banyak waktu untuk memberi peringatan dan mengungsikan penduduknya, Bendungan bisa saja gagal dalam waktu yang kurang baik (23.00- 06.00), jadi kemungkinan kecil atau sama sekali tidak ada peringatan kepada penghuni di hilir. Disebabkan banyak ketidakpastian dan ketidaktahuan menyangkut perkiraan korban jJiwa, suatu pendekatan konservatif menggunakan Penduduk terkena Resiko versus korban jiwa manusia yang diperkirakan hilang dalam sistem klasifikasi tingkat bahaya hilit (Daftar 2.1) dipergunakan oleh Program Keamanan Bendungan. Kerugian Ekonomi Kerugian ekonomi adalah kerugian karena kerusakan pada tempat hunian, bangunan komersiil, perindustrian, pertanian, padang rumput, infrastruktur, jalan raya, jalan kereta api, dan sebagainya. Perlu dipertimbangkan pula kerugian ekonomi Karena kerusakan pada sumber daya alam termasuk pada taman, cagar alam, daerah kehutanan, dan sebagainya. Juga, bila bahan racun atau yang membahayakan diketahui berada di genangan dalam jumlah yang cukup banyak, efek penyebarannya ke daerah hilir (hanya dalam hal kerugian ekonomi) perlu dipertimbangkan dalam klasifikasi tingkat bahaya hilir. Karena nilai rupiah dari harta benda berubah dari waktu ke waktu dan bervariasi sesuai penggunaan harta benda, tidak ada usaha dan maksud untuk menjadikan nilai rupiah sebagai bahan dalam pedoman, Dalam kerugian ekonomi tidak termasuk kerugian pada bendungan, fasilitas terkait dan tujuan dibangunnya bendungan. Klasifikasi tingkat bahaya hilir karena kerugian ekonomi didasarkan pada penilaian analis. Namun demikian pertimbangan nilai ekonomi dalam banyak hal tidak sulit karena jarang menjadi tujuan. Alasan untuk jalah jike terjadi kerugian secara ekonomi, maka PenRes selalu menjadi salah satu faktor pertimbangan Klasifikasi tingkat bahaya hilir. Jadi, jika suatu bendungan diklasifikasikan memiliki tingkat bahaya hilir rendah atau sedang berdasarkan PenRes, baru kemudian kerugian ekonomi dievaluasi untuk menentukan apakah Klasifikasi tingkat bahaya hilir yang lebih tinggi dapat dibenarkan, Bendungan Berurutan Jika keruntuban bendungan di bagian hulu dapat berpengaruh pada keruntuhan, bendungan di bagian hilirnya, maka klasifikasi tingkat bahaya minimum dati bendungan hulu, harus sama dengan klasifikasi tingkat bahaya hilir tertinggi bendungan dibagian bilir.REFERENSI (ly {5} 16} {7} (93 {10} ay {12} “Federal Guidelines fore Dam Safety” prepared by the Ad Hoc Committee on Dam Safety of the federal coordinating Council for Science Engineering and Technology. Washington, D.C., June 25, 1979 “Departemen Manual, Part 753, Dam Safety Program, “U.S, Department of the Interior, January 1986, “Guidelines to Decision Analysis” ACER Technical Memorandum No. 7, U.S. Department of the Interior, Bureau of Reclamation, Denver, Colorado, 1986. “Guidelines for Defining Inundated Areas Downstream from Bureau of Reclamation Dams, “Bureau of Reclamation, Engineering and Research center, Denver, Colorado, June 1982. Wetmore, Jonathan N., and D.L. Fread, “The NWS Simplified Dam Break Flood Forecasting model for Desk-Top and Hand-Held Micro computers,” Hydrologic Research Laboratory, office of Hydrology, National Weather Service, National Oceanic and Atmospheric Administration, Silver Spring, Maryland. Fread, D.L. NWS-DAMBRK Model, office of Hydrology, National Water Services, Silver Spring, Maryland, June 20, 1988. Treiste, D.J., and R. D. Jarrett, Rougness Coefficients of Large Flood, Proceedings, ASCE Irrigation and Drainage Division Specially conference, Irrigation Systems for the ‘Twenty-First Century, Porland, Oregon, July 28-30, 1987. Black, R.D., Flood Proofing Rural Residences, Department of Agriculture Engineering, Cornell University, A “Project Agnes” Report, prepared for the U.S. Department of Commerce Economic Development Administration, May 1975, Rub-Ming, Li, “Car Floatation Analysis, “Simons, Li, and Associates, SLA Project No. CO-CB-05, February 7, 1984. David J. Love and Associates, Inc., “Analysis of high Hazard Flood Zone” Concept Verification Study, Department of Public Work, October 1987. Abt, S.R., and R. J. Witter, Project Number Flood Hazard Concept Verification Study, Department of Civil Engineering, Colorado State University, Fort Collins, Colorado 80523, Prepared for city of Boulder Flood Utility, Department of Public Work, Boulder, Colorado 80306. Fread, D.L., “BREACH : An Erosion Model for Earthen Dam Failures, “Hydrologic Research Laboratory, National Water Services, Silver Spring, Maryland, Sly 1988.{14} {15} {16} an {18} 21} {22} National Bulletin No. 210-6-19, Subject : Eng-Dam Breach Peak Discharge, U.S Department of Agriculture, Soil Conservation Service, PO BOX 2890, Washington, D.C. 20013, Septemer 19, 1986. Costa, John E., “Flood from Dam Failures,” U.S. Geological Survey Open-File Report 85-560, Denver, Colorado 1985. Mac Donald, Thomas C., and Jennifer Langridge-Monopolies, “Breaching Characteristios of Dam Failure,” Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 110. No. 5, May 1984 Hagen, V. K., “Re-evaluation of Design Flood and Dam Safety, “Transactions, International Commission on Large Dams, Vol. 1, May 1982, pp. 475-491 Freohlich, D. C., 1987 : Embankment-Dam Breach Parameters, Proceedings of the 1987 National Conference on Hydraulic Engineering, ASCE, New York, August, pp. 570-575. Frochlich, D.C. 1987 : Embankement-Dam Breach Parameters, Proceedings of the 1987 National Conference on Hydraulic Engineering, ASCE, New York, New York, August, pp. 570-575. Wurbs, Raplh A., “Dam-Breach Flood Wave Models” Joumal of hydraulic Engineering, Vol. 113, No, 1, January 1987. Chow, Ven Te, Open-Channel Hydraulics, McGraw-Hill, New York, New York, 680 p., 1966. Henderson, F.M., Open Channel Flow, MacMillan Publishing Co., Inc., New York, New York, 522 p., 1966. Brater, E.F., and H, W. King, Handbook of Hydraulics, McGraw-Hill, New York, New York 1976.
Anda mungkin juga menyukai
Pengawasan Air Baku Rev 2
Pengawasan Air Baku Rev 2
Indrasto Dwi Cahyo
MAKALAH KNIBB SEMPADAN LEMPAKE.docx
MAKALAH KNIBB SEMPADAN LEMPAKE.docx
Indrasto Dwi Cahyo
Zonasi Lempake
Zonasi Lempake
Indrasto Dwi Cahyo
Laporan geoteknil bendungan manggar
Laporan geoteknil bendungan manggar
Indrasto Dwi Cahyo
Pola PSDA WS Sesayap
Pola PSDA WS Sesayap
Indrasto Dwi Cahyo
Metode Penulisan Skripsi Prodi Ilmu Administrasi Negara Fnl Gab
Metode Penulisan Skripsi Prodi Ilmu Administrasi Negara Fnl Gab
Indrasto Dwi Cahyo
Program Kerja Masyarakat Peduli Waduk Bws Kalimantan III
Program Kerja Masyarakat Peduli Waduk Bws Kalimantan III
Indrasto Dwi Cahyo
OP SDA
OP SDA
Indrasto Dwi Cahyo
New Bersih Krmumus 3
New Bersih Krmumus 3
Indrasto Dwi Cahyo
Jadwal Seleksi Umum contoh
Jadwal Seleksi Umum contoh
Indrasto Dwi Cahyo
Data Banjir Malinau Januari 2017
Data Banjir Malinau Januari 2017
Indrasto Dwi Cahyo
Pd M-01-2004-A
Pd M-01-2004-A
Om Bun
15) PEDOMAN. BENDUNGAN LIMBAH TAMBANG.pdf
15) PEDOMAN. BENDUNGAN LIMBAH TAMBANG.pdf
Indrasto Dwi Cahyo
2) PEDOMAN PENYIAPAN RENCANA TINDAK DARURAT.pdf
2) PEDOMAN PENYIAPAN RENCANA TINDAK DARURAT.pdf
Indrasto Dwi Cahyo
1. Form Anggota Baru 2016
1. Form Anggota Baru 2016
Indrasto Dwi Cahyo
Peta Wilayah Sungai Mahakam dan Sesayap
Peta Wilayah Sungai Mahakam dan Sesayap
Indrasto Dwi Cahyo
PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR
PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Amin DoMas AlasWono
Pola Cidanau-Ciujung-Cidurian Lintas Prov 2013
Pola Cidanau-Ciujung-Cidurian Lintas Prov 2013
Andri
Permen Pupr 27 Prt-m-2015 Bendungan
Permen Pupr 27 Prt-m-2015 Bendungan
nex1984
TATA CARA UNTUK PERSETUJUAN PEMBANGUNAN & PENGHAPUSAN FUNGSI BENDUNGAN.pdf
TATA CARA UNTUK PERSETUJUAN PEMBANGUNAN & PENGHAPUSAN FUNGSI BENDUNGAN.pdf
yuly25
Buku Standar JK 09 Perseorangan - Pascakualifikasi
Buku Standar JK 09 Perseorangan - Pascakualifikasi
Indrasto Dwi Cahyo
PermenPUPR31-2015
PermenPUPR31-2015
Muhammad Hatta
perbedaan perpres 4 tahun 2015
perbedaan perpres 4 tahun 2015
Indrasto Dwi Cahyo
Surat Izin Atasan Buat Paspor
Surat Izin Atasan Buat Paspor
Indrasto Dwi Cahyo
METODE TRANSPORTASI2
METODE TRANSPORTASI2
Indrasto Dwi Cahyo
Gambar Sungai Bengawan Solo
Gambar Sungai Bengawan Solo
Indrasto Dwi Cahyo
Materi Kuliah Statistika
Materi Kuliah Statistika
Indrasto Dwi Cahyo
UU No. 7 tahun 2004 SDA
UU No. 7 tahun 2004 SDA
Indrasto Dwi Cahyo
Pd T-25-2004-A
Pd T-25-2004-A
Indrasto Dwi Cahyo