Bab Iv
Bab Iv
tidak target kerja kelompok tergantung pada usaha siswa tersebut untuk mendapatkan hasil dari
diskusi dengan team ahli. Intinya, dengan model kegiatan seperti ini semua siswa melakukan
aktivitas yang lebih terarah (aktif konstruktif) karena setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat tugas dan pembagian peran yang berbeda. Sehingga antara satu anggota dengan yang
lain saling membutuhkan dan bekerja sama memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Masingmasing kelompok diberi kesempatan persentasi selama 5 menit, sekaligus menjawab pertanyaan
bila ada. Selanjutnya dilanjutkan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang
sekaligus mencantumkan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memeberi
kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan
bersama siswa kepada kelompok terbaik.
3. Monitoring / Pengamatan
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah
disiapkan, yang meliputi kegiatan guru, siswa saat pembelajaran dan angket siswa setelah
kegiatan berakhir.
Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut, Antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan ,keaktifan siswa dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun
hasil/data, kelancaran dalam menyusun laporan, mendapatkan nilai kriteria cukup, dengan rentang
nilai 60 -70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun
hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan
rentang nilai > 60 yang mencapai 33,3%.
Hasil angket siswa setelah pembelajaran terdapat 90% siswa merasa senang, 40% siswa merasa
kesulitan belajar, 50% ada keberanian mengemukakan pendapat, 90% siswa lebih kreatif,
persentasi belajar siswa siklus I mendapatkan nilai rerata klas 7.5 dan masih terdapat 10 siswa
yang nilainya dibawah standar KKM.
4. Reffeksi
Melihat hasil pengamatan pada siklus I, Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan, keaktifan siswa
dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil/data, kelancaran dalam
menyusun laporan, Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
> 60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model
pembelajaran jigsaw . Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat.
Dengan demikian pada siklus II perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih
berkompetensi menyediakan buku sumber belajar yang memadai. Berdasarkan siklus I didapat
nilai prestasi siswa dengan rerata 7.5 berarti ada kenaikan 40% dari sebelum tindakan, hal ini
mendorong melanjutkan pada siklus II.
SIKLUS II
1. Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini peneliti telah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pada kompetensi dasar 4.1 yaitu menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
dan angket siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa: paku besar,
paku kecil, Waskom, benang, sterefoam, baterai, kawat, statif, magnet, membagi kelompok dalam
6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang diteliti dengan mengembangakan skenario
pembelajaran kooperatif(cooperative learning) sebagaimana RPP terlampir.
2 Pelaksanaan
Selanjutnya ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk
memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar menyelidiki
gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan
dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil/data, kelancaran dalam
menyusun laporan, Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
71-95, ini menunjukkan siswa sudah tidak merasa kesulitan dansiap melaksanakan model
pembelajaran jigsaw.
Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 13% yang
masih kesulitan memahami materi dan 5% kurang berani berpendapat. Dengan demikian pada
siklus II kegiatan dipandang sudah cukup baik dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya .
Berdasarkan siklus II didapat nilai nilai prestasi siswa dengan rerata 80 yang berarti ada kenaikan
13% dari siklus I.
Untuk memahami lebih jelas perubahan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil observasi Pembelajaran
No Kegiatan/Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
1 Antusias siswa dalam pembelajaran Cukup Baik sekali
2 Kelancaran mengemukakan ide dalam pemecahan masalah Kurang Baik sekali
3 Keaktifan siswa dalam diskusi Cukup Baik sekali
4 Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil percobaan Cukup Baik sekali
5 Ketelitian dalam menhimpun hasil diskusi Kurang Baik
6 Keaktifan dalam bertanya Kurang Baik
7 Keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar Kurang Baik Sekali
8 Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan Cukup Baik
Keterangan : Baik sekali : 86 100
Baik : 71 85
Cukup : 60 70
Kurang : <60
Tabel 2 Rekapitulasi hasil angket siswa setelah Pembelajaran
No Pertanyaan Jawaban Siklus I Siklus III
1 Apakah pembelajaran model jigsaw menyenangkan ? Ya 90 100
Tidak 10 0
2 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw membuat kamu memahami pelajaran ? Ya 60 87
Tidak 40 13
3 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw membuat kamu berani megemukakan pendapat ? Ya
50 92
Tidak 50 8
4 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw mendorong kamu lebih kreatif ? Ya 90 100
Tidak 10 0
5 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran model jigsaw Ya 30 0
Tidak 70 100
B. Pembahasan
Siklus I
Berdasarkan analisis data pada siklus I, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup. Hal
ini disebabkan baru pertama kali siswa mengenal metode tersebut. Sementara ini kelancaran
mengemukakan ide terlihat sangat kurang, kreativitas siswa masih kurang. Hal ini terlihat pada
saat diskusi kelas kurang berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori-teori yang mendukung
penerapan metode Cooperative Learning antara lain,. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan selama
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
antara 4 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.10 Definisi lain menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajarn yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar secara optimal.
Strategi adalah pola perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang diterapkan dalam
proses kegiatan belajar dengan multi metode dan media belajar. Gagne berpendapat bahwa
strategi merupakan serangkaian rencana untuk membantu siswa dalam usaha belajarnya pada
setiap tujuan belajar yang dapat berupa rencana materi pembelajaran atau satu unit produksi
sebagai media pembelajaran atau dengan kata lain sebagai metode(algoritma) untuk
memanipulasi unsur-unsur obyek pengetahuan.11
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran,
yang berupa pedoman umum kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang
dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai
spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran. Kejadian
dan aktivitas yang dimaksud meliputi; penyajian materi, pemberian contoh, pemberian latihan
serta pemberian umpan balik.
Strategi pembelajaran juga digunakan untuk memasukkan berbagai aspek dalam mengurutkan
dan mengorganisir informasi serta mengambil keputusan tentang bagaimana cara menyajikannya.
Adapun caranya meliputi; penyusunan materi pelajaran, peralatan dan bahan, metode dan media
serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.
Strategi pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari metode yang digunakan. Metode pembelajaran
adalah susunan teknik pembelajaran yang sistematis, yang diarahkan untuk mencapai hasil belajar
berupa diskrit, reflektif, dan inquri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa penerapan metode Cooperative Learning
dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep-konsep yang dipelajari, khususnya materi
kemagnetan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran.
2. Ketrampilan menyampaikan pendapat kepada orang lain baik lisan maupun tertulis perlu ada
latihan.
3. Penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
meningkatkan hasil prestasi belajar siswa
B. Saran
1. Innovasi pembelajaran yang memacu pembelajaran berbasis siswa perlu dikembangkan guna
meningkatkan kegiatan-kegiatan belajar mengajar.
2. Untuk mengembangkan sikap dan ketrampilan dalam bertanya, menjawab, menyampaikan
pendapat, kesan dan tulisan, memerlukan banyak latihan.
3. Guru perlu melakukan pendekatan untuk memberikan motivasi sehingga terbentuk rasa percaya
diri.
posted under |
0 komentar:
Poskan Komentar
Beranda
administrasi laboratorium
laboratorium
pembelajaran
perangkat laboratorium
SMPN 126
SOAL IPA
tugas laboran
umum
SESUAI PERMENDIKBUD NO 4 TAHUN 2015 MENJADI WALI KELAS, PEMBINA OSIS, GURU
o
126 JAKARTA
o
Followers
Recent Comments
izin copy
SayaNggakTauKakakAbang
artikelnya bagus
ijin copy ea . . .