Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data
Hasil penelitian dan pembahasan dari tiap_tiap siklus meliputi: hasil observasi kegiatan siswa saat
pembelajaran dan hasil angket siswa pada setiap akhir dan hasil ulangan sebelum dan setip akhir
siklus.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil pengamatan kolaborator terhadap aktvfitas siswa selama pembelajaran berlangsung setiap
siklus.
Siklus I
1. Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini peneliti telah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pada kompetensi dasar 4.1 yaitu menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
dan angket siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa: paku besar,
paku kecil, Waskom, benang, sterefoam, baterai, kawat, statif, magnet, membagi kelompok dalam
6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang diteliti dengan mengembangakan skenario
pembelajaran kooperatif(cooperative learning) sebagaimana RPP terlampir.
2 Pelaksanaan
Selanjutnya ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk
memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar menyelidiki
gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan
dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, Dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Student Team Achievment Division(STAD),
2) Jigsaw, 3) Group Invenstigation(GI), Rotating Trio Excahange, dan 5) Group Resume. Dari 5
model pembelajaran tersebut yang akan dipilih adalah model Jigsaw. guru mengarahkan agar siswa
berkumpul sesuai dengan daftar kelompok cooperative learning yaitu mengajarkan siswa untuk
belajar bekerja sama dalam satu team (sebagai team work), belajar bertanggung jawab, belajar
memimpin dan dipimpin, dan belajar menghargai pendapat (berdemokrasi).
Karena setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja (sesuai dengan kapasitasnya) dan
memberikan kontribusi demi tercapainya target/tujuan kelompok. Untuk itu guru harus kreatif
membuat skenario pembelajaran yang menarik, menantang, dapat memberdayakan dan
melibatkan peran serta semua siswa dalam kelompok.semua siswa bekerja dengan penuh
semangat serta terlibat aktif memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Efek cooperative learning
tidak hanya kelihatan pada aspek kognitif dan psikomotorik saja. Dari sisi afektif, siswa ternyata
dapat berlatih untuk menghargai pendapat & keberadaan teman, sifat egois dan dominasi siswa
"pintar" dalam kelompok mulai berkurang. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan pas-pasan
mendapatkan tempat untuk lebih dihargai, karena sesuai dengan kapasitasnya ia dapat
memberikan kontribusi bagi kelompok-nya. Sehingga sedikit banyak hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya. Jadi, dalam kelompok semua anggota sekecil apa pun kontribusinya, layak
untuk dihargai, tidak hanya siswa yang pintar saja. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan
kesempatan 30 menit bekerja dalam kelompok ahli setelah itu diberikan kesempatan selama 20
menit untuk kembali ke kelompok asalnya, dengan cara kelompok siswa dapat dipecah menjadi
kelompok tugas atau kelompok ahli (yang terdiri dari individu atau berpasangan). Anggota
kelompok ahli ini harus berdiskusi menyelesaikan satu masalah yang berbeda-beda bersama
dengan anggota kelompok lain. Setelah itu kembali ke kelompok asal untuk berdiskusi membahas
hasil yang telah diperolehnya. Pada kegiatan seperti ini setiap siswa dituntut untuk aktif
(mencatat) dan bertanggung jawab mengemban tugas dari kelompoknya. Karena tercapai atau

tidak target kerja kelompok tergantung pada usaha siswa tersebut untuk mendapatkan hasil dari
diskusi dengan team ahli. Intinya, dengan model kegiatan seperti ini semua siswa melakukan
aktivitas yang lebih terarah (aktif konstruktif) karena setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat tugas dan pembagian peran yang berbeda. Sehingga antara satu anggota dengan yang
lain saling membutuhkan dan bekerja sama memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Masingmasing kelompok diberi kesempatan persentasi selama 5 menit, sekaligus menjawab pertanyaan
bila ada. Selanjutnya dilanjutkan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang
sekaligus mencantumkan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memeberi
kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan
bersama siswa kepada kelompok terbaik.
3. Monitoring / Pengamatan
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah
disiapkan, yang meliputi kegiatan guru, siswa saat pembelajaran dan angket siswa setelah
kegiatan berakhir.
Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut, Antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan ,keaktifan siswa dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun
hasil/data, kelancaran dalam menyusun laporan, mendapatkan nilai kriteria cukup, dengan rentang
nilai 60 -70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun
hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan
rentang nilai > 60 yang mencapai 33,3%.
Hasil angket siswa setelah pembelajaran terdapat 90% siswa merasa senang, 40% siswa merasa
kesulitan belajar, 50% ada keberanian mengemukakan pendapat, 90% siswa lebih kreatif,
persentasi belajar siswa siklus I mendapatkan nilai rerata klas 7.5 dan masih terdapat 10 siswa
yang nilainya dibawah standar KKM.
4. Reffeksi
Melihat hasil pengamatan pada siklus I, Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan, keaktifan siswa
dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil/data, kelancaran dalam
menyusun laporan, Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
> 60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model
pembelajaran jigsaw . Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat.
Dengan demikian pada siklus II perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih
berkompetensi menyediakan buku sumber belajar yang memadai. Berdasarkan siklus I didapat
nilai prestasi siswa dengan rerata 7.5 berarti ada kenaikan 40% dari sebelum tindakan, hal ini
mendorong melanjutkan pada siklus II.
SIKLUS II
1. Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini peneliti telah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pada kompetensi dasar 4.1 yaitu menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
dan angket siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa: paku besar,
paku kecil, Waskom, benang, sterefoam, baterai, kawat, statif, magnet, membagi kelompok dalam
6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang diteliti dengan mengembangakan skenario
pembelajaran kooperatif(cooperative learning) sebagaimana RPP terlampir.

2 Pelaksanaan
Selanjutnya ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk
memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar menyelidiki
gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan

dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, Dalam pembelajaran kooperatif terdapat


beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Student Team Achievment Division(STAD),
2) Jigsaw, 3) Group Invenstigation(GI), Rotating Trio Excahange, dan 5) Group Resume. Dari 5
model pembelajaran tersebut yang akan dipilih adalah model Jigsaw. guru mengarahkan agar siswa
berkumpul sesuai dengan daftar kelompok cooperative learning yaitu mengajarkan siswa untuk
belajar bekerja sama dalam satu team (sebagai team work), belajar bertanggung jawab, belajar
memimpin dan dipimpin, dan belajar menghargai pendapat (berdemokrasi).
Karena setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja (sesuai dengan kapasitasnya) dan
memberikan kontribusi demi tercapainya target/tujuan kelompok. Untuk itu guru harus kreatif
membuat skenario pembelajaran yang menarik, menantang, dapat memberdayakan dan
melibatkan peran serta semua siswa dalam kelompok.semua siswa bekerja dengan penuh
semangat serta terlibat aktif memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Efek cooperative learning
tidak hanya kelihatan pada aspek kognitif dan psikomotorik saja. Dari sisi afektif, siswa ternyata
dapat berlatih untuk menghargai pendapat & keberadaan teman, sifat egois dan dominasi siswa
"pintar" dalam kelompok mulai berkurang. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan pas-pasan
mendapatkan tempat untuk lebih dihargai, karena sesuai dengan kapasitasnya ia dapat
memberikan kontribusi bagi kelompok-nya. Sehingga sedikit banyak hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya. Jadi, dalam kelompok semua anggota sekecil apa pun kontribusinya, layak
untuk dihargai, tidak hanya siswa yang pintar saja. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan
kesempatan 30 menit bekerja dalam kelompok ahli setelah itu diberikan kesempatan selama 20
menit untuk kembali ke kelompok asalnya, dengan cara kelompok siswa dapat dipecah menjadi
kelompok tugas atau kelompok ahli (yang terdiri dari individu atau berpasangan). Anggota
kelompok ahli ini harus berdiskusi menyelesaikan satu masalah yang berbeda-beda bersama
dengan anggota kelompok lain. Setelah itu kembali ke kelompok asal untuk berdiskusi membahas
hasil yang telah diperolehnya. Pada kegiatan seperti ini setiap siswa dituntut untuk aktif
(mencatat) dan bertanggung jawab mengemban tugas dari kelompoknya. Karena tercapai atau
tidak target kerja kelompok tergantung pada usaha siswa tersebut untuk mendapatkan hasil dari
diskusi dengan team ahli. Intinya, dengan model kegiatan seperti ini semua siswa melakukan
aktivitas yang lebih terarah (aktif konstruktif) karena setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat tugas dan pembagian peran yang berbeda. Sehingga antara satu anggota dengan yang
lain saling membutuhkan dan bekerja sama memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Masingmasing kelompok diberi kesempatan persentasi selama 5 menit, sekaligus menjawab pertanyaan
bila ada. Selanjutnya dilanjutkan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang
sekaligus mencantumkan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memeberi
kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan
bersama siswa kepada kelompok terbaik.
3 Monitoring
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah
disiapkan, yang meliputi kegiatan guru, siswa saat pembelajaran dan angket siswa setelah
kegiatan berakhir, Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut, Antusias siswa
dalam mengikuti kegiatan ,keaktifan siswa dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam
menghimpun hasil/data, kelancaran dalam menyusun laporan, mendapatkan nilai kriteria baik,
dengan rentang nilai 71 -95 yang mencapai 80%. Kelancaran mengemukakan ide/pendapat,
ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar,
mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-95 yang mencapai 60%.
Hasil angket siswa setelah pembelajaran terdapat 100% siswa merasa senang, 10% siswa merasa
kesulitan belajar, 90% ada keberanian mengemukakan pendapat, 100% siswa lebih kreatif,
persentasi belajar siswa siklus II mendapatkan nilai rerata klas 80 dan masih terdapat 5 siswa yang
nilainya dibawah standar KKM.
4 Reffeksi
Melihat hasil pengamatan pada siklus II, Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan, keaktifan siswa

dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil/data, kelancaran dalam
menyusun laporan, Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
71-95, ini menunjukkan siswa sudah tidak merasa kesulitan dansiap melaksanakan model
pembelajaran jigsaw.
Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 13% yang
masih kesulitan memahami materi dan 5% kurang berani berpendapat. Dengan demikian pada
siklus II kegiatan dipandang sudah cukup baik dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya .
Berdasarkan siklus II didapat nilai nilai prestasi siswa dengan rerata 80 yang berarti ada kenaikan
13% dari siklus I.
Untuk memahami lebih jelas perubahan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil observasi Pembelajaran
No Kegiatan/Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
1 Antusias siswa dalam pembelajaran Cukup Baik sekali
2 Kelancaran mengemukakan ide dalam pemecahan masalah Kurang Baik sekali
3 Keaktifan siswa dalam diskusi Cukup Baik sekali
4 Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil percobaan Cukup Baik sekali
5 Ketelitian dalam menhimpun hasil diskusi Kurang Baik
6 Keaktifan dalam bertanya Kurang Baik
7 Keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar Kurang Baik Sekali
8 Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan Cukup Baik
Keterangan : Baik sekali : 86 100
Baik : 71 85
Cukup : 60 70
Kurang : <60
Tabel 2 Rekapitulasi hasil angket siswa setelah Pembelajaran
No Pertanyaan Jawaban Siklus I Siklus III
1 Apakah pembelajaran model jigsaw menyenangkan ? Ya 90 100
Tidak 10 0
2 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw membuat kamu memahami pelajaran ? Ya 60 87
Tidak 40 13
3 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw membuat kamu berani megemukakan pendapat ? Ya
50 92
Tidak 50 8
4 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw mendorong kamu lebih kreatif ? Ya 90 100
Tidak 10 0
5 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran model jigsaw Ya 30 0
Tidak 70 100

B. Pembahasan
Siklus I
Berdasarkan analisis data pada siklus I, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup. Hal
ini disebabkan baru pertama kali siswa mengenal metode tersebut. Sementara ini kelancaran
mengemukakan ide terlihat sangat kurang, kreativitas siswa masih kurang. Hal ini terlihat pada
saat diskusi kelas kurang berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori-teori yang mendukung
penerapan metode Cooperative Learning antara lain,. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan selama

periode waktu tertentu.1


Menurut pendapat Kenneth D.Moore2, belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu
sebagai hasil pengalaman. Dari definisi tersebut penekanannya pada upaya individu secara sadar
melakukan sesuatu, agar memperoleh suatu kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat Kimble dalam Hergenhand dan Olson3 bahwa belajar merupakan
perubahan potensi perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan yang diberi
penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait dengan belajar, yaitu: a.
Perubahan tingkah laku,b. Perubahan itu relatif permanen c. Potensi untuk bertindak d. Hasil dari
pengalaman e. Reinforcement4
Pendapat lain yang relatif mendukung pendapat di atas adalah menurut Smaldino5, yang
mengemukakan bahwa belajar adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap
yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya.
Kemampuan menghimpun hasil diskusi kurangcukup terlihat.Hasil yang dipresentasikan atau
dipamerkan kurang begitu menarik dan kurang bias dipahami oleh masing-masing kelompok siswa.
Ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi sangat kurang. Kreativitas dalam bertanya antar
kelompok cukup. Kreativitas dalam mencari sumber belajar cukup terlibat.Pada saat diskusi tidak
dapat berjalan dengan baik. Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan antar kelompok cukup
terlibat. Siswa belum terampil menjawab pertanyaan-pertanyaan saat pameran hasil diskusi. Pada
siklus II terlihat adanya kemajuan aktivitas siswa meningkat baik sekali, begitu juga kemampuan
dalam menghimpun hasil diskusi. Di sisi lain kelancaran mengemukakan ide, keaktifan siswa dalam
diskusi, kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan siswa dalam mencari sumber
belajar lebih meningkat bila dibandingkan pada siklusI. Hal ini terlihat masing-masing kelompok
disibukkan mempelajari modul-modul yang sudah disiapkan oleh guru-guru sehingga siswa ingin
berlama-lama belajar.
Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus I, terlihat siswa termotivasi untuk belajar dan
merasa senang belajar. Namun disini masih merasa kesulitan dalam memahami materi terlihat
adanya hanya 60%,begitu juga dengan mengemukakan ide hanya mencapai 60%. Pada siklus I
siswa terlibat lebih kreatif mencapai 90%, yang mengalami kesulitan mencapai 30%.Pada siklus II
rata-rata siswa terlihat sangat senang dan yang mengalami kesulitanpun tidak ada sehingga
pembelajaran ini betul-betul dapat meningkatkan minat dan kreatifitas belajar siswa. Hal ini
terlihat pada menurunnya presentasi kesulitan yang dihadapi siswa.
Siklus II
Pencapaian kenaikan hasil belajar pada siklus I yaitu 75 dibanding sebelum siklus yaitu 30 yang
berarti kenaikan 45%. Begitupula pada siklus II ada kenaikan angka yaitu 88 yang berarti naik 13%
dibandingkan siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode Cooperative Learning dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada konsep-konsep yang dipelajari.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Curzon6 yang berpendapat bahwa belajar adalah
perubahan(modifikasi) perilaku yang ditampakkan oleh seseorang melalui aktivitas dan
pengalamannya, sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikapnya termasuk cara penyesuaian
terhadap lingkungannya berubah. Sedangkan menurut Romiszowski dalam Anderson dan
Krathwohl7, hasil belajar ditekankan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan. Pendapat tersebut
selaras dengan pandangan Benyamin Bloom 8 bahwa hasil belajar memiliki ranah kognitif, afektif
dan psikomotor.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Djahiri menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran
berkelompok dituntut kerjasama dengan pendekatan yang siswa sentris, humanistik dan
demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.9
Pendapat lain yang dinyatakan oleh Slavin bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
antara 4 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.10 Definisi lain menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajarn yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar secara optimal.
Strategi adalah pola perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang diterapkan dalam
proses kegiatan belajar dengan multi metode dan media belajar. Gagne berpendapat bahwa
strategi merupakan serangkaian rencana untuk membantu siswa dalam usaha belajarnya pada
setiap tujuan belajar yang dapat berupa rencana materi pembelajaran atau satu unit produksi
sebagai media pembelajaran atau dengan kata lain sebagai metode(algoritma) untuk
memanipulasi unsur-unsur obyek pengetahuan.11
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran,
yang berupa pedoman umum kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang
dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai
spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran. Kejadian
dan aktivitas yang dimaksud meliputi; penyajian materi, pemberian contoh, pemberian latihan
serta pemberian umpan balik.
Strategi pembelajaran juga digunakan untuk memasukkan berbagai aspek dalam mengurutkan
dan mengorganisir informasi serta mengambil keputusan tentang bagaimana cara menyajikannya.
Adapun caranya meliputi; penyusunan materi pelajaran, peralatan dan bahan, metode dan media
serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.
Strategi pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari metode yang digunakan. Metode pembelajaran
adalah susunan teknik pembelajaran yang sistematis, yang diarahkan untuk mencapai hasil belajar
berupa diskrit, reflektif, dan inquri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa penerapan metode Cooperative Learning
dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep-konsep yang dipelajari, khususnya materi
kemagnetan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran.
2. Ketrampilan menyampaikan pendapat kepada orang lain baik lisan maupun tertulis perlu ada
latihan.
3. Penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
meningkatkan hasil prestasi belajar siswa
B. Saran
1. Innovasi pembelajaran yang memacu pembelajaran berbasis siswa perlu dikembangkan guna
meningkatkan kegiatan-kegiatan belajar mengajar.
2. Untuk mengembangkan sikap dan ketrampilan dalam bertanya, menjawab, menyampaikan
pendapat, kesan dan tulisan, memerlukan banyak latihan.
3. Guru perlu melakukan pendekatan untuk memberikan motivasi sehingga terbentuk rasa percaya
diri.
posted under |

0 komentar:
Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
o

Beranda

administrasi laboratorium

laboratorium

pembelajaran

perangkat laboratorium

SMPN 126

SOAL IPA

tugas laboran

umum

SESUAI PERMENDIKBUD NO 4 TAHUN 2015 MENJADI WALI KELAS, PEMBINA OSIS, GURU

PIKET, MEMBIMBING EKSKUL DIAKUI SEBAGAI JAM PELAJARAN


o

Diet golongan darah

SOAL IPA KTSP KELAS 9

SOAL IPA KTSP KELAS 8

SOAL IPA KTSP KELAS 7


TINJAUAN ILMIAH KEBIASAAN SISWA MENUNDA TUGAS (PROKRASTINASI) DI SMP NEGERI

o
126 JAKARTA
o

LAPORAN PTK PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE


COOPERATIVE LEARNING DI KELAS IX SMPN 126 JAKARTA

Proposal Penelitian Tindakan Kelas PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI


PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING DI KELAS IX SMPN 126 JAKARTA

ARTIKEL PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE COOPERATIVE


LEARNING DI KELAS IX SMPN 126 JAKARTA

MAKALAH PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE


COOPERATIVE LEARNING DI KELAS IX SMPN 126 JAKARTA

Followers

Recent Comments

maaf, apa saya boleh tau daftarpustakanya tentang ...

halo.. boleh sy minta daftar pustakanya ? sy sedan...

haii...salam kenal. boleh minta daftar referensi b...

izin copy

saya firmansyah boleh mnta referensi bukunya krm k...

SayaNggakTauKakakAbang

artikelnya bagus

ijin copas ya .....

hello.... boleh saya minta daftar referensi buku t...

ijin copy ea . . .

Anda mungkin juga menyukai