Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

INDUSTRI PERUNGGASAN

Oleh :
IHA ULINNUHA BUNAYA AWALY
D1E013071

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
a. Farm
Ayam pedaging merupakan sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat sehingga peternakan ayam pedaging semakin
meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun seiring tingginya permintaan pasar
akan daging ayam. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut akan
kebutuhan daging ayam, usaha peternakan ayam broiler telah banyak
berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai dengan kecenderungan peningkatan
jumlah produksi daging ayam broiler di berbagai daerah di Indonesia dari tahun
2006 hingga tahun 2011.
Sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat akan daging ayam,
pemeliharaan ayam pedaging membutuhkan manajemen pemeliharaan yang
baik. Pemeliharaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai hasil yang maksimal
dengan membantu peningkatan produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi
usaha peternakan ayam broiler secara baik. Hal inilah yang kemudian mendasari
perntingnya mengetahui manajemen pemeliharaan ayam broiler.
b. Feedmill
Pengawasan mutu pakan dilakukan sebagai kegiatan mengawasi pakan
yang akan diproduksi, agar kualitasnya terjamin. Pengawasan mutu pakan
merupakan pemeliharaan produk yang akan diterima atau dibeli oleh produsen
dengan harga yag terjangkau. Pengawasan mutu pakan dapat dilakukan pada saat
produksi telah selesai dilakukan. Pengawasan mutu pakan bertujuan agar
produk yang diterima oleh konsumen terjamin kualitasnya.

Untuk dapat memproduksi pakan yang bermutu baik dan aman, tidak
cukup hanya mengandalkan pengujian akhir di laboratorium saja, tetapi juga
diperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen
lingkungan, atau penerapan sistem produksi pangan yang baik (GMP/Good
Manufacturing Practices) dan penerapan analisis bahaya dan titik kendali kritis
(HACCP/Hazard Analysis and Critical Control Point).
c. RPA
Rumah Pemotongan Ayam atau (RPA) merupakan kompleks bangunan
dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan
higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong unggas bagi
konsumsi masyarakat umum. Unggas potong adalah setiap jenis burung yang
diternakan dan dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek, kalkun,
angsa, burung dara dan burung puyuh. Pada prinsipnya pemotongan unggas
khususnya ayam dilakukan untuk menyediakan daging ayam segar yang berasal
dari ayam sehat, dipotong dengan halal serta dikerjakan dengan bersih dan
higienis, yang biasa dikenal dengan produk ASUH (Aman Sehat Utuh Halal).
Usaha pemotongan ayam tersebut dapat berbentuk tradisional maupun
modern. Usaha pemotongan ayam secara tradisional dapat dilakukan dengan
modal yang tidak terlalu besar dengan peralatan yang tradisional, sedangkan
rumah pemotongan ayam modern memerlukan modal yang lebih besar dengan
peralatan yang lengkap dan modern serta lebih mementingkan kebersihan.

I.2Tujuan dan Manfaat


1.
2.
3.

Mengetahui manajemen pemeliharaan ayam broiler.


Mengetahui cara pembuatan pakan di feedmill.
Mengetahui mutu dan penanganan daging ayam broiler di RPA.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1

Farm
a. Hasil

Pejantan
-

Pejantan diberi makan tidak terlalu banyak seperti ayam broiler.

Harga relatif tinggi, umur ayam sampai 50-55.

Populasi 1400 (terdapat 10 kandang).

Sudah di vaksin, umur 30 hari.

Panen 50-55 hari dan dipasarkan ke Jakarta.

Penyakit yang sering terjadi gumboro.

Feses di jual 7000 perkarung

Mortalitas 50%.

Panen perekor = 7-8 ons.

Fase panas 10 hari dan 20 malam dan dilakukan vaksin sebanyak 4x:
Gumboro 2x, ND umur 28-30 hari.

Konsumsi perekor : 2 kwintal/7000 dan frekuensi pemberian 2x/hari.

Tidak ada sanitasi sering rawan terkena gumboro, pengobatan dengan


dokter hewan.

Air minum diberi terus menerus/adlibitum.

b. Pembahasan
Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang
mempunyai karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat
sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging
berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin. Menurut

Rasyaf (1999) ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami


pertumbuhan pesat pada umur 1-5 minggu.
Menurut Suprijatna et al. (2005) Ayam broiler adalah ayam yang
mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat
ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Siregar et al. (1980) bahwa ayam broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki
sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak,
temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan
ransum tinggi.
Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan
pesat pada umur 1-5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang
berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang
dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh
sifat genetic dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur
lingkungan dan pemeliharaan. Pada umumnya di Indonasia ayam broiler sudah
dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan berat 1,3-1,6 kg walaupun laju
pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat sulit
dijual (Rasyaf, 1999).
Pakan yang diberikan jenis crumble diberikan 2x sehari untuk pejantan.
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang harus dikonsumsi ayam dalam
waktu tertentu. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
kondisi fisiologis, kondisi fisik pakan, berat badan, laju pertumbuhan,
kandungan nutrient pakan dan termperatur lingkungan (Packman, 1995).

Pertumbuhan adalah proses pertambahan berat hidup sejak pembuahan


dan lahir hingga mencapai berat dan ukuran dewasa. Pertumbuhan merupakan
hasil interaksi antara bibit, ransum dan tata laksana yang baik untuk menjamin
suksesnya setiap usaha peternakan ayam broiler (Siregar dkk, 1980).
Pertumbuhan ayam broiler jantan sangat lambat. Panen dilakukan pada kisaran
umur 50-55 hari dengan rataan bobot badan 7-8 ons.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, jenis
kelamin dan hormon (Williams, 1982). Tilman et al. (1984) menyatakan bahwa
pertumbuhan anak ayam sampai dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
pakan, genetik, cara pameliharaan, lingkungan dan penyakit, dikatakan pula
bahwa hewan yang sedang tumbuh memerlukan pakan yang lebih banyak
mengandung protein dengan kualitas yang baik dan banyak mengandung gizi
yang mudah dicerna serta cukup mineral Ca, P dan vitamin yang dibutuhkan.
Menurut Rasyaf (2003), Konsumsi merupakan faktor yang sangat
berpengaruh pada pertumbuhan ayam broiler dan konsumsi dipengaruhi oleh
suhu, sistem pemberian pakan, kesehatan ayam, kualitas pakan serta sifat
genetik dari ayam broiler. Konsumsi sangat berpengaruh pada produksi yang
dicapai karena bila nafsu makan rendah akan menyebabkan laju pertumbuhan
dari ayam tersebut menjadi terhambat dan akhirnya produksi akan menjadi
menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan pada unggas
adalah kandungan serat kasar dalam pakan, tingkat kualitas pakan, dan
palatabilitas atau cita rasa pakan (Ichwan, 2003).

Konsumsi pakan merupaka jumlah ransum yang dimakan oleh ternak


untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Pakan merupakan 70% biaya
pemeliharaan, Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi)
yang dibutuhkan ayam yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral,
sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.
Pemberian pakan dengan sistem adlibitum (selalu tersedia /tidak dibatasi).
Air merupakan senyawa penting dalam kehidupaan. Dua per tiga bagian
tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi,
1990). Menurut Scott et al. (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut : (1)
zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif
dalam transformasi zat- zat makanan, (2) penting dalam mengatur suhu tubuh
karena air mempunyais sifat menguap dan specific heat, (3) membantu
mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan
fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi elektrolit.
Vaksin merupakan sediaan biologik yang mengandung mikroorganisme
yang telah dilemahkan (vaksin aktif) atau dimatikan (vaksin inaktif) yang
diformulasikan

sedemikian

rupa

untuk

digunakan

sebagai

infeksi

buatan.Peranan vaksin ini ialah merangsang pembentukan antibodi. Pemberian


obat pada saat serangan penyakit viral tetap diperlukan guna mencegah atau
mengatasi infeksi sekunder oleh bakteri. Vaksin yang diberikan pada ayam
akan menstimulasi pembentukan antibodi yang berperan mem-blok infeksi
virus ke dalam sel tubuh ayam. Vaksin yang dilakukan sebanyak 4x: Gumboro
2x, ND umur 28-30 hari.

II.2

Feedmill
a. Hasil
PT. Andika adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan
pakan atau Fedmill. Perusahaan ini milik bapak Heri yang didirikan sejak tahun
90-an dengan modal awal yang dimiliki sebesar 15 juta yang di dapatkan dari 3
orang penanam saham. memiliki industri yang lengkap mulai dari budidaya,
feedmill dan sudah memiliki Rumah Potong Ayam sendiri serta rumah makan.
Sampai saat ini bapak Heri mempunyai karyawan sebanyak 500 orang yang
bekerja dalam poultry shop nya dalam 1 minggu bapak Heri kedatangan DOC
sebanyak 1200-1500 box dengan 1 box berisi 100 ekor DOC. Luas lahan
keseluruhan pabrik 1,5 Ha dan memiliki alat mixer dengan kapasitas 500 kg.
Dalam sehari pabrik mampu memproduksi 6 ton pakan. Proses pengolahan
pakan sebagai berikut :
1. Jagung dijemur sampai kadar airnya 14% kemudian di blower untuk
memisahkan jagung dari kotoran.
2. Setelah kering jagung masuk dalam hammer mill untuk melalui proses
penggilingan dengan ukuran 2-3 ml.
3. Jagung yang sudah halus tadi selanjutnya dimasukkan dalam mixer selama
4-5 menit dengan ditambahkan konsentrat, vitamin dan mineral.
4. Setelah itu melalui proses pemasakan pada suhu 60oC dan masuk dalam
mesin pelleting dipotong ukuran 5-8 mm.
5. Pellet yang sudah berbentuk potongan dikeringkan dalam suhu ruangan dan
masuk dalam mesin cooler untuk selanjutnya dibuat crumble.

6. Siap di distribusikan pada peternakan.


b. Pembahasan
Proses pengawasan mutu merupakan bagian yang melakukan
penanganan pemeriksaan kualitas bahan baku dan bahan jadi. Menurut
Adriyanti (2005), pengujian mutu suatu produk didefinisikan sebagai gabungan
sifat-sifat yang khas yang terdapat dalam suatu produk serta berpengaruh
secara nyata terhadap penentuan derajat peneriamaan produk ke konsumen.
Pengawasan mutu di PT. Andhika ditujukan untuk menjamin kualitas dan
keamanan bahan baku atau bahan jadi yang akan dijual. Kegiatan pengawasan
mutu dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Kegiatan pengawasan mutu di perusahaan ini meliputi:
pengawasan mutu bahan baku, pengawasan mutu proses produksi, pengawasan
mutu di laboratorium dan pengawasan mutu produk akhir (ransum).
Kegiatan Pengawasan mutu bahan baku meliputi kegiatan pemeriksaan
bahan baku secara fisik dan kimiawi secara cepat pada saat peneriamaan bahan
baku maupun pada saat penyimpanan agar sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Kualitas bahan baku adalah tahap pertama untuk menghasilakn
pakan yang berkualitas. Menurut Anshory (2007), pakan ternak terdiri dari
sumber protein, sumber energi, dan sumber mineral, bahan-bahan tersebut
tercampur secara homogen membentuk komposisi ransum yang akurat.
Kegiatan pengawasan mutu produksi merupakan kegiatan pengontrolan
seluruh

proses

produksi

secara

menyeluruh

dan

berkesinambungan.

Pengawasan proses produksi sangant penting dilakukan karena setiap bagian


dari proses produksi akan mempengaruhi kualitas dari pakan.
Pengontrolan proses produksi yang dilakukan dimulai dari pengisian
bahan baku (intake), proses penggilingan (grinding), pengontrolan bin bahan
baku, penimbangan (batching), pencampuran (mixing), proses pembuatan
pellet (pelleting), dan proses pengemasan (packing). Kegiatan yang dilakukan
dalam pengontrolan ini berupa pengecekan bahan baku yang ada di binm
pengukuran suhu, pengecekan hasil ukuran penggilingan, pengecekan ukuran
crumble, kebersihan areal produksi dan pengambilan sampel.
II.3

RPA
a. Hasil
Perusahan ini bergerak dalam rumah potong ayam yang sistem
produksinya sudah semi modern dengan alat yang digunakan sudah
menggunakan teknologi untuk oprasional alat sudah modern dengan mesin.
Namun untuk alat yang digunakan dalam pemotongan itu sendiri masih manual
karena memang dari perusahaan sendiri menjaga agar hasil produk yang
dihasilkan itu halal. Rumah potong ayam ini sudah mendapatkan izin usaha
dari masyarakat dan sudah memiliki sertifikasi jaminan halal.
Proses produksi dilakukan dalam tahap dibawah ini :
1. Pemisahan ayam yang baru datang, kondisi ayam basah atau kering dan
dilihat dari tembolok terdapat sisa pakan atau tidak.
2. Kemudian ayam di timbang dan digantung pada alat yang bekerja secara
Conveyor.

3. Ayam bergerak masuk kedalam starner (air untuk pemingsanan).


4. Setelah itu ayam masuk dalam ruang penyembelihan dan di lakukan
penyembelihan secara syariat Islam.
5. Setelah ayam dipotong diamkan darah menetes kurang lebih selama 3
menit
6. Masuk kedalam air perebusan dengan suhu 58o- 62oC.
7. Setelah itu ayam masuk kedalam mesin pencabut bulu (stundyng plakker)
dan keluarkan jeroannya.
8. Ayam dicuci dalam drum yang berisi air bersih hingga bersih dan tidak ada
darah yang tersisa.
9. Conveyor sampai ke ruang pemotongan kepala dan kaki.
10. Dilakukan pemeriksaan kembali dan direndam selama 15-20 menit
11. Dilakukan grading kembali sebelum dikemas dan ditimbang, packing.
12. Penyimpanan ditempatkan dalam freezer selama 10 jam pada suhu -35 o
sampai -40o C.
13. Dilakukan packing kedua yaitu dalam karung untuk didistribusikan keluar
kota dalam cool storage.
b. Pembahasan
Rumah potong unggas adalah kompleks bangunan dengan desain dan
kontuksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan hygiene tertentu serta
digunakan sebagai tempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum
(BSN, 1999). Selain memperhatikan persyaratan bangunan dan sarana
prasarana fisik, perlu peningkatan kemampuan petugas RPU, terutama petugas

yang terlibat langsung dengan proses pemotongan hewan, melalui pelatihan


yang meliputi materi tentang proses pemotongan atau proses produksi yang
halal, penanganan hewan sebelum dan sesudah dipotong, sanitasi dan higieni
serta upaya menjaga dan meningkatkan kualitas daging.
Pemotongan unggas menurut Parry (1989), terbagi dalam dua teknik,
yaitu manual dengan memotong menggunakan pisau pada sisi leher depan
bagian kepala unggas dan dikenakan pada vena jugularis dan arteri karotis.
Teknik yang kedua, yaitu pemotongan secara mekanis dengan pisau pemotong
otomatis yang selalu berputar dan digerakkan oleh mesin. Dalam hal ini posisi
kepala unggas yang tepat sangat penting. Cara pemotongan ternak unggas yang
lazim digunakan di Indonesia yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis,
oesophagus, dan trachea. Pada saat penyembelihan, darah harus keluar
sebanyak mungkin. Jika darah dapat keluar secara sempurna, maka beratnya
sekitar 4% dari bobot tubuh. Proses pengeluaran darah pada ayam biasanya
berlangsung selama 50 sampai 120 detik, tergantung pada besar kecilnya ayam
yang dipotong (Soeparno, 1992).
Menurut Soeparno (1992), untuk mempermudah pencabutan bulu,
unggas yang telah disembelih dicelupkan ke dalam air hangat, dengan suhu
antara 50 sampai 80C selama waktu tertentu. Perendaman dalam air hangat
untuk ayam broiler cukup dilakukan pada temperatur 50 sampai 54C selama
30 detik. Perendaman pada temperatur lebih tinggi dari 58C dapat
menyebabkan kulit menjadi gelap, lekat, mudah diserang bakteri, sehingga

perendaman pada temperatur tinggi antara 70 sampai 80C, hanya dilakukan


terhadap unggas kualitas rendah (Soeparno, 1992).
Bulu unggas, setelah melalui proses scalding dilakukan pembersihan
atau pencabutan, segera setelah scalding dengan menggunakan mesin pencabut
bulu (plucking machine). Mesin pencabut bulu memiliki semacam jari-jari
yang berputar sehingga dapat mencabut bulu unggas. Tetapi, pencabutan bulu
bisa juga dengan menggunakan tangan langsung, tetapi cara ini kurang praktis
(Parry, 1989).
Pengeluaran

jerohan

dimulai

dari

pemisahan

tembolok

dan trachea serta kelenjar minyak bagian ekor kemudian pembukaan rongga
badan dengan membuat irisan dari kloaka ke arah tulang dada. Cloaka dan
visera atau jerohan dikeluarkan kemudian dilakukan pemisahan organ-organ
yaitu hati dan empedu, empedu dan jantung. Isi empedal harus dikeluarkan,
demikian pula empedal dipisahkan dari bawah columna vertebralis. Kepala,
leher dan kaki juga dipisah (Soeparno, 1992).
Chilling adalah proses dalam penanganan karkas yang bertujuan untuk
memperpanjang lama simpan, karena dapat menghambat aktivitas bakteri
sebelum diolah lebih lanjut atau sebelum sampai ke konsumen (Veerkamp,
1989). Chilling pada karkas unggas, biasanya menggunakan pendingin dari air,
udara, karbondioksida dan nitrogen liquid, tetapi yang paling sering digunakan
adalah chillingdengan air dan udara. Temperatur dari pendingin dan kerapatan
antar produk dengan pendingin sangat berpengaruh dalam transfer suhu
saat chilling.

Karkas ayam adalah ayam yang telah disembelih kemudian darahnya


dikeluarkan, dibersihkan bulunya, dihilangkan leher, kepala, kaki mulai sendi
lutut ke bawah, isi rongga perut (Siregar, 1982). Menurut Soeparno (1998)
umur, berat hidup, dan kadar laju pertumbuhan komposisi karkas. Proporsi
tulang otot, sebagai komponen utama karkas dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan.

III.
III.1

KESIMPULAN

Manajemen pemeliharaan ayam broiler pejantan di farm sudah cukup bagus


karena pola pemeliharaan yang baik dan pengawasan yang ketat.

III.2

Manajemen pengelolaan feedmill di PT. Andhika sudah baik karena


pengawasan mutu produknya sudah baik.

III.3

Manajemen pengelolaan RPA sudah sangat baik karena sudah sesuai SOP dan
kebersihan RPA sudah sangat diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anshory.2007. Moisture in Feed and Food Product : It Is Not Just Water. Feed
Management. September 1964. Vol 54 (7).
Adriyanti. 2005. Mutu dan Kualitas Pakan. UI Press. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1999. Rumah Pemotongan Unggas. Badan
Standarisasi Nasional Indonesia.
Ichwan. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Cetakan I. PT Agromedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Parakkasi, A., 1990. Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa.
Bandung.
Parry, R. T. 1989. Technological Development in Pre-Slaughter Handling and
Processing in Processing of Poultry. Mead, G. C. Elsevier Applied
Science. England.
Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius.
Yogyakarta.
Rasyaf, M., 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Scott, M. L., M.C, Nesheim and R.J.Young. 1982. Nutritions of The Chickens.
Second Ed. M. L. Scott and Associates Ithaca, New York.
Siregar, A.P., M Sabrani, dan Suroprawiro. 1980. Tehnik Beternak Ayam Pedaging
di Indonesia. Margie Group. Jakarta.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan 3. UGM Press. Yogyakarta.
Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tillman, A. D., dkk. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press, Yogyakarta.
Veerkamp, C. H. 1989. Chilling, Freezing and Thawing in Processing of Poultry.
Mead, G. C. Elsevier Applied Science. England.
Williams IH. 1982. A Course Manual in Nutrition and Growth. Australian ViceChoncellors-Committee. Melbourne.

Anda mungkin juga menyukai