Anda di halaman 1dari 12

Prosiding

SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015


TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

Studi Ketahanan Sektor Sarana, Prasarana dan Utilitas Kota


Banda Aceh dalam Rencana Tata Ruang Guna Menghadapi
Bencana Tsunami
Resilience Studies on Infrastructure and Utilities Sector in
Banda Aceh Spatial Plan in order to face Tsunami Disaster
Muhammad Ridha Galis, ST.1, Dr. Ir. M. Isya, MT.2,

Alumni Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca No. 10,
Bandung, email; ridhaghalis@gmail.com,
2
Jurusan Teknik Sipil , Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk Syech Abdurrauf No.
7, Banda Aceh, Aceh 23111, emai: misftunsyiah@yahoo.com,
1

Abstrak

Tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam merupakan suatu bencana besar bagi
Indonesia. Kerusakan yang terjadi sangat besar dan dibutuhkan waktu yang cukup lama
dan biaya yang besar untuk memperbaikinya. Proses Rekonstrusi sudah dilakukan dalam
satu dekade ini sudah mengembalikan kondisi Provinsi Aceh kembali ke kondisi semula,
namun selain pengembalian menjadi kondisi semula diperlukan juga peningkatan
ketahanan agar suatu kota tidak mengalami kerusakan yang sama ketika terjadi bencana
yang serupa, penelitian ini bermaksud untuk melihat ketahanan dari salah satu bagian dari
Provinsi Aceh, yaitu Kota Banda Aceh sebagai ibukota provinsi dalam menghadapi
bencana tsunami. Objek dari tingkat ketahanan (Resiliensi) terhadap bencana yang akan
diteliti dalam studi ini terkait pada sarana-prasarana serta utilitas yang mendukung dalam
pergerakan roda-roda kegiatan di Kota Banda Aceh.
Studi ini dilakukan dengan metode analisis mendalam (in-depth analysis) dengan
menggunakan data historis mengenai bencana Tsunami sebagai acuan dalam menentukan
besaran dari bahaya gelombang tsunami yang pernah melanda Kota Banda Aceh serta
dokumen-dokumen tata ruang. Data historis digunakan .untuk melihat luasan wilayah
yang terkena gelombang tsunami oleh karena itu data historis dijadikan basis sebagai
bahan untuk dibandingkan dengan dokumen rencana tata ruang khususnya pada struktur
ruang untuk mendapatkan objek-objek vital yang berisiko terkena bahaya tsunami dan
identifikasi pada program-program yang dirumuskan guna mengurangi dampak dari
tsunami dan kemudian akan dirumuskan mengenai rekomendasi dalam membantu sektor
sarana, prasarana dan utilitas di Kota Banda Aceh agar memiliki ketahanan yang lebih
baik dalam menghadapi bencana Tsunami sehingga gangguan dari adanya Tsunami dapat
diminimalisir dan tidak menganggu fungsi dari Kota Banda Aceh sebagai ibukota
provinsi.
Tsunami telah menjadi suatu pembelajaran, bagaimana suatu kota mengintegrasikan
sektor bencana kedalam salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan rencana tata ruang. Kondisi Kota Banda Aceh sudah kembali menjadi
Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

66

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

kondisi semula pasca tsunami 2004 belum menunjukkan adanya bentuk-bentuk


peningkatan terhadap menciptakan kota yang memiliki ketahanan terhadap bencana.
Kata Kunci: Bencana Tsunami, Tata Ruang, Ketahanan (Resilience), Prasarana, Sarana.

Abstrack
Tsunami in 2004 attack Aceh Province was a major disaster for Indonesia, where
the damage was extremely large and needed a quite long time and spent a lot of
cost to repair all the damage. Reconstruction process has been done over the past
decade and has been restore the condition of Aceh province back to its original
state, but beside to returns into its original state Banda Acer is also required to
increase resistance so that a city would not experience the same damage in the
event of similar disasters, this study intends to see the resilience of Banda Aceh as
the capital of the Aceh province in order to face the tsunami disaster. The object
of this studi is resilience level of infrastructure and utilities to tsunami disaster to
support activities in Banda Aceh.
This study was conducted using in-depth analysis on historical data and spatial
map to of Tsunami disaster as a reference in determining the magnitude tsunami
hazard which has been struck Banda Aceh. Historical data is used to see the
extent of the area affected by tsunami waves and used as a basis for comparison
with the spatial planning documents, especially on the structure and the vital
objects at the risk of tsunami hazard and the identification of programs
formulated to reduce the impact of the tsunami in order to develop a better
resistance to facing the tsunami wave so that destruction of the tsunami can be
minimized and not interfere the function of Banda Aceh as capital of province.
Tsunami has become a lesson in how a city must integrate disaster assessment
into the development of spatial plans. Conditions of Banda Aceh has returned to
its original state after tsunami in 2004, but have not shown the existence of o
enhancement to create a city that has resistance to the tsunami disaster.
Keywords: Tsunami, Spatial Plan, Resilience, Infrastructure, Utilities.

1. Pendahuluan

Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu,


ancaman, dan kerentanan berkerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan
terjadinya risiko (risk) pada komunitas (BNPB, 2005 :10). Tsunami yang melanda pada
24 Desember 2004 silam, merupakan salah satu bencana terbesar yang melanda Provinsi
Aceh. Keberadaan Pulau Sumatera yang berada di jalur tumbukan dua lempeng bumi
yaitu Lempeng Hindia dan lempeng Eurasia sering kali menyebabkan terjadinya gempa
bumi di bagian barat Pulau Sumatera. Kekuatan gempa yang mencapai 9.1 sampai 9.3
skala Richter dan juga pergerakan salah satu lempeng yang bergeser naik hingga 15
meter mengakibatkan air terdorong dan membentuk gelombang dengan ketinggian
mencapai 30 meter (http://www.dw.com/id).
Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

67

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

Gambar 1 Siklus Terjadinya Bencana (Perka BNPB 4-2008)


Ketidaksiapan dalam menghadapi tsunami menjadi penyebab besarnya korban
jiwa yang muncul dari tragedi bencana tsunami Aceh 2004 tersebut sepertinya juga
sebagai akibat tidak adanya rencana darurat atau peringatan dini (early warning system).
Sekitar 170.000 korban tewas di Sumatera dan semua bangunan di daerah pantai hancur
serta di beberapa tempat hingga jarak lima kilometer dari pesisir pantai. Teori-teori
mengenai bencana mulai berkembang sejak saat itu, seperti konsep mengenai mitigasi
yang berguna untuk mengurangi tingkat kerusakan dari bencana. Salah satu konsep
yang terkenal adalah konsep siklus bencana, seperti Gambar 1.

Bencana juga menjadi salah satu poin yang diintegrasikan kedalam rencana tata
ruang seperti yang tertera dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. khususnya dalam penilaian mengenai risiko terjadinya bencana (baik bencana
geologi maupun hidrologi). Perhitungan mengenai sektor kebencanaan diwujudkan
dalam setiap aspek dokumen tata ruang seperti penetapan struktur ruang, pola ruang,
pemanfaatan ruang, dan juga program-program perencanaan kedepannya. Salah satu
bentuk dari mitigasi yang dapat diwujudkan dalam tata ruang adalah dalam penentuan
struktur dan pola ruang.
Resiliensi adalah konsep yang muncul dari adanya keinginan untuk meningkatkan
sistem perkotaan baik dari sektor teknologi dan juga infrastruktur untuk lebih baik demi
mempersiapkan menanggapi, pulih dalam menghadapi bahaya yang salah satunya
adalah bahaya akibat bencana alam. Dalam Philip (2015), dinyatakan bahwa poin
penting dalam konsep resiliensi yang dapat membantu dalam menanggapi bencana
seperti pada Gambar 2 adalah:
Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

68

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015
Secondary Event

Main Event

Natural
Disaster

Natural
Disaster

Other System
Affected

Other Event

Event

Mitigation
Controls

System
Performance
Affected

Recovery
Controls

Efects

System Damaged
- Earthquake
characteristics
- Ground conditions
- System
characteristics

Recovery
Controls

Community
Outcome
Affect

Health and safety


Environmental
Customers
Reputation
Legal & compliance
Financial

Service Disrupted
- Operational Stage
- Service aspect
- Spatial influence

- Economics
- Measure or Impact

Gambar 2. Konsep Resiliensi terhadap Bencana (Mc. Farlane, 2015)


1. Melakukan mitigasi untuk mengurangi jumlah/besaran dari kerusakan.

2. Recovery control utuk mengurangi dampak dari kerusakan melalui langkahlangkah seperti memberikan alternatif persediaan, mempercepat respon atau
melalui penyediaan dukungan pada masyarakat.
3. Perencanaan yang memperhitungkan bahwa beberapa bencanan dapat terjadi
dalam satu waktu.

Studi ini mengambil lokasi spesifik yaitu Kota Banda Aceh yang merupakan
ibukota Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi didasari oleh beberapa hal seperti:

1. Secara historis, Kota Banda Aceh memiliki tingkat kerusakan yang paling tinggi
dibandingkan dengan daerah lainnya saat terkena bencana tsunami tahun 2004.

2. Diperlukan peningkatan resiliensi Kota Banda Aceh dalam menghadapi bencana


tsunami agar fungsi-fungsinya sebagai ibukota provinsi tidak terganggu.

Penilaian resiliensi yang akan dilakukan pada studi ini difokuskan kepada
prasarana, sarana dan utilitas untuk mendukung berjalannya kegiatan perkotaan di Kota
Banda Aceh.

Studi ini memiliki tujuan untuk melihat tingkat resiliensi dari Kota Banda Aceh
dalam menghadapi bencana tsunami ditinjau dari prasarana, sarana dan utilitas yang
masih berada dalam wilayah yang berisiko terkena bencana. Untuk menjawab tujuan
tersebut langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan prasarana, sarana dan utilitas yang dijadikan objek studi.

2. Penilaian prasarana, sarana dan utilitas yang berada di zona berisiko terhadap
bencana tsunami
Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

69

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

3. Bentuk upaya mitigasi untuk mengurangi risiko terhadap prasarana, sarana dan
utilitas pada zona yang berisiko.
2. Metodologi

Secara umum, Metologi yang digunakan ialah pendekatan kualitatif dan


menghasilkan data deskriptif berdasarkan hasil yang didapatkan dari analisis tumpang
tindih peta menggunakan Arc GIS dan juga analisis isi (content analisis) dan disajikan
melalui analisis deskripsi kualitatif.Data yang digunakan serta dianalisis adalah
beberapa peta eksisting mengenai prasarana, sarana dan utilitas Kota Banda Aceh dan
juga dokumen-dokumen perencanaan Kota Banda Aceh yang kemudian akan dilakukan
analisis mendalam (in-depth analysis) dan dijelaskan secara deskriptif.
Dalam studi ini prasarana, sarana dan utilitas ditentukan berdasarkan jenis
bangunan dan juga jaringan yang penting dalam mendukung berjalannya kegiatan
perkotaan serta secara fungsi Kota Banda Aceh yang tertera pada Rencana Tata Ruang
bahwa Kota Banda Aceh memiliki fungsi pelayanan pemerintahan, perkantoran,
perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan. Berdasarkan deskripsi
tersebut maka jenis prasarana, sarana dan utilitas yang dijadikan objek studi adalah:
1. Sarana Kesehatan
2. Sarana Pendidikan
3. Kantor Pemerintahan
4. Fasilitas Umum
5. Jaringan Jalan
6. Jaringan Drainase
7. Jaringan Air Bersih

Untuk penilaian akan dibagi berdasarkan jenis-jenis dari prasarana, sarana dan
utilitas. Selanjutnya, dilihat dari indikator-indikator seperti luas, jumlah pengguna, area
pelayanan, dan juga lokasi (Puspita, 2010). Data mengenai jumlah dan persebaran
prasarana, sarana dan utilitas serta tingkat risiko Kota Banda Aceh terhadap tsunami
didapat dari http://bappeda.bandaacehkota.go.id/aplikasi/webgis/. Selain itu data yang
digunakan juga berasar dari dokumen Rencana Tata Ruang Kota Banda Aceh 2009 2029.
Penggunaan indikator yang berebeda untuk setiap jenis prasarana, sarana dan dan
utilitas berfungsi untuk menghitung tingkat kerentanan prasarana, sarana dan utilitas
terhadap risiko bencana tsunami. Indikator yang digunakan ditunjukan pada Tabel 1:
Menggunakan peta risiko yang sudah tersedia, maka dilakukan analisis tumpang
tindih peta antara peta risiko dengan persebaran prasarana, sarana dan utilitas
berdasarkan jenis dan lokasinya masing-masing yang akan dibagi kedalam 3 (tiga)
tingkat risiko yaitu Tinggi, Sedang, dan juga Rendah.
3. Hasil Analisis

Analisa dilakukan dengan menggunakan metoda tumpang tindih peta dan


didapatkan hasil seperti Tabel 2:

Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

70

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

Tabel 1 Indikator Kerentanan Infrastruktur

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis prasarana, sarana dan Utilitas


Sarana Kesehatan
Sarana Pendidikan
Kantor/Instansi
Fasilitas Umum
Jaringan Jalan
Jaringan Drainase
Nodal
Kawasan Perdagangan dan Jasa

Indikator
Lokasi, Jenis
Lokasi, Jenis
Lokasi, Jenis
Lokasi, Jenis
Lokasi, Kelas Pelayanan
Lokasi, Jenis
Lokasi, Jenis
Lokasi.

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 2 Sarana Kesehatan pada Daerah Beresiko Bencana di Kota Banda Aceh
SARANA KESEHATAN

No
1
2
3
4
5
6

Sarana Kesehatan

Rumah Sakit
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Polindes
Posyandu
Klinik/Praktek bersama
Total

Sumber: Hasil Analisis Tumpang Tindih Peta, 2015

Resiko Tsunami
Tinggi Sedang
Rendah
2
6
3
6
1
0
8
3
2
7
2
3
6
0
1
2
7
6
31
19
15

Total

11
7
13
12
7
15
65

Sarana kesehatan berdasarkan jenisnya dibagi menjadi Rumah Sakit, Puskesmas,


Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu, dan Klinik/Praktek Bersama. Total jumlah
sarana kesehatan yang berada dalam zona berisiko terkena Tsunami adalah sebanyak 65
buah dan 31 diantaranya berada di zona berisiko tinggi.

Sarana pendidikan berdasarkan jenisnya dibagi menjadi TK, SD, SMP, SMA,
Universitas. Total jumlah sarana pendidikan yang berada dalam zona berisiko terkena
Tsunami adalah sebanyak 156 buah dan 52 diantaranya berada di zona berisiko tinggi,
seperti pada Tabel 4.
Tabel 3 Sarana Perkantoran pada Daerah Beresiko Bencana di Kota Banda Aceh
No

1
2
3

SARANA PERKANTORAN/PEMERINTAHAN
Resiko Tsunami
Kantor
Tinggi
Sedang
Rendah
Dinas/Instansi
2
16
4
Kantor Kecamatan
2
1
3
Kantor Keucik/Desa
38
13
6
Total
42
30
13

Sumber: Hasil Analisis Tumpang Tindih Peta, 2015

Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Total

22
6
57
85
71

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

Tabel 4 Sarana Pendidikan pada Daerah Beresiko Bencana di Kota Banda Aceh
No
1
2
3
4
5

SARANA PENDIDIKAN
Resiko Tsunami
Sarana Pendidikan
Tinggi
Sedang
Rendah
TK
8
23
6
SD
24
24
3
SMP
8
10
6
SMA
7
15
5
UNIVERSITAS
5
8
4
Total
52
80
24

Total

37
51
24
27
17
156

Sumber: Hasil Analisis Tumpang Tindih Peta, 2015

Tabel 5 Fasilitas Umum pada Daerah Beresiko Bencana di Kota Banda Aceh
No

Fasilitas Umum

FASILITAS UMUM

1 Pasar Tradisional
2 Supermarket
3 SPBU
Total

Sumber: Hasil Analisis Tumpang Tindih Peta, 2015

Tinggi
6
0
2
8

Resiko Tsunami
Sedang
Rendah
3
0
4
0
4
2
11
2

Total

9
4
8
21

Sarana kantor pemerintahan berdasarkan jenisnya dibagi menjadi Dinas/Instansi,


Kantor Kecamatan. Dan Kantor Keucik/Desa. Total jumlah sarana kesehatan yang
berada dalam zona berisiko terkena Tsunami adalah sebanyak 85 buah dan 42
diantaranya berada di zona berisiko tinggi.
Fasilitas Umum berdasarkan jenisnya dibagi menjadi Pasar Tradisional,
Supermarket, dan SPBU. Total jumlah fasilitas umum yang berada dalam zona berisiko
terkena Tsunami adalah sebanyak 21 buah dan 8 diantaranya berada di zona berisiko
tinggi.
Tabel 6 Panjang Jaringan Jalan pada Daerah Beresiko Bencana di Kota Banda Aceh
No

1
2
3
4

Kelas Jalan

Jalan Arteri Primer


Jalan Arteri Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder
Rencana Jalan Arteri Primer
Jumlah

Tinggi
8.64
13.66
18.08
3.97
44.34

Sumber: Hasil Analisis Tumpang Tindih Peta, 2015

Risiko Tsunami
Sedang
Rendah
3.00
0.84
11.88
8.59
9.57
7.32
0.00
0.00
24.45
16.76

Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Total

12.48
34.13
34.97
3.97
85.55

72

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

Gambar 2 Sistem Jaringan Drainase (Web GIS Kota Banda Aceh)

Sedangkan infrastruktur yang bersifat jaringan seperti jaringan yaitu jaringan


jalan, jaringan drainase dan jaringan air bersih ditunjukkan pada Tabel 6.

Jaringan jalan berdasarkan kelas jalan dibagi menjadi Jalan Arteri Primer, Jalan
Arteri Sekunder, Jalan Kolektor Sekunder, dan Rencana Jalan Arteri Primer. Total
panjang jalan yang berada dalam zona berisiko terkena Tsunami adalah sepanjang 85.55
KM dan 44,34 KM berada di zona berisiko tinggi.
Gambar 2 menunjukkan sistem jaringan drainase di Kota Banda Aceh yang
berada pada zona yang berisiko terkena gelombang tsunami. Jika terjadi tsunami,
jaringan drainase yang ada akan terganggu fungsinya dalam mengalirkan air ke laut.

Gambar 3 Kawasan Peruntukan Pelabuhan dalam Pola Ruang


(Web GIS Kota Banda Aceh)
Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

73

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

Gambar 4 Kawasan Pusat Kota Lama (Pasar Aceh, Peunayong dan sekitarnya)
(Web GIS Kota Banda Aceh)

Dalam Rencana Pola Ruang Kota Banda Aceh, ditetapkan kawasan pelabuhan
dengan jenis pelabuhan umum untuk penumpang di Ulee Lheue yang melayani
pelayaran penumpang regional, nasional, dan internasional. Selain itu ada
pengembangan pelabuhan dan tempat pelelangan ikan (TPI) nelayan tradisional yang
diarahkan pada kawasan Ulee Lheue, Lampulo dan Alue Naga. Seperti yang terlihat
pada Gambar 3, Pelabuhan yang direncanakan berada dalam zona yang memiliki risiko
tinggi terhadap bencana tsunami.
Dalam Dokumen Tata Ruang mengenai penetapan kawasan strategis, ditetapkan
Pasar Aceh, Peunayong dan sekitarnya sebagai Kawasan Pusat Kota Lama dimana
memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa serta beberapa bangunan memiliki
ciri tersendiri sehingga mempunyai nilai sejarah atau berfungsi sebagai kawasan
heritage Kota Banda Aceh. Pada Gambar 4 Dapat terlihat bahwa mayoritas dari
kawasan strategis pusat kota lama memiliki risiko tinggi dan sedang terhdap bencana
Tsunami.
4. Analisis

Berdasarkan penjabaran data diatas maka diketahui bahwa prasarana, sarana dan
utilitas Kota Banda Aceh masih berisiko terkena bencana tsunami dan mengalami
kerusakan. Banyak dari gedung yang berfungsi untuk mendukung keberjalan fungsi dari
Kota Banda Aceh sebagai ibukota akan ikut terganggu akibat kerusakan yang
ditimbulkan dari bencana tsunami. Untuk itu diperlukan penanganan dalam meminilaisir
kerusakan akibat terjadinya bencana. Salah satu hal yang dirasa sudah dilakukan oleh
pemerintah dalam mengurangi tingkat kerusakan adalah dengan mengatur pemanfaatan
lahan.

Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

74

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

a.

RencanaPola Ruang Tahun 2000-2010

b.

Rencana Pola Ruang Tahun 2009-2029

Gambar 5 Perbandingan Pola Ruang Kota Banda Aceh Tahun 2000 dengan 2009
Gambar 5 merupakan perbandingan antara pola ruang dari Kota Banda Aceh
pada tahun 2000 - 2010 dan tahun 2009 - 2029. Perbandingan pada gambar tersebut
menunjukan perubahan yang cukup signifikan dalam rencana pola pemanfaatan ruang di
Kota Banda Aceh, terlihat pada kawasan pesisir, pada pola ruang tahun 2009 - 2029
hampir seluruh pesisir direncanakan untuk dijadikan kawasan hutan bakau. Hutan bakau
atau mangrove merupakan ekosistem utaman dalam mendukung kehidupan di wilayah
pesisir dimana memiliki fungsi ekologis sebagai penahan abrasi pantai dan juga
gelombang tsunami. Penetapan kawasan bakau sebagai sabuk hijau (green belt) bagi
area pesisir dapat meningkatkan kualitas fisik, ekonomi, sosial budaya, dan juga
lingkungan bagi masyarakat di kawasan pesisir. Penanaman bakau di kota Penanaman
bakau di hampir sepanjang pesisir Kota Banda Aceh sudah cukup baik dalam
mengurangi tingkat kerentanan seluruh prasarana, sarana dan utilitas yang terpapar
risiko bencana tsunami namun diperlukan perhatian khusus di beberapa kawasan
seperti:
1. Kawasan Pariwisata dan Pelabuhan di pesisir utara Kota Banda Aceh dan juga
rencana jaringan jalan arteri primer. Selain itu pada kawasan tersebut terdapat juga
Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
2. Kawasan Perikanan di pesisir utara Kota Banda Aceh dan juga fasilitas umum IPLT
dan juga TPA

3. Kawasan Permukiman yang berada di belakang hutan bakau khususnya yang


terbangun di samping sungai.

Selain itu perlunya penegasan dalam dokumen Rencana Tata Ruang khususnya
pada bagian tabel indikasi program mengenai pengembangan kawasan hutan bakau agar
perwujudan pola ruang yang salah satu fungsinya sudah memasukan faktor penilaian
bencana dapat terwujud.

Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

75

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

Gambar 6 Zona Berisiko terhadap Bencana Tsunami

5. Kesimpulan

1. Masih banyaknya prasarana, sarana dan utilitas di Kota Banda Aceh yang masih terancam
oleh risiko tsunami.
2. Bentuk perwujudan dari upaya Pemerintah Kota Banda Aceh untuk meminimalisir kerusakan
gelombang tsunami dapat terlihat pada perombakan tata ruang, salah satunya dalam bentuk
rencana pemanfaatan ruang yang dapat dilihat pada Peta Rencana Pola Ruang Kota Banda
Aceh.
3. Resilinensi terhadap bencana tsunami di Kota Banda Aceh dapat terbentuk dengan
perwujudan kawasan hutan bakau yang memiliki fungsi proteksi terhadap gelombang
tsunami sehingga prasarana sarana dan utilitas terlindungi dengan adanya guna lahan
tersebut.

4. Masih terdapat beberapa lokasi yang butuh perhatian khusus yaitu kawasan pelabuhan
(meuraxa), pariwisata (meuraxa), perikanan (kutaradja), dan juga bebapa lokasi perumahan
(meuraxa dan syiahkuala) di pesisir Kota Banda Aceh.
5. Tabel Indikasi Program dalam Rencana Tata Ruang Kota Banda Aceh masih belum
menjelaskan secara detail mengenai upaya dalam mengurangi risiko bencana tsunami
khususnya dalam penjabaran mengenai pengembangan kawasan hutan bakau.

6. Saran

1. Perwujudan hutan bakau seperti yang tergambarkan pada peta pola ruang sebaiknya
dipercepat dalam pelaksanaannaanya dan menjadi prioritas dalam penanganan risiko
gelombag tsunami

2. Pada beberapa lokasi yang masih terpapar risiko gelombang tsunami sebaiknya diberikan
perhatian khusus dalam pengembangannya, disebabkan beberapa tempat merupakan objek
vital dalam mendukung fungsi Banda Aceh sebagai ibukota provinsi.
Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

76

Daftar Pustaka

Prosiding
SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015
TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)
No.ISSN: 2477-6440
Banda Aceh, 21 22 Desember 2015

McFarlane, P., 2015, Infrastructure Resilience - What Does It Mean and How and How Can It
Be Integrated Into Asset management, New Zaeland
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 02 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
Puspita N., Setiawan B., Sarino. 2010. Kajian Kerentanan Infrastruktur Kota Terhadap
Dampak Perubahan Iklim (Studi Kasus Bangunan Sekolah SMPN/SMAN/SMKN Kota
Palembang), Prosiding KNPTS. Bandung. ISBN 978-979-162255-5-4
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009 2029
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
http://bappeda.bandaacehkota.go.id/aplikasi/webgis/
http://bappeda.bandaacehkota.go.id/katalog/
http://www.dw.com/id/apa-yang-sebenarnya-terjadi-dalam-tsunami-2004/a-18141866

Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

77

Anda mungkin juga menyukai