Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Berbagai perawatan gigi memerlukan perekatan restorasi dan berbagai
perawatan kegigi dengan bantuan bahan perekat. Di sinilah peran semen
dalam perawatan gigi. Semen adalah bahan perekat yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga dapat menutup sebuah celah atau untuk menggabungkan dua
komponen menjadi satu. Semen ini bisa digunakan sebagais semen basis,
pelapik, dan bahan tambalan.
Jenis semen yang digunakan dalam kedokteran gigi ada bermacammacam. Jenis semenini mempunyai komposisi yang berbeda sehingga dalam
sifat mekanisnya dan fisik setiap jenis semen ini berbeda. Oleh karenanya
dalam pemakaian semen operator harus mengetahui karateristik dari masingmasing semen sehingga tidak terjadi kesalahan dalam aplikasi kepasien.
Kegunaan dari semen secara umum adalah untuk bahan perekat restorasi
ortodontik, restorasi sementara, restorasi gigi anterior, bahan tambal,
pulp

capping, basis,

umumnya Penggunaan

liner kavitas,

restorasi

saluran

akar. Pada

utama dari semen kedokteran gigi disarankan pada

daerah yang menerima tekanan rendah (low stress bearing area) lainnya dari
semen gigi termasuk merekatkan gigi tiruan dan peralatan ortodontik serta
merekatkan post dan pasak untuk retensi restorasi.
Semen dalam kedokteran gigi sediannya berupa bubuk dan cairan, serta
sediaan lainnya berbentuk pasta dan catalyst. Pada umumnya semen
diklasifikasikan menurut rumus kimianya. Cairan semen biasanya adalah
larutan asam, dan bubuknya adalah formula dasar yang terdiri dari kaca atau
oksida logam. Secara lebih lengkap tentang semen, baik dari jenisjenisnya,

komposisinya,

sifat mekanis dan fisik, manipulasi serta

aplikasinya dalam kedokteran gigi akan dibahas dalam bab selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen dalam Kedokteran Gigi
2.1.1 Definisi Semen
Semen kedokteran gigi adalah bahan yang digunakan dalam mulut dan pada
umumnya berfungsi untuk mengabungkan protesa dan gigi. Semen kedokteran
gigi diklasifikasikan dari reaksi kimia setiap komponennya. Pada umumnya
semen yang tersedia dalam kedokteran gigi tersedia dalam bentuk bubuk dan
cairan atau dua pasta. Bubuk yang bersifat basa dan liquid yang bersifat asam
membentuk konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras
menjadi massa yang padat pada waktu tertentu. Semen resin tidak tergantung dari
reaksi asam-basa tetapi dapat terpolimerisasi atau menjadi keras dengan diaktvasi
melalui gelombang cahaya atau kimia. Semen yang telah mengeras dapat
berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis, liner dan
Varnish (Annusavice, 2012)
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasarkan kegunaan yang digunakan
menurut (Anusavice, 2012) :
Seng fosfat

Bahan

perekat

untuk Restorasi

jangka

restorasi dan peralatan menengah, basis penahan


orthodontik
Seng oksida eugenol

panas.

Restorasi sementara dan Restorasi saluran akar,


menengah, bahan perekat penutup

luka

bedah

perekat

untuk

sementara dan oermanen periodontal


untuk

restorasi,

basis,

penahan panas, pelapik


Polikarboksilat

kavitas, penutup pulpa.


Bahan perekat untuk Bahan
restorasi, basis penahan peralatan

orthodontik,

Silikat

panas

restorasi

jangka

Restorasi gigi anterior

menengah.
Restorasi

jangka

menengah, bahan perekat


untuk

peralatan

orthodontik.
Silikofosfat

Bahan

Ionomer kaca

restorasi
Restorasi gigi anterior, Penutup ceruk dan fisura,
bahan

perekat

perekat

untuk

untuk basis penahan panas

restorasi dan peralatan


orthodontik,

pelapik

kavitas
Ionomer kaca modifikasi Restorasi gigi posterior
logam

konservatif, membangun

Resin

badan inti restorasi


Bahan perekat untuk Restorasi sementara
restorasi dan peralatan

Kalsium Hidroksida

orthodontik.
Bahan penutup

pulpa

(pulp

basis

capping),

penahan panas.

2.1.3 Sediaan Semen Kedokteran Gigi secara Umum


Semen tersedia dlm bentuk :
1. Bubuk dan cairan aduk manual
2. Kapsul aduk mekanis
3. Pasta

Macam-macam semen KG

Zinc Phosphate

Polycarboxylate

Glass Ionomer

Resin-Modified Glass Ionomer

Gambar 1: Macam Semen Kedokteran Gigi


2.1.4 Macam-macam fungsi dari semen:
a. Semen sebagai Luting
Semen sebagai luting:

Bila 2 permukaan ditempelkan (protesa gigi yg dipreparasi) sela (m)


kasar puncak dan lembah tidak saling kontak aliran cairan RM &

invasi kuman
Tujuan utama luting mengisi & menutup sela secara lengkap Luting

mengisi & mengaliri permukaan yg kasar mengeras solid retensi


Bila semen kurang cair atau tidak kompatibel dg permukaan ruang
kosong (Anusavice, 2012).

Gambar 2: Bagaimana semen mengisi celah yang berada diatara permukaan


restorasi dan gigi.

b. Semen Sebagai Basis


Sebagai perbedaan semen basis terhadap semen liners, semen basis
memiliki ketebalan lebih dati 0,75mm dan ditempatkan di bawah restorasi
permanen yang berfungsi melindungi pulpa dari kerusakan. Dimana kerusakan
itu bisa didapat dari thermal shock bila gigi direstorasi dengan bahan logam dan
kerusakan karena iritasi kimia. Semen sebagai basis yang pada umumnya
digunakan adalah Zinc Oxide eugenol, Zinc Phosphat dan Glass Ionomer Cement
(Annusavice, 2012).
c. Semen sebagai Liner dan Varnish
Kalsium hidroksida merupakan bahan utama dalam berbagai macam
material liner dan basis kavitas hal ini dikarenakan kalsium hidroksida memiliki
efek antimikroba, menaikan ph (menjadi basa, Alkali) dan menstibulasi
pembentukan dentinsekuder diatas pulpa yang mengalami trauma untuk
melindung dalam jangka waktu lama.
Kavitas varnish adalah jaringan alami seperti kopal dan rosin atau resin
sintetik yang dilarutkan dalam pelarut organik seperti eter atau chloroform yang
dioleskan disekeliling kavitas. Pelarut menguap meninggalkan selapis tipis yang
berfungsi untuk mengurangi infiltrasi dari cairan iritasi yang dapat melewati batas
servikal dan menguragi iritasi yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish juga
diteliti dapat mencegah terjadi penetrasi dari produk korosi restorasi amalgam.
Varnis kavitas tidak di indikasikan ketika akan menggunajan bahan adhesiv
seperti GIC atau bonding-agent untuk bahan dasar komposit resin. Dentin bonding
agents dapat berfungsi sama seperti varnish. (Annusavice, 2012).
2.1.5 Syarat Semen Kedokteran Gigi Secara Umum
Menurut Anusavice (2012) sarat semen kedokteran gigi secara umum,
diantaranya adalah sebagai berikut::
1. Semen yang digunakan di kedokteran gigi harus tidak beracun dan tidak
mengiritasi pulpa serta jaringan yang lain, agar kondisi kesehatan atau oral
hygiene tetap terjaga meskipun sedang melakukan perawatan.

2. Solubility rendah atau sifat kelarutannya rendah sehingga tidak mudah larut
dalam larutan saliva.
3. Aplikasinya harus

mudah

agar

memudahkan

operator

untuk

mengaplikasikannya ke operator dan harus cepat mengeras.


4. Melindungi pulpa dari:
a. Rangsangan termis
b. Rangsangan kimia
c. Rangsangan galvanis
5. Dapat melekat baik pada enamel, dentin, porselen, akrilik, alloy, tetapi tidak
lengket pada alat Kedokteran Gig
6. Bakteriostatik, menghambat pertumbuhan bakteri.
7. Tidak mengurangi sensitivitas dentin
8. Sifat rheological yaitu Kekentalan yang rendah (sesuai dengan kebutuhan)
dan ketebalan selapis tipis (Film thickness)
9. Radiopaq

2.2 Semen Seng Fosfat


Seng fosfat adalah bahan semen tertua dan mempunyai catatan ujiklinis
terpanjang sehingga digunakan sebagai golden standar. Semen ini menjadi tolak
ukur dalam sifat mekanis dalam menguji sistem-sistem yang lebih baru. Seng
fosfat terdiri atas bubuk dan cairan di dua botol yang terpisah (Anusavice, 2012).
Semen ini sering digunakan sebagai bahan luting pada penggunaan material
restoratif metal maupun metal-keramik, selain itu sering digunakan sebagai basis
amalgam untuk melindungi pulpa dari konduksi termal amalgamyang cukup besar
(Annusavice, 2012).
Berdasarkan standard ADA/ANSI spesifikasi no 8 menyatakan bahwa
semen zinc fosfat terdiri dari 2 tipe:
Tipe 1 : Bubuk dengan biji halus untuk luting (ketebalan film 25 mikron
atau kurang)
Tipe 2 : Bubuk dengan biji medium untuk luing dan tumpat (ketebalan
film tidak lebih dari 40 mikron)

A. Fungsi semen seng fosfat


1. Bahan tumpatan sementara
Semen seng fosfat digunakan sebagai bahan tumpatan sementara yang
didasari oleh semen seng oksida yang dicampur dengan cairan asam fosfat
50%. Semen seng fosfat digunakan pada kavitas yang tidak terlalu besar
dan kekuatan pengunyahan yang dipusatkan pada daerah gigi tersebut
tidak boleh terlalu besar. Untuk menjamin kestabilan dan kekuatan
tumpatan sementara serta mencegah fraktur dari sisa cups di sekeliling
kavitas yang besar, bahan ini digunakan bersama plat tembaga yang
dipotong halus dan dibentuk yang kemudian disemenkan di sekeliling
mahkota dan tumpatan sementara menggunakan semen yang sama
(Ricardo, 2004).
2. Bahan basis dan liner
Semen seng fosfat sebagai basis digunakan dalam kekentalan yang tinggi
dan bentuk lapisan yang relatif tebal untuk menggantikan dentin yang
sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta
menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang
diberikan selama penempatan bahan restoratif (Ricardo, 2004).
3. Bahan perekat inlay, jembatan dan pasak inti
Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan
dengan pengeringan daerah kerjam semen fosfat dengan slow setting. Cara
memanipulasi agar bahan ini dapat mencapai slow setting tanpa mengubah
ratio bahan yaitu diaduk diatas glass plate yang dingin dibawah titik
embun (dew point). Semen kemudian dioleskan pada bahan restoratif dan
dimasukkan ke dalam kavitas kemudian ditekan secara intermitten sampai
posisi benar-benar baik (Ricardo, 2004).
B. Komposisi dan kimiawi
Bahan utamanya terdiri dari bubuk oksida seng (90%) dan oksida
magnesium (10%). Bahanbahan dari bubuk diaduk bersama pada temperatur

1000-1400C menjadi cake kemudian ditumbuk menjadi bubuk halus. Ukuran


partikel mempengaruhi kecepatan pengerasan. Umumnya, semakin kecil ukuran
partikelnya maka semakin cepat semen mengeras (Anusavice, 2012).
Cairannya mengandung air (33%), asam fosfor, alumunium fosfat dan
dalam beberapa keadaan terdapat seng fosfat. Air mengendalikan ionisasi dari
asam, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kecepatan reaksi cairan bubuk
(asam-basa) (Anusavice, 2012).
Ketika bubuk dicampur dengan cairan, asam fosfor berkontak dengan
permukaan partikel dan melepaskan ion-ion seng ke dalam cairan. Alumunium
yang sudah membentuk ikatan dengan asam fosfor bereaksi dengan seng
menghasilkan gel seng aluminofosfat pada permukaan partikel sisanya. Jadi
semen yang mengeras merupakan sebuah struktur inti yang terdiri atas partikel
oksida seng yang tidak bereaksi, dibungkus dengan matriks padat yang tidak
terbentuk dari seng aluminofosfat (Anusavice, 2012).
Karena air sangat berpengaruh untuk reaksi asam basa, maka jelas
komposisi cairan harus dipertahankan untuk menjamin adanya reaksi yang
konsisten. Perubahan komposisi dan kecepatan reaksi bisa terjadi karena
degradasi semen atau karena penguapan air dari cairan. Efek degradasi dapat
dikenali dengan memburamnya cairan yang sudah terlalu lama. Akibatnya akan
dihasilkan semen dengan kualitas rendah (Anusavice, 2012). Reaksi kimia yang
terjadi disaat pencampuran bubuk dan cairan digambarkan sebagai berikut:
(McCabe, 2008)
3ZnO + 2H3PO4 + H2O Zn3 (PO4) 2 4H2O
C. Sifat semen seng fosfat
1. Compressive strength 104 MPa dan tensile strength 5,5 Mpa kekuatan ini
pada campuran bubuk dan cairan yang tepat dan dapat berubah tergantung
dengan perbandingan bubuk dan cairan yang digunakan. Pemakaian bubuk
semen yang optimal akan menambah kekuatan sedangkan penurunan rasio

bubuk dan cairan akan mengurangi sifat fisis dan kekuatan mekanisnya
(Anusavice, 2012).
2. Modulus elastisitas 13 Gpa, sehingga cukup kaku dan seharusnya dapat
menahan perubahan bentuk elastik bahkan jika digunakan untuk sementasi
restorasi yang terkena tekanan pengunyahan yang besar (Anusavice,
2012).
3. Daya larut semen seng fosfat di dalam air yang relatif lebih rendah jika
dites menurut spesifikasi ADA (Anusavice, 2012).
4. Retensi : Pengerasan semen seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun
dengan jaringan keras di sekitarnya atau bahan restorati lainnya. Oleh
sebab itu, ikatan utamanya merupakan kunci mekanis pada kedua
permukaan dan bukan oleh karena interaksi kimia (Anusavice, 2012).
5. Sifat biologis : Asam fosfor dalam cairan semen seng fosfat memiliki nilai
keasaman yang cukup tinggi. Dua menit setelah pengadukan, pH semen
seng fosfat berkisar 2, kemudian naik dengan cepat sekitar 5,5 setelah 24
jam. Adukan yang terlalu encer akan menyebabkan pH semen seng fosfat
menjadi lebih rendah pada waktu yang lama. Keasaman ini akan
mengakibatkan kerusakan pulpa, dan pada semen seng fosfat yang
cairannya terbuat dari asam fosfor radioaktif menunjukkan bahwa asam
dari semen dapat menembus ketebalan dentin sampai sebesar 1, 5 mm.
Jika dentin yang terletak di bawah semen tidak dilindungi terhadap
penembusan asam melalui tubulus dentin, dapat terjadi cidera pulpa
(Anusavice, 2012).
D. Manipulasi semen seng fosfat

Siapkan perbandingan bubuk dan cairan sesuai kebutuhan penggunaan


klinis pada glass plate.
o Anjuran yang di rekomendasi perbandingannya 1,4 gram bubuk :
0,5 ml cairan. (Annusavice, 2012)

o Perbandingan untuk luthing, bubuk : cairan = 3 : 1 (Mc Cabe,


2008)
o Perbandingan untuk basis, bubuk : cairan = 6 : 1

Proses pencampuran dan pengadukan bubuk dan cairan dibagai dalam


beberapa porsi, waktu pengadukan setiap penambahan dalam pengadukan
untuk pengabungan dari beberapa porsi yang ada yaitu 15 20 detik
perporsi.

Gerakan mengaduk semen seng fosfat memutar melawan jarum jam dari
spatula pada area yang luas.

Penyelesaian pengadukan 1.5 menit (Anusavice, 2012).

Gambar 3: Manipulasi semen seng fosfat

E. Waktu kerja dan pengerasan


Waktu kerja adalah waktu yang diukur dari awal pengadukan selama
kekentalan adukan cukup rendah untuk mengalir di bawah tekanan guna
membentuk lapisan yang tipis. Waktu pengerasan tercapai saat pembentukan
matriks telah mencapai titik dimana gangguan fisik dari luar tidak akan
mengakibatkan perubahan dimensi yang tetap. Spesifikasi ADA

No. 8

menyebutkan bahwa waktu pengerasan yang memadai untuk semen seng fosfat
adalah antara 5-9 menit (Anusavice, 2012).
F. Faktor yang mempengaruhi waktu kerja

Waktu kerja dan pengerasan dari sebuah produk komersial adalah sifat yang
dikendalikan oleh proses pembuatannya. Umumnya, praktisi menginginkan
perpanjangan waktu pengerasan semen sehingga tersedia waktu kerja yang cukup.
Berikut ini adalah cara memperpanjang waktu pengerasan di ruang praktik
(Anusavice, 2012).
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi rasio
bubuk dan cairan, namun prosedur ini bukan cara yang bisa diterima untuk
memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu sifat
fisik dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah serta
mengurangi kekuatan kompresif dan kekuatan tarik (Anusavice, 2012).
2. Kecepatan pengadukan bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap dalam jumlah kecil dicampur ke
dalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan
mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih
banyak bubuk yang bisa digabungkan ke dalam adukan, prosedur ini
dianjurkan untuk manipulasi semen seng fosfat (Anusavice, 2012).
3. Waktu pengadukan
Operator yang memperpanjang waktu pengadukan akan menghancurkan
matriks yang sedang terbentuk. Pecahnya matriks berarti membutuhkan
tambahan waktu bagi semen seng fosfat untuk kembali membangun
matriksnya (Anusavice, 2012).
4. Temperatus alas aduk
Metode ini merupakan yang paling efektif dalam memperpanjang waktu
pengadukan. Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara
bubuk dan cairan sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini
memungkinkan dimasukkannya bubuk dalam jumlah yang optimal ke
dalam cairan tanpa membuat adonan menjadi sangat kental (Anusavice,
2012).

Hal yang perlu diperhatikan dalam memanipulasi semen seng fosfat menurut
Anusavicce, 2012:
1. Pembagian bubuk dan cairan perlu diukur sesuai dengan kekentalan yang
diinginkan tergantung pada kebutuhan klinis.
2. Tidak dianjurkan untuk menukar bubuk dan cairan dari merek yang
berlainan, karena akan mengubah sifat manipulasi dan sifat fisik semen
yang dihasilkan.
3. Alas pengaduk yang dingin akan memperpanjang waktu kerja. Bahan
jangan dituang ke alas pengaduk jika belum siap mengaduk. Kontak cairan
dengan udara mengakibatkan hilangnya air karena menguap.
4. Kekentalan adonan didapatkan dengan penambahan bubuk bukan dengan
mengurangi perbandingan bubuk dan cairan ataupun menunggu adonan
yang encer menjadi kaku.
5. Pada penyemenan geligi tiruan cekat kekentalan adonan harus sedikit
dikurangi karena dibutuhkan waktu khusus untuk mengulaskan semen.
6. Dianjurkan untuk mengulaskan selapis vernis agar memberi lebih banyak
waktu bagi semen untuk mengeras dan mengembangkan daya tahan yang
lebih tinggi terhadap pelarutan di cairan mulut.
7. Tuangan harus segera dipasang sebelum terjadi pembentukan matriks.
Tuangan harus ditahan dan ditekan sampai semen mengeras untuk
mengurangi rongga udara.
8. Selama prosedur dilakukan daerah kerja harus tetap kering.
9. Kelebihan semen dibuang setelah semen seng fosfat setting.

G. Kelebihan dan kekurangan semen seng fosfat


a. Kelebihan

Penampilan semen yang baik


Kecepatan dan kemudahan penggunaan
Aliran cukup untuk membentuk lapisan tipis untuk penyemenan mahkota,

gigi tiruan sebagaian dan inlay


Konduktivitas termal lebih rendah dibandingkan bahan restorasi logam.

b.

Kekurangan
Kekuatan kompresif rendah yang bervariasi antara 12.000 dan 19.000 psi
Larut dalam cairan mulut meskipun dengan intensitas rendah
Bahan yang opaque tidak cocok untuk daerah yang terlihat.

DAFTAR PUSTAKA
Anusavie; Dental material, 12th edition, Mosby, 2012. Chapter 4; P307-25.
Mc Cabe, John F, and Angus WG. Applied Dental Materials. 9th Ed. Oxford:
Blackwell; 2008.

Ricardo B, Ramses. 2004. Kebaikan dan keburukan Zinc Phosphate Cement serta
Penggunaanya dalam Bidang Kedokteran Gigi. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumetera utara. 2004.

Anda mungkin juga menyukai