Seng Phosphat
Seng Phosphat
PENDAHULUAN
Berbagai perawatan gigi memerlukan perekatan restorasi dan berbagai
perawatan kegigi dengan bantuan bahan perekat. Di sinilah peran semen
dalam perawatan gigi. Semen adalah bahan perekat yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga dapat menutup sebuah celah atau untuk menggabungkan dua
komponen menjadi satu. Semen ini bisa digunakan sebagais semen basis,
pelapik, dan bahan tambalan.
Jenis semen yang digunakan dalam kedokteran gigi ada bermacammacam. Jenis semenini mempunyai komposisi yang berbeda sehingga dalam
sifat mekanisnya dan fisik setiap jenis semen ini berbeda. Oleh karenanya
dalam pemakaian semen operator harus mengetahui karateristik dari masingmasing semen sehingga tidak terjadi kesalahan dalam aplikasi kepasien.
Kegunaan dari semen secara umum adalah untuk bahan perekat restorasi
ortodontik, restorasi sementara, restorasi gigi anterior, bahan tambal,
pulp
capping, basis,
umumnya Penggunaan
liner kavitas,
restorasi
saluran
akar. Pada
daerah yang menerima tekanan rendah (low stress bearing area) lainnya dari
semen gigi termasuk merekatkan gigi tiruan dan peralatan ortodontik serta
merekatkan post dan pasak untuk retensi restorasi.
Semen dalam kedokteran gigi sediannya berupa bubuk dan cairan, serta
sediaan lainnya berbentuk pasta dan catalyst. Pada umumnya semen
diklasifikasikan menurut rumus kimianya. Cairan semen biasanya adalah
larutan asam, dan bubuknya adalah formula dasar yang terdiri dari kaca atau
oksida logam. Secara lebih lengkap tentang semen, baik dari jenisjenisnya,
komposisinya,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen dalam Kedokteran Gigi
2.1.1 Definisi Semen
Semen kedokteran gigi adalah bahan yang digunakan dalam mulut dan pada
umumnya berfungsi untuk mengabungkan protesa dan gigi. Semen kedokteran
gigi diklasifikasikan dari reaksi kimia setiap komponennya. Pada umumnya
semen yang tersedia dalam kedokteran gigi tersedia dalam bentuk bubuk dan
cairan atau dua pasta. Bubuk yang bersifat basa dan liquid yang bersifat asam
membentuk konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras
menjadi massa yang padat pada waktu tertentu. Semen resin tidak tergantung dari
reaksi asam-basa tetapi dapat terpolimerisasi atau menjadi keras dengan diaktvasi
melalui gelombang cahaya atau kimia. Semen yang telah mengeras dapat
berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis, liner dan
Varnish (Annusavice, 2012)
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasarkan kegunaan yang digunakan
menurut (Anusavice, 2012) :
Seng fosfat
Bahan
perekat
untuk Restorasi
jangka
panas.
luka
bedah
perekat
untuk
restorasi,
basis,
orthodontik,
Silikat
panas
restorasi
jangka
menengah.
Restorasi
jangka
peralatan
orthodontik.
Silikofosfat
Bahan
Ionomer kaca
restorasi
Restorasi gigi anterior, Penutup ceruk dan fisura,
bahan
perekat
perekat
untuk
pelapik
kavitas
Ionomer kaca modifikasi Restorasi gigi posterior
logam
konservatif, membangun
Resin
Kalsium Hidroksida
orthodontik.
Bahan penutup
pulpa
(pulp
basis
capping),
penahan panas.
Macam-macam semen KG
Zinc Phosphate
Polycarboxylate
Glass Ionomer
invasi kuman
Tujuan utama luting mengisi & menutup sela secara lengkap Luting
2. Solubility rendah atau sifat kelarutannya rendah sehingga tidak mudah larut
dalam larutan saliva.
3. Aplikasinya harus
mudah
agar
memudahkan
operator
untuk
bubuk dan cairan akan mengurangi sifat fisis dan kekuatan mekanisnya
(Anusavice, 2012).
2. Modulus elastisitas 13 Gpa, sehingga cukup kaku dan seharusnya dapat
menahan perubahan bentuk elastik bahkan jika digunakan untuk sementasi
restorasi yang terkena tekanan pengunyahan yang besar (Anusavice,
2012).
3. Daya larut semen seng fosfat di dalam air yang relatif lebih rendah jika
dites menurut spesifikasi ADA (Anusavice, 2012).
4. Retensi : Pengerasan semen seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun
dengan jaringan keras di sekitarnya atau bahan restorati lainnya. Oleh
sebab itu, ikatan utamanya merupakan kunci mekanis pada kedua
permukaan dan bukan oleh karena interaksi kimia (Anusavice, 2012).
5. Sifat biologis : Asam fosfor dalam cairan semen seng fosfat memiliki nilai
keasaman yang cukup tinggi. Dua menit setelah pengadukan, pH semen
seng fosfat berkisar 2, kemudian naik dengan cepat sekitar 5,5 setelah 24
jam. Adukan yang terlalu encer akan menyebabkan pH semen seng fosfat
menjadi lebih rendah pada waktu yang lama. Keasaman ini akan
mengakibatkan kerusakan pulpa, dan pada semen seng fosfat yang
cairannya terbuat dari asam fosfor radioaktif menunjukkan bahwa asam
dari semen dapat menembus ketebalan dentin sampai sebesar 1, 5 mm.
Jika dentin yang terletak di bawah semen tidak dilindungi terhadap
penembusan asam melalui tubulus dentin, dapat terjadi cidera pulpa
(Anusavice, 2012).
D. Manipulasi semen seng fosfat
Gerakan mengaduk semen seng fosfat memutar melawan jarum jam dari
spatula pada area yang luas.
No. 8
menyebutkan bahwa waktu pengerasan yang memadai untuk semen seng fosfat
adalah antara 5-9 menit (Anusavice, 2012).
F. Faktor yang mempengaruhi waktu kerja
Waktu kerja dan pengerasan dari sebuah produk komersial adalah sifat yang
dikendalikan oleh proses pembuatannya. Umumnya, praktisi menginginkan
perpanjangan waktu pengerasan semen sehingga tersedia waktu kerja yang cukup.
Berikut ini adalah cara memperpanjang waktu pengerasan di ruang praktik
(Anusavice, 2012).
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi rasio
bubuk dan cairan, namun prosedur ini bukan cara yang bisa diterima untuk
memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu sifat
fisik dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah serta
mengurangi kekuatan kompresif dan kekuatan tarik (Anusavice, 2012).
2. Kecepatan pengadukan bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap dalam jumlah kecil dicampur ke
dalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan
mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih
banyak bubuk yang bisa digabungkan ke dalam adukan, prosedur ini
dianjurkan untuk manipulasi semen seng fosfat (Anusavice, 2012).
3. Waktu pengadukan
Operator yang memperpanjang waktu pengadukan akan menghancurkan
matriks yang sedang terbentuk. Pecahnya matriks berarti membutuhkan
tambahan waktu bagi semen seng fosfat untuk kembali membangun
matriksnya (Anusavice, 2012).
4. Temperatus alas aduk
Metode ini merupakan yang paling efektif dalam memperpanjang waktu
pengadukan. Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara
bubuk dan cairan sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini
memungkinkan dimasukkannya bubuk dalam jumlah yang optimal ke
dalam cairan tanpa membuat adonan menjadi sangat kental (Anusavice,
2012).
Hal yang perlu diperhatikan dalam memanipulasi semen seng fosfat menurut
Anusavicce, 2012:
1. Pembagian bubuk dan cairan perlu diukur sesuai dengan kekentalan yang
diinginkan tergantung pada kebutuhan klinis.
2. Tidak dianjurkan untuk menukar bubuk dan cairan dari merek yang
berlainan, karena akan mengubah sifat manipulasi dan sifat fisik semen
yang dihasilkan.
3. Alas pengaduk yang dingin akan memperpanjang waktu kerja. Bahan
jangan dituang ke alas pengaduk jika belum siap mengaduk. Kontak cairan
dengan udara mengakibatkan hilangnya air karena menguap.
4. Kekentalan adonan didapatkan dengan penambahan bubuk bukan dengan
mengurangi perbandingan bubuk dan cairan ataupun menunggu adonan
yang encer menjadi kaku.
5. Pada penyemenan geligi tiruan cekat kekentalan adonan harus sedikit
dikurangi karena dibutuhkan waktu khusus untuk mengulaskan semen.
6. Dianjurkan untuk mengulaskan selapis vernis agar memberi lebih banyak
waktu bagi semen untuk mengeras dan mengembangkan daya tahan yang
lebih tinggi terhadap pelarutan di cairan mulut.
7. Tuangan harus segera dipasang sebelum terjadi pembentukan matriks.
Tuangan harus ditahan dan ditekan sampai semen mengeras untuk
mengurangi rongga udara.
8. Selama prosedur dilakukan daerah kerja harus tetap kering.
9. Kelebihan semen dibuang setelah semen seng fosfat setting.
b.
Kekurangan
Kekuatan kompresif rendah yang bervariasi antara 12.000 dan 19.000 psi
Larut dalam cairan mulut meskipun dengan intensitas rendah
Bahan yang opaque tidak cocok untuk daerah yang terlihat.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavie; Dental material, 12th edition, Mosby, 2012. Chapter 4; P307-25.
Mc Cabe, John F, and Angus WG. Applied Dental Materials. 9th Ed. Oxford:
Blackwell; 2008.
Ricardo B, Ramses. 2004. Kebaikan dan keburukan Zinc Phosphate Cement serta
Penggunaanya dalam Bidang Kedokteran Gigi. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumetera utara. 2004.