Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
II.
menyatakan bahwa mereka tidak berkompetisi dengan kopi yang disajikan di rumah
yang mungkin merupakan ritual keluarga ataupun dengan kopi di tempat kerja.
Sehingga cukup jelas komunitas yang ingin diklarifikasi oleh Starbucks, yaitu kelompok
sosial yang gemar berkumpul di luar kantor dan rumah.
Seperti yang disebutkan dalam teori winning the competitive advantage oleh
Michael Porter dalam buku Strategic Cost Management tulisan Shank & Govindarajan,
bahwa terdapat dua strategi untuk menciptakan keunggulan dalam rangka
memenangkan kompetisi, yaitu cost leadership dan differensiasi. Jika cost leadership
selalu mengedepankan kepada efisiensi biaya dan harga jual yang lebih murah dari
existing competitor, maka Howard lebih memilih menggunakan strategi differensiasi
dengan The Starbucks Experience sebagai senjata andalannya. Terbukti bahwa
perkembangan Starbucks begitu pesat di seluruh dunia dengan The Starbucks
Experience nya, tidak hanya di AS namun juga di eropa dengan budaya minum
kopinya yang classical dan conventional begitu juga di belahan penjuru dunia lainnya.
Dengan The Starbucks Experience yang dijual oleh Starbucks Cafe dan disukai oleh
pelanggan, maka Starbucks dapat memberlakukan harga yang lebih tinggi untuk
secangkir kopi namun total volume sales dari Starbucks Corporation tetap saja tinggi.
Starbucks Corporation menyadari bahwa pasar di AS telah mengalami saturasi
dan berdampak terjadinya kanibalisme di antara gerai-gerai Starbucks Cafe. Oleh
karena itu Starbucks Corporation menyadari bahwa konsep The Starbucks Experience
haruslah diekspor keluar AS dan strategi expansi dan diversifikasi usaha mulai
diterapkan oleh Starbucks Corporation dengan skala global. Pada tahun 2000 Howard
Schultz sebagai owner mengundurkan diri dari posisi CEO of Starbucks Corporation
digantikan oleh Orin Smith dan Jim Donald. Diharapkan dengan kepemimpinan dua
orang ini, Starbucks Corporation bisa focus dengan strategi diversifikasi dan expansi
globalnya. Terbukti sejak tahun 2000, terdapat begitu banyak gerai Starbucks Cafe baru
dibuka di seluruh dunia dengan sistem kerja sama operasi dengan perusahaan lokal.
Starbucks menghindari sistem franchising dengan alasan agar tetap dapat
menguasai kontrol penuh seluruh gerai Starbucks Cafe di seluruh dunia dan Starbucks
Corporation tetap dapat mengontrol pertumbuhan Starbucks Cafe di negara-negara
expansi sehingga tidak terjadi saturasi pasar seperti yang terjadi di AS. Pada tahun 2008
tingkat saturasi di pasar AS begitu tinggi sehingga pada 1 Juli 2008 Starbucks
Corporation menutup 600 gerai Starbucks Cafe di AS dan pada 29 Juli 2008 Starbucks
Corporation juga memberhentikan 1000 karyawannya. Memang bukan merupakan
sebuah keputusan yang populis, namun pertumbuhan Starbucks Cafe di AS harus
dikurangi untuk menjaga volume sales dan margin tetap tinggi di setiap gerai Starbucks
Cafe di AS.
Namun agresivitas Orin Smith dan Jim Donald dalam melakukan expansi dan
diversifikasi usaha membuat Starbucks Corporation melupakan karakteristik awal dari
Starbucks Cafe, yaitu memberikan experience dalam menikmati kopi di tempat ketiga
yang nyaman setelah rumah dan kantor. Oleh karena itu Howard Schultz kembali
menjadi CEO Starbucks Corporation dengan mengemban misi mengembalikan