A.
Latar Belakang
Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus
mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Hal ini disebabkan
manajemen sumber daya manusia mengatur tenaga kerja yang ada di dalam organisasi,
sehingga terwujud tujuan organisasi dan kepuasan kerja karyawan. Manajemen sumber daya
manusia juga dapat menghasilkan kinerja yang baik dalam sebuah perusahaan dengan cara
penilaian, pemberian balas jasa dalam setiap individu anggota organisasi sesuai dengan
kemampuan kerjanya.
Setiap anggota dari suatu organisasi mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri ketika
ia bergabung pada organisasi tersebut. Bagi sebagian karyawan, harapan untuk mendapatkan
uang adalah satu-satunya alasan untuk bekerja, namun yang lain berpendapat bahwa uang
hanyalah salah satu dari banyak kebutuhan yang terpenuhi melalui kerja. Seseorang yang
bekerja akan merasa lebih dihargai oleh masyarakat di sekitarnya, dibandingkan yang tidak
bekerja. Untuk menjamin tercapainya keselarasan tujuan, pimpinan organisasi bisa
memberikan perhatian dengan memberikan kompensasi, karena kompensasi merupakan
bagian dari hubungan timbal balik antara organisasi dengan sumber daya manusia.
financial adalah gaji, tunjangan, bonus (insentif),dan komisi. Sedangkan untuk kompensasi
non-financial diantaranya pelatihan, wewenang dan tanggung jawab, penghargaan atas
kinerja serta lingkungan kerja yang mendukung. Jadi untuk mendapatkan kompensasi yang
sesuai dengan kinerja karyawan maka dibutuhkan pula karyawan - karyawan yang memiliki
potensi yang baik guna tercapainya tujuan bersama. Oleh karena itu di dalam sebuah
kompensasi terdapat beberapa kompensasi berupa kompensasi financial yaitu insentif. Dalam
pencapaian guna memenuhi kebutuhannya maka karyawan harus memiliki kinerja yang baik
agar tercapainya tujuan bersama.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik mungkin maka
dibutuhkan kinerja yang baik dari sehingga terciptanya hasil kerja yang baik juga bagi
perusahaan. Dari kinerja yang baik, karyawan dapat meningkatkan penjualan yang mungkin
melampaui target. Dari Hasil penjualan yang telah melampaui target membuat karyawan
mendapatkan insentif dari hasil penjualan tersebut. Sehingga dengan adanya pemberian
insentif yang diberikan kepada karyawan membuat kinerja yang dihasilkan pun sangat baik
bagi perusahaan.
Pemberian insentif merupakan salah satu hal pokok yang harus diperhatikan oleh
perusahaan. Semangat tidaknya karyawan bisa juga disebabkan oleh besar kecilnya insentif
yang diterima. Apabila karyawan tidak mendapatkan insentif yang sesuai dengan besarnya
pengorbanan dalam bekerja, maka karyawan tersebut cenderung malas bekerja dan tidak
bersemangat yang ada akhirnya mereka bekerja semaunya tanpa ada motivasi yang tinggi.
Dengan adanya pemberian insentif yang tepat serta cara kerja yang baik Sehingga ke
depannya, proses kerja organisasi dapat berjalan sesuai tujuan organisasi. Sedangkan menurut
Rivai (2004:384) mengemukakan bahwa insentif adalah: Bentuk pembayaran yang dikaitkan
dengan kinerja, sebagai pembagian keuntungan bagi karyawan. Begitu juga menurut
Mangkunegara (2002:89), mengemukakan bahwa insentif adalah: suatu bentuk motivasi
yang dinyatakan dalam bentuk uang atas dasar kinerja yang tinggi dan juga merupakan rasa
pengakuan dari pihak organisasi terhadap kinerja karyawan dan kontribusi terhadap
organisasi (perusahaan).
Para ahli diatas semakin menjelaskan bahwa insentif merupakan pemberian uang di
luar gaji yang dilakukan oleh pemimpin organisasi sebagai pengakuan terhadap kinerja
karyawan kepada perusahaan. Apabila insentif yang diberikan perusahaan sudah tepat, maka
insentif yang diberikan akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut.
Efendy (2002 : 194) mengatakan bahwa : Kinerja adalah unjuk kerja yang
merupakan hasil kerja dihasilkan oleh pegawai atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai
dengan perannya dalam organisasi". Menurut Bernadin dan Russel yang dikutip Faustino
(2000;135): Kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu
atau kegiatan selama satu periode tertentu.
Para ahli diatas semakin menjelaskan Kinerja merupakan hasil dan prilaku kerja yang
dihasilkan oleh seorang pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi dalam suatu
periode tertentu. Kinerja pegawai yang baik adalah salah satu faktor yang sangat penting
dalam upaya untuk meningkatan produktivitas. Oleh karena, itu salah satu cara terbaik untuk
meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan memberikan insentif kepada karyawan agar
dapat memotivasi sehingga karyawan lebih meningkatkan lagi kinerjanya, sehingga
kinerjanya meningkat dan perusahaan pun mampu menghasilkan produk dengan harga yang
kompetitif.
PT. Riau Baraharum Coal, yang lebih dikenal sebagai PT RBH COAL, merupakan
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang Tambang batu bara. Perusahaan
memberikan perhatian khusus kepada pembinaan SDM dalam proses alih teknologi untuk
menangani pemeliharaan dan pembangunan perusahaan secara keseluruhan.
Table 1.1
Daftar Insentif
SUB.
JUMLAH
BESAR
GOL
E3
E2
E1
D3
D2
D1
C2
C1
B2
ORANG
1
1
2
5
8
20
10
22
5
INSENTIF
Rp. 4.276.000
Rp. 3.669.000
Rp. 3.180.000
Rp. 3.009.000
Rp. 2.089.000
Rp. 2.010.000
Rp. 1.900.000
Rp.1.865.000
Rp. 981.000
B1
20
94
Rp. 964.000
Rp.23.943.000
KEPANGKATAN
MENEJER
PIMPINAN -1
PIMPINAN -2
STAF -1
STAF -2
KARYAWAN PRODUKSI
KARYAWAN MEKANIK
PENGAMANAN (Security)
KARYAWAN
KEBERSIHAN
BHL (Buruh Harian Lepas)
Jumlah
Sumber
PT.
Riau
Baraharum
Coal (20092011)
RBH COAL menggunakan jenis insetif bonus dimana insentif yang diberikan kepada
pegawai yang mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi terlampaui. Berikut
data rencana penjualan dan realisasi penyaluran batubara.
Tabel 1.2
Data rencana dan penjualan
Tahun
Rencana Penjualan
Realisasi
( ton )
( ton )
2009
355.000
335.564
2010
345.070
331.587
2011
340.863
Sumber: PT. PT RBH COAL tahun 2009-2011
319.138
Berdasarkan tabel di atas, hasil penjualan PT RBH COAL dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir dari tahun 2009 mengalami peningkatan pada tahun 2010 menurun dan 2011 pun
mengalami penurunan.Pemberian insentif di PT RBH COAL di bagian penjualan diberikan
berdasarkan jumlah penjualan yang dihasilkan, dimana insentif yang diberikan kepada
pegawai yang mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku
terlampaui.
Insentif yang diberikan oleh PT RBH COAL berdampak ganda dimana di satu sisi
insentif agak berdampak pada bagian operasi dan di sisi lain insentif diharapkan dapat
mempengaruhi prilaku serta sikap kerja karyawan sesuai dengan pencapaian penjualan yang
di tetapkan oleh PT RBH COAL.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
tentang
kinerja
karyawan.
Berdasarkan
uraian
tersebut,
maka
dapat
diangkat
B.
Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagi berikut :
1. PT. RBH COAL adalah PT yang bergerak dibidang pertambangan batu bara
2. Pemberian insentif kapada Karyawan PT. RBH COAL tidak berjalan lancar
C.
Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah yang akan diteliti hanya
pada pengaruh pemberian insentif terhadap kinerja karyawan pada PT RBH COAL di
Kecamatan Kempas
D.
Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan di atas dapat di tarik sebuah permasalahan yaitu
Bagaimana pengaruh insentif karyawan terhadap kinerja karyawan PT. RBH COAL di
Kecamatan Kempas
E.
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh insentif
terhadap kinerja karyawan PT. RBH COAL di Kecamatan Kempas
F.
a.
Manfaat penelitian
Manfaat praktis :
Bagi perusahaan diharapkan penelitan ini dapat memberikan saran atau masukan kepada
perusahaan guna memberikan insentif yang lebih tepat terhadap kinerja karyawan dalam
perusahaan.
b.
Manfaat teoristis :
Untuk menambah wawasan atau pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumber
daya manusia.
G.
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari 6 (enam) bab ini seperti yang diuraikan dalam
sistematika penulisan berikut ini:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Pada bab ini mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan objek pembahasan antara lain
teori-teori manajemen sumberdaya manusia, pengertian insentif, tujuan insentif, syarat-syarat
pemberian insentif, jenis-jenis insentif, pengertian kinerja serta factor-faktor yang mempengaruhi
kinerja, hipotesa, dan variable penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, tehknik
pengumpulan data serta analisis data.
BAB IV
BAB V
Dalam bab ini dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan berupa kebijaksanaan pemberian
kompensasi, kaitan antara kebutuhan hidup minimum (KHM) dan kepemimpinan kinerja karyawan
BAB VI
H.
Telaah pustaka
A.
1.
Jadi, pada dasarnya manajemen sumber daya manusia lebih memfokuskan tugasnya pada
peranan manusia dalam mewujudkan tujuan peusahan yang optimal. Manajemen sumberdaya
manusia juga merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara mendapatkan sumberdaya manusia
untuk mengembangkan dan menigkatkan kualitas dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan
organisasi.
2.
1)
Tujuan organisasional
Tujuan organisasional pada dasarnya adalah untuk mencapai efektifitas maksimal dari suatu
organisasi dengan menggerakan dan mengefektifkan sumberdaya manusia dimasing-masing
organisasi
2)
Tujuan fungsional
Secara fungsional tujuan manajemen sumberdaya manusia pada setiap organisasi adalah harus sesuai
dengan tujuan organisasi di masa akan datang.
3)
Tujuan social
Setiap orang apapun tujuannya harus mengingat akibatnya bagi kepentingan masyarakat umum,
disamping kepentingan masyarakat internal organisasi.
4)
Tujuan personal
Kepentingan personal atau individu dalam organisasi juga harus diperhatikan oleh setiap menejer
terutama menejer sumberdaya manusia, dan haris disesuaikan dengan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
3.
1)
2)
Rekrutmen (Recruitment)
3)
4)
Orientasi (Orientation)
5)
Penempatan (Placement)
6)
7)
Pengembangan (Development)
8)
9)
Kompensasi (Compentation)
10)
11)
12)
4.
selanjutnya adalah penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan besarnya beban
pekerjaan dalam perusahaan, untuk menentukan jumlah tenaga kerja ini menurut (Simamora, Hendry,
2000 : 56)
1)
2)
bersedia, untuk itu diperlukan suatu analisa tenaga kerja dengan memperhatikan dua masalah utama
yang dapat mengakibatkan kurangnya tenaga kerja tersebut.
3)
Tingkat Absensi
Seseorang dikatakan absensi apabila orang tersebut tidak dapat hadir melaksanakan tugasnya.
Semakin tinggi jumlah absensiakan menyebabkan kesulitan pencapaian tujuan. Menurut
(Ranupanggojo, Heidjrahman, dan Suad Husnan 2002:35) tingkat absensi dapat ditentukan dengan
rumus:
4)
B.
Insentif
1)
Pengertian Insentif
Berbagai cara dilakukan para manajer untuk menggerakkan karyawan agar bekerja
dengan segala daya upayanya dalam mencapai tujuan perusahaan. Menggerakkan berarti
mendorong karyawan atau pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya disertai dengan
motivasi kerja yang tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang yang bekerja baik
pada perusahaan swasta maupun instansi pemerintah, tentunya mengharapkan adanya balas
jasa atau imbalan yang diberikan atas sumbangan kerja, pikiran dan waktu yang
diberikannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan diberikannya insentif kepada
karyawan. Untuk memperoleh pengertian lebih jelas tentang insentif di bawah ini dijelaskan
teori-teori insentif oleh beberapa ahli manajemen:
Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan, mengatakan sebagai berikut Pengupahan
insentif dimaksudkan untuk memberikan upah atau gaji yang berbeda karena beberapa
prestasi kerja, guna meningkatkan produktivitas karyawan dan mempertahankan karyawan
yang berbeda prestasinya untuk tetap berada dalam perusahaan.
Menurut Sarwoto, bahwa Insentif merupakan suatu sarana motivasi dapat diberi
batasan perangsang atau pendorong yang diberikan sengaja kepada para pekerja agar dalam
diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi.
Menurut Gary Dessler yang diterjemahkan oleh Agus Dharma,yaitu: Insentif
finansial adalah ganjaran finansial yang diberikan kepada karyawan yang tingkat produksinya
melampaui standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Keith Davis dan William B. Werther, mengatakan bahwa : Insentive system
link compensation and performance by rewarding empolyee for their actual result, not for
seniority or for hours worked. (Bahwa sistem insentif menghubungkan kompensasi dan
prestasi kerja karyawan dengan membayar paling sesuai dengan hasil kerja mereka dan bukan
karena kesenioritasan atau lamanya bekerja).
Menurut Moekijat, bahwa insentif yang bentuknya sederhana adalah standard
potongan yang menghubungkan pendapatan dengan produktifitas dan dapat menggunakan
premi, bonus atau bermacam-macam standard untuk memberikan imbalan jasa kepada
pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik.
Dari pengertian insentif di atas, dapat disimpulkan bahwa insentif merupakan salah
satu bentuk rangsangan yang sengaja diberikan oleh perusahaan kepada segenap pekerjanya
agar para pekerja tersebut termotivasi dan mau bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.
2)
1)
2)
3)
1.
Jenis-jenis insentif
Menurut pendapat Garry Dessler terjemahan Agus Dharma, insentif terdiri dari :
Finansial insentif
Non Finansial insentif
Sosial insentif.
Finansial Insentif
Meliputi beberapa sistem penghargaan berupa finansial yang diberikan dalam bentuk
uang sebagai alat utama yang dapat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan pokok
mereka. Dalam pemberian insentif ini terdapat perbedaan, hal ini disebabkan adanya tingkat
1.
atau golongan yang berbeda dari setiap karyawan dalam suatu perusahaan, berupa:
Bonus. Dibayarkan sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan. Dihitung
dari persentase dari laba perusahaan yang melebihi jumlah tertentu dan dimasukkan ke dalam
2.
3.
4.
peserta.
Penbayaran Yang Ditangguhkan. Merupakan jenis pembayaran balas jasa yang mencakup
1)
2)
Pensiun. Pensiun ini dibiayai sendiri oleh karyawan, sewaktu karyawan tersebut masih aktif
bekerja. Dana pensiun diperoleh dengan memotong gaji karyawan tiap bulan sewaktu
karyawan tersebut masih aktif bekerja
Pembayaran Kontraktual. Suatu pelaksanaan perjanjian antara majikan dengan pegawai, di
3)
mana pegawai yang selesai masa kerjanya dibayar dengan jumlah uang selama periode
tertentu.
2.
1)
2)
3)
4)
5)
3.
Sosial Insentif
Sosial insentif ini tidak jauh berbeda dengan non finansial insentif, tetapi sosial
insentif lebih cenderung pada keadaan dan sikap dari para rekan sekerjanya. Menurut
Sarwoto, jenis-jenis insentif dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
Insentif Material
Insentif ini meliputi sistem penghargaan berupa finansial yang memungkinkan
4.
hari. Ada beberapa macam pemberian insentif ini, yaitu :Bonus, terdiri dari :
Berupa uang yang dibayarkan sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan yang telah
dilaksanakan.
b) Dalam perusahaan yang menggunakan sistem insentif lazimnya beberapa persen dari laba
yang melebihi jumlah tertentu dimasukkan ke dalam sebuah dana bonus dan kemudian
jumlah tersebut dibagi-bagi antara pihak yang akan diberikan bonus.
2. Komisi. Merupakan sejenis bonus yang akan dibayarkan kepada pihak bagian penjualan yang
menghasilkan penjualan yang melebihi target.
3. Profit Sharing. Dalam hal pembayarannya dapat diikuti bermacam-macam pola, tetapi
biasanya mencakup pembayarannya, berupa sebagian dari laba hasil yang disetorkan ke
dalam setiap peserta.
4. Kompensasi Yang Ditangguhkan
a) Pensiun. Di Indonesia program ini sebagian besar diberlakukan untuk para pegawai negeri di
mana perusahaan memotong gaji setiap bulannya pada saat karyawan tersebut masih aktif
bekerja.
b) Pembayaran Kontraktual. Suatu pelaksanaan perjanjian antara pimpinan dan pegawai, di
mana pegawai setelah selesai masa kerja dibayarkan seumlah uang tertentu selama periode
waktu tertentu.
c) Jaminan Sosial. Lazimnya diberikan secara kolektif, tidak ada unsur kompetitif dan setiap
karyawan dapat memperolehnya secara rata dan otomatis. Bentuknya antara lain : Pemberian
rumah dinas, pengobatan secara Cuma-Cuma, pemberian kredit kepada pekerjaan atas
barang-barang yang dibelinya dari kopersasi perusahaan, cuti sakit dengan tetap mendapatkan
pembayaran gaji, pemberian status belajar, dan lain-lain.
5.
3)
1.
1)
Yaitu perolehan insentif yang dikaitkan secara langsung dengan jumlah yang
dihasilkan dengan membayar orang yang bersangkutan sesuatu upah potongan bagi tiap unit
yang dihasilkan. Keuntungan program kerja borongan cara ini tidak rumit dan mudah
dipahami oleh pegawai, secara prisip tampak adil dan nilai insentifnya dapat menjadi sangat
kuat karena ganjaran dikaitkan secara langsung dengan prestasi. Kelemahan dengan adanya
kebiasaan beberapa pengusaha yang secara semena-mena menaikkan standard produksi
kapan saja mereka merasa bahwa karyawan memperoleh upah yang berlebihan.
Program jam standard
Karyawan diberikan imbalan berdasarkan prosentase premi yang sama dengan
2)
prosentase hasil yang dicapainya di atas standard. Program ini berasumsi karyawan memiliki
jaminan upah pokok insentif diungkapkan dalam bentuk unit waktu dan bukan dalam bentuk
unit uang.
Program Insentif Kelompok
3)
Insentif Jangka pendek (bonus tahunan).Yang bertujuan untuk memotivasi prestasi para
adalah mendorong para eksekutif untuk dapat bekerja dalam perusahaan dengan menyediakan
kesempatan bagi mereka mengakumulasikan modal (seperti: saham perusahaan) yang
didasarkan atas keberhasilan perusahaan jangka panjang.
3.
4.
Merupakan suatu gaji yang diberikan kepada seorang pegawai atas prestasi perorangan yang
dicapai. Bayaran bajik mewakili suatu kenaikan berlanjut.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dikendalikan oleh kelompok. Dapat misalnya menggunakan kriteria yang luas seperti jam
kerja total per produk final. Standard yang direkayasa dari kerja yang dibayarkan berdasarkan
hasil kerja dengan demikin tidak perlu dituntut di sini.
6.
1. Pembagian tunai
2. Pembagian yang ditangguhkan
Bila tipe pertama yang digunakan, karyawan menerima pembagian laba dalam bentuk
tunai paling sedikit setahun sekali sedangkan bentuk tipe yang kedua berarti laba yang
dibagikan dikaitkan dengan rencana pensiun karyawan, pada saat kematian atau ketidak
mampuan bekerja.
2.
3.
Program scalon
Merupakan program insentif yang menjamin timbulnya prestasi yang tinggi dengan
menyesuaikan tujuan perusahaan dan karyawannya. Program ini mempunyai tiga unsur
utama, yaitu :
2.
1.
2.
3.
4.
3.
Tujuan Karyawan
Karyawan biasanya mencari perusahaan yang menyediakan insentif karena
mengurangi biaya asuransi mereka. Insentif dalam bentuk asuransi yang diberikan kepada
kelompok akan menghemat biaya admimistrasi dan penjualan bagi perusahaan asuransi
dibanding polis asuransi dibanding polis asuransi bagi individu.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan tujuan memberikan insentif tersebut
adalah untuk mempertahankan karyawan serta menambah motivasi kerja dan kegairahan
kerja mereka, sehingga karyawan terpacu untuk lebih berprestasi dan pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan
yang telah ditetapkan.
8.
1.
2.
3.
4.
Tingkat produktivitas
Dengan adanya produktivitas yang tinggi, maka makin meningkat pula keuntungan
perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengurangi pemborosan biaya dan insentif yang
diberikan kepada karyawan meningkat pula.
9.
Untuk dapat melaksanakan kebijaksanaan pemberian insentif yang efektif harus ada
pedoman-pedoman tertentu yang melibatkan bukan saja atasan tapi juga karyawan dengan
maksud agar dalam penerapannya tidak terjadi kesalah pahaman antara kedua belah pihak,
sehingga antara atasan dan bawahan saling pengertian dan lebih bersifat adil.
Menurut Gary Dessler dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Agus Dharma, ada beberapa
pedoman untuk menyusun program insentif yang efektif :
1.
Pastikan bahwa upaya dan ganjaran berkaitan secara langsung, insentif dapat memotivasi
karyawan, jika mereka melihat adanya kaitan antara upaya yang mereka lakukan dengan
ganjaran yang disediakan. Oleh karena itu, program insentif hendaknya menyediakan
ganjaran kepada karyawan dalam proporsi yang sesuai dengan peningkatan produktivitas
mereka. Karyawan harus berpandangan bahwa mereka dapat melakukan tugas yang
diperlukan sehingga standard yang ditetapkan dapat tercapai.
2.
Ganjaran yang tersedia haruslah bernilai bagi karyawan, agar insentif dapat memotivasi
karyawan ganjaran yang disediakan haruslah menarik karena kebutuhan tiap orang berbedabeda maka daya tarik insentif pun berbeda-beda.
3.
Pengkajian metode dan prosedur yang seksama. Program insentif yang efektif umumnya
didasarkan atas suatu studi metode kerja yang cermat. Melalui observasi dan pengukuran
yang seksama, maka dapat ditetapkan program insentif yang disusun berdasarkan standard
tersebut.
4.
Program insentif haruslah dapat dipahami dan dikalkulasikan dengan mudah oleh pegawai,
para karyawan diharapkan dapat mudah menghitung ganjaran yang bakal diterima dalam
berbagai level upaya, dengan melihat kaitan antara upaya dengan ganjaran. Oleh karena itu,
program tersebut sebaiknya dapat dimengerti dan mudah dikalkulasi.
5.
Susun standar yang efektif, standar yang mendasari pemberian insentif ini sebaiknya efektif,
di mana standar dipandang sebagai hal yang wajar oleh karyawan, standar sebaiknya
ditetapkan cukup masuk akal, sehingga dalam upaya mencapainya terdapat kesempatan
berhasil 50-50 dan tujuan yang akan dicapai hendaknya spesifik, artinya tujuan secara
terperinci dan dapat diukur karena hak ini dipandang lebih efektif.
6.
Jaminan standar yang akan ditetapkan, dewasa ini, para karyawan sering curiga bahwa upaya
melampaui standar akan mengakibatkan makin tingginya standar untuk melindungi
kepentingan jangka panjang, maka mereka tidak berprestasi di atas standar sehingga
mengakibatkan program insentif gagal. Oleh karena itu, penting bagi pihak perusahaan untuk
memandang standar yang ditetapkan sebagai suatu kontrak dengan pihak karyawan.
7.
Jaminan upah pokok perhari, terutama bagi karyawan pabrik, pihak perusahaan disarankan
untuk menjamin adanya upah pokok bagi karyawan, baik dalam perjam, hari, bulan, dan
sebagainya agar mereka tahu bahwa apapun yang terjadi mereka akan memperoleh suatu
upah minimum yang terjamin.
C.
Kinerja
1.
Pengertian Kinerja
Didalam perusahaan yang menjadi perhatian utama pihak manajemen adalah tingkat kinerja
tenaga kerja dan pihak manajemen lebih menonjolkan serta memfokuskan dalam mengurus tenaga
kerja.
Menurut ( Kartono, Kartini, 2002 : 32) Pengertian kinerja adalah kemampuan dalam
menjalankan tugas dan pencapaian standar keberhasilan yang telah ditentukan oleh instansi kepada
karyawan sesuai dengan job yang diberikan kepada masing-masing karyawannya..
Sementara menurut (Simamora, Hendry, 2004 : 327) kinerja merupakan tingkat kepuasan
para karyawan dalam mencapaii persyaratan-persyaratan pekerjaan atau pencapaian dari asfek
kuantitatif maupun kualitatif dari pelaksanaan.
Adapun pengertian lain dari kinerja adalah kinerja merupakan proses formal untuk melakukan
peninjauan ulang dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara priodik, (Sisgian P. Sondang, 2002 :
248)
2.
Kualitas atau kemampuan fisik karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, motivasi, etos kerja
dan kemampuan kerja karyawan yang bersangkutan yaitu :
a.
pendidikan adalah memberi pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi
pula tingkat produktifitas seseorang karyawan dan juga semakin mampu dalam mengembangkan diri
dan kemampuan dalam memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya.
b.
Program pelatihan yang diikuti keterampilan dengan cara-cara yang tepat dalam mengunakan
peralatan kerja. Pendidikan bersifat umum sedangkan pelatihan bersifat khusus dan tehnik oprasional.
c.
pemberian motivasi adalah bersifat mental yang memerlukan tehnik-tehnik tertentu dan
d.
Sarana pendukung
Sarana pendukung untuk peningkatan produktifitas kerja karyawan dapat dikelompokkan yaitu :
a.
kegairahan semangat dan kecepatan kerja, terutama dalam tegnologi dan cara berproduksi yang
digunakan.
b.
Kesejahteraan karyawan yang tercermin pada tingkat kompensasi dan jaminan sosial, hal ini
dapat meningkatkan kemampuan fisik karyawan dan juga membutuhkan semangat kerja.
Adapun menurut Simamora, Hendry 2002 : 330 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah :
1.
Karakteristik situasi
Bagai mana lingkungan dan organisasi mempengaruhi pelaksanaan kinerja dalam organisasi.
lingkungan menempatkan tuntutan-tuntutan kinerja didalam organisasi dan para karyawan terhadap
pekerjaannya. organisasi juga mempengaruhi kinerja, menentukan siapa yang memiliki tanggung
jawab untuk penilaian.
2.
program evaluasi haruslah menyediakan cara yang sistematis untuk mempertimbangkan perbedaan-
perbedaanini dan memastikan evaluasi yang konsisten diseluruh pekerjaan dan karyawan yang
mendudukinya.
3.
struktur organisasi tersebut. karyawan merupakan kelompok orang-orang kecil dalam organisasi dan
ditempatkan pada line paling depan, yang mempunyai arti cukup besar dalam meningkatkan
instansinya. tingkat efesiensinya kerja dapat tercapai jika didukung oleh manajemen yang mapan.
kelemahan manajemen dapat menimbulkan kesalahan dalam menempatkan tenaga kerjanya.
Hal
tersebut berakibat timbulnya keresahan kerja, turunnya semangat dan gairah kerja,
kekeliruan dalam menjalankan tugas, dan turunnya produkttifitas. Untuk meningkatkan kinerja,
perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan karyawan saat bekerja atau setelah pensiun harus ada
jaminan dari perusahaan. hal ini merupakan motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja
mereka. Menurut (Agus Tulus, Muhammad, 2002 : 213) kesejahteraan itu dapat berbentuk :
a.
Askes
b.
c.
d.
Insentif
Menurut (Manullang, M, 2002 : 42) Motivasi berasal dari bahasa latin "Mofere" yang berarti
dorongan atau gerakan. motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi
bawahan agar mau bekerja sama secara produktif untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan.
Motivasi yang diberikan kepada bawahannya khususnya merupakan dorongan yang sangat
berpengaruh kepada peningkatan kemajuan yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Motivasi yang diberikan atasan kepada bawahan hendaklah yang sesuai dan membuat rasa puas bagi
bawahan lebih giat bekerja. Dengan adanya perhatian yang diberikan pimpinan kepada bawahannya
sudah ada nilai tersendiri bagi bawahan bahwa mereka sudah diperhatikan baik, dorongan untuk lebih
rajin bekerja maupun dorongan untuk loyal kepada perusahaan.
I.
Hipotesis
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan telaah pustaka pada bagian sebelumnya,
J.
Variabel penelitian
Dalam penelitian ini adapun variabel penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1.
Insentif
2.
Kinerja karyawan