Anda di halaman 1dari 2

Calon Guru, Katanya...

Menjadi seorang guru? Sama sekali bukan menjadi impianku sejak


awal. Aku berangan-angan kelak aku menjadi seorang PNS. Pernah
suatu waktu, ketika guru Bahasa Indonesia di SMA bertanya cita-citaku
ingin menjadi apa? Lantas aku jawab ingin jadi PNS, Bu. Entah aku
tak tahu mengapa waktu itu aku ingin sekali menjadi seorang PNS.
Terlebih menjadi PNS di Dinas Keuangan.
Dulu untuk merealisasikan mimpiku tersebut aku berusaha matimatian untuk dapat menembus ujian saringan masuk Sekolah Tinggi
Akuntasi Keuangan Negara atau sekarang lebih dikenal dengan PKNSTAN. Etosku sangat menggebu-gebu untuk dapat menaklukan ujian
saringan masuk. Siapa yang tak ingin menjadi PNS dengan gaji minimal
15 juta/bulan coba? Menjadi pegawai Dirtjen Pajak tentunya lebih
menggoda, menggoda iman dengan gaji sebesar itu.
Persiapanku sudah hampir 80%. Mulai dari mempelajari soal-soal
STAN dari 15 tahun kebelakang, mengikuti tryout yang diadakan
organda, sampe bertanya tentang seluk beluk mengenai PKN-STAN
kepada kakak kelas yang kebetulan sudah pernah berfoto di depan air
mancur PKN-STAN. Namun, ketika ada isu bahwa pendaftaran PKNSTAN 2015 ditiadakan sebagai akibat adanya moratorium dari
Pemerintah, hingga pertimbangan keluarga karena saat itu yang katanya
PKN-STAN sudah tidak terikat dinas lagi serta ada order dari
seseorang agar baiknya aku tak mendaftardi PKN-STAN, menjadikan
semangatku layu. Terlebih ketika tahu bahwa di pengumunan SNMPTN
berlabelkan warna merah. Aku bingung bukan kepalang kemana lagi aku
harus melanjutkan mimpiku menjadi seorang PNS? Atau apakah

sebaiknya aku mengubur mimpiku itu? Aaah, dengan pertimbangan


matang dari keluarga akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar di
perguruan tinggi keguruan. Dan hingga detik ini aku masih menjadi
mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Semarang.
Walaupun mimpiku untuk menjadi pegawai Dirtjen Pajak sudah
terkubur dalam, setidaknya di Universitas PGRI Semarang aku kembali
menemukan mimpiku yang dulu pernah terkubur. Syukur aku bisa
mewujudkan mimpiku menjadi seorang jurnalis di LPM Vokal,
organisasi yang bergerak di bidak kejurnalistikan.
Sampa saat ini aku masih tak percaya jika nantinya aku akan
menjadi seorang guru. Tak bisa ku bayangkan bagaimana nantinya aku
mengajar murid-muridku.
Seakan aku masuk ke lubang yang salah. Aku sudah meninggalkan
mimpiku demi seseorang, dan seseorang tersebut meninggalkan aku
demi impiannya. Nyatanya sekarang seseorang itu tak sungguh-sungguh
meraih impiannya. Jadi? Aku percaya pada kebohongannya. Tapi
tunggu, semua ini tidak akan terjadi tanpa adanya campur tangan Allah
bukan? Aku yakin Allah sudah menggariskan takdirku untuk menjadi
seorang guru. Yaaa, sekarang aku calon guru, katanya.

Anda mungkin juga menyukai