Anda di halaman 1dari 33

MEDAN MAGNET

Mata Kuliah Bahan Magnetik dan Superkonduktor


Dosen Pengampu : Dr. Risdiana, M. Eng

Disusun Oleh :
VIKA MARCELINA
140310130020

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3

Tujuan........................................................................................................1

1.4

Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3


2.1

Magnet.......................................................................................................3

2.1.1

Sejarah Magnet..................................................................................3

2.1.2

Pengertian Magnet.............................................................................3

2.1.3

Jenis-jenis Magnet..............................................................................5

2.2

Medan Magnet (H)....................................................................................8

2.2.1
2.3

Medan Magnet oleh Arus Listrik.......................................................9

Induksi Magnet (B)..................................................................................11

2.3.1

Medan Magnet Menghasilkan Arus Listrik.....................................12

2.3.2

Hukum Faraday................................................................................14

2.4

Magnetisasi..............................................................................................15

2.5

Aplikasi Magnet......................................................................................16

BAB III KESIMPULAN........................................................................................19


DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20
LAMPIRAN...........................................................................................................22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bentuk-bentuk Magnet .....
5
Gambar 2.2 Membuat Magnet dengan Cara Menggosok .....
6
Gambar 2.3 Membuat Magnet dengan Cara Induksi
7
Gambar 2.4 Membuat Magnet dengan Cara Arus Listrik ...
8
Gambar 2.5 Tiga Cara Menghilangkan Kemagnetan
8
Gambar 2.6 Garis Gaya Medan yang Selalu Mengarah dari Kutub Utara ke
Selatan ...
9
Gambar 2.7 Pengaruh Arus Listrik terhadap Penunjukan Arah Jarum Kompas .......
10
Gambar 2.8 Kaidah Tangan Kanan .......
10
Gambar 2.9 Perangkat Percobaan Faraday ..
12
Gambar 2.10 Pada Saat Awal, Tidak Ada Arus Terukur pada Galvano Karena
Tidak Ada Perubahan Fluks Magnet yang Terjadi pada Lilitan ...
13
Gambar 2.11 Ketika Magnet Mulai Didekatkan Terjadi Penambahan Fluks
Magnet Pada Lilitan Kawat Sehingga Timbul Arus Listrik yang Menimbulkan
Medan Magnet Melawan Arah Medan Magnet Semula .......
13
Gambar 2.12 Arah Arus Induksi Sedemikian Sehingga Melawan Perubahan
Fluks Magnet Penginduksinya .
14

Gambar 2.13 Medan Magnetik Menembus Luas Penampang A ..


15
Gambar 2.14 Kompas ...
16
Gambar 2.15 Dinamo Sepeda ...
17
Gambar 2.16 Rel Kereta Maglev ..
17
Gambar 2.17 Motor Listrik ...
18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gejala magnetism, seperti halnya listrik, juga telah diamati manusia
beberapa abad sebelum masehi. Sebuah material berwarna hitam yang disebut
lodestone dapat menarik besi dan benda logam lainnya. Pada tahun 1269, de
Maricourt melakukan studi tentang magnet dan mengamati adanya sepasang kutub
pada benda magnetik. Kutub-kutub ini kemudian disebut dengan kutub utara
dan kutub selatan. Jika kedua kutub yang sama didekatkan maka akan saling
menolak dan begitupun sebaliknya jika kutub berlainan didekatkan maka akan
saling menarik.
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan
magnet. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak
sekali aplikasi dari bahan-bahan magnet yang digunakan untuk berbagai macam
kebutuhan pada masa kini. Namun tidak banyak yang mengetahui bagaimana
sejarah dan berbagai hal yang menyangkut kemagnetan. Oleh karena itu, penting
bagi kita untuk mengetahui gejala kemagnetan, baik itu medan magnet maupun
induksi magnet sebagai respon dari bahan (medium) ketika pada bahan tersebut
terdapat medan magnet (H) yang ditimbulkan oleh arus listrik yang disebut
sebagai induksi magnet (B).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ide munculnya sifat kemagnetan?
2. Bagaimana konsep medan magnet (H) dan induksi magnet (B)?
3. Apa perbedaan medan magnet (H) dengan induksi magnet (H)?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat kemagnetan suatu bahan.
2. Mempelajari konsep medan magnet (H) dan induksi magnet (B).
3. Mengetahui perbedaan medan magnet (H) dengan induksi magnet (H).

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah kali ini diharapkan penulisan dan pembaca
memperoleh informasi atau ilmu mengenai konsep medan dan induksi magnet
yang nantinya akan bermanfaat sebagai dasar untuk mempelajari konsep bahan
magnetik selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Magnet

2.1.1 Sejarah Magnet


Gejala kemagnetan merupakan cikal bakal berkembangnya pengetahuan
tentang kelistrikan [1]. Magnet pertama kali diketahui secara alami terjadi pada
lodestone yang merupakan bijih besi yang disebut magnetit (Fe3O4). Orang Yunani
kuno dan Cina menemukan bahwa lodestone selalu mensejajarkan diri dalam arah
longitudinal jika dirotasikan secara bebas. Karena sifat tersebut, lodestone dibuat
menjadi kompas 2000 tahun lalu yang pertama kali digunakan dari magnet [2].
Awal abad ke 12, magnet mulai digunakan sebagai kompas karena sifatnya
yang selalu menunjuk arah utara dan selatan bumi sifat kutub magnet mulai diselidiki
ilmuwan, diantaranya [1]:

Pierre de Maricourt (1269) menemukan garis medan magnet pada magnet

berbentuk bola.
William Gilbert (1600) menemukan sifat kemagnetan bumi.
John Michell (1750) menemukan hubungan gaya magnet dengan jarak antar

magnet.
HC. Oersted, Andre-Marie Ampere, Biot dan Savart (awal abad 19) menemukan

hubungan listrik dan magnet.


M. Faraday dan J. Henry (1830) menemukan hubungan medan magnet dengan

medan listrik.
J. C. Maxwell (1860) menyusun teori dan konsep elektromagnetik.

2.1.2 Pengertian Magnet


Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan
magnet. Asal kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di Asia
kecil. Menurut cerita di daerah itu sekitar 4.000 tahun yang lalu telah ditemukan
sejenis batu yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja atau campuran logam

lainnya. Benda yang dapat menarik besi atau baja inilah yang disebut magnet. Di
dalam kehidupan sehari-hari kata magnet sudah sering kita dengar, namun sering
juga berpikir bahwa jika mendengar kata magnet selalu berkonotasi menarik benda.
Untuk bisa mengambil suatu barang dari logam (contoh obeng besi) hanya dengan
sebuah magnet, misalkan pada peralatan perbengkelan biasanya dilengkapi dengan
sifat magnet sehingga memudahkan untuk mengambil benda yang jatuh di tempat
yang sulit dijangkau oleh tangan secara langsung. Bahkan banyak peralatan yang
sering digunakan, antara lain bel listrik, telepon, dinamo, alat-alat ukur listrik,
kompas yang semuanya menggunakan bahan magnet [3].
Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah
banyak dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri atas
magnet-magnet kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur), magnetmagnet kecil ini disebut magnet elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet
elementernya mempunyai arah sembarangan (tidak teratur) sehingga efeknya saling
meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub-kutub magnet pada ujung
logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu: utara dan selatan. Kutub magnet
adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet yang
paling besar berada pada kutub-kutubnya [3].
Benda dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan sifat kemagnetannya
yaitu benda magnetik dan benda non-magnetik. Benda magnetik adalah benda yang
dapat ditarik oleh magnet, sedangkan benda non-magnetik adalah benda yang tidak
dapat ditarik oleh magnet [4]. Magnet dapat menarik benda lain, beberapa benda
bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua
logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua
contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan
oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh
magnet. Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik Satuan Internasional (SI)
adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber (1 weber/m 2 = 1
tesla) yang mempengaruhi luasan satu meter persegi [3].
4

2.1.3 Jenis-jenis Magnet


Berdasarkan sifat kemagnetannya magnet dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu [3]:
a. Magnet permanen.
Magnet permanen adalah suatu bahan yang dapat menghasilkan medan magnet yang
besarnya tetap tanpa adanya pengaruh dari luar atau disebut magnet alam karena
memiliki sifat kemagnetan yang tetap. Magnet permanen dibuat orang dalam berbagai
bentuk dan dapat dibedakan menurut bentuknya menjadi :
Magnet batang
Magnet ladam (sepatu kuda)
Magnet jarum
Magnet silinder
Magnet lingkaran

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk Magnet [6]


b. Magnet remanen
Magnet remanen adalah suatu bahan yang hanya dapat menghasilkan medan magnet
yang bersifat sementara. Medan magnet remanen dihasilkan dengan cara mengalirkan
arus listrik atau digosok-gosokkan dengan magnet alam. Bila suatu bahan pengantar
dialiri arus listrik, besarnya medan magnet yang dihasilkan tergantung pada besar
arus listrik yang dialirkan. Medan magnet remanen yang digunakan dalam praktek
kebanyakan dihasilkan oleh arus dalam kumparan yang berinti besi. Agar medan
magnet yang dihasilkan cukup kuat, kumparan diisi dengan besi atau bahan sejenis

besi dan sistem ini dinamakan elektromagnet. Keuntungan elektromagnet adalah


bahwa kemagnetannya dapat dibuat sangat kuat, tergantung dengan arus yang
dialirkan. Dan kemagnetannya dapat dihilangkan dengan memutuskan arus listriknya.
Prinsip membuat magnet adalah mengubah susunan magnet elementer yang
tidak beraturan menjadi searah dan teratur. Ada tiga cara membuat magnet, yaitu
menggosok, induksi, dan arus listrik [7].
1. Membuat Magnet dengan Cara Menggosok
Besi yang semula bukan magnet, dapat dijadikan magnet. Caranya besi
digosok dengan salah satu ujung magnet tetap. Arah gosokan dibuat searah agar
magnet elementer yang terdapat pada besi letaknya menjadi teratur dan mengarah ke
satu arah. Apabila magnet elementer besi telah teratur dan mengarah ke satu arah,
dikatakan besi dan baja telah menjadi magnet. Ujung-ujung besi yang digosok akan
terbentuk kutub-kutub magnet. Kutub-kutub yang terbentuk tergantung pada kutub
magnet yang digunakan untuk menggosok. Pada ujung terakhir besi yang digosok,
akan mempunyai kutub yang berlawanan dengan kutub ujung magnet penggosoknya
[7].

Gambar 2.2 Membuat Magnet dengan Cara Menggosok [7]


2. Membuat Magnet dengan Cara Induksi
Besi dan baja dapat dijadikan magnet dengan cara induksi magnet. Besi dan
baja diletakkan di dekat magnet tetap. Magnet elementer yang terdapat pada besi dan
baja akan terpengaruh atau terinduksi magnet tetap yang menyebabkan letaknya
teratur dan mengarah ke satu arah. Besi atau baja akan menjadi magnet sehingga
dapat menarik serbuk besi yang berada di dekatnya. Ujung besi yang berdekatan

dengan kutub magnet batang, akan terbentuk kutub yang selalu berlawanan dengan
kutub magnet penginduksi. Apabila kutub utara magnet batang berdekatan dengan
ujung A besi, maka ujung A besi menjadi kutub selatan dan ujung B besi menjadi
kutub utara atau sebaliknya [8].

Gambar 2.3 Membuat Magnet dengan Cara Induksi [7]


3. Membuat Magnet dengan Cara Arus Listrik
Selain dengan cara induksi, besi dan baja dapat dijadikan magnet dengan
arus listrik. Besi dan baja dililiti kawat yang dihubungkan dengan baterai. Magnet
elementer yang terdapat pada besi dan baja akan terpengaruh aliran arus searah (DC)
yang dihasilkan baterai. Hal ini menyebabkan magnet elementer letaknya teratur dan
mengarah ke satu arah. Besi atau baja akan menjadi magnet dan dapat menarik
serbuk besi yang berada di dekatnya. Magnet yang demikian disebut magnet listrik
atau elektromagnet. Besi yang berujung A dan B dililiti kawat berarus listrik. Kutub
magnet yang terbentuk bergantung pada arah arus ujung kumparan. Jika arah arus
berlawanan jarum jam maka ujung besi tersebut menjadi kutub utara. Sebaliknya,
jika arah arus searas putaran jarum jam, maka ujung besi tersebut terbentuk kutub
selatan. Dengan demikian, ujung A kutub utara dan B kutub selatan atau sebaliknya
[8].

Gambar 2.4 Membuat Magnet dengan Cara Arus Listrik [9]


Sebuah magnet akan hilang sifat kemagnetannya jika magnet dipanaskan,
dipukul-pukul, dan dialiri arus listrik bolak-balik. Magnet yang mengalami
pemanasan dan pemukulan akan menyebabkan perubahan susunan magnet
elementernya. Akibat pemanasan dan pemukulan magnet elementer menjadi tidak
teratur dan tidak searah. Penggunaan arus AC menyebabkan arah arus listrik yang
selalu berubah-ubah. Perubahan arah arus listrik memengaruhi letak dan arah magnet
elementer. Apabila letak dan arah magnet elementer berubah, sifat kemagnetannya
hilang [10]

Gambar 2.5 Tiga Cara Menghilangkan Kemagnetan [10]


2.2

Medan Magnet (H)


Medan magnet adalah daerah disekitar magnet yang masih merasakan adanya

gaya magnet. Jika sebatang magnet diletakkan dalam suatu ruang, maka terjadi
perubahan dalam ruang ini yaitu dalam setiap titik dalam ruang akan terdapat medan

magnetik. Arah medan magnetik suatu ruangan didefinisikan sebagai arah yang
ditunjukkan oleh kutub utara jarum kompas yang diletakkan disekitar medan magnet
tersebut[3].

Gambar 2.6 Garis Gaya Medan yang Selalu Mengarah dari Kutub Utara ke
Selatan [11]
Sebagaimana pada muatan listrik, sebuah dipol magnet (yang merupakan
satuan terkecil magnet) memiliki medan magnet yang arahnya dari kutub utara
menuju kutub selatan. Hal ini mirip seperti pada muatan listrik positif, medan listrik
mengarah keluar menjauhi muatan, dan pada muatan negatif sebaliknya. Benda-benda
logam (magnetik) yang berada di sekitar medan magnet akan mengalami gaya
magnetik, seperti halnya gaya coulomb pada listrik [11].
2.2.1 Medan Magnet oleh Arus Listrik
Medan magnet adalah sebuah besaran yang muncul karena adanya pergerakan
muatan listrik (arus listrik) pada sebuah bahan magnetik. Penemuan tentang arus
listrik yang dapat memunculkan medan magnet, pertama kali dipublikasikan oleh
Hans Cristian Oersted tahun 1819 [12]. Percobaan yang dilakukan Oersted
mengamati jarum kompas yang diletakkan di bawah kawat yang dilalui arus listrik.
Hasil percobaan diperlihatkan pada Gambar 2.7. Gambar 2.7b. memperlihatkan posisi
jarum kompas ketika tidak dialiri arus, jarum kompas menunjuk arah utara.
Selanjutnya jarum kompas dialiri arus ke arah utara seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.7a, akibatnya penunjukan jarum menyimpang ke arah timur. Apabila jarus
kompas dialiri arus ke arah selatan maka penunjukan jarum menyimpang ke arah
barat (Gambar 2.7c) [13].
9

Gambar 2.7 Pengaruh Arus Listrik terhadap Penunjukan Arah Jarum Kompas [13]
Gejala penyimpangan magnet jarum di sekitar arus listrik membuktikan
bahwa arus listrik dapat menghasilkan medan magnet. Arah medan magnet yang
ditimbulkan arus listrik dapat diterangkan melalui aturan atau kaidah berikut.
Anggaplah suatu penghantar berarus listrik digenggam tangan kanan. Perhatikan
Gambar 2.8. Jika arus listrik searah ibu jari, arah medan magnet yang timbul searah
keempat jari yang menggenggam. Kaidah yang demikian disebut kaidah tangan kanan
menggenggam.

Gambar 2.8 Kaidah Tangan Kanan [14]


Kemudian ampere memperlihatkan bahwa kawat yang dipasang parallel
memiliki arus pada arah yang sama akan saling tarik satu dengan lainnya. Penemuan
ini mengilhami munculnya hukum Biot-Savart yang dengan tepat memperkirakan
munculnya medan magnet disekitar kawat berarus. Hukum Biot-Savart ini
10

memungkinkan kita untuk menghitung besarnya medan magnet H yang ditimbulkan


oleh arus listrik yang dapat dituliskan dengan persamaan [12] :
1

H=
i l r^ (1)
2
4r

adalah vektor medan magnet, i adalah arus, r adalah jarak antara kawat yang

dialiri arus dengan tempat perhitungan medan magnet


dan

r^

vektor satuan arah radial

adalah vektor yang besarnya merupakan diferensial panjang dari kawat

yang dialiri arus. Sebagai contoh, jika sebuah kawat melingkar dengan jari-jari r
dialiri arus yang arahnya berlawanan arah dengan jarum jam, maka besarnya medan
magnet pada pusat lingkaran dapat dihitung dengan persamaan berikut :
1

H=
i l r^
4 r2
Dengan

tegak lurus dengan

r^

sehingga besarnya H dapat dituliskan sebagai

berikut:
H=

1
i l
4 r2

Dimana untuk kasus ini,


Sehingga
H=

l=2 r
H=

1
i 2 r
4 r2

i
(2)
2r
Arah H yang keluar dari bidang kertas dengan satuan adalah ampere per meter

(A. m-1).

11

2.3

Induksi Magnet (B)


Telah disebutkan bahwa medan magnet adalah sebuah besaran yang muncul

karena adanya pergerakan muatan listrik (arus listrik) pada sebuah bahan magnetik.
Sedangkan respon bahan (medium) ketika bahan tersebut terdapat medan magnet (H)
yang ditimbulkan oleh arus listrik disebut induksi magnet (B). Induksi magnet ini
meggambarkan kerapatan fluks magnetik tiap satuan luas sehingga satuan dari
induksi magnet adalah weber/m2. Dimana satu weber/m2 sama dengan 1 Tesla. Setiap
bahan magnet akan memiliki respon terhadap medan magnet yang diberikan. Respon
tersebut dijabarkan dalam sebuah besaran fisis yang disebut permeabilitas yang
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

B =
H (3)
Pada ruang bebas, nilai B akan sebanding dengan nilai H dengan satu konstanta
pembanding yaitu konstanta permeabilitas pada ruang hampa (0) yang nilainya
4x10-7 H m-1.
Kehadiran induksi magnet (B) pada bahan yang dialiri arus I, memunculkan
hubungan antara B, I, dan gaya (F) pada bahan yang dialiri arus tersebut yang
dituliskan dalam persamaan :

F =i l
B (4 )
2.3.1 Medan Magnet Menghasilkan Arus Listrik
Pada pembahasan terdahulu kita membicarakan bahwa sebuah kawat berarus
dapat menimbulkan medan magnet disekitarnya (yang arahnya menurut aturan tangan
kanan) menurut hukum Biot-Savart. Amatlah beralasan jika kita mempertanyakan
apakah hal sebaliknya bisa terjadi, yaitu: Apakah medan magnetik dapat
menimbulkan arus listrik? Pertanyaan ini dijawab oleh Faraday dan Henry melalui
percobaan pada tahun 1830-an, setelah pada 1820 percobaan serupa dianggap gagal.
Skema dari percobaan ini adalah [15]:

12

Gambar 2.9 Perangkat Percobaan Faraday [15]


Skema di samping menunjukkan sebuah magnet batang yang dililit oleh suatu
kawat penghantar, diharapkan pada kawat penghantar ini timbul arus yang nantinya
diukur oleh sebuah Galvanometer. Akan tetapi arus yang diharapkan tidak terjadi, dan
percobaan ini dianggap gagal. Akan tetapi Faraday dan Henry mengamati hal yang
lain, bahwa ketika batang magnet mulai dimasukkan ke dalam lilitan kawat, terjadi
arus yang terukur oleh Galvanometer, namun arus tersebut setelah beberapa saat
kemudian hilang. Hal yang sama terjadi ketika batang magnet dikeluarkan dari lilitan.
Hal ini menimbulkan pertanyaan besar. Faraday dan Henry mengambil kesimpulan
bahwa perubahan medan magnetiklah yang menimbulkan arus listrik, bukan hanya
medan magnet. Fenomena perubahan medan magnet yang menimbulkan arus listrik
ini dinamakan induksi elektromagnetik [15].

Gambar 2.10 Pada Saat Awal, Tidak Ada Arus Terukur pada Galvano Karena Tidak
Ada Perubahan Fluks Magnet yang Terjadi pada Lilitan [15].

13

Gambar 2.11 Ketika Magnet Mulai Didekatkan Terjadi Penambahan Fluks Magnet
Pada Lilitan Kawat Sehingga Timbul Arus Listrik yang Menimbulkan Medan
Magnet Melawan Arah Medan Magnet Semula [15].

2.3.2 Hukum Faraday


Merumuskan GGL Induksi Faraday merumuskan kesimpulan ini menjadi
sebuah perumusan matematis, bahwa perubahan (fluks) magnetik akan menimbulkan
gaya gerak listrik (GGL) :
i =

d
(5)
dt

artinya adalah bahwa Gaya Gerak Listrik yang dihasilkan adalah sama dengan negatif
dari perubahan fluks magnetik terhadap waktu. Fluks magnetik adalah banyaknya
garis gaya yang tegak lurus tiap satuan luas A, identik dengan fluks listrik yang
pernah dibahas dalam bagian elektrostatik. Subscript i menunjukkan jumlah lilitan.
Tanda negatif berkenaan arah GGL dan induksi magnetik. Jika fluks magnetik yang
masuk pada kumparan dari medan magnet bertambah, yang artinya magnet
didekatkan pada kumparan maka arah arus dari GGL induksi sedemikian sehingga
melawan medan magnet [15].

14

Gambar 2.12 Arah Arus Induksi Sedemikian Sehingga Melawan Perubahan


Fluks Magnet Penginduksinya [15].
Demikian juga sebaliknya. Untuk kumparan dengan banyak lilitan N, maka GGL
induksinya adalah :
i =N

d
(6)
dt


Bd
A = B cos dA=B A cos

Dengan :

Dimana

adalah sudut antara B dengan A. jadi GGL induksi terjadi bukan karena

medan magnet (B) atau fluks magnetik, akan tetapi karena prubahan fluks
magnetiknya.

Gambar 2.13 Medan Magnetik Menembus Luas Penampang A [15].


2.4

Magnetisasi
Magnetisasi adalah besaran fisika yang menggambarkan sifat magnetik suatu

bahan, dilambangkan dengan simbol

M .

merupakan sebuah vektor yang

sangat erat berkaitan dengan induksi magnet. Secara matematis,

dengan B

sebanding

yang dituliskan [12]:

B =0
M (7)

15

Dimana

adalah induksi magnet (weber/m2 atau tesla),

permeabilitas ruang hampa (4 x 10-7 H/m), dan

adalah

M adalah magnetisasi (A/m).

Kita dapat melihat bahwa kontribusi dari magnetisasi dan medan magnet terhadap
besarnya induksi magnet memperlihatkan kesamaan. Hal tersebut kemudian dapat
dijabarkan dalam bentuk persamaan sederhana yang menggambarkan kontribusi dari

dan

M terhadap besarnya
B

dalam persamaan [12]:

B =0 (
H +
M ) (8)
Besarnya (M) sebenarnya sangat tergantung dari sifat kemagnetan dari bahan yang
sangat bergantung dari suatu besaran yang disebut momen magnetik. Dalam
kaitannya dengan magnetik momen ini, magnetisasi dirumuskan sebagai jumlah dari
momen magnetik tiap unit volume. Berbeda dengan medan magnet (H) yang
dimunculkan oleh arus listrik dari luar bahan, magnetisasi dimunculkan oleh resultan
spin dan momentum orbital sudut dari elektron yang ada pada bahan. Perbandingan
antara besarnya magnetisasi dan medan magnet didefinisikan sebagai sebuah besaran
fisis yang disebut dengan suseptibilitas (), secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut [12]:

M
(9)
H

Suseptibilitas menggabarkan tipikal respon dari bahan magnetik terhadap medan


magnet dimana responnya berbeda-beda bergantung dari spin yang dimiliki bahan
[12]. Besaran ini dapat mengelompokkan bahan magnet ke dalam beberapa kelompok
bahan yang akan dibahas di bab selanjutnya.
2.5 Aplikasi Magnet
1. Kompas

16

Gambar 2.14 Kompas [16]


Magnet dapat digunakan untuk menunjukkan arah karena kutub-kutub magnet
selalu menunjukkan arah utara dan selatan. Alat yang memanfaatkan sifat magnet
tersebut adalah kompas. Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin. Di dalam
kompas terdapat magnet berbentuk jarum yang selalu menunjukkan arah utara dan
selatan. Sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan arah mata angin. Kompas
digunakan oleh pelaut, pendaki gunung, dan pilot untuk membantu menunjukkan
jalan.

2. Menghasilkan Listrik

Gambar 2.15 Dinamo Sepeda [16]

17

Magnet dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar dan kecil. Salah satu alat yang
menggunakan

magnet

untuk

menghasilkan

listrik

adalah

dinamo

sepeda.

Pada dinamo sepeda, magnet menghasilkan energi listrik dalam jumlah kecil yang
digunakan untuk menyalakan lampu sepeda.
3. Menggantikan Roda pada Kereta Api Maglev

Gambar 2.16 Rel Kereta Maglev [16]


Kereta api jenis maglev adalah kereta api modern yang bergerak tidak menggunakan
roda tetapi menggunakan magnet. Kereta api maglev bergerak melayang di atas rel
yang terbuat dari magnet. Oleh karena itu kereta api ini disebut maglev, singkatan
dari magnetic levitation yang artinya mengapung di atas magnet.

4. Motor Listrik dan Generator

Gambar 2.17 Motor Listrik [16]

18

Motor listrik (seperti speaker) tergantung pada kombinasi eletromagnet dan magnet
permanen, dan seperti speaker, mengganti energi listrik ke energi mekanis. Generator
bertindak merubah energi mekanis ke energi listrik.

19

BAB III
KESIMPULAN
Simpulan pada makalah kali ini yang berkaitan dengan medan magnet adalah :
1. Suatu benda dikatan benda magnet jika benda tersebut dapat menarik benda lain
seperti besi, baja atau campuran logam lainnya. Dimana setiap magnet memiliki
kutub utara dan selatan.
2. Medan magnet adalah daerah disekitar magnet yang masih merasakan adanya
gaya magnet. Medan magnet (H) merupakan sebuah besaran yang muncul karena
adanya pergerakan muatan listrik (arus listrik) pada sebuah bahan magnetik dan
hokum yang mendasari perhitungan medan magnet dikenal sebagai Hukum BiotSavart.
3. Respon bahan (medium) ketika bahan tersebut terdapat medan magnet (H) yang
ditimbulkan oleh arus listrik disebut induksi magnet (B). Dimana hubungan
medan magnet (B) dan induksi magnet (H) adalah

B =
H

4. Tidak hanya arus listrik saja yang dapat menghasilkan medan magnet, namun
perubahan medan magnet pun dapat menghasilkan arus listrik sesuai dengan
percobaan yang dilakukan oleh Faraday.
5. Aplikasi bahan magnet yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah
kompas, dinamo sepeda, rel kereta maglev, generator, dan lain-lain.

20

6. DAFTAR PUSTAKA
7. [1] Yelfianhar, Ichwan . 2010. Bahan Magnetik .
https://iwan78.files.wordpress.com/2010/11/12_13_bahan-magnet.pdf
(Diakses pada tanggal 10 September 2016 Pukul 22:40 WIB)
8. [2]http://www.usd116.org/lbeuschlein/physics/powerpoint/magnetism.pdf.
(Diakses pada tanggal 10 September 2016 Pukul 23:38 WIB)
9. [3] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26544/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada tanggal 11 September 2016 Pukul 19:40 WIB)
10. [4] Suryatin, Budi. Fisika IX. Jakarta : PT Grafindo, 2008.
11. [6] Sidiq, Nurfajar. 2013. Magnet dan Kemagnetan.
https://fajarfisikaupi.wordpress.com/2013/03/17/magnet-dan-kemagnetan/
(Diakses pada tanggal 11 September 2016 Pukul 21:25 WIB)
12. [7] Berpendidikan. 2015. 3 Cara Membuat Magnet dan Gambarnya Lengkap.
http://www.berpendidikan.com/2015/10/3-cara-membuat-magnet-dangambarnya-lengkap.html (Diakses pada tanggal 11 September 2016 Pukul
22:11 WIB)
13. [8] https://www.academia.edu/5612132/Kemagnetan (Diakses pada tanggal 10
September 2016 Pukul 21:28 WIB)
14. [9] Arifin, Zaenal. 2015. Membuat Magnet dengan Cara Elektromagnet.
http://fisikitaenal.blogspot.co.id/2015/07/membuat-magnet-dengan-caraelektromagnet.html (Diakses pada tanggal 11 September 2016 Pukul 09:21
WIB)
15. [10] Berpendidikan. 2015. 3 Cara Menghilangkan Sifat Kemagnetan.
http://www.berpendidikan.com/2015/10/3-cara-menghilangkan-sifatkemagnetan.html (Diakses pada tanggal 11 September 2016 Pukul 22:13
WIB)
16. [11] Suhendi, Endi. Bab 6 Fisika Dasar II Listrik Menghasilkan Medan
Magnet.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/ENDI_SUHEND
I/Kuliah/FI321_Fisika_Dasar_II/Bahan_Ajar/Powerpoint_Fisika_Dasar_II/9._

21

Induktansi_%26_Energi_Magnetik_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf
(Diakses pada tanggal 10 September 2016 Pukul 18:03 WIB)
17. [12] Risdiana. 2012. Bahan Magnet dan Superkonduktor. Jatinangor: Jurusan
Fisika UNPAD.
18. [13]Cakdila. 2009. Bab 11 Medan Magnet.
https://cakdilah.files.wordpress.com/2009/03/bab-11-medan-magnet.pdf
(Diakses pada tanggal 11 September 2016 Pukul 17:43 WIB)
19. [14] http://mafia.mafiaol.com/2012/12/pola-medan-magnet-di-sekitararus.html (Diakses pada tanggal 11 September 2016 Pukul 11:30 WIB)
20. [15]https://www.academia.edu/4978439/MAGNETISME__Medan_Magnet_
Menghasilkan_Listrik (Diakses pada tanggal 12 September 2016 Pukul 13:10
WIB)
21. [16] Ahmad, Dadan. 2016. Contoh magnet dalam kehidupan sehari-hari.
http://www.sridianti.com/contoh-magnet-dalam-kehidupan-sehari-hari.html
(Diakses pada tanggal 12 September 2016 pukul 22:20 WIB)

22

22.LAMPIRAN
23. Berikut adalah lampiran pertanyaan dan jawaban.

Faried Latief

24. Soal : Bagaimana pola medan magnet jika magnet mengalami crack dibagian
tengah?
25. Jawaban : Secara mikroskopik, jika batang magnet mengalami crack dibagian
tengah maka akan ada bagian-bagian magnet yang terbelah-belah sehingga
membentuk kutub baru yang kutubnya berlawanan dengan ujung-ujung
terdekatnya, maka akan timbul medan magnet di sekitar bagian batang magnet
yang mengalami crack tersebut.

26.

27. Gambar 18. Arah Medan Magnet Ketika Mengalami Crack

Efa Latifah

23

28. Soal : bagaimana hubungan antara suseptibilitas dengan gaya magnet yang
dihasilkan ?
29. Adanya kesamaan kontribusi magnetisasi dengan medan magnet terhadap
besarnya induksi magnet menyebabkan kontribusi dari

terhadap besarnya B

dan

dapat dituliskan sebagai :

30. B = H

31.

= 0 r

r=1+ m

B =0 r
H

32. B =0 (1+ m ) H
33.

B =0
H +0 m
H

m=

M
H

34. Seperti yang terlihat pada persamaan tersebut, hubungan antara induksi
magnet dengan suseptibilitas adalah berbanding lurus. Sehingga ketika nilai
suseptibilitas semakin besar, maka nilai induksi magnet yang ditimbulkan
akan semakin besar pula. Hubungan antara induksi magnet terhadap gaya
dapat dinyatakan pada persamaan berikut :
35.

F=qV x B

36. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya magnet akan semakin besar ketika
nilai suseptibilitas suatu bahan semakin besar, atau dapat dikatakan
berbanding lurus.
37. Soal : Bagaimana hubungan spin dengan struktur Kristal terhadap sifat
magnetic bahan ?
38. Jawab : Umumnya, domain berukuran mikroskopik dan untuk bahan
polikristalin tiap butir dapat terdiri dari beberapa buah domain. Jadi, secara
makroskopik, sebuah bahan terdiri dari beberapa domain, yang semuanya
mungkin memiliki orientasi magnetisasi yang berbeda.

24

39.
40. Gambar 19. Perubahan Bertahap pada Orientasi Dwikutub Magnetik Atom
pada Dinding Domain
41. Besarnya magnetisasi M untuk keseluruhan bahan adalah jumlah vektor
magnetisasi dari semua domain, dimana besarnya kontribusi setiap domain
ditentukan oleh fraksi volumenya. Pada material kristalin magnetik, sifat
magnetnya akan bervariasi bergantung pada arah Kristal yang mempunyai
momen magnetik hal yang seperti ini disebut dengan magnetocrystalline
anisotropy.

42.
43. Gambar 20. Magnetocrystalline Anisotropy Material Kobalt
44. Efek dari sifat magnetik terhadap kobalt yang mempunyai struktur hexagonal.
Material ini akan mudah termagnetisasi pada arah [0001] atau searah sumbu c,
dan sulit untuk dimagnetisasi pada arah [1010] atau dasar bidang (tegak lurus
arah sumbu c).

25

45.
46. Gambar 21. Kurva Histeresis Bahan Magnetocrystalline Anisotropy
47. Seperti yang terlihat pada gambar diatas, sifat bahan apakah spin dari domaindomain mudah diarahkan atau tidak dapat diketahui dari kurva histeresis yang
dihasikan dan dikaitkan dengan struktur kristal material tersebut. Dimana
setiap bahan akan memiliki struktur kristal yang berbeda, kurva histeresis dan
sifat kemganetan setiap orientasi kisi yang dihasilkan apakah sulit, mudah atau
sedikit sulit untuk diarahkan.

48.

26

49. Gambar 22. Mekanisme Mikroskop dari Magnetocristalline Anisotropy


50. Pada

gambar

diatas,

merupakan

mekanisme

mikroskop

dari

magnetocristalline anisotropy ketika gabungan spin dan orbital elektron


berbeda orientasinya dan sama orientasinya. Dimana, ketika gabungan spin
dan orbital elektron berbeda orientasinya cocok terhadap orientasi orbital atom
yang berbeda, maka hal tersebut terjadi bergantung pada struktur Kristal bahan
tersebut. Sehingga, jumlah momen magnet dari beberapa orientasi tersebut
aakn mengakibatkan arah momen magnet mudah untuk diarahkan ketika
mendapatkan magnet luar. Dan menyebabkan bahan tersebut memiliki sifat
kemagnetan yang baik.

51.
52. Gambar 3. Arah Momen Magnetik Spin-Orbit Coupling
53. Arah momen magnetik suatu bahan ditentukan oleh momen magnet dan spin
dari atom-atom tetangganya, sehingga cenderung saling mempengaruhi.

54.
55. Gambar 24. Momen Magnetik Bebas pada Ruang Kosong
27

56. Sedangkan ketika sebuah momen magnet pada ruang bebas dan tidak memiliki
momen magnetik yang berdekaan lainnya, makan momen magnetik akan
bergerak secara bebas, dan energinya tidak bergantung pada orientasi dari
momen magnetik tersebut.
57. Soal : Material bahan apa saja yang merupakan bahan magnet buatan dan
permanen ?
58. Jawab :

Neodymium Magnet adalah magnet paling kuat. Magnet neodymium (juga


dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet
tanah jarang, terbuat dari campuran logam neodymium.

Magnet Samarium-Cobalt adalah salah satu dari dua jenis magnet bumi yang
langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari paduan
samarium dan kobalt

Ferrite adalah senyawa kimia yang terdiri dari keramik bahan dengan besi
(III) oksida (Fe2O3) sebagai komponen utama.

Fleksibel (karet) magnet dibuat dengan mencampur ferit atau bubuk


Neodymium magnet dan pengikat karet sintetis atau alami.

Alnico magnet adalah magnet paduan yang mengandung Alumunium (Al),


Nikel (Ni), Cobalt (Co). Karena dari tiga unsur tersebut magnet ini sering
disebut Alnico. Sebenarnya magnet alinco ini tidak hanya mengandung ketiga
unsur saja melainkan ada beberapa unsur mengandung besi dan tembaga,
tetapi kandungan besi dan tembaga tersebut relatif sedikit.

Bayu Permana

59. Soal : Apakah elektron bergerak lalu menghasilkan magnet, atau adanya
magnet sehingga elektron bergerak ?
60. Jawab : Penyebab kemagnetan dalam objek dipol magnet atom yang berkaitan
dengan elektron. Yang merupakan hasil dua jenis pergerakan elektron, pertama
akibat gerak orbital elektron sekeliling inti, kedua akibat dipol putar yang
berasal dari elektron berputar.

28

61.
62. Gambar 25. a) Suatu Orbital Elektron b) Elektron Berputar pada Porosnya
63. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya gerakan elektron terlebih dahulu,
lalu menimbulkan medan magnet, dimana gerakan elektron mengelilingi inti
sendiri merupakan hal yang alamiah dalam sebuah material seperti hal nya
bumi mengelilingi matahari.
64.
65.
66.
67.

29

Anda mungkin juga menyukai