Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus
dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar
yang terarah dan bersifat formal.
2.
Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak
didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita
rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat,
pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang
dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras,
komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan
sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan,
percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan,
aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Kapan media dijadikan sumber belajar ?
Kapan sumber belajar dijadikan media?
A. Pengertian Media
Sebelum uraian ini sampai pada penggunaan media oleh guru dalam proses belajar
mengajar, ada baiknya dipahami apa yang dimaksud media itu sebenarnya. Kata "media"
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium", yang secara
harfiah berarti "perantara atau pengantar". Dengan demikian, media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan
manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan
kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa
yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan
keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak
didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya
tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan
pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala
diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai
penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran,
B. Media sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu
tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh
guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang
rumit atau kompleks.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi
ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada bahan
pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe,
grafik, gambar, dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi
tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan
pelajaran yang disampaikan itu.
Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari,
disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu
sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang
diberikan guru bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya. Hal ini tentu saja harus
dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu
bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya
tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar
dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu
yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan
menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan
tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih
diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauhjauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Apakah mampu
atau tidak untuk mempergunakan media tersebut. Jika tidak, maka jangan
mempergunakannya, sebab hal itu akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses
belajar mengajar.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar
mengajar. Dan gurulah yang mempergunakannya untuk membelajarkan anak didik demi
tercapainya tujuan pengajaran.
C. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi
oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari
berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat di manamana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin
dan Winataputra (199: 65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori,
yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.
Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya
wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh
guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda,
guru dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan
menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu
dijadikan sebagai sumber belajar.
Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi
anak didik. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi
penyebarannya masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain
halnya sekarang, perangkat teknologi sudah ada di mana-mana. Pertumbuhan dan
perkembangannya hampir-hampir tak terkendali, sehingga wabahnya pun menyusup ke
dalam dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi
dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Ternyata
teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga
sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual.
Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan
dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri,
dan sebagainya.
Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan,
disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari akan hal itu, disarankan
kembali agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media
pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Cukup
banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media pendidikan dan dengan
pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti
dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru
pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang
bisa manipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan
yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
D. Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih
dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara
pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.
1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti
radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau
mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual
ini ada yang menampilkan gam bar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai)
foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar
atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang
pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film
bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang
bergerak seperti film suara dan video cassette.
1. Pembagian lain dari media ini adalah:
a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber
seperti film video-cassette, dan
b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari
sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari
slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah
film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah
anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film,
sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. termasuk media ini adalah modul
berprogram dan pengajaran melalui komputer.
Tugas 2
A. Jenis-jenis media Pembelajaran
Jenis-jenis media pembelajaran jika ditinjau dari segi penggunaan media dikaitkan dengan indera yang digunakan
manusia untuk memperoleh pengetahuan , maka media diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu: media pandang
(visual/bashariyah), media dengar (audio/samiyah), dan media pandang dengar (samiyabashariyah/ audiovisual).
Adapun penjelasan tentang jenis-jenis media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Media Pandang (visual/ bashoriyah).
Media pandang berkaitan dengan indera penglihatan. Media pengajaran yang berupa alat bantu pandang(visual aids)
secara umum dapat dikatakan bahwa mereka berguna dalam hubungannya dengan motivasi, ingatan dan pengertian.
Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Media ini dapat memperlancar
pemahaman, memperkuat ingatan, dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi
materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, media visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang
bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Media pandang(visual) dibagi menjadi dua yaitu media pandang non proyeksi dan media pandang berproyeksi.
Media non proyeksi merupakan media yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar, baik yang berkarakter
dua dimensi maupun tiga dimensi dalam pengoperasiannya tidak memerlukan sinar listrik atau proyektor.
Sedangkan media berproyeksi yaitu Media pandang proyeksi merupakan salah satu kelompok media pengajaran
yang dalam operasionalisasinya memerlukan proyeksi atau penyorotan dengan cahaya, sehingga bisa dipandang atau
dilihat oleh pengguna media tersebut.
Ada beberapa media yang dapat dikatergorikan sebagai media pandang non proyeksi, antara lain:
a) Papan tulis
Papan tulis merupakan media yang paling tradisional, yang paling murah dan paling fleksibel, disamping untuk
menulis, papan tulis dapat dipakai untuk membuat gambar, skema, diagram dan sebagainya. Selain itu juga dapat
dimanfaatkan untuk menggantungkan peta pada saat yang diperukan. Daya guna dan daya pakai papan tulis sangat
tertentu, film ini juga bisa dibiarkan tanpa komentar guru. Media ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan
ekspresi lisan maupun tulis.
e. Film Loop
Film Koo lebih pendek dari dari pada film bisu. Biasanya hanya mempresentasikan suat adegan tertentu atau suat
gerakan tertentu saja. Umumnya film Koo ini tidak memiliki karakteristik suara, tetapi ada juga yang dilengkapi
dengan suara, sehingga memiliki karakteristik gambar, gerak dan suara.
2. Media Dengar( Audio)
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang lambang
auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Media audio dapat menarik dan
memotivasi siswa untuk mempelajari materi dengan lebih banyak.
Adapun media dengar atau samiyah antara lain sebagai berikut:
a). Radio
Media ini berupa program siaran radio yang disalurkan dari pemancar, kemudian diterima oleh alat penerima radio
untuk didengar oleh penerima informasi. Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk
mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting.
Bentuk siaran radio dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a) program dalam bentuk pidato, b) program dalam
bentuk dialog atau tanya jawab, c) program dalam bentuk drama atau sandiwara. Media ini dapat digunakan untuk
mengajarkan ketrampilan menyimak.
b). Tape recorder
Tape recorder merupakan perangkat keras yang membutuhkan perangkat lunak yang berupa program dalam pita
rekaman, alat ini
c). laboratorium bahasa
Laboratorium bahasa adalah media untuk melatih siswa menndengarkan dan berbicara dalam bahasa asing, misalnya
bahasa arab dan inggris dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Dalam laboratorium
bahasa siswa duduk sendiri-sendiri pada bilik akuistik dan kotak suara yang telah tersedia. Siswa mendengarkan
suara guru atau suara radio cassette melalui headphone.
3. Media Pandang Dengar (Audio- Visual)
Media audio-visual
Media pengajaran bahasa yang paling lengkap adalah media dengar pandang (samiyah bashoriyah atau audio
visual), karena dengan media ini terjadi proses saling membantu antara indera dengar dengan indera pandang yang
termasuk jenis media ini adalah televisi, VCD, komputer, dan laboratorium bahasa
B. . Jenis-jenis media pembelajaran bahasa Arab
Jenis-jenis media pembelajaran bahasa Arab dibagi menjadi dua yaitu media pembelajaran aspek berbahasa arab dan
keterampilan berbahasa arab. Media pembelajaran aspek berbasa arab terdiri dari mufrodat dan tarkib, sedangkan
media pembelajaran keterampilan bahasa terdiri dari istima, kalam, kitabah, dan qiroah.
Adapun perincian tentang Jenis-jenis Media Pembelajaran Aspek berbahasa Arab adalah sebagai berikut:
1). Media Pembelajaran Mufrodat
Dalam mengajarkan kosakata pada siswa, adapun media yang bisa digunakan dalam membelajarkan kosakata :
a. Miniatur benda asli
miniatur apartemen, miniatur buah-buahan, dan lain-lain. Dengan menghadirkan miniatur tersebut, guru dengan
mudah tinggal mengucapkan, menunjuk, dan menjelaskan masing-masing kosakata yang hendak diajarkan.
b. Foto dan gambar
Foto dari sebuah benda aslinya yang dihasilkan dari camera, bisa digunakan untuk media pembelajaran kosakata
begitu juga dengan gambar yang dibuat sendiri oleh guru, dan biasanya foto atau gambar tersebut dibuat dalam
bentuk kartu (kartu mufradat). Ukuran yang digunakan adalah 16 cm x 20 cm, dan akan lebih menarik lagi apabila
kartu tersebut diberi warna-warni. Mengenai ukuran guru bisa menyesuaikan dengan kebutuhan kelasnya yang
terpenting adalah ketika seorang guru mendesain kartu tersebut harus ingat prinsip keseimbangan, keserasian, dan
keharmonisan.
2). Media Pembelajaran Qowaid (Tata Bahasa)
Dalam pembelajaran bahasa arab sekarang, komponen ini diajarkan secara wadifi, yaitu tata bahasa fungsional
dalam sebuah kalimat yang terintegrasikan dalam empat maharoh yang diajarkan, sehingga secara otomatis siswa
akan dapat menggunakan pola-pola yang telah dicontohkan, baik dalam istima, kalam, qiroah, dan kitabah.
Adapun media yang dapat digunakan dalam membelajarkan tatabahasa seperti:
a). Kotak Tatabahasa
Yaitu sebuah kotak yang berbentuk kubus, biasanya berukuran 20 cm x 25 cm, dan masing-masing dari sisi kubus
tersebut terdapat kosakata baik berbentuk kata kerja, kata benda, huruf atau yang lainnya.
b). Papan Saku
Papan saku merupakan papan yang terbuat dari kayu seperti papan biasa, hanya saja papan saku ditambah dengan
tempat seperti saku, dimana fungsinya untuk meletakkan kartu yang telah disiapkan oleh guru.
c). Papan Tali
Papan tali merupakan papan yang terbuat dari kayu seperti papan biasa, hanya saja papan tali ditambah dengan tali
yang memanjang dari kanan ke kiri sebagai gantinya saku, dimana fungsinya untuk menggantungkan kartu yang
telah disiapkan oleh guru. Dan biasanya kartu yang digunakan adalah kartu kosakata (bithoqoh wamdhiyah).
2. Media Pembelajaran Keterampilan Bahasa
Kemampuan berbahasa secara konvensional meliputi empat jenis kemampuan, diantaranya :
1. Kemampuan menyimak (istima), untuk memahami bahasa yng digunakan secara lisan,
2. Kemampuan berbicara (kalam), untuk mengungkapkan diri secara lisan,
3. Kemampuan membaca (qiroah), untuk memahami bahasa yang diungkapkan secara tertulis,
4. Kemampuan menulis (kitabah), untuk mengungkapkan diri secara tertulis,