PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi tentang perkembangan dan pertumbuhan manusia merupakan usaha yang terus
berlangsung
dan
berkembang.
Seiring
dengan
perkembangannya,
studi
tentang
perkembangan manusia telah menjadi sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami
lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan manusia baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif. Perintis awal studi ilmiah perkembangan manusia adalah
babybiographies, sebuah jurnal yang mencatat perkembangan awal anak. Kemudian
berkembang dengan munculnya teori evolusi Charles Darwin yang pertama kali melihat
perilaku
bayi
adalah
sebuah
proses
perkembangan.
Pada
tahun
1877
Darwin
Dapat
memperoleh
informasi
lebih
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
Secara umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat tetap dan
tidak dapat diputar kembali (Werner, 1969).Beberapa psikolog membedakan arti kata
pertumbuhan dengan perkembangan, namun beberapa tidak. Pertumbuhan bisa diartikan
sebagai bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan
perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang
muncul (Monks, Knoers, Haditono, 1982).
Di sisi lain, perkembangan juga dipandang secara menyeluruh, yang mencakup tiga
aspek, yaitu:
a. Perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat.
b. Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses berpikir, daya ingat, bahasa.
c. Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan pada konsep diri, konsep
gender, hubungan interpersonal. (Atkinson, Atkinson, Smith, Bem, Hoeksema, 1996.)
B. Tahap-Tahap Perkembangan Manusia
Erikson mengelompokkan tahapan kehidupan ke dalam 8 stage yang merentang sejak
kelahiran hingga kematian.
1. Tahap Bayi (Infancy): Sejak lahir hingga usia 18 bulan.
Hasil perkembangan ego: trust vs mistrust (percaya vs tidak percaya)
Kekuatan dasar : Dorongan dan harapan
Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat
bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan peranan
terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak, dengan
penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi
akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa
kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini, individu
memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini adalah
tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi tentang bunuh diri dan
usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya pembentukan keyakinan di tahuntahun awal kehidupan ini.
Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan
keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu
hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam
memberikan kasih sayang secara tetap.
3
Ketrampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah pada sikap
industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan, dsb), serta
berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal menempatkan diri secara normal
dalam konteks sosial, ia akan merasakan ketidak mampuan dan rendah diri.
Sekolah dan lingkungan sosial menjadi figur yang berperan penting dalam
pembentukan ego ini, sementara orang tua sekalipun masih penting namun bukan lagi
sebagai otoritas tunggal.
5. Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun
Hasil perkembangan ego: Identity vs Role confusion (identitas vs kebingungan peran)
Kekuatan dasar: devotion and fidelity (kesetiaan dan ketergantungan)
Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan untuk
saya, sejak stage perkembangan ini perkembangan tergantung pada apa yang saya
kerjakan. Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa,
hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang
dalam interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di fase ini adalah menemukan jati diri sebagai individu yang
terpisah dari keularga asal dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang lebih luas. Bila
stage ini tidak lancara diselesaikan, orang akan mengalami kebingungan dan kekacauan
peran.
Hal utama yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi kehidupan. Di masa
ini, seseorang bersifat idealis dan mengharapkan bebas konflik, yang pada kenyataannya
tidak demikian. Wajar bila di periode ada kesetiaan dan ketergantungan pada teman.
6. Tahap Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 hingga 35 tahun
Hasil perkembangan ego: Solidarity vs Isolation (Solidaritas vs isolasi)
Kekuatan dasar: affiliation and love (kedekatan dan cinta)
Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan yang
saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan dan
persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level yang dalam.
Kegagalan di level ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang
lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang lain sebagai
bentuk pertahanan ego. Hubungan yang signifikan adalah melalui perkawinan dan
persahabatan.
7. Tahap Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 hingga 55 atau 65tahun
Hasil perkembangan ego: Generativity vs Self Absorption or Stagnation
Kekuatan dasar: production and care (produksi dan perhatian)
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung penuh
dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di seputar
keluarga. Selain itu adalah masa berwenang yang diidamkan sejak lama.
Tugas yang penting di sini adalah mengejawantahkan budaya dan meneruskan
nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta memantapkan lingkungan
5
yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian orang lain, dan karya yang memberikan
sumbangan pada kebaikan masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa
ini, kita takut akan ketidak aktifan dan ketidak bermaknaan diri.
Sementara itu, ketika anak-anak mulai keluar dari rumah, hubungan interpersonal
tujuan berubah, ada kehidupan yang berubah drastic, individu harus menetapkan makna
dan tujuan hidup yang baru. Bila tidak berhasil di stage ini, timbullah self-absorpsi atau
stagnasi. Yang memainkan peranan di sini adalah komunitas dan keluarga.
8. Tahap Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 atau 65 tahun hingga meninggal
Hasil perkembangan ego: Integritas vs Despair (integritas vs keputus asaan)
Kekuatan dasar: wisdom (kebijaksanaan)
Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah dilaluinya
dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi pada
kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh menerima
keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai kelengkapan kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan merasakan
keputus asaan, belum bisa menerima kematian karena belum menemukan makna
kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati diri dan meyakini sekali
bahwa dogma yang dianutnyalah yang paling benar.
C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Manusia tidak mengetahui apa saja yang bisa mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya. Kurangnya pengetahuan manusia tersebut bisa menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia kurang maksimal. Contohnya adalah masa remaja
merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya banyak anak remaja
yang tidak mengetahui berbagai macam faktor yang bisa berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya sehingga dia tidak akan memiliki tumbuh kembang yang tidak sempurna.
Berikut ini adalah berbagai macam faktor internal yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang manusia :
1. Faktor internal
a. Gen
Gen merupakan faktor paling dominan yang bisa mempengaruhi tumbuh
dan kembang manusia. Gen adalah sifat yang diturunkan dari induknya. Gen
sangat dominan dalam menentukan ciri dan juga sifat manusia. Contoh yang
diturunkan dari gen adalah bentuk tubuh manuia, tinggi tubuh manusia, warna
kulit manusia, bentuk hidung, wajah, alis, mata dan masih banyak lagi lainnya.
Gen juga berpengaruh terhadap sistem metabolisme manusia sehingga gen
tersebut bisa berpengaruh terhadap tumbuh dan kembangnya. Manusia yang
memiliki gen yang baik, dia bisa tumbuh dan berkembang sesuai umurnya. Jika
6
akan lebih cepat berbicara dan berjalan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Saat masa pubertas, keadaannya akan terbalik dimana pertumbuhan dan
perkembangan anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan anak wanita.
7
Tidak jarang, laki-laki yang seumuran dengan anak wanita memiliki gestur
tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut merupakan salah
satu tanda bahwa saat pubertas tumbuh dan kembang anak laki-laki lebih
cepat.
D. Aspek Perkembangan
Aspek perkembangan anak dapat terbagi dalam 6 bagian besar. Satu sama lain saling
mempengaruhi. Jika salah satu aspek terhambat perkembangannya, maka akan
menghambat perkembangan kelima aspek lainnya. Pertumbuhkembangan anak yang
optimal jika keseluruhan aspek berkembang dengan baik dan sesuai dengan usia. Pola
pengasuhan dan peran orang tua sangat besar dalam hal ini. Dukungan dan bantuan orang
tua adalah dasar yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh aspek secara
optimal.
1. Aspek Motorik Kasar
Adalah kemampuan anak untuk mengontrol gerakan tubuh yang mencakup geraka
gerakan otot besar. Perkembangan motorik kasar dapat dilihat dari kemampuan anak
untuk merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat, berguling, berenang dan
sebagainya.
2. Aspek Motorik Halus
Adalah kemampuan anak untuk mengontrol keluwesan jemari tangan yang dapat
dilihat dari kemampuan untuk menyentuh, menjumput, meraih, mencoret, melipat,
memasukan benda atau makanan ke dalam mulut dan sebagainya.
3. Aspek Kognitif
Adalah kemampuan anak untuk memproses, menginterpretasikan
dan
berkomunikasi
dengan bahasa.
Kemampuan bahasa selain membantu anak untuk memahami apa yang dikatakan
orang-orang disekitarnya, juga untuk dapat dipahami oleh orang lain. Perasaan
mampu memahami dan dipahami dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
5. Aspek Emosi
Adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai hal yang dirasakannya,
mengekspresikan perasaan dalam bentuk yang dapat diterima oleh lingkungannya,
serta kemampuan untuk mengendalikan dan mengatasi perasaannya. Kematangan
8
emosi tidak terjadi dengan sendirinya tapi secara bertahap dan sangat membutuhkan
peran serta orang tua dan lingkungan sosial.
6. Aspek Sosial
Adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
memberi respon pada orang lain dan berbagi. Pengalaman sosial anak hanya dapat
tumbuh dan berkembang dari pengalamannya dengan orang-orang terdekat. Pola
asuhan dan arahan orang tua sangat penting dalam perkembangan aspek sosial anak.
E. Penyakit Yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Manusia
1. Sindrom down
a. Pengertian
Syndrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Saharso, 2010).
Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan
pertumbuhan
fisik
dan
mental.
Syndrome
Down
adalah
suatu
kondisi
anak dengan sindrom down adalah ibu yang pernah mengalami radiasi pada
daerah perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
c) Infeksi dan kelainan kehamilan
Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada
ahli yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.
d) Autoimun dan kelainan endokrin pada ibu
Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang
anak karangan Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan
antibodi ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang
normal.
e) Usia ibu
Apabila umur ibu di atas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan non disjunction pada kromosom. Perubahan
endokrin
seperti
meningkatnya
sekresi
androgen,
menurunnya
3
pada kromosom ke
Autoimun, Usia
kesalahan DNA menujuInfeksi,
ke RNA.
21 karena kesalahan
Ibu, Umur Ayah,
menyebabkan mutasi
meiosis4) Bahan kimia juga dapat
Gangguan
intragametik,
kandungan.
nukleus
5) Frekuensi koitus akan Organisasi
merangsang
kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak
(sintesis protein yang
abnormal), Bahan
pada janin. (Nurarif, 2012).
kimia, Frekuensi koitus
Manifestasi c.
klinis
:
Patofisiologi
sindrom down
Sindrom Down adalah aberasi yang ditandai dengan adanya tiga salinan bukan
kromosom 21 terpisah dan melekat pada kromosom lain. Hasil kariotipe kromosom
2011).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko tinggi infeksi
Kerusakan menelan
Risiko tinggi konstipasi
Risiko tinggi instabilitas
atlantoaksial.
Perubahan
proses
10
keluarga
Perubahan pertumbuhan
dan perkembangan
Risiko
tinggi
cedera
11
sebelah dalam
Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan.
Jarak pupil yang lebar
Oksiput yang datar
Tangan dan kaki yang pendek serta lebar
Bentuk/struktur telinga yang abnormal
Kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktili
Mata sipit (Nurarif, 2012).
Intelegensia
Bervariasi dari retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
Kelambatan Bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif
Strabismus
Miopia
Nistagmus
Katarak
Konjungtivitis
Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual
4)
5)
6)
7)
8)
9)
(aningadeputri, 2012).
e. Penatalaksanaan/ Pengobatan Sindrom Down
Penatalaksanaan sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling
efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down
13
Syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistem tubuhnya. Dengan demikian
penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan
dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran
perkembangan fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat dilakukan antara lain :
1) Penanganan Secara Medis
a) Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya efekr
jantung, mengingat sebagian besar penderita lenih cepat emninggal dunia
akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
b) Pemeriksaan Dini
Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada penderita sejak awal kelahiran, sehingga
fungsi kognitif.
g) Risiko tinggi cedera (fisik) berhubungan dengan faktor usia orang tua.
15
2.
A
u
t
i
s
m
e
a. Defenisi
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism seakanakan hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak tahun 1943
oleh Leo Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau
(Handojo,2003).Kartono (2000) berpendapat bahwa autism adalah gejala menutup
diri secara total,dan tidak mau
sejak kecil atau bayi,misalnya dengan tidak merespon diri (tersenyum dan
sebagainya) bila di beri makan dan sebagainya serta sperti tidak menaruh perhatian
terhadap lingungan sekitarnya,tidak mau atau sangat sedikit brbicara hanya mau
mengatakan ya atau tidak atupun ucapan-ucapan yang tidak jelas.Tidak suka dengan
stimuli pendengaran(mendengar suara orang tua pun menangis),tetapi senang
melakukan stimuli diri,memukul-memukuli kepala atau gerakan gerakan aneh
lain,kadang gampang memanipulasi kan obyek,namun sulit menangkap.
Kartono (1989) berpendapat bahwa adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan personal atau diri sendiri,menanggapi dunia berdasarka penglihatandan
harapan sendiri serta menolak realitas ,oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003)
penyandang autism akan berbuat semuanya sendiri baik cara berpikir maupun
berpeilaku.
Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang berkepanjangan dan
tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan berkomunkasi ini diduga
mengakibatkan anak penyandang autisme menyendiri dan tidak respon dengan orang
lain (Sarwindah,2002).menurut Rutter (1970) adalah gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan
dalam pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan konvulsiv.autisme
masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas
atau orang lain (Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif
pada komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social
timbale balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).
Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang (anak)
sejak lahir atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial
atau komunikasi yang tidak normal.
b. Etiologi
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya
terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme
semakin maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist
yang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi
faktor genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan
otak. Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan
otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma,
keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan
maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu
akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005).
17
perilaku
anak
dalam
berkomunikasi,bertingkalaku
dan
tingkat
d. Pathway
Partus Lama
RESTI
INFEKSI
Keracunan Logam
Genetik
Infeksi Jamur
Gangguan
F.nutrisi dan
Oksigenasi
Abnormalitas
pertumbuhan sel
saraf
Peningkatan
neurokimia secara
abnormal
Gangguan otak
kecil
Growth without
guidance
Pemakaian
antibiotik
berlebihan
Protein terpecah
sampai polipeptida
PERUBAHAN
PERSEPSI
SENSORI
AUTIS
Gangguan Persepsi
Sensori
Gangguan
Komunikasi
Keterlambatan dalam
berbahasa
GANGGUAN
KOMUNIKASI
VERBAL DAN
NON VERBAL
Gangguan
Interaksi Sosial
PERUBAHAN
INTERAKSI SOSIAL
Gangguan
Perilaku
Hiperaktif
Sangat agresif
terhadap oranglain
dan dirinya
penglihatan dan
pendengaran
Sensitif
terhadap
cahaya
Menutup telinga
bila mendengar
suara
19
d. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus
listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf
terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di bungkus
selaput bernama myelin terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan
satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada trimester
ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,dendrite dan
sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara
genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor dan
proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan akson,dendrite
dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian otak yang
digunakan
dalam
sinaps,sedangkan
belajarmenunjukan
bagian
otak
yang
pertamabhan
tak
digunakan
akson,dendrite
menunjukan
dan
kematian
yang
tidak
adekuatdapat
menyebabkan
gangguan
proses-proses
memahami
mereka.mereka
merasa
sulit
mengekspresikan
22
Impuls
globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan
c. Pathway
ekstrapiramidalis
Kerusakan gerakan control volunter yang memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan otomatis
Aliran darah
serebral regional
menurun
Manifestatsi
psikiatrik
Perubahan
kepribadian,
psikosis,
demensia, dan
konfusi akut
Gangguan N.
III
Manifestai otonom
Gangguan N.
VIII
Gg. Kontraksi
otot otot bola
mata
Berkeringat, kulit
berminyak, sering
dematitis, rasa
lelah berlebihan
dan otot terasa
nyeri, hipotensi
postural,
penurunan
kemampuan batuk
efektif
Rigditas
deserbasi
Gg.
Konvergensi
Pandangan
kabur
Perubahan gaya
berjalan, kekauan
dalam
beraktivitas
Hambatan
mobilitas fisik
Tremor
ritmik
bradikenisia
Perubahan
wajah dan
sikap tubuh
Gangguan
citra diri
Kognitif
Persepsi
Akut
Kerusakan komunikasi
verbal, perubahan proses
piker, koping individu
tidak efektif
Perubaa
persepsi
sensori
Risiko tinggi
kebersihan jalan
napas tidak efektif,
risiko penurunan
perfusi perifer,
nyeri, gangguan
ADL
Penurunan
aktivitas fisik
umum
Risiko konstipasi
23
Gangguan
eliminasi alvi
d. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di
dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur
perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke
talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks
otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai
impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang
utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel
saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan
berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan,
walau terkadang faktor genetik tidang memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan
komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang
menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif
lainnya, obat-obatan atau racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di
dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia
berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.
e. Manifestasi Klinis
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya
refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku pada bentuk
semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai,mempertahankan, dan
membentuk aktivitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas
normal.
Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor, seringkali pada
salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian
kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. karakteristik tremor dapat berupa:
lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan,
24
dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari. Keadaan ini meningkat bila pasien sedang
berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada saat klien istirahat.
Karakteristik penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan.
Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas kaku dan menjadi
terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot, wajah mengalami
sedikit ekspresi di mana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata),
raut wajah yang ada muncul sekilas.
f. Pemeriksaan Penunjang
i. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
ii. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini
tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
g. Penatalaksanaan
1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3) Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,
pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
4. Alzheimer
a. Definisi / Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan
untuk merawat diri.( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan
daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan
ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian
penderita (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis
proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang
mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini
timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada
usia 40 tahun.(Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)
Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang
ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang
orang berusia 65 tahun keatas.
26
27
dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat
neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah
intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan
biokimia pada neuron neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi
yang pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau
dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur
intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein tau.
Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural
yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari
sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau,
secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada
mikrotubulus secara bersama sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament
heliks ganda yang sekelilingnya masing masing terluka. Dengan kolapsnya system
transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan
akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya
neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. Abeta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal
melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan
neuron. APP terbagi menjadi fragmen fragmen oleh protease, salah satunya A-beta,
fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan
tersebut akhirnya bercampur dengan sel sel glia yang akhirnya membentuk fibril
fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi
neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas
sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh
darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain
karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara
neurokimia kelainan pada otak
e. Pathway
28
29
f. Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak menyadari secara
pasti kapan timbulnya penyakit.
ii. Terjadi pada usia 40-90 tahun.
iii. Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
iv. Tidak ada gangguan kesadaran.
v. Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
vi. Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar
tiroid. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
1) Kehilangan daya ingat/memori
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu
adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama
tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.
2) Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan
menyiapkan makanan.
3) Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat,
tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan
suatu kata dengan kata yang tidak biasa.
4) Disorientasi waktu dan tempat
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita
Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana
dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga
apakah saat ini malam atau siang.
5) Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin
atau sebaliknya.
6) Salah menempatkan barang.
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci.
Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa,
misal jam tangan pada kotak gula.
7) Perubahan tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita
Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang
dapat diterima.
8) Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah
curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat
problem memori menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.
9) Kehilangan inisiatif
30
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak
menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran, 2009)
f. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut:
1) Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi.
Secara umum didapatkan :
1. atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal,
anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem
somatosensorik tetap utuh
2. berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari
a) Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal
yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi
dengan beratnya demensia.
b) Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang
berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia.
Amiloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan
kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala,
hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik
primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini
juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque berhubungan dengan
penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque)
merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
c) Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit
alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama
didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan
pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues,
raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama
pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus
seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum
dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik
yang berdegenerasi pada lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit
alzheimer.
d) Perubahan vakuoler
31
32
yang
bekerja
secara
sentral.
Contoh:
fisostigmin,
THA
33
intelektual pada orang normal dan penderita Alzheimer, mual & muntah,
bradikardi, HCl, dan nafsu makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase
dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Contoh: thiamin
hydrochloride. Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral. Tujuan: perbaikan
bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang
sama.
3) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik. Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan
proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak
menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal. Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan
noradrenergik alfa 2 reseptor agonis. Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4
minggu. Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi : Gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4
minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita
depresi berikan tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan
bantuan enzym ALC transferase. Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil
kolinesterase, kolin asetiltransferase. Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun
dalam pengobatan. Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan
fungsi kognitif (Yulfran, 2009)
c. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer,
yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi
dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma
kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita. Dengan
mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa
cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
1) Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun
mengkonsumsi alkohol.
34
2) Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar
mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal
bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
3) Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang
terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca
dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
d. Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosa klinis penyakit Alzheimer, yaitu:
1) Kriteria diagnosis tersangka penyakit alzheimer terdiri dari:
a) Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan status mini
mental atau beberapa pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test
neuropsikologik
b) Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi
c) Tidak ada gangguan tingkat kesadaran
d) Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65 tahun
e) Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak lainnya
2) Diagnosis tersangka penyakit alzheimer ditunjang oleh:
a) Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik seperti berbahasa, ketrampilan
motorik, dan persepsi
b) ADL terganggu dan perubahan pola tingkah laku
c) Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau dikonfirmasikan dengan
neuropatologi
d) Pada gambaran EEG memberikan gambaran normal atau perubahan nonspesifik seperti peningkatan aktivitas gelombang lambat
e) Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropi serebri
3) Gambaran lain tersangka diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan
penyebab demensia lainnya terdiri dari:
a) Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinentia, delusi,
halusinasi, emosi, kelainan seksual, berat badan menurun
b) Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada
stadium lanjut dan termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot,
mioklonus atau gangguan berjalan
c) Terdapat bangkitan pada stadium lanjut
4) Gambaran diagnosa tersangka penyakit alzheimer yang tidak jelas terdiri dari:
35
a) Awitan mendadak
b) Diketemukan gejala neurologik fokal seperti hemiparese, hipestesia, defisit
lapang pandang dan gangguan koordinasi
c) Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitan
5) Diagnosa klinik kemungkinan penyakit alzheimer adalah:
a) Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologik lain, gejala psikiatri atau
kelainan sistemik yang menyebabkan demensia
b) Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang menyebabkan
demensia, defisit kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak
ada penyebab lainnya
6) Kriteria diagnosa pasti penyakit alzheimer adalah gabungan dari kriteria klinik
tersangka penyakit Alzheimer dan didapatkan gambaran histopatologi dari biopsy
atau otopsi :
a) autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri,
b) secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan
degenerasi neurofibrillary
e. Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik
tergantung pada 3 faktor yaitu :
1) Derajat beratnya penyakit
2) Variabilitas gambaran klinis
3) Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan penyakit Alzheimer :
1) Mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis
2) Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
f. Komplikasi
1) Infeksi
2) Malnutrisi
3) Kematian
g. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
36
37
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Di sisi lain, perkembangan juga dipandang secara menyeluruh, yang mencakup tiga
aspek, yaitu:
a. Perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat.
b. Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses berpikir, daya ingat, bahasa.
c. Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan pada konsep diri, konsep
gender, hubungan interpersonal. (Atkinson, Atkinson, Smith, Bem, Hoeksema, 1996.)
2. Contoh penyakit yang berkaitan dengan gangguan perkembangan antara lain :
a. Autisme
b. Sindrom Down
c. Parkinson
d. Alzheimer
B. SARAN
Diharapkan melalui makalah ini mahasiswa dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
gangguan pertumbuhan dan contoh penyakitnya
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2016.
Medicinesia.
Kelainan
Kongenital
Yang
Diturunkan.
39
40