PE N DAH U LUAN
1.1
Latar Belakang
Provinsi Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumber
daya alam yang sangat melimpah, dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu
daerah hal ini bisa menjadi modal berharga untuk membantu perkembangan dan
pertumbuhan daerah itu sendiri agar menjadi lebih baik. Namun dalam proses untuk
mencapai tujuan tersebut, sumber daya alam yang melimpah harus juga didukung oleh
sumber daya manusianya itu sendiri. Selainitu ketersediaan sarana dan prasaran yang
memadai juga sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan suatu
daerah serta masyarakat di daerah itu sendiri.
Kabupaten Lanny Jaya yang beribukota di Tiom terbentuk tahun 2008
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2008, memiliki luas wilayah 6.448
km2 atau 2,03 % dari luas wilayah Provinsi Papua. Kabupaten ini terbagi menjadi 10
Distrik/Distrik. Distrik-distrik tersebut antara lain Tiom, Kuyawage, Tiomneri,
Malagaineri, Balingga, Pirime, Dimba, Gamelia, Poga dan Makki. Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya. Dari 10 distrik di Kabupaten
Lanny Jaya, Distrik Tiom memiliki wilayah terluas yaitu 23,20 persen dan Distrik
Poga sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 1,20 persen dari
keseluruhan wilayah Kabupaten Lanny Jaya. Dalam perkembangannya setelah
dimekarkan dari Kabupaten Jayawijaya, ada beberapa permasalahan mendasar yang
dialami oleh Kabupaten Lanny Jaya yaitu, Wilayah Kabupaten Lanny Jaya memiliki
topografi dataran tinggi, seluruh wilayahnya berbukit-bukit dan bergununggunung
sehingga sangat sulit untuk mendapatkan daerah pemukiman yang datar.
Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk masyarakat Kabupaten
Lanny Jaya yang semakin banyak, maka pemerintah daerah Kabupaten Lanny Jaya
dituntutan agar mampu melayani masyarakat dengan semaksimal mungkin dalam
segala aspek pembangunan, maupun dalam pelayanan masyarakat atau Pelayanan
Publik.
Gambar 1.1.
gfg
1.2
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat disampaikann sesuai dengan
latar belakang diatas, diantaranya :
Distrik Tiom sebagai ibu kota Kabupaten yang menjadi pusat pembangunan dan
pelayanan masyarakat belum dapat memberikan pelayanan masyarakat secara
maksimal karena ketersediaan sarana-prasarana yang belum memadai serta fokus
pembangunan di Distrik Tiom saat ini adalah pembangunan infrastruktur
1.3
1.3.1
masyarakat
kabupaten
Lanny
Jaya
guna
meningkatkan
1.3.2. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan dan penelitian karya tulis ini
adalah agara menjadi masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Lanny Jaya agar
dapat melihat Distrik makki yang memiliki potensi jika dikembangkan guna
1.4
Sasaran
Sasaran dari penulisan karya tulis ini yang hendak dicapai oleh penulis adalah
agar karya tulis ini dapat menjadi salah satu rujukan ataupun masukan terhadap
pemerintah kabupaten Lanny Jaya dalam melaksanakan pemerintahannya, khususnya
dalam hal pembangunan dan pelayanan masyarakatnya.
Selain itu juga agar tujuan dari penulisan karya tulis ini dapat dilaksanakan
dan bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah, bahkan juga kepada penulis.
1.4
1.4.1
Mikro
Secara mikro, lingkup wilayah yang dibahas dalam penulisan karya tulis ini
adalah Distrik makki, Kabupaten Lanny Jaya. Dengan batas-batas administrasi
sebagai berikut :
Sebelah timur berbatasan dengan Distrik Beyam
Sebelah barat berbatasan dengan Distrik Tiom
Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Pirime
Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Danime
1.4.2
1.5
Kerangka Berpikir
LATAR
RUMUSAN
TUJUAN DAN
RUANG LINGKUP
STUDI
KERANGKA
RUANG
LINGKUP
RUANG
LINGKUP
SISTEMATIKA
LANDASAN
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI
ANALI
SA
PENUT
UP
KESIMPUL
AN
SARA
N
MAKR
MIKR
1.6
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian yang disusun berdasarkan urutan Bab, adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang penyusunan laporan penelitian, tujuan dan
manfaat, ruang lingkup studi, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori para ahli tentang sarana dan prasaran
yang harus dimiliki setiap daerah atau wilayah guna membantu pemerintah dalam
melayani masyarakat di daerah tersebut.
BAB III METODEOLOGI
Bab ini menguraikan tentang metode-metode yang digunakan oleh penulis
untuk memperoleh data untuk diolah serta dinalisa
BAB IV GAMABARAN UMUM WILAYAH
Bab ini berisikan tetang gambaran umum wilayah studi yaitu Distrik Makki
Kabupaten lanny jaya yang mencangkup, kondisi eksisting Daerah tersebut,
kependudukan, kondisi ekonomi, sosial, budaya masyarakat dan Kabupaten Lanny
Jaya.
BAB V. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Merupakan bab yang akan membahasan tentang analisa kesesuaian lahan,
analisa kependudukan, anilasa faktor-faktor pendukung perlu-tidaknya dikembangkan
daerah Distrik Makki Kabupaten Lanny Jaya menjadi alternatif pelayanan masyarakat
bagi distrik-distrik lain yang lokasinya jauh dari distrik Tiom.
BAB VI PENUTUP
Pada bagian bab terakhir ini berisikan keseluruhan penguraian tentang
kesimpulan dan rekomendasi untuk penelitian yang di tulis dalam Penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
kualitas
dan
jangkauan
pelayanan
jaringan
prasarana
telekomunikasi;
8. Pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan;
9. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sumber daya air;
10. Pengendalian fungsi kawasan lindung;
11. Pengembangan fungsi kawasan budidaya; dan
12. Pengembangan kawasan yang diprioritaskan untuk mendukung sektor
ekonomi potensial, pengembangan sosial budaya, dan daya dukung lingkungan
hidup.
2.2.3
10
pengembangan
jaringan
telekomunikasi
di
ibukota
prasarana
adalah
fasilitas
dasar
untuk
menjalankan
fungsi
sekolah/madrasah. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi
serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana antara lain
seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan lain-lain.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk
mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. (contohnya: sabit, cangkul,
dll.)
Prasarana adalah
segala
sesuatu
yang
merupakan
penunjang
utama
terselenggaranya produksi. (contohnya: lahan, jalan, parit, pabrik, tempat kerja, dll.)
Misalnya, dalam bidang transportasi darat kita dapat menyebut mobil, motor, bis, taksi
sebagai sarana transportasi karena digunakan secara langsung oleh orang. Sedangkan
fasilitas pendukung seperti jalan, rambu-rambu, lampu lalu lintas dapat kita sebut
sebagai prasarana.
2.3.4 Menurut Pakar
Conyers, D. dan P. Hills (1984) merinci sarana/fasilitas permukiman dapat
meliputi diantaranya:
1.
Fasilitas pelayanan ekonomi dan perdagangan, meliputi:
a. Warung/kios, merupak0061n unit usaha ekonomi skala terkecil;
b. Pertokoan, merupakan unit usaha ekonomi skala sedang - besar;
c. Pusat perbelanjaan skala lingkungan (toko dan pasar); dan
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (toko + pasar + bank + kantor-kantor +
industri kecil).
2.
3.
4.
14
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data baik data
sekunder yang diperoleh melalui kompilasi data dari istansi-istansi terkait yaitu
melalui Pemerinta Daerah Kabupaten Lanny Jaya seperti, Dinas Bapeda, Kantor
Statistik (BPS), dan lain-lain. Sedangkan data primer di peroleh dari survei lapangan,
dukumentasi, dan wawancara sekilas kepada masyarakat yang tinggal menetap di
untuk memperoleh data yang akurat dilapangan sehingga dapat digunakan sebagai
bahan analisis pada penulisan tugas Penelitian ini.
Setelah kedua sumber data di atas telah diperoleh, data tersebut akan diolah
melalui analisis dampak dalam bentuk tabel, grafik peta atau gambar dan deskripsi.
Dari hasil analisa data tersebut dapat dilakukan berbagai alternatif.
15
Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data maupun informasi secara
langsung.
17
. . . . . . . . . . . . . (3.3)
JPy JPx-1
LJPx =
Keterangan:
x 100%
JPx-
Proyeksi Penduduk
Untuk menganalisa penduduk untuk jangka waktu tahun mendatang harus
mengunakan rumus mengunAkan rumus bunga berganda yang rumusnya sebagi berikut:
Pn = Po (I + r) n
Keterangan:
Pn
Po
r
n
18
Analisis SWOT merupakan salah satu teknik praktes yang di gunakan oleh
para pengusaha dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
Analisis ini sangat penting dalam perumusan Strategis guna mencapai tujuan
dan sasaran sesuai dengan judul penulisan proposal ini untuk keperluan ini perlu di
buat Matrix SWOT dengan mengunakan hasil analisis faktor strategis sebagai mana
mestinya. Faktor-faktor strategis tersebut adalah yang mempunyai nilai (Skor kali
Bobot) relatif tinggi yang meliputi kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses),
Peluang (Opportunities), dan ancaman (Threat).
1. Analisis Faktor Strategis
Kinerja pembangunan suatu daerah atau institusi sangat di tentukan oleh faktor
internal dan eksternal dari daerah atau institusi bersangkutan. Sedangkan kondisi
eksternal menyangkut dengan peluang dan ancaman yang dapat dari luar, karena itu
dalam rangka menghasilkan strategi pembangunan yang lebih tepat dan sesuai dengan
kondisi daerah atau institusi bersangkutan , maka kedua unsur tersebut harus di bahas
secara mendalam dengan analisi faktor Strategis. Di samping itu agar analisi faktor
eksternal tersebut menjadi lebih baik dan terukur, maka penggunaan skor dan bobot
dapat di lakukan dalam penilaian untuk masing-masing unsur yang terdapat pada
kedua faktor tersebut. Dengan cara demikian akan dapat di ketahui faktor-faktor mana
yang dapat ditetapkan sebagai isu-isu strategis utama yang selanjutnya akan di jadikan
dasar dalam penyusunan strategi pembangunan daerah atau institusi bersangkutan
melalui penggunaan acuan dari Matriks SWOT.
a.
19
Tentukan 1-3 unsur-unsur kekuatan dan kelemahan utama dari daerah atau
II.
III.
IV.
V.
No
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
b.
20
Kelemahan
Bobot
Skor
Nilai
strategis eksternal yang sangat penting bagi pengembangan daerah atau institusi
bersangkutan. Berikut ini adalah cara dan langkah yang perlu di lakukan dalam
menentukan faktor strategi eksternal tersebut:
Analog dengan Tabel IFAS di atas, penyusunan Tabel External Faktor
Analisys Summary (EFAS) dapat di susun mengetahui faktor-faktor Strategis eksternal
yang sangat penting bagi pengembangan daerah atau Institusi yang bersangkutan.
Berikut ini adalah cara dan langkah yang perlu di lakukan dalam menentukan faktor
strategis eksternal tersebut:
I.
Tentukan dalam Kolom 2 sebanyak 1-3 sampai dengan 10 peluang dan ancaman
II.
III.
institusi bersangkutan.
Hitung skor (rating) untuk masing-masing faktor tersebut dengan memberikan
angka dalam bentuk Skala Licker mulai dari 1 (sangat kurang) sampai dengan 5
(sangat tinggi) berdasarkan besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap institusi
IV.
bersangkutan.
Kalikan bobot pada kolom 3 dengan skor pada kolom 4 untuk memperoleh nilai
pada kolom 5. Hasil pada kolom 5 ini merupakan hasil masing-masing faktor
V.
21
Bobot
Skor
Nilai
Ancaman
VI.
Dengan pembuatan tabel tersebut maka akan tampak secara jelas faktor-faktor
internal maupun eksternal institusi bersangkutan yang bersifat sangat strategis
dan menentukan kondisi dan daya saing institusi bersangkutan. Hal ini selanjutnya
di jadikan dasar untuk menyusun Matriks guna merumuskan strategis
pembangunan daerah atau institusi bersangkutan sesuai dengan kondisi strategis
internal dan eksternal yang dimilikinya.
2.
22
Internal
STRENGTHS (S)
Tentukan
1-3
faktor
WEAKNESSES (W)
kekuatan
Eksternal
OPPORTUNITIES (o)
STRATEGI-O
STRATEGI W-O
Tentukan
Tentukan
1-3
faktor
peluang
THREAT (T)
Tentukan
1-3
faktor
ancaman
menggunakan
strategi
kekuatan
yang
untuk
Tentukan
strategi
memanfaatkan peluang
memanfaatkan peluang
STRATEGI S-T
STRATEGI W-T
Tentukan
menggunakan
strategi
kekuatan
yang
untuk
mengatasi ancaman
yang
Tentukan
meminimalkan
strategi
yang
kelemahan
menghindari ancaman
dan
pembangunan dengan jalan mengatasi kelemahan yang ada untuk merebut peluang
yang tersedia, karena itu strategi ini lazim juga di sebut sebagai W-O Strategi yang
bersifat penyesuaian kebijakan kedalam (Internal Adjusment Oriented)
Sedangkan pada kuadran keempat dapat di hasilkan pula
pembangunan daerah dengan mengaitkan antara unsur kelemahan dan ancaman.
Dengan kata lain Kuadran ini dapat di ciptakan strategi pembangunan dengan jalan
mengatasi kelemahan intern yang ada untuk mengurangi ancaman yang datang dari
luar, karena itu strategii ini lazim di sebut sebagai W-T strategi yang lebih bersifat
Self-defence Strategy
Masing-masing kuadran tersebut dapat menghasilkan satu atau lebih
strategi pembangunan daerah atau pengembangan institusi bersangkutan. Dalam hal
ini tidak ada ketentuan yang mengharuskan masing-masing kuadran mempunyai
jumlah strategi yang sama bahkan dapat saja terjadi satu atau dua kuadran tidak
mempunyai strategi pembangunan sama sekali. Hal yang penting di upayakan di sini
adalah agar strategi pembangunan daerah yang di rumuskan tersebut tidak tumpang
tindih antara satu kuadran dengan kuadran yang lain. Di samping itu strategi yang di
rumuskan tersebut hendak nya benar-benar tepat dan bersifat operasional sesuai
dengan kondisi daerah atau institusi bersangkutan.
Faktor Eksternal
Peluang
6.
Ancaman
3.
7.
4.
8.
5.
9.
6.
Kekuatan
1.
10.
S-O Strategy
1.
7.
S-T Strategy
1.
2.
2.
2.
3.
3.
3.
4.
4.
4.
T
E
5.
Kelemahan
1.
5.
W-O Strategy
1.
5.
W-T Strategy
1.
2.
2.
2.
3.
3.
3.
4.
4.
4.
5.
F
A
K
T
O
R
5
5.
Berdasarkan Matriks SWOT ini terdapat empat kuadran yang
menghubungkan dua unsur faktor strategi yang terkait. Keempat kelompok strategi
tersebut adalah: strategi S-O (kuadran 1) Strategi S-T (kuadran II) Strategy W-O
(kuadran III) dan strategi W-T (kuadran IV) strategi S-O dirumuskan dengan jalan
memanfaatakan kekuatan yang di miliki daerah untuk merebut peluang pembangunan
yang tersedia. Strategi S-T di hasilkan dengan menggunakan kekuatan yang di miliki
daerah untuk menghilangkan ancaman pembangunan yang di perkirakan dapat terjadi.
Strategi W-O di rumuskan dengan jalan mengurangi kelemahan yang terdapat di
daerah untuk merebut peluang pembangunan yang tersedia. Sedangkan W-T di
hasilkan dengan jalan mengatasi kelemahan yang terdapat di daerah untuk
menghilangkan ancaman pembangunan yang mungkin terjadi
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1
25
Kabupaten Lanny Jaya lahir setelah 7 tahun otonomi khusus Papua tepatnya
pada tanggal 4 Januari 2008. Melalui Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008,
Kabupaten Lanny Jaya bersama dengan lima kabupaten lainnya yaitu Kabupaten
Puncak (pemekaran Puncak Jaya), Kabupaten Dogiyai (pemekaran dari Nabire),
Kabupaten Mamberamo Tengah, Nduga, dan Yalimo (pemekaran dari ayawijaya).
Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto pada tanggal 21 Juni
2008. Kabupaten Lanny Jaya berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Jayawijaya
yang mencakup 10 distrik, yaitu Distrik Makki, Pirime, Tiom, Balingga, Kuyawage,
Malagaineri, Tiomneri, Dimba, Gamelia, dan Distrik Poga. Wilayah Kabupaten Lanny
Jaya berada di sebelah barat Wamena, secara geografis terletak di selatan garis
katulistiwa melintang dari timur ke barat antara 1270,52 Bujur Timur 1380,40
Bujur Timur dan 050,00 Lintang Selatan 050,30 Lintang Selatan. Jarak Wilayah
Kabupaten Lanny Jaya dengan Kota Wamena kurang lebih 92,25 Km dengan waktu
tempuh sekitar 4 jam perjalanan dengan transportasi darat, atau sekitar 20 menit
dengan transportasi udara. Kabupaten yang menurut UU No 5 tahun 2008 memiliki
luas wilayah 2.248 Km2 berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut :
26
27
4.2
Keadaan Geografis
Kabupaten Lanny Jaya yang beribukota di Tiom terbentuk tahun 2008
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2008, memiliki luas wilayah 6.448
km2 atau 2,03 % dari luas wilayah Provinsi Papua. Kabupaten ini terbagi menjadi 10
Distrik/Distrik. Distrik-distrik tersebut antara lain Tiom, Kuyawage, Tiomneri,
Malagaineri, Balingga, Pirime, Dimba, Gamelia, Poga dan Makki. Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya. Dari 10 distrik di Kabupaten
Lanny Jaya, Distrik Tiom memiliki wilayah terluas yaitu 23,20 persen dan Distrik
Poga sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 1,20 persen dari
keseluruhan wilayah Kabupaten Lanny Jaya.
Wilayah Kabupaten Lanny Jaya memiliki topografi dataran tinggi, seluruh
wilayahnya berbukit-bukit dan bergununggunung sehingga sangat sulit untuk
mendapatkan daerah pemukiman yang datar. Sebelah Utara Kabupaten Lanny Jaya
berbatasan dengan Kabupaten Tolikara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Nduga, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jayawijaya dan sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya. Tiom sebagai pusat pemerintahan
Kabupaten Lanny Jaya dapat ditempuh melalui jalur darat dan udara. Distrik yang
paling jauh dari ibu kota kabupaten adalah Distrik Kuyawage, yaitu sekitar 45 km,
sedangkan yang terdekat adalah Distrik Tiomneri yang berjarak sekitar 7 km. Untuk
lebih jelas, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kabupaten Lanny Jaya
Kelurahan
Jumlah
Kampung
Luas
(Km2
)
20
2,156
Jumlah
No
28
Distrik
Pusat Distrik
TIOM
BOKON
MAKKI
KEMIRI
22
358
PIRIME
EKANOM
27
1,682
GAMELIA
GAMELIA
12
120
KUYAWAGE
WUPAGA
10
545
MELAGAINERI
OKA
218
Jumlah
No
Distrik
Pusat Distrik
Kelurahan
Jumlah
Kampung
Luas
(Km2
)
TIOMNERI
MILINGGAME
12
396
BALINGGA
BALINGGA
15
365
DIMBA
YUGUA
497
10
POGA
LUGOBAK
10
111
142
6,44
8
Jumlah
Gambar 4.2 :
Persentase Luas Wilayah Kabupaten Lanny Jaya Dirinci Menurut Distrik (Ha), 2012
29
4.3
4.3.1 Topografi
Topografi atau kemiringan lahan wilayah Lanny Jaya sebagian besar berupa
gunung dan perbukitan, dengan kemiringan lahan lebih dari 60 % mencapai 90 % dari
luas lahan wilayah kabupaten. Sedangkan lahan yang relatif datar hanya 10.729 Km 2
(2.45%) dari luas lahan.
4.3.2
Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Lanny Jaya adalah:
a. Entisol adalah tanah yang baru berkembang dari bahan asal atau bahan induknya.
Pembentukan tanah ini dapat sebagai akibat dari iklim yang sangat kering
sehingga pelapukan dan reaksi kimia sangat lambat, adanya erosi yang kuat
sehingga bahan-bahan yang tererosi lebih banyak dari yang terbentuk,
pengendapan yang terus menerus, selalu jenuh air sehingga menghambat
perkembangan horison. Tanah entisol banyak digunakan untuk pertanian terutama
di daerah endapan sungai yang umumnya subur. Jenis tanah entisol paling banyak
terdapat di Distrik Melagaineri dengan luas 53% dari seluruh wilayah Kabupaten
Lanny Jaya.
b. Inceptisol merupakan tanah yang belum matang, perkembangan profilnya lemah
dan masih banyak menyerupai bahan induknya. Penggunaannya untuk pertanian
dan non pertanian adalah beragam, daerah berlereng untuk hutan dan untuk
pertanian perlu didrainase jika drainase buruk. Jenis tanah inceptisol paling
banyak terdapat di Distrik Kuyawage dengan luas 65% dari seluruh wilayah
kabupaten Lanny Jaya.
c. Mollisol terbentuk dari adanya proses pembentukan tanah yang berwarna gelap
karena penambahan bahan organik. Akibat pelapukan bahan organik di dalam
tanah membentuk senyawa-senyawa yang stabil dan berwarna gelap. Warna gelap
yang terbentuk, dengan adanya aktivitas mikroorganisme tanah maka terjadi
pencampuran bahan organik dan bahan mineral tanah sehingga terbentuk
kompleks mineral-organik yang berwarna kelam. Tanah ini merupakan tanah yang
31
subur dengan hanya sedikit pencucian sehingga kejenuhan basa tinggi. Sebagian
besar tanah ini digunakan untuk pertanian. Jenis tanah Mollisol terdapat di Distrik
Kuyawage, Pirime, Gamelia, Poga, Makki, dan Dimba.
d. Ultisol merupakan tanah yang sudah berkembang dan dicirikan dengan adanya
horison argilik, bersifat masam dan kejenuhan basa rendah (<35%). Tanah ini
umumnya terbentuk dari bahan induk batuan liat. Untuk pemanfaatan tanah ini
ada beberapa kendala yaitu reaksinya masam, kejenuhan basa rendah, kadar
aluminium yang tinggi sehingga dapat meracuni tanaman, ketersediaan unsur hara
rendah dan adanya fiksasi fosfor yang tinggi. Dengan demikian untuk
pemanfaatannya diperlukan pemupukan dan pengapuran untuk mengatasi
kemasaman tanah dan keracunan aluminium. Seluruh wilayah Kabupaten Lannny
Jaya memiliki jenis tanah ultisol dan yang paling banyak terdapat di Distrik
Melagaineri. Jenis tanah ini mendominasi wilayah kabupaten dengan luas 32.7913
Ha atau 74.9 %.
32
33
34
4.3.3
Geologi
Data batuan di bawah ini diperoleh dari Peta geologi Lembar Wamena, Irian
Jaya yang disusun oleh U. Sukanta, S. Wiryosujono dan A. S Hakim tahun 1995.
Serta Peta Geologi Lembar Rotanburg (Idenburg Barat) yang disusun oleh B. H.
Harahap dan Y. Noya 1995 yang semuanya merupakan pegawai Pusat Penelitian
Pengembangan Geologi.
dengan
kelabu kecoklatan, terpilah buruk, berbutir halus hingga kasar dan dapat
diremas.
b. Kelompok Batugamping Nugini (Tak terpisahkan) (KTmn):
Tersebar mulai di sebelah Selatan, membentang dari Barat hingga
Timur Kabupaten Lanny Jaya terdiri dari Formasi Waripi di Bagian Bawah
dan Batugamping Yaweee di bagian atas. Kalkarenit, biokalkarenit, batu
pasis kuarsa gampingan, batu lanau, batu lumpur berlapis tipis, kalsirudit
dan kalkarenit oolitan. Batuan ini merupakan endapan paparan.
c. Formasi Waripi (Ktew) :
Formasi ini berada bagian tengah Kabupaten Lanny Jaya yang terdiri
dari batugamping, batu pasir kuarsa dam batu lanau gampingan.
Batugamping umumnya pasiran dan oolitan. Napal dan biokalkarenit merah
kecoklatan biasanya dolomitan dan jarang glaukonitan, kelabu kebiruan dan
merupakan sisipan. Bentang alam satuan ini mempelihatkan topografi
Karst. Tebalnya 400-700m. Satuan ini diendapkan selaras diatas Formasi
Ekmai yang berumur Kapur Akhir. Berdasarkan kedudukan formasi itu
maka satuan ini berumur Kapur Akhir Eosen.
d. Kelompok Kembelangan (Tak terbedakan) (JKk) :
Kelompok ini membentang sebelah bagian Tengah membentang dari
Barat ke Timur Kabupaten Lanny Jaya. Terdiri dari batulumpur kopai,
batupasir woniwogi, batulumpur piniya, dan batupasir ekmai. Umur JuraKapur. Diendapkan di lingkungan paparan dangkal.
e. Batupasir Ekmai (Kue):
35
36
37
4.3.4
Hidrologi
Potensi sumber daya air di Kabupaten Lanny Jaya sangat bervariasi, terdapat
sejumlah potensi sumber air tanah dengan akuifer berskala kecil sampai tinggi. Selain
itu juga terdapat berbagai mata air dengan debit yang bervariasi.
Sesuai Kepmen-PU no. 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai, Kabupaten Lanny Jaya berada dalam Wilayah Sungai (WS) Lintas
Negara Einlanden-Digoel-Bikuma. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau
pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
WS Einlanden-Digoel-Bikuma terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai
(DAS). Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Kabupaten
Lanny Jaya berada dalam DAS Einlanden.
Potensi air permukaan di Kabupaten Lanny Jaya meliputi Sungai Tiom,
Malagai, Wanuga, Makki, serta anak-anak sungainya. Di samping itu, Kabupaten
Lanny Jaya juga memiliki beberapa mata air yang tersebar di setiap distrik.
38
39
4.3.5
Sumberdaya Hutan
Kawasan Hutan di Kabupaten Lanny Jaya terdiri dari kawasan hutan lindung,
kawasan hutan produksi konversi dan kawasan Taman Nasional, yang tersebar di
seluruh distrik. Wilayah dengan luasan hutan terbesar adalah Distrik Kuyawage dan
terkecil adalah Distrik Poga.
Kawasan hutan lindung menjadi potensi bagi lokasi penyediaan sumber air
serta sebagai perlindungan terhadap kawasan bawahnya.
No
Distrik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Tiom
Kuyawage
Tiomneri
Malagaineri
Balingga
Pirime
Dimba
Gamelia
Poga
Makki
Hutan
Lindung
Taman
Nasional
HPK
14.249,3
1.395,9
26.652,3
67.284,6
9.955,5
107.741,3
28.920,6
250,8
23.754,5
21.478,7
3.319,3
12.988,5
987,2
3.662,8
5.011,5
135.551
%
30,9
Sumber : Bappeda Kabupaten Lanny Jaya
4.3.6
6.811,1
28.189,4
14.926,4
7.594,8
175.219
40
10.737,5
1.1250,2
9.009,9
3.728,6
5.080,6
114.211
26,1
APL
660,7
427,4
4.159,3
7.502,2
12.750
3
Penggunaan Lahan
Dominasi penggunaan lahan di Kabupaten Lanny Jaya berupa hutan.
Kawasan terbangun berkembang di sepanjang ruas jalan Wamena-Tiom, di bagian
timur wilayah. Sebagian kampung berada di tengah kawasan hutan.
Kegiatan budidaya pertanian berkembang sejalan dengan keberadaan
kampung, dan sepanjang sungai. Kegiatan pertanian merupakan kegiatan usaha yang
potensial di Kabupaten Lanny Jaya, terutama pertanian lahan kering berupa sayurmayur, ubi jalar, keladi, jagung dengan luas garapan mencapai 50.167 Ha, tersebar di
40
wilayah Kabupaten Lanny Jaya diprediksi terdapat sumber tambang batu bara di
wilayah Distrik Makki, walaupun belum dilakukan penelitian secara ilmiah.
41
Peta :
Penggunaan
42
4.3.7
Keadaan Iklim
Keadaan iklim wilayah Kabupaten Lanny Jaya pada umumnya hampir sama
dengan wilayah di daerah Pegunungan Tengah Papua. Perbedaan yang mencolok
terlihat pada keadaan suhu dan kecepatan angin karena tergantung pada ketinggian
wilayah.
Berdasarkan hasil pencatatan Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Wamena Tahun 2013, dilaporkan bahwa suhu udara rata-rata di wilayah Kabupaten
Lanny Jaya selama tahun 2013 mencapai 19,8 C, di mana suhu minimum tercatat
14,70C sementara suhu maksimum mencapai 26,10C Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, ratarata suhu udara di Lanny Jaya sedikit lebih rendah. Selama tahun
2013, kelembaban udara rata-rata mencapai 85% sedangkan rata-rata tekanan udara
mencapai 834,61 mb. Curah hujan di Lanny Jaya cukup bervariasi setiap bulannya.
Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Februari (343,4 mm) sedangkan terendah
pada bulan September (93,4 mm). Rata-rata jumlah hari hujan selama 1 bulan ada
sekitar 24 hari. Pada bulan Juli dan Desember, hujan hampir terjadi dalam satu bulan
(27 hari). Diperkirakan bahwa di Lanny Jaya kerap terjadi hujan. Hal ini bisa saja
terjadi karena kondisi topografi yang bergunung-gunung dan masih banyak perbukitan
sehingga sulit dibedakan musim secara jelas.
Gambar 4.9 : Suhu Udara Maksimum dan Minimum pada Stasiun Meteorologi
Wamena, 2013
43
Gambar 4.8 : Rata-rata Curah Hujan pada Stasiun Meteorologi Wamena, 2013
Gambar 4.10 : Rata-rata Hari Hujan pada Stasiun Meteorologi Wamena, 2013
44
4.4
Pemerintahan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lanny Jaya memiliki 10 distrik yang terdiri
dari 1 kelurahan dan 142 kampung atau desa. Ke sepuluh distrik tersebut adalah
Distrik Tiom, Kuyawage, Tiomneri, Malagaineri, Balingga, Pirime, Dimba, Gamelia,
Poga dan Makki. Satu-satunya kelurahan terdapat di Distrik Tiom yaitu Kelurahan
Bokon. Distrik Kuyawage, Tiomneri, Malagaineri, Balingga dan Dimba merupakan
distrik pemekaran dari Distrik Tiom berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Jayawijaya No. 04 Tahun 2004. Sedangkan Distrik Poga merupakan pemekaran
distrik pemekaran dari Distrik Gamelia berdasarkan Perda Kabupaten Jayawijaya
Nomor. 20 Tahun 2006. Tahun 2012, sebanyak 143 kampung/kelurahan menerima
dana Respek (Rencana Strategi Pembangunan Kampung) yang dikucurkan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Papua masingmasing sebesar Rp. 100.000.000,-
45
Tabel 4.2
Nama Distrik, Ibu Kota Distrik dan Jumlah Kampung di Kabupaten Lanny Jaya, 2013
46
Tabel 4.3
Nama Kampung / Kelurahan dan Status Pemerintahan diKabupaten Lanny Jaya, 2013
47
Tabel 4.3
Lanjutan
48
Tabel 4.3
Lanjutan
49
Tabel 4.3
Lanjutan
50
Tabel 4.3
Lanjutan
4.5
Kependudukan
Dalam proses pembangunan, keberadaan penduduk tidak saja berperan sebagai
pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran/objek pembangunan. Bagaimana
pembangunan dilaksanakan dan ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan
kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan
karakteristik
yang
menunjang tercapainya
Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Kabupaten Lanny Jaya pada Tahun 2013
53
Pada tahun 2013, rasio jenis kelamin penduduk Lanny Jaya menunjukkan
angka di atas 100, yaitu 115,19. Artinya bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar
15 persen dibanding perempuan, atau dengan kata lain pada 100 perempuan terdapat
115 laki-laki. Sejalan dengan hal tersebut, rasio jenis kelamin pada semua distrik di
Lanny Jaya juga berada di atas angka 100. Rasio jenis kelamin paling
tinggi adalah Distrik Malagaineri, yaitu sebesar 125,35 dan paling
rendah adalah Distrik Tiom sebesar 111,77.
Gambar 4.12
Sex Ratio Penduduk Kabupaten Lanny Jaya menurut Distrik, 2013
Selain sex ratio, pengelompokan penduduk berdasarkan umur produktif dan
tidak produktif juga sangat penting. Semakin banyak penduduk usia produktif yang
berpendidikan berarti semakin mampu suatu daerah untuk mengembangkan aktifitas
ekonominya. Indikator yang biasa digunakan adalah indikator dependency ratio yang
menggambarkan total rasio ketergantungan penduduk usia tidak produktif (kelompok
umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 ke atas) bagi penduduk usia produktif
(kelompok umur 15-64 tahun). Indikator ini merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur dampak keberhasilan pembangunan kependudukan di
suatu daerah. Pembangunan di bidang kependudukan dikatakan berhasil jika nilai
54
dependency rationya rendah. Semakin rendah nilai dependency ratio berarti semakin
rendah angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban ketergantungan akan
memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas
dirinya.
Tabel 4.5
Angka Ketergantungan Penduduk Kabupaten Lanny Jaya, 2013
4.6.1
Pendidikan
Pada tahun 2013 Kabupaten Lanny Jaya memiliki 235 sekolah dengan
perincian 143 sekolah taman kanak-kanak/Paud, 61 sekolah dasar, 24 sekolah
menengah tingkat pertama dan 7 sekolah menengah atas (SLTA). Penyelenggaraan
pendidikan dasar tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga oleh pihak
swasta. Peran pihak swasta dengan yayasannya telah membantu pendidikan dan
pengajaran anak-anak di kampungkampung pedalaman yang belum tersentuh oleh
sekolah dasar inpres milik pemerintah.
Tabel 4.6
2013
Gambar 4.13
Grafik Banyaknya Sekolah dirinci Menurut Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Lanny Jaya, 2013
4.6.2
Kesehatan
Di Kabupaten Lanny Jaya terdapat 1 buah rumah sakit, 10 buah puskesmas, 24
puskesmas pembantu an 44 balai pengobatan. Puskesmas terdapat di semua distrik,
kecuali di Distrik Pirime. Berdasarkan data-data yang bersumber dari Dinas
Kesehatan dan Sosial Kabupaten Lanny Jaya, terdapat 10 tenaga dokter umum, 116
tenaga perawat, 33 bidan, 10 orang non paramedis.
57
Tabel 4.7
Banyaknya Tenaga Kesehatan dan Sosial Dinas Kesehatan dan Sosial Menurut Distrik
di Kabupaten Lanny Jaya, 2013
2013
58
Gambar 4.14
Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya, 2013
4.6.3
Keagamaan
Penduduk Kabupaten Lanny Jaya mayoritas memeluk agama Kristen
Protestan, walaupun belum didapatkan data terinci tentang jumlah pemeluknya.
Gambaran ini dapat di tunjukan dari tempat beribadah terbanyak adalah dari pemeluk
agama Protestan. Dari 207 tempat beribadah berbagai agama, sebanyak 205 buah
adalah tempat beribadah umat agama Protestan dan 2 buah tempat ibadah agama
Katolik. Sejalan dengan itu, jumlah rohaniwan dan penyuluh agama yang ada di
kabupaten ini juga persentase terbesar ada pada agama Protestan.
59
Tabel 4.3.1
Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Distrik di Kabupaten Lanny Jaya, 2013
60
Gambar 4.15
4.7
Kondisi Prasarana
4.7.1
Prasarana Jalan
Berdasrkan hasil pengamatan langsung dilapangan, Prasarana jalan yang
terdapat di Kabupaten Lanny Jaya adalah jalan kolektor primer (K1,K2,K3) dan Jalan
Lokal Primer. Kondisi fisik dari jalan-jalan tersebut sebagian masih dalam tahap
penghalusan dan sebagian lagi belum atau hanya bebatuan. Secara keseluruhan jalanjalan yang ada di Kabupaten Lanny Jaya sedang dalam tahap penghalusan.
61
Gambar 4.16
Peta Jaringan Jalan Kabupaten Lanny Jaya
62
Gambar 4.17
Jaringan Jalan Kabupaten Lanny Jaya
4.7.2
Drainase
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi studi, Kabupaten Lanny Jaya hingga
saat ini belum memiliki drainase. Baik dari Ibu Kota Kabupaten hingga distrikdistrik lain di Kabupaten Lanny Jaya. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 4.18
63
4.7.3
Jaringan Listrik
Dari hasil pengamatan, di kabupaten Lanny Jaya hanya Ibu Kota Kabupaten
Lanny Jaya dan distrik Makki yang memiliki pembangkit listrik berskala distrik. Ada
PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel) di Distrik Tiom yang melayani masyarakat
dari jam 6 sore hingga jam 10 malam dan di Distrik Makki ada PLTAM (Pembangkit
Listrik Tenaga Air Mikro) yang mampu malayani kebutuhan listrik masyarakat hingga
24 jam , sedangkan untuk Distrik lain, masih menggunakan solarsel, ataupun disel
untuk keperluan Listrik sehari-hari.
Gambar 4.19
64
4.7.3
Air Bersih
Berdasarkan hasil pengamatan, masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya pada
umumnya memperoleh air bersih untuk keperluan sehari-hari dari sungai-sungai
ataupun sumur serta mata air yang digali disekitar permukima masyarakat.
Gambar 4.19
65
4.7.4
Jaringan Telekomunikasi
Dengan berkembangnya dunia modern saat ini, maka alat telkomnikasi yang
digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah handphone (HP), begitu pula
halnyta dengan masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya. Berdasarkan hasil studi,
masyarakat di kabupaten Lanny Jaya pada umumnya menggunakan handphone
sebagai alat telekomunikasinya. Karena di Kabupaten Lanny Jaya telah dibangun
sebuah menara sinya untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi
Gambar 4.20
Menara Jaringan Telekomunikasi
66