Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PE N DAH U LUAN

1.1

Latar Belakang
Provinsi Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumber
daya alam yang sangat melimpah, dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu
daerah hal ini bisa menjadi modal berharga untuk membantu perkembangan dan
pertumbuhan daerah itu sendiri agar menjadi lebih baik. Namun dalam proses untuk
mencapai tujuan tersebut, sumber daya alam yang melimpah harus juga didukung oleh
sumber daya manusianya itu sendiri. Selainitu ketersediaan sarana dan prasaran yang
memadai juga sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan suatu
daerah serta masyarakat di daerah itu sendiri.
Kabupaten Lanny Jaya yang beribukota di Tiom terbentuk tahun 2008
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2008, memiliki luas wilayah 6.448
km2 atau 2,03 % dari luas wilayah Provinsi Papua. Kabupaten ini terbagi menjadi 10
Distrik/Distrik. Distrik-distrik tersebut antara lain Tiom, Kuyawage, Tiomneri,
Malagaineri, Balingga, Pirime, Dimba, Gamelia, Poga dan Makki. Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya. Dari 10 distrik di Kabupaten
Lanny Jaya, Distrik Tiom memiliki wilayah terluas yaitu 23,20 persen dan Distrik
Poga sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 1,20 persen dari
keseluruhan wilayah Kabupaten Lanny Jaya. Dalam perkembangannya setelah
dimekarkan dari Kabupaten Jayawijaya, ada beberapa permasalahan mendasar yang
dialami oleh Kabupaten Lanny Jaya yaitu, Wilayah Kabupaten Lanny Jaya memiliki
topografi dataran tinggi, seluruh wilayahnya berbukit-bukit dan bergununggunung
sehingga sangat sulit untuk mendapatkan daerah pemukiman yang datar.
Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk masyarakat Kabupaten
Lanny Jaya yang semakin banyak, maka pemerintah daerah Kabupaten Lanny Jaya
dituntutan agar mampu melayani masyarakat dengan semaksimal mungkin dalam
segala aspek pembangunan, maupun dalam pelayanan masyarakat atau Pelayanan
Publik.

Permasalahan lain yang menjadi penghambat pemerintah daerah Kabupaten


Lanny Jaya dalam melaksanakan proses pembangunan dan melayani masyarakat
adalah aksesibiltas. Hingga saat ini aksesibilitas pergerakan masyarakat hingga barang
dan jasa di Kabupaten Lanny Jaya hanya lewat darat, walaupun bandara udara di
beberapa distrik memang ada, namun hingga saat ini aksesibilatas manusia dan barang
di Kabupaten Lanny Jaya pada umumnya hanya lewat darat saja. Jika hendak
mendatangkan alat-alat dan bahan-bahan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah
Kabupaten Lanny Jaya dalam melakukan proses pembangunan dan pelayanan
masyarakat ke Kabupaten Lanny Jaya maka alat-alat dan bahan-bahan tersebut harus
didatngkan lewat transportasi udara ke Kabupaten Jayawijaya barulah lewat
transportasi darata alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan tersebut dapat sampai
ke Kabupaten Lanny Jaya. Hal ini sungguh sangat memakan waktu lama dan dengan
demikian proses pembangunan dan pelayanan masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya
akan menjadi kurang maksimal. Selain waktu yang lama, ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai di beberapa distrik yang letaknya mudah dijangkau perlu
untuk perhatikan dan ditingkatkan guna mendukung proses pelayanan masyarakat
yang diberikan oleh pemerintah kabupaten Lanny Jaya. Dalam hal ini distrik Tiom
sebagai Ibu Kota Kabupaten dan Distrik Makki.
Distrik Tiom adalah Ibu Kota Kabupaten Lanny Jaya, berada tepat di tengahtengah Kabupaten Lanny Jaya dan memiliki luas wilayah 813,28 Km. Saat ini
fokus pemerintah kabupaten Lanny Jaya di Distrik Tiom adalah pembangunan
Infrastruktur pemerintahan seperti Kantor-kantor dan Jalan guna meningkatkan
aksesibilats masyarakat dan barang di daerah ini. Dengan adanya kegiatan
pembangunan infrastruktur diatas maka peleyanan masyarakat di distrik ini menjadi
kurang maksimal, terlebih lagi karena beberapa sarana-prasarana yang dibutuhkan
masyarakat hingga saat ini belum terlalu memadai di Distrik Tiom, untuk itu perlu
dikembangkan jaga distrik lain yang dianggap dapat memenuhi kegiatan pelayanan
masyarakat yang dalam hal ini adalah Distrik Makki. Distrik makki adalah distrik
dengan luas wilayah 309,81 Km, alasan mengapa Distrik Makki harus dikembangkan
adalah karena ketersediaan sarana-prasarana di distrik ini lebih memadai serta
aksesibilitas yang lebih mudah dijangkau, serta jarak tempuh yang lebih dekat dari
kota wamena Kabupaten Jayawijaya yang menjadi daerah persinggahan barang dan
masyarakat jika dari luar kota hendak pergi ke Lanny Jaya.
2

UNIVERSITAS SAINS & TEKNOLOGI


JAYAPURA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN

Sumber: Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 1.1.

Peta Pola Ruang Kabupaten Lanny Jaya

gfg
1.2

Rumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat disampaikann sesuai dengan
latar belakang diatas, diantaranya :

Distrik Tiom sebagai ibu kota Kabupaten yang menjadi pusat pembangunan dan
pelayanan masyarakat belum dapat memberikan pelayanan masyarakat secara
maksimal karena ketersediaan sarana-prasarana yang belum memadai serta fokus
pembangunan di Distrik Tiom saat ini adalah pembangunan infrastruktur

pemerintahan dan jalan ke beberapa distrik yang belum terakses.


Distrik Makki yang memiliki sarana-prasarana yang lebih memadai dibandingkan
dengan distrik Tiom belum terlalu diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Lanny
Jaya, serta memeiliki aksesibilitas yang lebih baik kareana jaraka yang lebih dekat
dengan Kabupaten Jayawijaya sebagai daerah persinggahan masyarakat dan barang
sebelum ke Kabupaten Lanny Jaya

1.3
1.3.1

Tujuan, Manfaat Dan Sasaran


Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Mengetahui alasan perlu dikembangkannya Distrik Makki menjadi pusat
pelayanan

masyarakat

kabupaten

Lanny

Jaya

guna

meningkatkan

kesejahteraaan masyarakat secara merata dibandingkan dengan Distrik Tiom


sebagai Ibu Kota Kabupaten Lanny Jaya;
2. Mengidentifikasi Sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan oleh Distrik
Makki agar dapat menjadi pusat pelayanan masyarakat yang dapat melayani
seluruh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Lanny Jaya.

1.3.2. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan dan penelitian karya tulis ini
adalah agara menjadi masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Lanny Jaya agar
dapat melihat Distrik makki yang memiliki potensi jika dikembangkan guna

meningkatkan pelayanan masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya, Khususnya


masyarakat yang tinggal jauh dari Ibu Kota Kabupaten Lanny Jaya.
Manfaat lain yang dapat diperoleh oleh penulis dari penulisan karya tulis ini
adalah penulis dapat mengetahui sebuah proses penulisan karya tulis yang baik dan
benar dengan mendapat bimbingan dari dosen pembimbing.

1.4

Sasaran
Sasaran dari penulisan karya tulis ini yang hendak dicapai oleh penulis adalah
agar karya tulis ini dapat menjadi salah satu rujukan ataupun masukan terhadap
pemerintah kabupaten Lanny Jaya dalam melaksanakan pemerintahannya, khususnya
dalam hal pembangunan dan pelayanan masyarakatnya.
Selain itu juga agar tujuan dari penulisan karya tulis ini dapat dilaksanakan
dan bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah, bahkan juga kepada penulis.

1.4
1.4.1

Ruang Lingkup Studi


Ruang Lingkup Wilayah
Makro
Secara makro, rung lingkup wilayah yang dibahas dalam penulisan karya tulis
ini adalah Kabupaten Lanny Jaya. Dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Jayawijaya


Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nduga
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tolikara

Mikro
Secara mikro, lingkup wilayah yang dibahas dalam penulisan karya tulis ini
adalah Distrik makki, Kabupaten Lanny Jaya. Dengan batas-batas administrasi
sebagai berikut :
Sebelah timur berbatasan dengan Distrik Beyam
Sebelah barat berbatasan dengan Distrik Tiom
Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Pirime
Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Danime

1.4.2

Ruang Lingkup Substansi


Dengan maksud untuk memperjelas dan memfokuskan permasalahan yang
dibahas, maka penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahan yang di bahas
sesuai topik judul penelitian yaitu strategi pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana ruang wilayah kabupaten lanny jaya Pemfokusan yang di lakukan pada
pembahasan adalah sebagai berikut :
Penelitian ini hanya membahas masalah strategi pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana ruang wilayah kabupaten lanny jaya khususnya di
Distrik makki Kabupaten Lanny Jaya
Faktor-faktor penyebab mengapa sarana dan prasarana di distrik Makki
kabupaten Lanny Jaya perlu untuk dikembangkan
Arahan pembangunan Kabupaten Lanny Jaya sesuai dengan RTRW dan
fungsi Ibu Kota Kabupaten Lanny Jaya.

1.5

Kerangka Berpikir

LATAR

RUMUSAN
TUJUAN DAN
RUANG LINGKUP
STUDI
KERANGKA

RUANG
LINGKUP
RUANG
LINGKUP

SISTEMATIKA

LANDASAN
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI

ANALI
SA
PENUT
UP

KESIMPUL
AN
SARA
N

MAKR
MIKR

1.6

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian yang disusun berdasarkan urutan Bab, adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang penyusunan laporan penelitian, tujuan dan
manfaat, ruang lingkup studi, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori para ahli tentang sarana dan prasaran
yang harus dimiliki setiap daerah atau wilayah guna membantu pemerintah dalam
melayani masyarakat di daerah tersebut.
BAB III METODEOLOGI
Bab ini menguraikan tentang metode-metode yang digunakan oleh penulis
untuk memperoleh data untuk diolah serta dinalisa
BAB IV GAMABARAN UMUM WILAYAH
Bab ini berisikan tetang gambaran umum wilayah studi yaitu Distrik Makki
Kabupaten lanny jaya yang mencangkup, kondisi eksisting Daerah tersebut,
kependudukan, kondisi ekonomi, sosial, budaya masyarakat dan Kabupaten Lanny
Jaya.
BAB V. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Merupakan bab yang akan membahasan tentang analisa kesesuaian lahan,
analisa kependudukan, anilasa faktor-faktor pendukung perlu-tidaknya dikembangkan
daerah Distrik Makki Kabupaten Lanny Jaya menjadi alternatif pelayanan masyarakat
bagi distrik-distrik lain yang lokasinya jauh dari distrik Tiom.

BAB VI PENUTUP
Pada bagian bab terakhir ini berisikan keseluruhan penguraian tentang
kesimpulan dan rekomendasi untuk penelitian yang di tulis dalam Penelitian ini.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.

Peraturan Daerah Kabupaten Lnny Jaya Nomor 05 Tahun 2014 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lanny Jaya tahun 2014
a. Bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Lanny Jaya dengan
memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras,
seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah;
b. Bahwa ruang wilayah Kabupaten Lanny Jaya, baik sebagai kesatuan wadah yang
meliputi ruang daratdan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun
sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana
untuk pemenuhan hak-hak dasar Orang Asli Papua dengan menghargai kesetaraan
dan keragaman kehidupan sosial budaya Penduduk Kabupaten Lanny Jaya, serta
kelestarian keanekaragaman hayati yang khas dan langka secara berkelanjutan;
c. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78 ayat (4) butir c Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Peraturan Daerah
Provinsi Papua Nomor 23 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Papua Tahun 2013-2033, maka perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lanny Jaya;

2.2 Tujuan, Kebijakan Dan Strategi


2.2.1 Tujuan Penataan Ruang
8

Penataan ruang Kabupaten Lanny Jaya bertujuan untuk mewujudkan wilayah


pertanian yang produktif dan berkelanjutan.
2.2.2

Kebijakan Penataan Ruang


Tujuan penataan ruang Kabupaten Lanny Jaya secara lebih operasional
diarahkan dalam 12 kebijakan sebagai berikut:
1. Pengembangan pertanian sebagai sektor ekonomi unggulan, termasuk
sumberdaya lokal;
2. Pengembangan perikanan, pertambangan, dan perikanan sebagai sektor
ekonomi pendukung;
3. Pengembangan sumberdaya wilayah sesuai daya dukungnya dengan
mempertimbangkan bentang alam dan ekosistem khas sebagai faktor utama;
4. Pengembangan manajemen resiko bencana;
5. Pengembangan peran pusat kegiatan lokal dan pusat-pusat kegiatan lainnya
sesuai dengan struktur dan hirarkinya;
6. Peningkatan aksesibilitas eksternal dan internal wilayah;
7. Peningkatan

kualitas

dan

jangkauan

pelayanan

jaringan

prasarana

telekomunikasi;
8. Pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan;
9. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sumber daya air;
10. Pengendalian fungsi kawasan lindung;
11. Pengembangan fungsi kawasan budidaya; dan
12. Pengembangan kawasan yang diprioritaskan untuk mendukung sektor
ekonomi potensial, pengembangan sosial budaya, dan daya dukung lingkungan
hidup.

2.2.3

Strategi Penataan Ruang


Masing-masing kebijakan dirinci dalam strategi sebagai berikut:
1. Strategi pengembangan pertanian sebagai sektor ekonomi unggulan, termasuk
sumberdaya lokal, meliputi:
a. Mengembangkan kegiatan budidaya tanaman pangan, termasuk umbi-umbian,
tanaman hortikuluta, dan peternakan;
b. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan berbasis agribis sebagai penggerak
utama perekonomian wilayah;
c. Membangun iklim investasi yang kondusif;
d. Mengoptimalkan promosi peluang investasi.
2. Strategi pengembangan perikanan, pertambangan, dan kehutanan sebagai sektor
ekonomi pendukung, meliputi:
a. Mengoptimalkan dan mengembangkan kegiatan perikanan air tawar,
pertambangan, dan kehutanan;
b. Mengintegrasikan sentra agribis dalam mendorong pengembangan sektor
ekonomi pendukung.
3. Strategi pengembangan sumberdaya wilayah sesuai daya dukungnya dengan
mempertimbangkan bentang alam dan ekosistem khas sebagai faktor utama,
meliputi:
a. Memantapkan dan mengembangkan, dan mengendalikan fungsi kawasan
sesuai karakter bentang alam hutan pegunungan; dan
b. Mengendalikan pengembangan fungsi kawasan sesuai sifat ekosistem di
dalamnya.
4. Strategi pengembangan manajemen resiko bencana, meliputi:
a. Menetapkan zona bahaya dan zona aman pada kawasan rawan bencana;

10

b. Mengembangkan perencanaan sesuai zona kerawanan bencana;


c. Mengembangkan sistem pencegahan sesuai sifat dan jenis bencana, serta
karakteristik wilayah;
d. Mengembangkan sistem adaptasi dan mitigasi bencana;
e. Mengembangkan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana; dan
f. Mengembangkan sistem penanganan pasca bencana.
5. Strategi pengembangan peran Pusat Kegiatan Lokal dan pusat-pusat kegiatan
lainnya sesuai dengan struktur dan hirarkinya, meliputi:
a. Mengembangkan peran Tiom sebagai ibukota kabupaten dan Pusat Kegiatan
Lokal;
b. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan berdasarkan keseimbangan pelayanan
sarana wilayah;
c. Menetapkan kegiatan utama pada pusat-pusat kegiatan agar masing masing
dapat berkembang sesuai potensinya;
d. Mengembangkan eksistensi masyarakat kampung dan sosial budaya;
e. Menyediakan sarana sosial ekonomi sesuai standar pelayanan minimal secara
merata;
f. Meningkatkan sarana sosial ekonomi di pusat-pusat kegiatan sesuai dengan
fungsi dan hirarki pelayanannya.
6. Strategi peningkatan aksesibilitas eksternal dan internal wilayah, meliputi:
a. Meningkatkan pelayanan sarana transportasi penghubung ibukota kabupaten
dan Pusat Kegiatan Wilayah;
b. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat dan udara yang
menghubungkan distrik dengan ibukota kabupaten
c. Mengembangkan sistem transportasi terpadu
d. Mengoptimalkan fungsi bandara prasarana transportasi udara lain
11

7. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


telekomunikasi, meliputi:
a. Mengoptimalkan dan mengembangkan jaringan telekomunikasi secara merata
b. Memprioritaskan

pengembangan

jaringan

telekomunikasi

di

ibukota

kabupaten dan pusat-pusat kegiatan


8. Strategi pemanfaatan sumberdaya energi, meliputi:
a. Mengoptimalkan pelayanan prasarana sumberdaya energi
b. Mengembangkan sumberdaya energi mikrohidro terbarukan
9. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sumber daya air, meliputi:
a. Mengoptimalkan dan mengembangkan jaringan prasarana sumberdaya air
10. Strategi pengendalian fungsi kawasan lindung, meliputi:
a. Meningkatkan dan mengendalikan fungsi kawasan lindung;
b. Memulihkan kawasan lindung yang telah menurun fungsinya;
c. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung setempat;
d. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung tanpa mengabaikan fungsi
perlindungan melalui kegiatan pariwisata berkelanjutan;
e. Mengatur pola penggunaan lahan di sekitar kawasan lindung;
f. Meningkatkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;
dan
g. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pengelolaan kawasan
lindung.
11. Strategi pengembangan fungsi kawasan budidaya, meliputi:
a. Mempertahankan dan mengendalikan perubahan fungsi kawasan hutan
produksi;
b. Mengembangkan kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan;
12

c. Mengembangkan kegiatan industri terutama diarahkan pada agro-industri;


d. Mengembangkan kegiatan pariwisata alam;
e. Mengembangan permukiman yang aman, nyaman, dan seimbang serta
mempertimbangkan daya dukung lingkungan; dan
f. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mendukung fungsi pertahanan dan
keamanan negara.
12. Strategi pengembangan kawasan yang diprioritaskan untuk mendukung sektor
ekonomi potensial dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi:
a. Mendorong pengembangan sentra ekonomi berbasis pertanian;
b. Mengendalikan kualitas lingkungan hidup.

2.3 Definisi Sarana Dan Prasarana


2.3.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).
Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk
benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana
lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung.
2.3.2 Menurut Ketentuan Umum Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional) No. 24 tahun 2007.
Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah,
sedangkan

prasarana

adalah

fasilitas

dasar

untuk

menjalankan

fungsi

sekolah/madrasah. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi
serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana antara lain
seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan lain-lain.

2.3.3 Secara Umum,


13

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk
mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. (contohnya: sabit, cangkul,
dll.)

Prasarana adalah

segala

sesuatu

yang

merupakan

penunjang

utama

terselenggaranya produksi. (contohnya: lahan, jalan, parit, pabrik, tempat kerja, dll.)
Misalnya, dalam bidang transportasi darat kita dapat menyebut mobil, motor, bis, taksi
sebagai sarana transportasi karena digunakan secara langsung oleh orang. Sedangkan
fasilitas pendukung seperti jalan, rambu-rambu, lampu lalu lintas dapat kita sebut
sebagai prasarana.
2.3.4 Menurut Pakar
Conyers, D. dan P. Hills (1984) merinci sarana/fasilitas permukiman dapat
meliputi diantaranya:
1.
Fasilitas pelayanan ekonomi dan perdagangan, meliputi:
a. Warung/kios, merupak0061n unit usaha ekonomi skala terkecil;
b. Pertokoan, merupakan unit usaha ekonomi skala sedang - besar;
c. Pusat perbelanjaan skala lingkungan (toko dan pasar); dan
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (toko + pasar + bank + kantor-kantor +
industri kecil).
2.

3.

4.

14

Fasilitas pelayanan sosial, meliputi:


a. Fasilitas pendidikan, terdiri dari:
b. Taman Kanak-Kanak (TK);
c. Sekolah Dasar (SD);
d. Sekolah Lanjutan Pertama (SLP); dan
e. Sekolah Lanjutan Atas (SLA).
f. Fasilitas kesehatan, terdiri dari:
g. Balai pengobatan;
h. BKIA + Rumah bersalin;
i.
Puskesmas dan Balai pengobatan;
j.
Rumah sakit daerah/wilayah;
k. Tempat praktek dokter;
l.
Dokter; dan
m. Apotek/toko obat.
Fasilitas pelayanan kesejahteraan sosial, meliputi:
a. Tempat ibadah;
b. Balai pertemuan; dan
c. Tempat hiburan.
Fasilitas pelayanan pendukung lainnya, meliputi:
a. Taman/tempat bermain (park/play ground);
b. Jalur hijau; dan
c. Tempat pejalan kaki/pedestrian.\

BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data baik data
sekunder yang diperoleh melalui kompilasi data dari istansi-istansi terkait yaitu
melalui Pemerinta Daerah Kabupaten Lanny Jaya seperti, Dinas Bapeda, Kantor
Statistik (BPS), dan lain-lain. Sedangkan data primer di peroleh dari survei lapangan,
dukumentasi, dan wawancara sekilas kepada masyarakat yang tinggal menetap di
untuk memperoleh data yang akurat dilapangan sehingga dapat digunakan sebagai
bahan analisis pada penulisan tugas Penelitian ini.
Setelah kedua sumber data di atas telah diperoleh, data tersebut akan diolah
melalui analisis dampak dalam bentuk tabel, grafik peta atau gambar dan deskripsi.
Dari hasil analisa data tersebut dapat dilakukan berbagai alternatif.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

15

Pengumpulan data merupakan tahapan yang di lakukan untuk mempermudah


pelaksanaan analisis. Dalam studi ini, pengumpulan data terdiri atas dua cara, yaitu
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

3.2.1 Pengumpulan Data Primer


Pengumpulan data ini merupaknaan teknik pengumpulan yang diperoleh
langsung dari sumbernya, baik melalui pengamatan (observasi) langsung maupun
wawancara pada responden yang terkait dan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu:

Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data maupun informasi secara
langsung.

Dokumentasi dan Observasi


Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik-teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Wawancara dan kuesioner teknik adalah selalu berkomunikasi langsung
orang, hal ini berbeda dengan teknik observasi dan dukumentasi yang tidak terbatas
pada orang, tetapi juga obyek-obyek lain yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas pada penulisan proposal ini seperti obyek alam, serta dampak yang di
rasakan oleh masyarakat maupun pemerintah.

3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder


Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data dan
informasi yang bersifat sekunder. Data dan informasi yang diperoleh pada survei ini
meliputi:
a. Kebijakan umum Rencana Detail Tata Ruang Kota kabupaten Lanny Jaya.
b. Kondisi Fisik Dasar.
c. Kondisi Kehidupan Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, dan Budaya
Masyarakat.
d. Batas administrasi dan luas wilayah studi
e. Kebutuhan ruang berdasarkan pembagian BWP.
f. Peta-peta wilayah studi

3.3 Metode dan Teknik Analisa


16

Pada tahap ini akan digunakan dengan mengunakan metode-metode tertentu,


data-data yang sudah diperoleh akan diolah. sehingga dari hasil pengelolahannya,
akan menjadi acuan dalam penyusunan laporan.
Metode dan teknik analisis mengenai studi mengunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan kualitatif dan kuatitatif yang diuraikan sebagai berikut:
3.3.1 Analisa Kualitatif
Bentuk penayajian analisanya adalah deskriptif yaitu menganalisa objek studi
melalui pengetian ataupun penjelasan-penjelasan baik yan bersifat terukur maupun
tidak terukur. untuk analisa ini penulis menganalisis secara deskriptif berdasarkan
data-data hasil survei baik primer maupun sekunder.
Materi yang di analisa adalah: faktor-faktor pendukung serta alsan mengapa Distrik
Makki perlu dikembangkan dan dijadikan pusat pelayanan masyarakat
3.3.2 Analisa Kuantitatif
Analisa ini merupakan analisa yang mengunakan satu metode yang sudah baku
dengan hasil analisa berupa perhitungan, angka dan tabel. Analisa ini meliputi analisa
kependudukan dan pembobotan.
Analisa Kependudukan
Metode ini merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis data
yang terkaji dalam bentuk angka dan dapat diukir atau di hitung. metode ini juga
dapat digunakan dalam perhitungan di sektor kependudukan.
Adapun data yang akan dikaji dalam bentuk angka dan dapat diukur atau
dihitung. Seperti kependudukan arahan pengembangan kependudukan/fasilitas,
utilitas, sarana dan prasarana pada wilayah tersebut. sistem perhitungan penduduk
dengan memperhatikan data penduduk pada 5 tahun sebelumnya, setelah itu
diproyeksi berdasarkan tingkat perkembangan penduduk untuk 10 (sepuluh) tahun
mendatang. Analisa kependudukan ini meliputi kajian tentang:

17

Laju Pertumbuhan Penduduk

Udapun untuk perhitungan laju pertumbuhan penduduk mengunakan rumus


sebagai berikut:

. . . . . . . . . . . . . (3.3)
JPy JPx-1
LJPx =
Keterangan:

x 100%
JPx-

a. LJPx : Laju pertumbuhan penduduk pada tahun tertentu n


b. JPy
: Jumlah penduduk tahun pada tahun ini
c. JPx-1 : Jumlah penduduk 1 tahun sebelumnya (Tahun lalu)

Proyeksi Penduduk
Untuk menganalisa penduduk untuk jangka waktu tahun mendatang harus
mengunakan rumus mengunAkan rumus bunga berganda yang rumusnya sebagi berikut:
Pn = Po (I + r) n

Keterangan:
Pn
Po
r
n

: Jumlah penduduk pada tahun n


: Jumlah penduduk pada tahun awal
: laju Angka pertumbuhan
: Periode proyeksi/Jangka waktu dalam tahun

Analisa penduduk di gunakan untuk mengetahui jumlah penduduk 5 sampai


10 tahun kedepan hal ini sangat penting untuk menjadi tolak ukur bagi suatu
perencanaan pembangunan suatu kota, karena jumlah penduduk merupakan salah satu
faktor utama dalam suatu pembangunan kota serta kerusakan suatu kota akibat kurang
nya pengetahuan masyarakat akan pemanfaatan Ruang.
3.3.3 Analisa SWOT
Analisis SWOT pada dasarnya merupakan teknik identifikasi berbagai faktor
dan unsur penentu pembangunan suatu institusi secara sistematis SWOT merupakan
singkatan dari empat kata yaitu: Strengh, (kekuatan) Weaknesses (kelemahan)
Opportunities (Peluang) dan Threat (ancaman).

18

Analisis SWOT merupakan salah satu teknik praktes yang di gunakan oleh
para pengusaha dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
Analisis ini sangat penting dalam perumusan Strategis guna mencapai tujuan
dan sasaran sesuai dengan judul penulisan proposal ini untuk keperluan ini perlu di
buat Matrix SWOT dengan mengunakan hasil analisis faktor strategis sebagai mana
mestinya. Faktor-faktor strategis tersebut adalah yang mempunyai nilai (Skor kali
Bobot) relatif tinggi yang meliputi kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses),
Peluang (Opportunities), dan ancaman (Threat).
1. Analisis Faktor Strategis
Kinerja pembangunan suatu daerah atau institusi sangat di tentukan oleh faktor
internal dan eksternal dari daerah atau institusi bersangkutan. Sedangkan kondisi
eksternal menyangkut dengan peluang dan ancaman yang dapat dari luar, karena itu
dalam rangka menghasilkan strategi pembangunan yang lebih tepat dan sesuai dengan
kondisi daerah atau institusi bersangkutan , maka kedua unsur tersebut harus di bahas
secara mendalam dengan analisi faktor Strategis. Di samping itu agar analisi faktor
eksternal tersebut menjadi lebih baik dan terukur, maka penggunaan skor dan bobot
dapat di lakukan dalam penilaian untuk masing-masing unsur yang terdapat pada
kedua faktor tersebut. Dengan cara demikian akan dapat di ketahui faktor-faktor mana
yang dapat ditetapkan sebagai isu-isu strategis utama yang selanjutnya akan di jadikan
dasar dalam penyusunan strategi pembangunan daerah atau institusi bersangkutan
melalui penggunaan acuan dari Matriks SWOT.
a.

Analisis Faktor Strategis Internal


Analisi faktor strategis internal dapat dilakukan dengan menyusun suatu tabel
IFAS( Internal Faktor Analisys System ) guna dapat melakukan penelitian secara
lebih Konkret terhadap Faktor-faktor strategis daerah atau institusi baik dalam unsur
kekuatan ( Strength ) maupun kelemahan ( Weaknesses ). Penilaian ini sangat penting
artinya untuk menentukan faktor-faktor Strategis internal dan eksternal utama ( yang
di tunjukan dengan nilai tinggi ) yang terdapat dalam daerah atau institusi
bersangkutan. Faktor Strategis Utama tersebut selanjutnya akan di jadikan dasar bagi
perumusan stretegi pembangunan daerah atau institusi bersangkutan dengan
menggunakan Matriks SWOT.

19

Mengikuti cara yang di anjurkan oleh Freddy Rangkuti (1997) analisis


faktor strategis tersebut dapat di lakukan dengan menggunakan beberapa langkah dan
tahapan perhitungan sebagai berikut:
I.

Tentukan 1-3 unsur-unsur kekuatan dan kelemahan utama dari daerah atau

II.

institusi bersangkutan kedalam kolom 2


Berikan bobot masing-masing faktor atau unsur tersebut dengan nilai mulai dari
10,0% (tidak penting) sampai dengan 100,0% (sangat penting) berdasarkan fungsi
dan peranan dari faktor-faktor tersebut terhadap posisi Strategis pembangunan
daerah atau institusi bersangkutan. Perlu di ingat bahwa jumlah semua bobot
tersebut tidak melebihi skor total sebesar 100% untuk masing-masing faktor

III.

kekuatan dan kelemahan.


Tentukan Skor (kolom 4) untuk masing-masing faktor atau unsur menggunakan
Skala licker yang bergerak mulai dari 1 (sangat buruk) sampai dengan 5 (sangat
Baik) berdasarkan kondisi dan kualitas masing-masing unsur kekuatan dan

IV.

kelemahan dari daerah atau institusi tersebut.


Kalikan bobot pada kolom 3 dengan skor pada kolom 4 untuk memperoleh nilai

V.

masing-masing faktor atau unsur dalam angka puluhan.


Nilai dalam kolom 5 menunjukan tingkat strategi dari masing-masing unsur
tersebut terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah atau institusi
bersangkutan. Di samping itu, nilai ini dapat juga di gunakan untuk
membandingkan kondisi strategis suatu daerah atau institusi dengan organisasi
sejenis lainnya.

Contoh Tabel IFAS

No
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
b.

20

Faktor Strategis Internal


Kekuatan

Kelemahan

Faktor Strategis Eksternal

Bobot

Skor

Nilai

Analog dengan Tabel IFAS di atas, penyusunan Tabel External Faktor


Analisys Summary

( EFAS ) dapat di susun dengan mengetahui faktor-faktor

strategis eksternal yang sangat penting bagi pengembangan daerah atau institusi
bersangkutan. Berikut ini adalah cara dan langkah yang perlu di lakukan dalam
menentukan faktor strategi eksternal tersebut:
Analog dengan Tabel IFAS di atas, penyusunan Tabel External Faktor
Analisys Summary (EFAS) dapat di susun mengetahui faktor-faktor Strategis eksternal
yang sangat penting bagi pengembangan daerah atau Institusi yang bersangkutan.
Berikut ini adalah cara dan langkah yang perlu di lakukan dalam menentukan faktor
strategis eksternal tersebut:
I.

Tentukan dalam Kolom 2 sebanyak 1-3 sampai dengan 10 peluang dan ancaman

II.

utama yang di hadapi oleh banyak daerah dan institusi bersangkutan.


Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 3 mulai 10,0% (tidak penting)
sampai dengan 100,0% (sangat Penting) sesuai dengan fungsi dan peranan
masing-masing faktor strategis tersebut dalam pencapaian tujuan daerah atau

III.

institusi bersangkutan.
Hitung skor (rating) untuk masing-masing faktor tersebut dengan memberikan
angka dalam bentuk Skala Licker mulai dari 1 (sangat kurang) sampai dengan 5
(sangat tinggi) berdasarkan besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap institusi

IV.

bersangkutan.
Kalikan bobot pada kolom 3 dengan skor pada kolom 4 untuk memperoleh nilai
pada kolom 5. Hasil pada kolom 5 ini merupakan hasil masing-masing faktor

V.

tersebut yang bervariasi mulai satu sama lainnya.


Nilai dalam kolom 5 menunjukan tingkat strategi dari masing-masing unsur
tersebut terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah atau institusi
bersangkutan. Di samping itu nilai itu dapat juga di gunakan untuk
membandingkan kondisi strategis suatu daerah atau institusi dengan organisasi
sejenis lainnya.

21

Contoh Tabel EFAS


No
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4

Faktor Strategis Eksternal


Peluang

Bobot

Skor

Nilai

Ancaman

VI.

Dengan pembuatan tabel tersebut maka akan tampak secara jelas faktor-faktor
internal maupun eksternal institusi bersangkutan yang bersifat sangat strategis
dan menentukan kondisi dan daya saing institusi bersangkutan. Hal ini selanjutnya
di jadikan dasar untuk menyusun Matriks guna merumuskan strategis
pembangunan daerah atau institusi bersangkutan sesuai dengan kondisi strategis
internal dan eksternal yang dimilikinya.

2.

Perumusan Strategis dengan Teknik SWOT


Memperhatikan analisis terdahulu, maka pada bagian ini kita sampai pada
aspek sangat penting dalam penyusunan rencana pembangunan, yaitu perumusan
strategis guna mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan Visi dan Misi daerah atau
institusi yang bersangkutan. Untuk keperluan ini perlu di buat Matriks SWOT dengan
menggunakan analisis faktor stretegis sebagaimana sudah di uaraikan pada bagian
1.2.3 faktor-faktor strategis tersebut adalah yang mempunyai nilai (skor kali bobot)
relatif tinggi yang meliputi kekuatan (Strength), Kelemahan (Weaknesses), Peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threat) sebagaimana telah di bahas terdahulu. Tabel
1.2.3 memberikan Matriks SWOT sebagai dasar dari perumusan strategi pembangunan
sebuah institusi. Dari strategi tersebut akan dapat pula di tetapkan kebijakan yang di

22

perlukan untuk mendukung pelaksanaan strategi tersebut dalam rangka mendorong


proses pembangunan daerah sesuai dengan Visi dan Misi yang telah di tetapkan
semula.
Seperti terlihat pada Tabel 1.2.3 dalam Matriks SWOT ini terdapat empat
kuadran yang masing-masingnya dapat menghasilkan strategis pembangunan daerah
dengan jalan menghubungkan dua Unsur SWOT yang terkait. Pada kuadran pertama
dapat di hasilkan suatu strategis dengan jalan menghubungkan unsur kekuatan dengan
unsur peluang. Dengan kata lain strategis yang di hasilkan pada kuadran ini pada
dasarnya di peroleh dengan jalan memanfaatkan unsur kekuatan untuk merebut
peluang yang tersedia. Strategi ini lazim disebut sebagai S-O Strength dan bahkan ada
pula yang menyebutkannya sebagai strategi ekspansif (Growth Oriented Strategy).
Tabel 1.2.3 Matriks Analisa SWOT untuk Perumusan Strategi

Internal

STRENGTHS (S)
Tentukan

1-3

faktor

WEAKNESSES (W)
kekuatan

Tentukan 1-3 faktor kelemahan

Eksternal
OPPORTUNITIES (o)

internal yang paling strategis

internal yang paling strategis

STRATEGI-O

STRATEGI W-O

Tentukan

Tentukan

1-3

faktor

peluang

eksternal yang sangat strategis

THREAT (T)
Tentukan

1-3

faktor

ancaman

eksternal yang sangat strategi

menggunakan

strategi
kekuatan

yang
untuk

Tentukan

strategi

meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

memanfaatkan peluang

STRATEGI S-T

STRATEGI W-T

Tentukan
menggunakan

strategi
kekuatan

yang
untuk

mengatasi ancaman

yang

Tentukan
meminimalkan

strategi

yang

kelemahan

menghindari ancaman

Pada kuadran kedua dapat di hasilkan straegi pembangunan daerah dengan


mengaitkan antara unsur kekuatan dengan ancaman. Dengan kata lain strategi di
hasilkan pada kuadran ini di peroleh dengan jalan memanfaatakan kekuatan oleh
daerah atau institusi yang bersangkutan untuk mengurangi ancaman yang datang dari
luar. Strategi ini juga lazim di sebutkan sebagai S-T Strategy yang lebih bersifat
Strategy defebsif terhadap ancaman yang datang dari luar.
Analog dengan kuadran sebelumnya, pada kuadran ketiga dapat di hasilkan
strategis pembangunan daerah dengan mengaitkan antara unsur kelemahan dengan
peluang yang tersedia. Dengan kata lain, pada kuadran ini di ciptakan strategi
23

dan

pembangunan dengan jalan mengatasi kelemahan yang ada untuk merebut peluang
yang tersedia, karena itu strategi ini lazim juga di sebut sebagai W-O Strategi yang
bersifat penyesuaian kebijakan kedalam (Internal Adjusment Oriented)
Sedangkan pada kuadran keempat dapat di hasilkan pula
pembangunan daerah dengan mengaitkan antara unsur kelemahan dan ancaman.
Dengan kata lain Kuadran ini dapat di ciptakan strategi pembangunan dengan jalan
mengatasi kelemahan intern yang ada untuk mengurangi ancaman yang datang dari
luar, karena itu strategii ini lazim di sebut sebagai W-T strategi yang lebih bersifat
Self-defence Strategy
Masing-masing kuadran tersebut dapat menghasilkan satu atau lebih
strategi pembangunan daerah atau pengembangan institusi bersangkutan. Dalam hal
ini tidak ada ketentuan yang mengharuskan masing-masing kuadran mempunyai
jumlah strategi yang sama bahkan dapat saja terjadi satu atau dua kuadran tidak
mempunyai strategi pembangunan sama sekali. Hal yang penting di upayakan di sini
adalah agar strategi pembangunan daerah yang di rumuskan tersebut tidak tumpang
tindih antara satu kuadran dengan kuadran yang lain. Di samping itu strategi yang di
rumuskan tersebut hendak nya benar-benar tepat dan bersifat operasional sesuai
dengan kondisi daerah atau institusi bersangkutan.

Tabel Perumusan Strategi Pembangunan Daerah Menggunakan Matriks SWOT


24

Faktor Eksternal
Peluang
6.

Ancaman
3.

7.

4.

8.

5.

9.

6.

Kekuatan
1.

10.
S-O Strategy
1.

7.
S-T Strategy
1.

2.

2.

2.

3.

3.

3.

4.

4.

4.

T
E

5.
Kelemahan
1.

5.
W-O Strategy
1.

5.
W-T Strategy
1.

2.

2.

2.

3.

3.

3.

4.

4.

4.

5.

F
A
K
T
O
R

5
5.
Berdasarkan Matriks SWOT ini terdapat empat kuadran yang

berisihkan kelompok strategis pembangunan

daerah yang di susun dengan

menghubungkan dua unsur faktor strategi yang terkait. Keempat kelompok strategi
tersebut adalah: strategi S-O (kuadran 1) Strategi S-T (kuadran II) Strategy W-O
(kuadran III) dan strategi W-T (kuadran IV) strategi S-O dirumuskan dengan jalan
memanfaatakan kekuatan yang di miliki daerah untuk merebut peluang pembangunan
yang tersedia. Strategi S-T di hasilkan dengan menggunakan kekuatan yang di miliki
daerah untuk menghilangkan ancaman pembangunan yang di perkirakan dapat terjadi.
Strategi W-O di rumuskan dengan jalan mengurangi kelemahan yang terdapat di
daerah untuk merebut peluang pembangunan yang tersedia. Sedangkan W-T di
hasilkan dengan jalan mengatasi kelemahan yang terdapat di daerah untuk
menghilangkan ancaman pembangunan yang mungkin terjadi
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1
25

Sejarah Wilayah Studi

Kabupaten Lanny Jaya lahir setelah 7 tahun otonomi khusus Papua tepatnya
pada tanggal 4 Januari 2008. Melalui Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008,
Kabupaten Lanny Jaya bersama dengan lima kabupaten lainnya yaitu Kabupaten
Puncak (pemekaran Puncak Jaya), Kabupaten Dogiyai (pemekaran dari Nabire),
Kabupaten Mamberamo Tengah, Nduga, dan Yalimo (pemekaran dari ayawijaya).
Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto pada tanggal 21 Juni
2008. Kabupaten Lanny Jaya berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Jayawijaya
yang mencakup 10 distrik, yaitu Distrik Makki, Pirime, Tiom, Balingga, Kuyawage,
Malagaineri, Tiomneri, Dimba, Gamelia, dan Distrik Poga. Wilayah Kabupaten Lanny
Jaya berada di sebelah barat Wamena, secara geografis terletak di selatan garis
katulistiwa melintang dari timur ke barat antara 1270,52 Bujur Timur 1380,40
Bujur Timur dan 050,00 Lintang Selatan 050,30 Lintang Selatan. Jarak Wilayah
Kabupaten Lanny Jaya dengan Kota Wamena kurang lebih 92,25 Km dengan waktu
tempuh sekitar 4 jam perjalanan dengan transportasi darat, atau sekitar 20 menit
dengan transportasi udara. Kabupaten yang menurut UU No 5 tahun 2008 memiliki
luas wilayah 2.248 Km2 berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Kanggime, Distrik


Karubaga, dan Distrik Goyage Kabupaten Tolikara serta Distrik
Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah;

Sebelah timur berbatasan dengan Distrik Asologaima Kabupaten


Jayawijaya;

Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Mbuwa, Distrik Yigi,


Distrik Mugi, Distrik Mapenduma, Distrik Geselma Kabupaten
Nduga; dan

Sebelah barat berbatasan dengan Distrik Ilaga Kabupaten


Puncak dan Distrik Illu Kabupaten Puncak Jaya.

26

Sumber : Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kabupaten Lanny Jaya

27

4.2

Keadaan Geografis
Kabupaten Lanny Jaya yang beribukota di Tiom terbentuk tahun 2008
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2008, memiliki luas wilayah 6.448
km2 atau 2,03 % dari luas wilayah Provinsi Papua. Kabupaten ini terbagi menjadi 10
Distrik/Distrik. Distrik-distrik tersebut antara lain Tiom, Kuyawage, Tiomneri,
Malagaineri, Balingga, Pirime, Dimba, Gamelia, Poga dan Makki. Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya. Dari 10 distrik di Kabupaten
Lanny Jaya, Distrik Tiom memiliki wilayah terluas yaitu 23,20 persen dan Distrik
Poga sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 1,20 persen dari
keseluruhan wilayah Kabupaten Lanny Jaya.
Wilayah Kabupaten Lanny Jaya memiliki topografi dataran tinggi, seluruh
wilayahnya berbukit-bukit dan bergununggunung sehingga sangat sulit untuk
mendapatkan daerah pemukiman yang datar. Sebelah Utara Kabupaten Lanny Jaya
berbatasan dengan Kabupaten Tolikara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Nduga, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jayawijaya dan sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya. Tiom sebagai pusat pemerintahan
Kabupaten Lanny Jaya dapat ditempuh melalui jalur darat dan udara. Distrik yang
paling jauh dari ibu kota kabupaten adalah Distrik Kuyawage, yaitu sekitar 45 km,
sedangkan yang terdekat adalah Distrik Tiomneri yang berjarak sekitar 7 km. Untuk
lebih jelas, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.1
Luas Wilayah Kabupaten Lanny Jaya

Kelurahan

Jumlah
Kampung

Luas
(Km2
)

20

2,156

Jumlah
No

28

Distrik

Pusat Distrik

TIOM

BOKON

MAKKI

KEMIRI

22

358

PIRIME

EKANOM

27

1,682

GAMELIA

GAMELIA

12

120

KUYAWAGE

WUPAGA

10

545

MELAGAINERI

OKA

218

Jumlah
No

Distrik

Pusat Distrik

Kelurahan

Jumlah
Kampung

Luas
(Km2
)

TIOMNERI

MILINGGAME

12

396

BALINGGA

BALINGGA

15

365

DIMBA

YUGUA

497

10

POGA

LUGOBAK

10

111

142

6,44
8

Jumlah

Sumber : Bappeda Kabupaten Lanny Jaya, 2010

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2014

Gambar 4.2 :
Persentase Luas Wilayah Kabupaten Lanny Jaya Dirinci Menurut Distrik (Ha), 2012

29

Sumber: Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 4.3 : Peta Distrik Pemekaran Kabupaten Lanny Jaya


30

4.3

Kondisi Fisik Wilayah

4.3.1 Topografi
Topografi atau kemiringan lahan wilayah Lanny Jaya sebagian besar berupa
gunung dan perbukitan, dengan kemiringan lahan lebih dari 60 % mencapai 90 % dari
luas lahan wilayah kabupaten. Sedangkan lahan yang relatif datar hanya 10.729 Km 2
(2.45%) dari luas lahan.

4.3.2

Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Lanny Jaya adalah:
a. Entisol adalah tanah yang baru berkembang dari bahan asal atau bahan induknya.
Pembentukan tanah ini dapat sebagai akibat dari iklim yang sangat kering
sehingga pelapukan dan reaksi kimia sangat lambat, adanya erosi yang kuat
sehingga bahan-bahan yang tererosi lebih banyak dari yang terbentuk,
pengendapan yang terus menerus, selalu jenuh air sehingga menghambat
perkembangan horison. Tanah entisol banyak digunakan untuk pertanian terutama
di daerah endapan sungai yang umumnya subur. Jenis tanah entisol paling banyak
terdapat di Distrik Melagaineri dengan luas 53% dari seluruh wilayah Kabupaten
Lanny Jaya.
b. Inceptisol merupakan tanah yang belum matang, perkembangan profilnya lemah
dan masih banyak menyerupai bahan induknya. Penggunaannya untuk pertanian
dan non pertanian adalah beragam, daerah berlereng untuk hutan dan untuk
pertanian perlu didrainase jika drainase buruk. Jenis tanah inceptisol paling
banyak terdapat di Distrik Kuyawage dengan luas 65% dari seluruh wilayah
kabupaten Lanny Jaya.
c. Mollisol terbentuk dari adanya proses pembentukan tanah yang berwarna gelap
karena penambahan bahan organik. Akibat pelapukan bahan organik di dalam
tanah membentuk senyawa-senyawa yang stabil dan berwarna gelap. Warna gelap
yang terbentuk, dengan adanya aktivitas mikroorganisme tanah maka terjadi
pencampuran bahan organik dan bahan mineral tanah sehingga terbentuk
kompleks mineral-organik yang berwarna kelam. Tanah ini merupakan tanah yang

31

subur dengan hanya sedikit pencucian sehingga kejenuhan basa tinggi. Sebagian
besar tanah ini digunakan untuk pertanian. Jenis tanah Mollisol terdapat di Distrik
Kuyawage, Pirime, Gamelia, Poga, Makki, dan Dimba.
d. Ultisol merupakan tanah yang sudah berkembang dan dicirikan dengan adanya
horison argilik, bersifat masam dan kejenuhan basa rendah (<35%). Tanah ini
umumnya terbentuk dari bahan induk batuan liat. Untuk pemanfaatan tanah ini
ada beberapa kendala yaitu reaksinya masam, kejenuhan basa rendah, kadar
aluminium yang tinggi sehingga dapat meracuni tanaman, ketersediaan unsur hara
rendah dan adanya fiksasi fosfor yang tinggi. Dengan demikian untuk
pemanfaatannya diperlukan pemupukan dan pengapuran untuk mengatasi
kemasaman tanah dan keracunan aluminium. Seluruh wilayah Kabupaten Lannny
Jaya memiliki jenis tanah ultisol dan yang paling banyak terdapat di Distrik
Melagaineri. Jenis tanah ini mendominasi wilayah kabupaten dengan luas 32.7913
Ha atau 74.9 %.

Sumber : Dokumentasi 2015

Gambar 4.4 : Jenis Tanah Di Kabupaten Lanny Jaya

32

33

Sumber: Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 4.5 : Peta Jenis Tanah Kabupaten Lanny Jaya

34

4.3.3

Geologi
Data batuan di bawah ini diperoleh dari Peta geologi Lembar Wamena, Irian
Jaya yang disusun oleh U. Sukanta, S. Wiryosujono dan A. S Hakim tahun 1995.
Serta Peta Geologi Lembar Rotanburg (Idenburg Barat) yang disusun oleh B. H.
Harahap dan Y. Noya 1995 yang semuanya merupakan pegawai Pusat Penelitian
Pengembangan Geologi.

a. Endapan Glasial (Qg) :


Terdapat di sebelah Selatan Kabupaten Lanny Jaya, memanjang dari
barat ke timur berupa konglomerat, batupasir dan lempung kelabu.
Konglomerat beraneka

dengan

massa dasar lempung kelabu. Batupasir,

kelabu kecoklatan, terpilah buruk, berbutir halus hingga kasar dan dapat
diremas.
b. Kelompok Batugamping Nugini (Tak terpisahkan) (KTmn):
Tersebar mulai di sebelah Selatan, membentang dari Barat hingga
Timur Kabupaten Lanny Jaya terdiri dari Formasi Waripi di Bagian Bawah
dan Batugamping Yaweee di bagian atas. Kalkarenit, biokalkarenit, batu
pasis kuarsa gampingan, batu lanau, batu lumpur berlapis tipis, kalsirudit
dan kalkarenit oolitan. Batuan ini merupakan endapan paparan.
c. Formasi Waripi (Ktew) :
Formasi ini berada bagian tengah Kabupaten Lanny Jaya yang terdiri
dari batugamping, batu pasir kuarsa dam batu lanau gampingan.
Batugamping umumnya pasiran dan oolitan. Napal dan biokalkarenit merah
kecoklatan biasanya dolomitan dan jarang glaukonitan, kelabu kebiruan dan
merupakan sisipan. Bentang alam satuan ini mempelihatkan topografi
Karst. Tebalnya 400-700m. Satuan ini diendapkan selaras diatas Formasi
Ekmai yang berumur Kapur Akhir. Berdasarkan kedudukan formasi itu
maka satuan ini berumur Kapur Akhir Eosen.
d. Kelompok Kembelangan (Tak terbedakan) (JKk) :
Kelompok ini membentang sebelah bagian Tengah membentang dari
Barat ke Timur Kabupaten Lanny Jaya. Terdiri dari batulumpur kopai,
batupasir woniwogi, batulumpur piniya, dan batupasir ekmai. Umur JuraKapur. Diendapkan di lingkungan paparan dangkal.
e. Batupasir Ekmai (Kue):

35

Terdapat berkelompok di tengah Kabupaten Lanny Jaya sebelah


Tengah Selatan membentang dari Barat ke Timur. Terdiri dari batupasir,
putih kelabu, mudah diremas, tersusun oleh kuarsa, terpilah sangat baik,
berlapis sangat baik, perairan sejajar, perairan silang siur, dan jarang
gampingan. Setempat terdapat sisipan lempung. Tebal satuan ini
diperkirakan 1000 meter dan terendapkan di lingkungan pantai atau delta.
Satuan ini berumur Kapur Akhir.
f. Batulumpur Piniya (Kp):
Berada di beberapa bagian sebelah Tenggara Kabupaten Lanny Jaya,
terdiri dari batu lempung dan serpih. Kedua batuan ini umumnya berselangseling. Batulempung, hijau kelabu kehitaman , dan disisipi tipis oleh serpih
kelabu. Batu pasir terdapat di bagian tengah setebal kurang dari 10 m.
Batupasir halus, terpilah sedang, lempungan dan glaukonitan. Pada
batupasir dan lampung ditemukan jejak fosil. Umur satuan ini disetarakan
dengan satuan yang te dapat dilembar Waghete yaitu Kapur Awal bagian
atas. Satuan ini terendapkan di atas paparan dengan energi rendah. Bagian
bawah dibatasi oleh Formasi Woniwogi secara selaras dan bagian atasnya
ditutupi selaras oleh formasi Ekmai.Tebal keseluruhan sekitar 1000 m.
g. Endapan Lanau (Ql):
Terdapat terpisah pisah di bagian Selatan Kabupaten Lanny Jaya,
umumnya lempung dan lanau.
h. Formasi Derewo (Td):
Mendominasi di bagian Utara dari Barat Timur Kabupaten Lanny
Jaya, terdiri dari sekis kuarsa biotit, sekis kuarsa serisit, sekis kuarsa
muskopit, sekis felspar, tilit, sisipan marmer dan gunung api meta, tebalnya
1200 m dan merupakan batuan transisi. Secara tidak selaras menutup
Kelompok Kembela.

36

Sumber : Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 4.6 : Peta Geologi Kabupaten Lanny Jaya

37

4.3.4

Hidrologi
Potensi sumber daya air di Kabupaten Lanny Jaya sangat bervariasi, terdapat
sejumlah potensi sumber air tanah dengan akuifer berskala kecil sampai tinggi. Selain
itu juga terdapat berbagai mata air dengan debit yang bervariasi.
Sesuai Kepmen-PU no. 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai, Kabupaten Lanny Jaya berada dalam Wilayah Sungai (WS) Lintas
Negara Einlanden-Digoel-Bikuma. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau
pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
WS Einlanden-Digoel-Bikuma terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai
(DAS). Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Kabupaten
Lanny Jaya berada dalam DAS Einlanden.
Potensi air permukaan di Kabupaten Lanny Jaya meliputi Sungai Tiom,
Malagai, Wanuga, Makki, serta anak-anak sungainya. Di samping itu, Kabupaten
Lanny Jaya juga memiliki beberapa mata air yang tersebar di setiap distrik.

38

Sumber : Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 4.7 : Peta Hidrologi Kabupaten Lanny Jaya

39

4.3.5

Sumberdaya Hutan
Kawasan Hutan di Kabupaten Lanny Jaya terdiri dari kawasan hutan lindung,
kawasan hutan produksi konversi dan kawasan Taman Nasional, yang tersebar di
seluruh distrik. Wilayah dengan luasan hutan terbesar adalah Distrik Kuyawage dan
terkecil adalah Distrik Poga.
Kawasan hutan lindung menjadi potensi bagi lokasi penyediaan sumber air
serta sebagai perlindungan terhadap kawasan bawahnya.

Tabel 4.2 : Pemanfaatan Sumber Daya Hutan

No

Distrik

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah

Tiom
Kuyawage
Tiomneri
Malagaineri
Balingga
Pirime
Dimba
Gamelia
Poga
Makki

Hutan
Lindung

Taman
Nasional

HPK

14.249,3
1.395,9
26.652,3
67.284,6

9.955,5
107.741,3

28.920,6
250,8
23.754,5
21.478,7

3.319,3
12.988,5
987,2
3.662,8
5.011,5
135.551
%
30,9
Sumber : Bappeda Kabupaten Lanny Jaya

4.3.6

6.811,1
28.189,4
14.926,4

7.594,8
175.219
40

10.737,5
1.1250,2
9.009,9
3.728,6
5.080,6
114.211
26,1

APL

660,7
427,4
4.159,3
7.502,2
12.750
3

Penggunaan Lahan
Dominasi penggunaan lahan di Kabupaten Lanny Jaya berupa hutan.
Kawasan terbangun berkembang di sepanjang ruas jalan Wamena-Tiom, di bagian
timur wilayah. Sebagian kampung berada di tengah kawasan hutan.
Kegiatan budidaya pertanian berkembang sejalan dengan keberadaan
kampung, dan sepanjang sungai. Kegiatan pertanian merupakan kegiatan usaha yang
potensial di Kabupaten Lanny Jaya, terutama pertanian lahan kering berupa sayurmayur, ubi jalar, keladi, jagung dengan luas garapan mencapai 50.167 Ha, tersebar di

40

setiap wilayah distrik. Tanaman perkebunan yang potensial dihasilkan Kabupaten


Lanny Jaya adalah kopi arabika dan buah merah (pandanus conoideus).
Perkembangan sub sektor peternakan di Kabupaten Lanny Jaya relatif tinggi,
terutama untuk jenis babi, kelinci, itik dan budidaya lebah madu.
Potensi perikanan darat yang dimiliki Kabupaten Lanny Jaya berupa jenis
udang dan ikan air tawar. Potensi industri kerajinan berupa membuat benang brei
dan anyaman noken. Potensi pariwisata di wilayah Kabupaten lanny Jaya berupa
potensi wisata alam, yaitu air terjun, goa-goa alam, taman dan panorama alam, hutan
yang indah

di Distrik Dimba dan Distrik Kuyawage. Potensi pertambangan di

wilayah Kabupaten Lanny Jaya diprediksi terdapat sumber tambang batu bara di
wilayah Distrik Makki, walaupun belum dilakukan penelitian secara ilmiah.

41

Peta :
Penggunaan

Sumber : Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 4.8 : Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Lanny Jaya

42

4.3.7

Keadaan Iklim
Keadaan iklim wilayah Kabupaten Lanny Jaya pada umumnya hampir sama
dengan wilayah di daerah Pegunungan Tengah Papua. Perbedaan yang mencolok
terlihat pada keadaan suhu dan kecepatan angin karena tergantung pada ketinggian
wilayah.
Berdasarkan hasil pencatatan Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Wamena Tahun 2013, dilaporkan bahwa suhu udara rata-rata di wilayah Kabupaten
Lanny Jaya selama tahun 2013 mencapai 19,8 C, di mana suhu minimum tercatat
14,70C sementara suhu maksimum mencapai 26,10C Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, ratarata suhu udara di Lanny Jaya sedikit lebih rendah. Selama tahun
2013, kelembaban udara rata-rata mencapai 85% sedangkan rata-rata tekanan udara
mencapai 834,61 mb. Curah hujan di Lanny Jaya cukup bervariasi setiap bulannya.
Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Februari (343,4 mm) sedangkan terendah
pada bulan September (93,4 mm). Rata-rata jumlah hari hujan selama 1 bulan ada
sekitar 24 hari. Pada bulan Juli dan Desember, hujan hampir terjadi dalam satu bulan
(27 hari). Diperkirakan bahwa di Lanny Jaya kerap terjadi hujan. Hal ini bisa saja
terjadi karena kondisi topografi yang bergunung-gunung dan masih banyak perbukitan
sehingga sulit dibedakan musim secara jelas.

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angkat 2014

Gambar 4.9 : Suhu Udara Maksimum dan Minimum pada Stasiun Meteorologi
Wamena, 2013

43

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka

Gambar 4.8 : Rata-rata Curah Hujan pada Stasiun Meteorologi Wamena, 2013

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2014

Gambar 4.10 : Rata-rata Hari Hujan pada Stasiun Meteorologi Wamena, 2013

44

4.4

Pemerintahan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lanny Jaya memiliki 10 distrik yang terdiri
dari 1 kelurahan dan 142 kampung atau desa. Ke sepuluh distrik tersebut adalah
Distrik Tiom, Kuyawage, Tiomneri, Malagaineri, Balingga, Pirime, Dimba, Gamelia,
Poga dan Makki. Satu-satunya kelurahan terdapat di Distrik Tiom yaitu Kelurahan
Bokon. Distrik Kuyawage, Tiomneri, Malagaineri, Balingga dan Dimba merupakan
distrik pemekaran dari Distrik Tiom berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Jayawijaya No. 04 Tahun 2004. Sedangkan Distrik Poga merupakan pemekaran
distrik pemekaran dari Distrik Gamelia berdasarkan Perda Kabupaten Jayawijaya
Nomor. 20 Tahun 2006. Tahun 2012, sebanyak 143 kampung/kelurahan menerima
dana Respek (Rencana Strategi Pembangunan Kampung) yang dikucurkan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Papua masingmasing sebesar Rp. 100.000.000,-

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka

Gambar 4.11 : Banyaknya Kampung/Kelurahan dirinci Menurut Distrik Di Graphic


Kabupaten Lanny Jaya, 2013

45

Tabel 4.2
Nama Distrik, Ibu Kota Distrik dan Jumlah Kampung di Kabupaten Lanny Jaya, 2013

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

46

Tabel 4.3
Nama Kampung / Kelurahan dan Status Pemerintahan diKabupaten Lanny Jaya, 2013

47

Tabel 4.3
Lanjutan

48

Tabel 4.3
Lanjutan

49

Tabel 4.3
Lanjutan

50

Tabel 4.3
Lanjutan

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013


51

4.5

Kependudukan
Dalam proses pembangunan, keberadaan penduduk tidak saja berperan sebagai
pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran/objek pembangunan. Bagaimana
pembangunan dilaksanakan dan ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan
kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan
karakteristik

yang

menunjang tercapainya

keberhasilan pembangunan yaitu

meningkatnya kesejahteraan penduduk.


4.5.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk
Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi sumber daya manusia
(SDM) yang dibutuhkan dalam pembangunan, disamping juga sebagai konsumen
dalam menikmati hasil pembangunan. Dalam konteks penduduk sebagai potensi
SDM, mengandung arti bahwa penduduk/manusia memiliki peranan dalam
pengelolaan sumber daya alam (SDA). Peranan penduduk dalam pembangunan akan
berhasil apabila memiliki kemampuan dalam menjawab semua tantangan dalam
pembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya alam maupun sebagai
pengguna/konsumen sumber daya alam.
Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2013, penduduk Lanny Jaya pada tahun
2013 berjumlah 161.077 jiwa, yang terdiri dari 86.223 penduduk laki-laki dan 74.854
penduduk perempuan. Hampir separuh penduduk Lanny Jaya (53,44 persen)
terkonsentrasi di empat distrik, yaitu Distrik Makki, Tiom, Pirime, dan Balingga.
Distrik Tiom sebagai ibukota kabupaten memiliki jumlah penduduk 22.704 jiwa atau
sekitar 14,10 persen dari total penduduk Lanny Jaya. Sementara, Distrik Makki
merupakan distrik dengan jumlah penduduk paling banyak, yaitu 25.520 jiwa atau
15,84 persen dan jumlah penduduk Distrik Pirime yang mencapai 21.640 jiwa atau
13,43 persen. Sedangkan jumlah penduduk paling kecil berasal dari Distrik
Malagaineri, di mana jumlah penduduknya hanya 5.929 jiwa atau 3,68 persen.
Dibanding jumlah penduduk tahun sebelumnya berarti ada penambahan
penduduk sekitar 3,2 ribu jiwa. Banyaknya jumlahpenduduk ini merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi Kabupaten Lanny Jaya untuk dapat menyejahterakan
kehidupan masyarakatnya. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung seperti sarana
52

kesehatan, pendidikan dan perekonomian harus ditingkatkan untuk dapat mencapai


penduduk yang berkualitas. Untuk lebih jelas lagi, dapat dilihat pada tabel jumlah
pendudk Kabupaten Lanny Jaya pada tahun 2013 berikut ini.

Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Kabupaten Lanny Jaya pada Tahun 2013

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

4.5.2 Komposisi Penduduk


Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan diantaranya terlihat pada
komposisi penduduk menurut jenis kelamin (sex ratio) dan angka ketergantungan
(dependency ratio). Sex ratio didefinisikan sebagai perbandingan jumlah penduduk
lakilaki terhadap jumlah penduduk perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin ini sangat penting artinya untuk melihat keseimbangan antara jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan. Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk lakilaki dan perempuan akan mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi rumah tangga
serta keberlangsungan reproduksi.

53

Pada tahun 2013, rasio jenis kelamin penduduk Lanny Jaya menunjukkan
angka di atas 100, yaitu 115,19. Artinya bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar
15 persen dibanding perempuan, atau dengan kata lain pada 100 perempuan terdapat
115 laki-laki. Sejalan dengan hal tersebut, rasio jenis kelamin pada semua distrik di
Lanny Jaya juga berada di atas angka 100. Rasio jenis kelamin paling
tinggi adalah Distrik Malagaineri, yaitu sebesar 125,35 dan paling
rendah adalah Distrik Tiom sebesar 111,77.

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

Gambar 4.12
Sex Ratio Penduduk Kabupaten Lanny Jaya menurut Distrik, 2013
Selain sex ratio, pengelompokan penduduk berdasarkan umur produktif dan

tidak produktif juga sangat penting. Semakin banyak penduduk usia produktif yang
berpendidikan berarti semakin mampu suatu daerah untuk mengembangkan aktifitas
ekonominya. Indikator yang biasa digunakan adalah indikator dependency ratio yang
menggambarkan total rasio ketergantungan penduduk usia tidak produktif (kelompok
umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 ke atas) bagi penduduk usia produktif
(kelompok umur 15-64 tahun). Indikator ini merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur dampak keberhasilan pembangunan kependudukan di
suatu daerah. Pembangunan di bidang kependudukan dikatakan berhasil jika nilai
54

dependency rationya rendah. Semakin rendah nilai dependency ratio berarti semakin
rendah angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban ketergantungan akan
memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas
dirinya.

Tabel 4.5
Angka Ketergantungan Penduduk Kabupaten Lanny Jaya, 2013

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

Dari Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa angka ketergantungan di


Kabupaten Lanny Jaya pada tahun 2013 sangat besar, yaitu 50,69. Dapat dikatakan
bahwa pada 100 orang penduduk usia produktif terdapat beban tanggungan sebesar 51
orang penduduk usia tidak produktif. Jika dibandingkan dengan Provinsi Papua,
angka ini berada 1 persen lebih rendah. Pada tahun yang sama, secara keseluruhan,
rasio ketergantungan di Papua adalah 51,96. Angka ini menunjukkan masih besarnya
beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif. Terkait dengan pembangunan
manusia, besarnya angka ketergantungan akan mengurangi keluasan pilihan bagi usia
produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini tentunya secara tidak langsung
akan berpengaruh terhadap turunnya angka IPM.

4.6 Kondisi Sosial


55

4.6.1

Pendidikan
Pada tahun 2013 Kabupaten Lanny Jaya memiliki 235 sekolah dengan
perincian 143 sekolah taman kanak-kanak/Paud, 61 sekolah dasar, 24 sekolah
menengah tingkat pertama dan 7 sekolah menengah atas (SLTA). Penyelenggaraan
pendidikan dasar tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga oleh pihak
swasta. Peran pihak swasta dengan yayasannya telah membantu pendidikan dan
pengajaran anak-anak di kampungkampung pedalaman yang belum tersentuh oleh
sekolah dasar inpres milik pemerintah.
Tabel 4.6

Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Lanny Jaya, 2013

2013

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013


56

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

Gambar 4.13
Grafik Banyaknya Sekolah dirinci Menurut Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Lanny Jaya, 2013

4.6.2

Kesehatan
Di Kabupaten Lanny Jaya terdapat 1 buah rumah sakit, 10 buah puskesmas, 24
puskesmas pembantu an 44 balai pengobatan. Puskesmas terdapat di semua distrik,
kecuali di Distrik Pirime. Berdasarkan data-data yang bersumber dari Dinas
Kesehatan dan Sosial Kabupaten Lanny Jaya, terdapat 10 tenaga dokter umum, 116
tenaga perawat, 33 bidan, 10 orang non paramedis.

57

Tabel 4.7
Banyaknya Tenaga Kesehatan dan Sosial Dinas Kesehatan dan Sosial Menurut Distrik
di Kabupaten Lanny Jaya, 2013

2013

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

58

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

Gambar 4.14
Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya, 2013

4.6.3

Keagamaan
Penduduk Kabupaten Lanny Jaya mayoritas memeluk agama Kristen
Protestan, walaupun belum didapatkan data terinci tentang jumlah pemeluknya.
Gambaran ini dapat di tunjukan dari tempat beribadah terbanyak adalah dari pemeluk
agama Protestan. Dari 207 tempat beribadah berbagai agama, sebanyak 205 buah
adalah tempat beribadah umat agama Protestan dan 2 buah tempat ibadah agama
Katolik. Sejalan dengan itu, jumlah rohaniwan dan penyuluh agama yang ada di
kabupaten ini juga persentase terbesar ada pada agama Protestan.

59

Tabel 4.3.1
Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Distrik di Kabupaten Lanny Jaya, 2013

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

60

Sumber : Lanny Jaya Dalam Angka 2013

Gambar 4.15

Grafik Banyaknya Tempat Peribatan di Kabupaten Lanny Jaya, 2013

4.7

Kondisi Prasarana

4.7.1

Prasarana Jalan
Berdasrkan hasil pengamatan langsung dilapangan, Prasarana jalan yang
terdapat di Kabupaten Lanny Jaya adalah jalan kolektor primer (K1,K2,K3) dan Jalan
Lokal Primer. Kondisi fisik dari jalan-jalan tersebut sebagian masih dalam tahap
penghalusan dan sebagian lagi belum atau hanya bebatuan. Secara keseluruhan jalanjalan yang ada di Kabupaten Lanny Jaya sedang dalam tahap penghalusan.

61

Sumber : Bappeda Kab. Lanny Jaya

Gambar 4.16
Peta Jaringan Jalan Kabupaten Lanny Jaya

62

Sumber : Survey, 2015

Gambar 4.17
Jaringan Jalan Kabupaten Lanny Jaya

4.7.2

Drainase
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi studi, Kabupaten Lanny Jaya hingga
saat ini belum memiliki drainase. Baik dari Ibu Kota Kabupaten hingga distrikdistrik lain di Kabupaten Lanny Jaya. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Sumber : Survey, 2015

Gambar 4.18

Jaringan Jalan Kabupaten Lanny Jaya Tanpa Ada Saluran Drainase

63

4.7.3

Jaringan Listrik
Dari hasil pengamatan, di kabupaten Lanny Jaya hanya Ibu Kota Kabupaten
Lanny Jaya dan distrik Makki yang memiliki pembangkit listrik berskala distrik. Ada
PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel) di Distrik Tiom yang melayani masyarakat
dari jam 6 sore hingga jam 10 malam dan di Distrik Makki ada PLTAM (Pembangkit
Listrik Tenaga Air Mikro) yang mampu malayani kebutuhan listrik masyarakat hingga
24 jam , sedangkan untuk Distrik lain, masih menggunakan solarsel, ataupun disel
untuk keperluan Listrik sehari-hari.

Sumber : Survey, 2015

Gambar 4.19

Salah Satu Pembangkit Listrik Di Kabupaten Lanny Jaya

64

4.7.3

Air Bersih
Berdasarkan hasil pengamatan, masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya pada
umumnya memperoleh air bersih untuk keperluan sehari-hari dari sungai-sungai
ataupun sumur serta mata air yang digali disekitar permukima masyarakat.

Sumber : Survey, 2015

Gambar 4.19

Mata Air Bersih Untuk Keperluan Masyarakat

65

4.7.4

Jaringan Telekomunikasi
Dengan berkembangnya dunia modern saat ini, maka alat telkomnikasi yang
digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah handphone (HP), begitu pula
halnyta dengan masyarakat di Kabupaten Lanny Jaya. Berdasarkan hasil studi,
masyarakat di kabupaten Lanny Jaya pada umumnya menggunakan handphone
sebagai alat telekomunikasinya. Karena di Kabupaten Lanny Jaya telah dibangun
sebuah menara sinya untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi

Sumber : Survey, 2015

Gambar 4.20
Menara Jaringan Telekomunikasi

66

Anda mungkin juga menyukai