Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Penyakit Jantung Hantaran AV Block


Hari/tanggal

Jam

Tempat

: ICCU RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

A. LATAR BELAKANG
Gangguan pada nodus AV atau system konduksi menyebabkan kegagalan
transmisi gelombang P ke ventrikel (Davey, 2005). AV block merupakan
komplikasi infark miokardium yang sering terjadi (Boswick, 1988).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system
konduksi AV yang menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan
ditimbulkan sebagai bagian komplikasi IMA.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu memahami
konsep teori Hipertensi dan mempraktekkan teknik relaksasi otot progresif.
2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
c. Menjelaskan penyebab penyakit hipertensi

d. Mengetahui penatalaksanaan hipertensi dengan teknik relaksasi otot


progresif
e. Menyebutkan pengertian teknik relaksasi otot progresif
f. Menyebutkan manfaat dari teknik relaksasi otot progresif
g. Menyebutkan tujuan dari teknik relaksasi otot progresif
h. Mengetahui langkah-langkah dari teknik relaksasi otot progresif

C. SASARAN
Sasaran dari penyuluhan teknik relaksasi otot progresif ini adalah lansia
hipertensi yang memiliki tekanan darah diatas 140/90 mmHg dan tidak
memiliki hambatan dalam melakukan kegiatan.

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
4. Tanya Jawab

E. MEDIA DAN ALAT

1. Laptop
2. Infocus
3. Leaflet

F. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/tanggal : Sabtu/ 24 September 2016
Jam : 10.00 WIB 12.00 WIB
Tempat : Wisma Andong Sumawi Panti Werdha Abiyoso Pakem Jogja

G. PENGORGANISASIAN
1. Moderator

: Sinta Rahmania, S.Kep

2.

: Muamar Khadafi, S.Kep

Leader

3. Fasilitator

: Fajar Angga S P, S.Kep

4. Observer

: Aulia Evrida S, S.Kep

H. URAIAN TUGAS
1. Leader
Bertanggung jawab memberikan penyuluhan tentang pengertian, tujuan
dan manfaat teknik relaksasi otot progresif.
2. Co Leader
Memperagakan langkah-langkah teknik relaksasi otot progresif.

3. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
c. Menjelaskan tujuan dan topik
d. Menjelaskan kontrak waktu
e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
f. Mengarahkan alur diskusi
g. Memimpin jalannya diskusi
h. Menutup acara
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan

I. SETTING TEMPAT

J. MATERI (TERLAMPIR)
K. KEGIATAN PENYULUHAN

No

Kegiatan Penyuluh

Pembukaan
-Moderator
memberi
salam
-Moderator
memperkenalkan
anggota penyuluhan
-Moderator
memperkenalkan
pembimbing klinik dan
pembimbing akademik
-Moderator menjelaskan
tentang
topik
penyuluhan
-Moderator menjelaskan
dan membuat kontrak
waktu, bahasa, tujuan
dan
tata
tertib
penyuluhan

Pelaksanaan
- Pemateri mengkaji
pengetahuan
audiens
tentang hipertensi
-Memberi
reinforcement (+)
-Meluruskan
konsep
tentang
pengertian
hipertensi
- Pemateri mengkaji
pengetahuan
audiens
tentang
penyebab
hipertensi
-Memberi
reinforcement (+)
-Meluruskan
konsep
tentang
penyebab
hipertensi

Kegiatan
Audiens/Sasaran

Waktu
5 mnt

- Menjawab salam
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
Mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
Mengemukakan
pendapat
40 mnt
- Mendengarkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan

-Pemateri mengkaji
pengetahuan audiens
tentang tanda gejala
hipertensi
- Memberi
reinforcement (+)
- Meluruskan konsep
tentang tanda gejala
hipertensi
- Pemateri mengkaji
pengetahuan audiens
tentang teknik relaksasi
otot progresif
- Memberi
reinforcement (+)
- Meluruskan konsep
tentang pengertian
teknik relaksasi otot
progresif
- Mengkaji pengetahuan
audien tentang tujuan
teknik relaksasi otot
progresif
- Memberi
reinforcement (+)
- Menjelaskan tujuan
teknik relaksasi otot
progresif
- Mengkaji pengetahuan
audien tentang manfaat
teknik relaksasi otot
progresif
- Memberi
reinforcement (+)
- Menjelaskan tentang
manfaat teknik relaksasi
otot progresif
- Menjelaskan langkahlangkah teknik relaksasi
otot progresif
- Memberi kesempatan
audiens untuk bertanya
- Memberi
reinforcement (+)
- Menjawab pertanyaan

- Mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan

- Mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mengemukakan
pendapat
- Mengajukan
pertanyaan
- Mendengarkan
- Mendengarkan

Penutup
- Meminta audiens
mengulang beberapa
informasi yang telah
diberikan
- Memberi
reinforcement (+)
- Bersama peserta
menyimpulkan
materi
- Menutup dengan
salam

5 menit
- Mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mengemukakan
pendapat
- Menjawab salam

L. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. 75 % atau lebih peserta menghadiri acara
b. Alat dan media sesuai dengan rencana
c. Peran dan fungsi masing masing sesuai dengan yang direncanakan
2

Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi

Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian dari hipertensi
b. Menyebutkan penyebab hipertensi
c. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
d. Menyebutkan pengertian teknik relaksasi otot progresif
e. Menyebutkan tujuan dari teknik relaksasi otot progresif
f. Menyebutkan manfaat teknik relaksasi otot progresif
g. Menyebutkan langkah-langkah back exercise

HIPERTENSI

A.

PENGERTIAN
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para
ahli. WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah
diatas 160/95 mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896)
mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau
terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik
diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama
juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan
oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr.
Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah
kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg.
Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti
diajukan oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun,
dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama
dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan
hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita
tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda
diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah
40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara 60-

70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal.


Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg
ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang
berbeda. (JNC VI, 1997).
Berdasarkan pengertian pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg atau diastolik lebih dari 90 mmHg.

B.

TANDA DAN GEJALA


Menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala,
epitaksis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing bahkan terasa berat di pundak
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual

6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun

C.

PENYEBAB HIPERTENSI
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: bawaan dari orang tua/keturunan
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3.

Stress Lingkungan.

4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta


pelabaran pembuluh darah. Penyebab hipertensi pada orang dengan
lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan

elastisitas

karenakurangnya

pembuluh

efektifitas

darah

pembuluh

darah

oksigenasi
e.

Hal

Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

ini
perifer

terjadi
untuk

LATIHAN OTOT PROGRESIF

A. PENGERTIAN
Teknik relaksasi otot progresif nerupakan teknik relaksasi yang berfokus
pada perlahan tegang dan santai otot.
B. TUJUAN
Relaksasi Progresif bertujuan untuk mengenali apa yang terjadi pada
tubuh, sehingga dapat mengurangi ketegangan dan dapat melanjutkan kegiatan.

C. MANFAAT
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah untuk mengatasi berbagai
macam yaitu:
1. Stres
2. Kecemasan
3.

Insomnia

4. Hipertensi (tekanan darah tinggi)


5. Membangun emosi positif dari emosi negatif.
D. CARA MELAKUKAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
1. Menggenggam tangan sambil membuat suatu kepalan dan dilepaskan

2. Meluruskan lengan kemudian tumpukan pergelangan tangan kemudian


tarik telapak tangan hingga menghadap ke depan.
3. Diawali dengan menggenggam kedua tangan kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot-otot beiceps akan menjadi tegang

4. Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan


dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini
adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.

5. Otot-otot wajah dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan untuk dahi dengan
cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya
keriput.

6. Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot


rahang dengan cara mengatup rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang
7. Gerakan

untuk

mengendurkan

otot-otot

sekitar

mulut.

Bibir

dimonyongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di


sekitar mulut.

8. Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun


belakang. Letakkan kedua tangan di belakang kepala, kemudian dorong
kepala ke belakang sambil tangan menahan dorongan kepala.
9. Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara membawa kepala ke muka,
kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya, sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka

Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama
10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing
dua kali.

E.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN


TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri


sendiri
2. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik
3. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup, jangan dengan berdiri
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudia bagian kiri dua
kali
6. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks
7. Terus-menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan tidak
terlalu lambat

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi,
(Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)
DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan
Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.
Jakarta; EGC
FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih
Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R,
Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan


Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan
pembuluh darah Harapan kita. Jakarta
Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Brunner and Sudarth, vol. I (edisi 8 ). Alih Bahasa : Monica Ester,
Ellen Panggabean. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai