Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urine (dari bahasa Latin Urina) adalah cairan biasanya steril oleh-produk dari tubuh
dikeluarkan oleh ginjal melalui proses yang disebut buang air kecil dan dikeluarkan melalui
uretra. Metabolisme sel menghasilkan banyak oleh-produk, yang kaya akan nitrogen, yang
memerlukan penghapusan dari aliran darah. Ini oleh-produk yang akhirnya dikeluarkan dari
tubuh dalam proses yang dikenal sebagai berkemih, metode utama untuk buang air-larut
bahan kimia dari tubuh. Bahan kimia ini dapat dideteksi dan dianalisis dengan urine. Kondisi
penyakit tertentu dapat menyebabkan patogen-terkontaminasi urin.
Urin atau air kencing adalah cairan yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup di dunia
ini, baik manusia maupun hewan. Urin atau air seni atau air kencing juga merupakan cairan
sisa yang diekskresikan olehginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
prosesurinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasiscairan tubuh. Namun,
ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra. Karena urin merupakan sisa metabolisme yang harus di
keluarkan, maka jika urin tidak di keluarkan akan menyebabkan penyakit bagi manusia
maupun hewan tersebut.
B.
1.
2.
3.
C.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Bagaimana sifat fisik dan kimia pada Urine ?
Bagaimana sedimentasi Urine ?
Bagaimana pemeriksaan Urine ?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian cairan urine
Untuk mengetahui sifat fisik urine
Untuk mengetahui sifat kimia urine
Untuk mengetahui sedimen urine

BAB II
LANDASAN TEORI
1

A. Pengertian Cairan Urine


Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikanoleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjagahomeostasis cairan tubuh. Namun,
ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.
Komposisi :
Struktur komposisi urin.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos.
Adapun tahap pembentukan urine yaitu :
a. Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus yang
dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman.Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan
tekanan oncotik (gaya tarik sifat atau sistem koloid agar air tetap berada dalam plasma darah
di intravaskuler. Arti lain dari tekanan onkotik adalah tekanan osmotic yang dihasilkan oleh
protein (albumin)) dari cairan di dalam Bowman space (area antara glomerulus dan kapsula
bowman; merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke
segmen pertama dari tubulus proksimal) merupakan kekuatan untuk proses filtrasi. Proses
filtrasi terjadi ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat zat lain serta sel
sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga
2

mendorong air dan komponen komponen yang tidak dapat larut, melewati pori pori
endothelium kapiler glomerulus, kecuali sel sel darah dan molekul protein. Kemudian
menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula
Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau
urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea, dan ion
anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh.
b. Reabsorpsi (penyerapan kembali)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorpsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih
berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan
garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorpsi lebih dari 178 liter air, 1200 gr garam, dan 150 gr glukosa. Sebagian besar dari
zat-zat ini direabsorpsi beberapa kali. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal dan
lengkung Henle serta menghasilkan urine sekunder (filtrate tubulus). Proses tahap ini
dilakukan oleh sel sel epithelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi
tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat zat yang direabsorpsi antara lain: glukosa, asam
amino, ion ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi lebih
tinggi.
Proses rebasorpsi : mula mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus
kontortus proksimal, kemudian mulai direabsoprsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat
zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa ion Na+, air dan ion Cl-. Setiba
di lengkung Henle, volume filtrate telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan
urine sekunder atau filtrat tubulus.
c. Augmentasi (pengeluaran)
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,
2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna
dan bau pada urine. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.

Karbondioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan
yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya
bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat
dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan pH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut. Amonia (NH3), hasil
pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat
ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam
tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea.
Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati
dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang
berguna memberi warna pada tinja dan urine. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah
dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.
Proses augmentasi: urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal, dalam
tubulus kontortus distal, pembuluh darah mengandung zat lain yang tidak digunakan dan
terjadi reabsorpsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk
urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan
disalurkan ke tubulus kolektivus ke pelvis renalis disini terjadi urine sesungguhnya. Kantung
kemih merupakan tempat penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih sudah penuh
oleh urine, maka urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui saluran uretra.
B. Sifat Fisik Urine
Secara umum, sifat fisik urine yang tampak dan relatif mudah diobservasi meliputi :
warna, bau, pH (alkalinitas), berat jenis, dan volume rata-ratanya
1. Warna
Urine normal berwujud encer berwarna kuning pucat. Warnanya berubah-ubah
dengan jumlah dan konsentrasi urine yang dikeluarkan. Urine segar biasanya jernih dan
menjadi keruh jika didiamkan. Pigmen utamanya adalah urokrom, tetapi juga terdapat
sejumlah kecil urobilin dan hematoporfin. Saat demam, terjadi pemekatan urine, urine
menjadi kuning tua hingga kecoklatan.Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi
kesehatan organ dalam seseorang.
a) Kuning
4

Normal

: disebabkan urobilin & urokrom.

Abnormal : disebabkan bilirubin (liver) atau obat2an seperti efedrin, vit B2 atau makanan.
b) Hijau
Normal

: disebabkan oleh indikan

Abnormal : disebabkan oleh obat2an : metilen blue, evansblue. Dan kuman / bakteri :
pseudomon.
c) Merah
Normal

: disebabkan oleh uroeritrin (hasil akhir ginjal).

Abnormal : disebabkan oleh Hb, forfirin, forfobilin, obat2an : santonin, amidofirin & zat2
warna. Dan kuman : bacillus prodigiosus.
d) Coklat
Normal

: disebabkan oleh urobilin

Abnormal : disebabkan oleh bilirubin, hematin.


e) Coklat tua / hitam
normal

: disebabkan oleh indikan

abnormal : disebabkan oleh darah tua dan obat2an : der. Fenol


f) Serupa susu
Normal

: disebabkan oleh fosfat

Abnormal : disebabkan lemak, getah posfat, protyein yang membeku, dan bakteri.

2. Bau

Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika didiamkan. Bau ini
dapat bervariasi sesuai dengan makanan yang dikonsumsi, misalnya : aspargus memberikan
bau metil merkaptan, pada ketosis ditemukan bau aseton.
3. pH Urine
Urin dapat bersifat asam, netral, atau basa dengan pH antara 4,7-8,0. Tetapi urin yang
dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. urin yang diambil pada waktu-waktu
tertentu mempunyai pH yang berbeda-beda. Beberapa waktu setelah makan, urin akan
bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin ide. BIla dibiarkan waktu lama, urin dapt
mengalami qmmoniacal fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri
dan PH urin menjadi basa.
4. Kekeruhan
Penyebab kekeruhan pada urin
a.

Fosfat & karbonat dalam jumlah besar. cara testnya : urin + asam asetat encer
keruh hilang.

b.

Bakteri sel2 yang rusak seperti sel efitel, & produksi leukosit akan meninglat.

c.

Sediment dari eritrosit, leukosit & sel efitel.

d.

Lemak & siklus (butir2 kecil dari lemak).

e.

Benda-benda koloidal.

5. Berat Jenis Urin


Berat jenis urin normal antara 1,003-1,030 tergantung pada jumlah zat-zat yang
terlarut di dalmnya dan volume urin. Jumlah total zat padat dalm urin 24 jam kira-kira 50
gram. Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal.
6.

Volume Urin
Volume urin dalam 24 jam tergantung pada faktor fisiologik (misalnya intake cairan

suhu dan kerja fisik) dan faktor patologik (misalnya penyakit ginjal,diabetes mellitus, dan
sebagainya). Beberapa obat misalnya golongan diuretic,kopi, alcohol dapat pula

mempengaruhi volume urin. Pada manusia, normalnya volume urin antara 600-2500 ml/24
jam. Kelainan-kelainan dalam volume urin :
Poliuri

: bila volume urin > 2500 ml/24jam

Oligouri

: bila volume urin < 600 ml/24 jam

Anuri

: bila tidak terbentuk urin

C. Sifat Kimia Urine


1. Urea (Ureum)
Menyusun sekitar setengah dari zat padat urine . Urea merupakan hasil akhir
metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati,
mencapai ginjal dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum normal dalam darah
30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi bergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan
fungsi hati dalam pembentukan ureum
2. Ammonia
Normalnya, urine mengandung sedikit amonia. Ketosis dan asidosis akibat diabet
akut, dimana fungsi ginjal tidak terganggu, akan menyebabkan pengeluaran amonia yang
tinggi dalam urine.
D. Sedimen Urine
Sedimen urin termasuk pemeriksan rutin. Urin yang dipakai untuk pemeriksaan ini
adalah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin. Yang
paling baik untuk pemeriksaan sediment ialah urin pekat yaitu urin yang mempunyai BJ 1023
atau lebih tinggi, urin yang pekat lebih mudah didapat bila memekai urin pagi sebagai bahan
pemeriksaan. Pada pemerikasaan ini diusahakan menyebut hasil pemeriksaan secara
semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur sediment yang bermakna per lapangan
penglihatan.
a. Unsur-Unsur Sedimen
Lazimnya unsur-unsur sedimen dibagi atas 2 golongan yaitu organik (organized),
yaitu yang berasal dari sesuatu organ atau jaringan, dan anorganik (unorganized), yang bukan
berasal dari sesuatu jaringan.

1)

Unsur-unsur organic

a.

Sel epitel.
Hampir selalu ada, apalagi yang skuameus dan berasal dari kandung kencing, uretra

dan vagina. Sel epitel bulat dianggap berasal dari tubuli ginjal dan tidak mempunyai arti jika
jumlahnya sangat kecil. Pada glomerulonepritis jumlah sel epitel bulat itu bertambah banyak
dan mungkin menyatakan tanda-tanda degenerasi seperti degenerasi lemak. Sel epitel berasal
dari saluran kencing proximal sukar dibedakan dari leukosit karena ukuran yang hampir
sama. Bertambahnya epitel menunjukkan kepada iritasi atau radang sesuatu permukaan
selaput lendir dalam tractus urogenitalis.
b.

Oval fat bodies, yaitu sel epitel yang mengandung lemak berasal dari tubuli ginjal dan

dipertalikan dengan sindrom nofrotik.


c.

Leukosit.
Angka jumlah leukosit per 24 jam yang dilakukan dengan addis count membuktikan

bahwa sejumlah sampai 650.000 leukosit per 24 jam tidak selalu abnormal. Sangat sukarlah
untuk mengatakan sampai berapa banyak leukosit dalam pemeriksaan biasa masih boleh
dipandang normal. Sekdar pegangan dapat diberikan lebih dari 5 leukosit/LPB menunjukkan
kepada hal abnormal. Radang purulent di sesuatu bagian tractus urogenitalis menyebabkan
adanya banyak leukosit dalam sedimen. Pada glomerulonepritis acuta jumlahnya tidak besar.
Selain proses peradangan, leukosit dalam sedimen urine juga bertambah banyak oleh tumor,
orulitiasis, dsb.
d.

Eritrosit.
Addis count 130000 eritrosit per 24 jam mungkin tidak berarti abnormal. Pada

pemeriksaan biasa waspadalah jika terdapat lebih dari 1 eritrosit per LPB. Dalam
menafsirkan hasil pemeriksaan timbanglah kemungkinan eritrosit datang dari vagina.
Radang, trauma, diatesis hemoragik, dsb, adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan adanya
eritrosit dalam urine. Dari bentuk eritrosit tidak dapat diketaui dari mana eritrosit itu berasal
prerenal, renal atau posterenal.
e.

Silinder.

Tempat pembentukan ialah tubuli ginjal. Dengan addis count didapat sejumlah sampai
2000 silinder hialin per 24 jam pada orang normal. Pada pemeriksaan biasa adanya belaka
mungkin sudah menunjukan ke satu hal yang tidak normal. Silinder lilin didapat pada
keadaan yang lebih berat seperti nepritis lanjut dan pada amyloidosis. Jika sedimen
mengandung eritrosit, leukosit, dll.., unsur- unsur itu dapat melekat pada permukaan silinder
dan menyusun silinder eritrosit, dsb.
f.

Benang lendir.
Didapat pada iritasi permukaan selaput lendir tractus urogenitalis bagian distal.

g.

Silindroid.
Tidak mempunyai arti banyak, mungkin sekali silindroid berarti adanya radang yang

ringan.
h.

Spermatozoa.
Mungkin didapat baik dalam urine pria maupun wanita dan tidak mempunyai arti

dalam klinik.
i.

Potongan jaringan.
Kalau didapat berarti salah satu hal yang serius dan memerlukan pemeriksaan lebih

lanjut.
j.

Bakteri.
Bakteri yang didapat di samping kelainan sedimen lain, khusus bersama dengan

banyak leukosit, menunjukkan kepada sesuatu infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan
memulas sedimen degan gram atau dengan biakan urine untuk identifikasi.
2)

Unsur anorganik :

a.

Bahan amorf.
Urat dalam urine asam dan fosfat dalam urine basa.

b.

Kristal dalam urne normal.

Dalam urine asam terdapat : asam urat, natrium urat, jarang kalsium sulfat. Kristal
urat biasanya berwarna kuning. Dalam urine netral : kalsium oksalat dan asam hipurat. Dalam
urine netral sedikit basa : amonium magnesium fosfat dan jarang kalsium fosfat. Dalam urine
basa : calcium carbonate, amonium biurat, calcium fosfat.
c.

Kristal yang menunjukkan keadaan abnormal : sistin, leusin, tirosin, kolesterol,

bilirubin dan hematoidin

10

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Urine.
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan
saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu,
pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan
specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai
dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
B. Jenis pengambilan sampel urine :
a. Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah
putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
b. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan
atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan
yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik
untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya
HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
c. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan
dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif
suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam
suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya
toluene.
Hal-hal yang perlu di infeksi dalam pemeriksaan urine:
1. Volume urine
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur.
Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi
tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara /
penguapan.

11

2. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian
oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
3. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa
urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna
kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
4. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna
urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna
itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat
warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi
sekarang ada dalam jumlah besar.
Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi
mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna
urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
5. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh
atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan
menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan
terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.
C. Proses Pengambilan Urine.
Persiapan alat

Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)


Label spesimen
Sarung tangan sekali pakai
Larutan anti septik
Kapas sublimat
Formulir Laboratorium
Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
Baskom air hangat
Waslap
Sabun
Handuk
12

Prosedur plaksanaan
o Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
o Untuk klien yang dapat berjalan
Antar klien ke kamar kecil
Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan

sabun dan air


Untuk klien wanita
Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas
desinfektan steril hanya sekali pakai
Untuk klien laki laki
Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya sekali
pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis
Untuk klien yang memerlukan bantuan
Siapkan klien dan peralatannya
Bersihkan daerah parineal dengan sabun kemudian keringkan
Posisikan klien setegak mungkin jika di perbolehkan
Buka peralatan, hati hati jangan sampai mengontaminasi tempat sampel
Pakai sarung tangan
Bersihkan saluran kencing seperti yang dijelaskan di atas

o Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang dapat berjalan
bagaimana mengambil sampel.
Perintah klien untuk BAK
Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai wadah

tersentuh penis
Ambil 30 60 ml urine di dalam wadah
Tutup wadah sentuh hanya dalam luar wadah
Jika perlu, bersihkan wadah dengan disinfektan
Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu kemudian
menahannya dan kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam botol +_ 30
60 cc, kemudian klien di anjurkan mengeluarkan urine/ mengosongkan kandung

kemih secara keseluruhan.


o Beri label pada botol dan bawa kelaboratorium
Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada botol
Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya
o Catat data yang bersangkutan
Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien
selama pengambilan sampel
o Spesimen kulit periodik(urine tampung)
13

Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli wadah
dengan identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.
Guanakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel
Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan
disimpan wadah dari lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak terkontaminasi
dengan kertas toilet atau feses.
Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan kantong
kemih dan simpan urine sebagai bagian spesimen , bawa semua sampel ke
laboratorium
Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta
hasil pengamatan lain terhadap urine
o Pengambilan spesimen urine dari kateter
Gunakan sarung tangan sekali pakai
Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30
menit.hal ini menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .
Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan. Daerah
penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk mencegah
tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan jarum ,
mikroorganisme akan menghilang pada pembukaan kateter. Jadi , cegahlah
kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme dalam kateter
Masukkan jarum dengan sudut 30 450
Lepaskan penjepit kateter
Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk analisis

urine rutin)
Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah
Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan
Tutup wadahnya
Lepaskan sarung tangan , dan taruh pada tempat yang disediakan
Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di lemari

pendingin
Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen.
D. Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang
tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan
tentang tata cara pengambilan yang benar. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi
suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine).
Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam
wadah bermulut lebar dan steril.
14

Punksi Suprapubik.
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari
kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting
pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan
ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu
dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
Kateter.
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini
juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung
kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh
dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.

Urin Porsi Tengah.


Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang
paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi
resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan
antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan
kultur false-negatif.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita :
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai
larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan
jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa
steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian
buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi
dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari
dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi,

15

kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa
yang telah dipakai ke tempat sampah.
Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin
yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril
sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim
segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan
sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya
sebelum pembersihan selesai.
Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis
dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang
telah dipakai ke dalam tempat sampah.
Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam
wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim
segera ke laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh
pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat
pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel
harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam
setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur
dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin
harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak lebih dari 24 jam.

16

NO

LANGKAH KERJA

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

II

1.

Urinal

2.

Pengalas

3.

Tissu

4.

Sampiran

5.

Baskom

6.
A.

Sabun
TAHAP PRA INTERAKSI

1.

Periksa catatan keperawatan

2.

Kaji kebutuhan pasien

3.

Ekplorasi dan falidasi perasaan pasien

B.

TAHAP ORIENTASI

1.

Beri salam dan panggil pasien dengan namanya

2.

Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan

NILAI
0
1

yang akan dilakukan


3.

Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk


bertanya sebelum tindakan dimulai

4.

Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada


pasien, lalu pasang sampiran
C.

PROSEDUR PELAKSANAAN

1.

Cuci tangan

2.

Jelakan prosedur pada pasien

3.

Pasang sampiran, tutup kelambu atau pintu

4.

Pasang alas urinal dibawah glutea

5.

Lepas pakaian bawah pasien

6.

Pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua


paha

7.

Anjurkan pasien untuk berkemih

8.

Setelah selesai rapikan alat

9.

Cuci tangan, catat warna dan jumlah produksi urine


17

D.

TAHAP TERMINASI

1.

Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan

2.

Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan

3.

Rapikan peralatan dan cuci tangan

4.

Catat tanggal dan jam defikasi serta karakteristiknya

5.

Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan serta


hasilnya

6.

Lakukan observasi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urine (dari bahasa Latin Urina) adalah cairan biasanya steril oleh-produk dari tubuh
dikeluarkan oleh ginjal melalui proses yang disebut buang air kecil dan dikeluarkan melalui
uretra. Metabolisme sel menghasilkan banyak oleh-produk, yang kaya akan nitrogen, yang
memerlukan penghapusan dari aliran darah. Ini oleh-produk yang akhirnya dikeluarkan dari
tubuh dalam proses yang dikenal sebagai berkemih, metode utama untuk buang air-larut
bahan kimia dari tubuh. Bahan kimia ini dapat dideteksi dan dianalisis dengan urine. Kondisi
penyakit tertentu dapat menyebabkan patogen-terkontaminasi urin.
Urin atau air kencing adalah cairan yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup di dunia
ini, baik manusia maupun hewan. Urin atau air seni atau air kencing juga merupakan cairan
sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalamdarah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun,
ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
18

keluar tubuh melalui uretra. Karena urin merupakan sisa metabolisme yang harus di
keluarkan, maka jika urin tidak di keluarkan akan menyebabkan penyakit bagi manusia
maupun hewan tersebut
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar penulis serta pembaca dapat
memahami dan mengerti mengenai urine, guna menambah wawasan dalam dunia medis.

DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul dan alimul, Aziz.(2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta:
penerbit salemba medika
http://subijakto.blogspot.com/2010/11/makalah-urine-2010.html
Kusyati Eni. 2006.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium, Cetakan Pertama.Jakarta : EGC.
Murwani Arita. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan, Cetakan Kedua.
Yogyakarta : Fitramaya.

19

Anda mungkin juga menyukai