Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Pengelasan merupakan proses penyambungan logam atau logam paduan

yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Las (welding) adalah suatu cara
untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan
(Widharto, 2007:1). Disamping itu untuk pembuatan las, proses las dapat juga
dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang coran,
membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah
aus dan macam-macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari
konstruksi tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan
yang lebih baik. Karena itu rancangan dan cara pengelasan harus betul-betul
memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta
keadaan sekitarnya.
GMAW (gas metal arc welding) adalah salah satu jenis jenis las busur
listrik yang menggunakan bahan kawat las sebagai elektroda terumpannya. Busur
listrik terjadi antara kawat pengisi dan logam induk. Untuk mencegah terjadinya oksidasi selama proses pengelasan digunakan gas pelindung berupa gas
mulia CO2. secara umum ada 4 faktor penting dalam pengelasan GMAW yaitu tegangan busur, arus pengelasan, kecepatan pengelasan, dan gas pelindung
(AWS, 1997:117).
Pipa schedule 40 adalah pipa yang telah dilakukan percobaan pengetesan
dengan tekanan air, aman sampai pada tekanan 40 kg/cm2, dan seamless berasal

dari bahasa inggris yang berarti tanpa kelim/las. Jadi secara utuh pengertian dari
pipa schedule (sch) 40seamless adalah pipa tanpa sambungan / tanpa las dengan
kekuatan pengetesan sampai pada tekanan 40 kg/cm2. Dalam hal ini pipa akan
ditunjukkan oleh pabrik pembuat dengan sertifikat yang telah diapprove / disetujui
oleh suatu badan indipenden (Jokosisworo, 2012).
Sistem perpipaan saluran air biasanya tersusun dengan bentuk yang
berbeda-beda. Ada pipa dengan bentuk lurus maupun pipa dengan bentuk
bengkok yang semuanya menggunakan sambungan dengan cara di las, di
Indonesia pada umumnya saluran air menggunakan pipa schedule 40 dikarenakan
pipa tersebut termasuk pipa tahan korosi.
Besar arus yang digunakan saat pengelasan akan mempengaruhi
jumlah masukan panas, penetrasi las, maupun tegangan pada saat proses
pengelasan. Ketidaksesuaian masukan panas yang diberikan saat mengelas
akan menyebabkan cacat, dan juga mempengaruhi pada kecepatan pendinginan
logam lasan, sehingga terbentuk struktur mikro yang kurang baik. Pengelasan
GMAW dapat menggunakan arus AC (alternating current) atau DC (direct
current). Pemilihan arus tergantung jenis bahan yang akan di las. Pada arus
pengelasan yang tinggi membuat ujung dari elektroda akan berbentuk runcing,
hal tersebut membuat butir-butir logam cair menjadi halus dan pemindahannya berlangsung dengan cepat, seakan-akan logam cair disemburkan
(wiryosumarto, 2000).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugroho (2014)
tentang variasi kuat arus dan gas flow rate berpengaruh terhadap kekerasan dan
kekuatan tarik. Kemudian penelitian yang telah dilakukan oleh Budiarsa (2008)

tentang pengaruh besar arus pengelasan dan kecepatan volume alir gas pada
proses las GMAW terhadap ketangguhan aluminium 5083 menunjukkan bahwa
besar arus, kecepatan volume aliran gas, memberikan pengaruh pada proses las
GMAW terhadap ketangguhan HAZ almunium 5083. Penelitian tersebut semakin
memperkuat bahwa variasi kuat arus pada pengelasan GMAW dapat
mempengaruhi hasil lasan.
Daerah pengelasan terdiri dari 4 bagian yaitu Weld Metal (logam
lasan), Fusion Line (garis gabungan/batas las), Heat Affected Zone (HAZ), dan
Parent Metal (logam induk). Logam las adalah bagian dari logam yang pada
waktu pengelasan mencair dan kemudian membeku. Fusion Line Merupakan
daerah perbatasan antara daerah yang mengalami peleburan dan yang tidak
melebur. Daerah ini sangat tipis sekali sehingga dinamakan garis gabungan antara
weld metal dan HAZ. Daerah pengaruh panas atau HAZ adalah logam dasar
yang ber-sebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami
siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat. Logam induk tak terpengaruhi adalah bagian logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat (Surdia, 1995).
Pada pengelasan selalu akan terjadi proses thermal yang dapat ditunjukkan
dengan terjadinya perubahan struktur mikro pada daerah HAZ (Heat Affected
Zone), daerah panas ini dipengaruhi oleh jenis material,input panas, dan kecepatan
pendinginan (Sunaryo, 2008:185). Kecepatan pendinginan seluruh permukaan
terjadi tidak seragam, hal ini disebabkan karena pemberian panas terjadi hanya
pada salah satu sisi saja, sehingga terjadi tegangan sisa pada daerah las.

Lamanya pendinginan dalam suatu daerah temperatur tertentu dari suatu


siklus termal las sangat mempengaruhi kwalitas sambungan. Sedangkan struktur
mikro dan sifat mekanik dari daerah HAZ sebagian besar tergantung pada
lamanya pendinginan dari temperatur 8000 C sampai 5000 C. Masukan panas
dihitung sebagai rasio dari energi yang dibutuhkan saat proses pengelasan, dan

dapat dirumuskan sebagai berikut H=

60 E . I
V

Dimana H = Masukan panas

(Joule/cm), E = Tegangan (Volt), I = Arus (Ampere) , V = Kecepatan (cm/menit)


(Sunaryo, 2008:185).
Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit
tambahan Si, Mn, P, S, dan Cu. Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar
karbon, karena itu baja ini dikelompokkan berdasarkan kadar karbon-nya. Baja
karbon rendah adalah baja dengan kadar karbon kurang dari 0.30%, baja karbon
sedang mengandung 0,30% sampai 0,45% karbon, dan baja karbon tinggi berisi
karbon antara 0,45% sampai 1,70%. Pada baja karbon rendah dapat dilas dengan
semua cara pengelasan yang ada di dalam praktek pengelasan dan hasilnya akan
baik bila persiapannya sempurna dan persyaratannya dipenuhi. (Kusmayadi,
2008).
Salah satunya yang dapat dilakukan melalui suatu uji tarik static yang
terlebih dahulu membentuk spesimen uji tarik yang telah distandarisasi. Pengujian
tarik statik dilakukan untuk mengetahui kekuatan sambungan logam yang telah
dilas, karena mudah dilakukan, dan menghasilkan tegangan seragam (uniform)
pada penampang serta kebanyakan sambungan logam yang telah dilas mempunyai

kelemahan untuk menerima tegangan tarik. Kekuatan tarik sambungan las sangat
dipengaruhi oleh sifat logam induk, sifat daerah HAZ, sifat logam las, dan
geometri serta distribusi tegangan dalam sambungan (Wiryosumarto, 1996).
Untuk memperoleh kekuatan hasil pengelasan yang dapat dijamin
kualitasnya, pengelasan sebaiknya menggunakan berbagai bentuk alur yang
sudah dikembangkan. Pengerjaan kampuh las terdiri dari 4 jenis yaitu, sambungan
kampuh sisi, sambungan berimpit, sambungan sudut dan sambungan T.
Sambungan atau kampuh tumpul (butt joint) adalah sambungan las yang
dilakukan dengan jalan mengelas bagian tepi atau ujung dari logam yang akan di
las. Adapun sambungan atau kampuh tumpul terdiri dari sambungan I, V, X, dan
V, X, U. (Wiryosumarto,Okumura 1994).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh variasi arus terhadap
kekuatan tarik pada pipa schedule 40 yang dilas dengan GMAW dan
didinginkan dengan air judul penelitian ini dipandang perlu dikaji lebih
mendalam.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas

adalah sebagai berikut :


1. Adakah perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada sambungan butt
joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat elektoda ER70S
pada arus 70 ampere dengan pendinginan menggunakan air?

2. Adakah perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada sambungan butt


joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat elektoda ER70S
pada arus 80 ampere dengan pendinginan menggunakan air?
3. Adakah perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada sambungan butt
joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat elektoda ER70S
pada arus 90 ampere dengan pendinginan menggunakan air?
1.3

Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. H0

: Ada perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada sambungan

butt joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat elektoda


ER70S pada arus 70 ampere dengan pendinginan menggunakan air.
H1 : Tidak ada perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada
sambungan butt joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat
elektoda ER70S pada arus 70 ampere dengan pendinginan menggunakan
air.
2. H0

: Ada perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada sambungan

butt joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat elektoda


ER70S pada arus 80 ampere dengan pendinginan menggunakan air.
H1
: Tidak ada perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada
sambungan butt joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat
elektoda ER70S pada arus 80 ampere dengan pendinginan menggunakan
air.
3. H0

: Ada perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada sambungan

butt joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat elektoda


ER70S pada arus 90 ampere dengan pendinginan menggunakan air.
4. H1
: Tidak ada perbedaan kekuatan tarik pipa schedule 40 pada
sambungan butt joint menggunakan pengelasan GMAW dengan kawat

elektoda ER70S pada arus 90 ampere dengan pendinginan menggunakan


air.
1.4

Batasan Penelitian
Ada beberapa batasan dalam penelitian ini, utamanya pada variabel-

variabel dalam penelitian. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah :


1. Jenis pipa yang digunakan adalah pipa schedule 40, yaitu baja
karbon rendah.
2. Panjang pipa sebagai bahan spesimen penelitian 200 mm.
3. Posisi pengelasan yang digunakan adalah posisi pengelasan bawah
tangan (1G) .
4. Variasi arus yang digunakan dalam pengujian adalah 70A, 80A, dan
90A.
5. Pendinginan yang digunakan dalam pengujian adalah air.
6. Jenis sambungan pengelasan yang digunakan adalah sambungan butt
joint.
7. Pengujian yang digunakan adalah pengujian uji kekuatan tarik.
8. Faktor-faktor lain yang dimungkinkan dapat mempengaruhi proses
penelitian namun tidak diperhatikan atau diabaikan dalam penelitian
ini, seperti temperatur ruangan saat proses pengelasan spesimen
setelah dilas.
1.5

Kegunaan Penelitian
Ada beberapa kegunaan dilakukannya penelitian ini, utamanya pada pihak-

pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun pihak-pihak tersebut


antara lain:
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan pertimbangan wawasan atau informasi dalam
pembelajaran, utamanya dalam praktikum pengelasan. Dalam

praktikum pengelasan di jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik


Universitas Negeri Malang, mahasiswa belum mendapatkan
pengetahuan tentang pengelasan GMAW. Dengan dilakukannya
penelitian ini, mahasiswa memperoleh wawasan dan pengetahuan
tentang pengelasan GMAW.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pembelajaran
praktik pengelasan, utamanya pengelasan pada baja karbon rendah
menggunakan pengelasan GMAW. Dengan adanya penelitian ini,
diharapkan pada waktu atau semester yang akan datang, praktik
pengelasan di jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang menggunakan pengelasan GMAW.
3. Bagi Tukang Las (welder)
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
welder dalam proses pengelasan pipa, dan dapat digunakan untuk
pertimbangan menentukan nilai kekuatan tarik hasil lasan.

Anda mungkin juga menyukai