Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsisten lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu
hari (Depkes RI 2011). Menurut Muslimah (2010) diare merupakan suatu
kondisi buang air besar tidak normal yaitu lebih dari tiga kali sehari
dengan konsisten tinja yang encer dengan atau tanpa disertai darah atau
lendir akibat dari proses inflamasi pada lambung atau kusus.
Survei mobiditas yang dilakukan oleh subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat kecenderugan
insiden naik. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 374/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
423/1000 penduduk. Kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih sering
terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang masih tinggi (DepKes RI,
2011).
Kematian pada anak dinegara berkembang terjadi dengan perkiraan
1,3 milyar dan 3,2 juta pertahun. Secara keseluruhan anak-anak ini
mengalami rata-rata 3,3 diare per tahun, tetapi dibeberapa tempat dapat
lebih dari 9 juta pertahun. Sekitar 80% kematian yang berhubungan
dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Diare infeksi pada

anak di Afrika terserang 7 kali setiap tahunnya disbanding di Negara


berkembang lainnya (Medicastore, 2009).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia. Pada tahun 2000 IR (Insiden
Rate) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan
tahun 2010 naik menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian luar biasa (KLB)
diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan
jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan
kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan ditahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74%) (Kemenkes RI 2011).
Angka kejadian diare di Sumatra Selatan menunjukkan diare
masuk dalam kunjungan pasien terbanyak. Tercatat pada tahun 2011
jumlah penderita diare sebanyak 56.207 dan pada tahun 2012 jumlah
penderita diare mengalami peningkatan menjadi 62.628 (Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatra Selatan, 2012).
Departemen Kesehatan pada tahun 2009 memperkenalkan program
peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengacu pada
paradigma sehat, dengan pendekatan strategi advokasi, bina suasana dan
gerakan/ pemberdayaan masyarakat. Mengingat rumah tangga adalah unit

terkecil dalam menjalankan fungsi-fungsi anggota keluarga, maka


keberhasilan pelaksaan program PHBS ditatanan rumah tangga menjadi
barometer bagi keberhasilan pelaksanaan program PHBS ditatanan-tatanan
lain (DepKes RI, 2009).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah ini dapat diterapkan
atau diberiakan

dengan cara memberikan

pendidikan

kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa agar


dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik,
mental, social dan lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan yang diperlukan bagi perannya saat ini maupun di masa yang akan
dating ( Ayu 2012).
Adapun indikator di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air
mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan yang sehat
dikantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga
yang teratur dan terukur, tidak merokok disekolah, menimbang berat
badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, membuang sampah pada
tempatnya (KemenKes RI, 2011).
Program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) bagi anak bertujuan
menambah kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap
kesehatan. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah memberikan
pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, dan membentuk kebiasaan
hidup sehat (Fitriani, 2011).
Salah satu perilaku hidup sehat yang dilakukan anak sekolah
diantaranya adalah mencuci tangan dengan sabun. Perilaku cuci tangan ini
pada umumnya sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil, tidak

hanya orang tua dirumah, bahkan menjadi salah satu kegiatan rutin yang
diajarkan para guru di taman kanak-kanak sampai dengan Sekolah Dasar.
Kenyataannya perilaku hidup sehat ini belum menjadi budaya masyarakat
kita dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya.
Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit. Tangan yang
kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen
dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu kebersihan
tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas yang tinggi,
walaupun hal tersebut sering disepelekan. Pencucian dengan sabun sebagai
pembersih, penggosokan, dan pembilasan dengan air mengalir dan
menghanyutkan

partikel

kotoran

yang

banyak

mengandung

mikroorganisme ( Ayu 2012).


Berdasarkan hasil penelitian (Rompas, dkk 2013) tentang
hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare
pada anak usia sekolah di SD dengan sampel anak sekolah dasar yang
duduk di kelas 1 sampai 6 yang hadir dan bersedia menjadi responden.
Hasilnya adalah penelitian menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan pakai
sabun sebanyak 55 anak (93,2%), dan yang tidak terbiasa 4 anak (6,8).
Anak SD yang menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebanyak 11 anak
(18,6%), sedangkan anak yang tidak menderita diare 48 anak (81,4%).
Hasil penelitian ini ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun
dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah dasar di SD GMIM 2
Lansot Kecamatan Tareran. Hasil dari penelitian tersebut adalah cuci
tangan pakai sabun sangat penting untuk mencegah penyakit termasuk

diare. Dari kejadian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan


kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare di SDN 94
Palembang tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan pakai
sabun dengan kejadian Diare pada Anak di SDN 102 Palembang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui Hubungan kebiasaan Cuci Tangan pakai sabun dengan
Kejadian Diare pada anak di SDN 102 Palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Distribusi Frekuensi kebiasaan Cuci Tangan Pakai
Sabun pada anak di SDN 102 Palembang.
b. Mengetahui Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada anak di SDN
102 palembang.
c. Mengetahui Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun pada
anak di SDN 102 Palembang.

D. Ruang Lingkup
`
Penelitian

ini

termasuk

dalam

bidang

keperawatan

dasar

merupakan pendekatan kuantitatif pada tingkat Hubungan Kebiasaan Cuci


Tangan pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Anak di SDN 102
Palembang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Mei sampai
dengan 14 Mei 2016.
Jenis penelitian ini adalah cross sectional, instrument penelitian
yang digunakan adalah kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi SD 94 Palembang

Kepada pihak sekolah agar dapat memperbanyak tempat cuci


tangan dengan menggunakan air mengalir, memberikan fasilitas sabun
untuk menuci ntangan disetiap kelas dan dikantin harus juga
menyediakan tempat cuci tangan agar siswa sebelum jajan terlebih
dahulu mencuci tangan.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Institusi pendidikan dapat menyediakan tempat cuci tangan dengan
air mengalir, memberikan fasilitas sabun untuk mencuci tangan di luar
ruangan. Kepada pihak Dosen pengajar agar personal hygiene (Cuci
Tangan Pakai Sabun) di masukkan dalam silabus mata kuliah ilmu
keperawatan dasar.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian dibidang keperawatan khususnya mengenai personal
hygiene (Cuci Tangan Pakai Sabun).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cuci Tangan Pakai Sabun
1. Definisi
Tangan adalah salah satu pengahantar utama masuknya kuman
penyakit ketubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat
mengahambat masuknya kuman penyakit ketubuh manusia melalui
perantara tangan. Tangan manusia yang kotor karena menyentuh feses
mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Kuman
penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat secara kasat mata
sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ketubuh manusia.
Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun
namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar
pada saat yang penting (DepKes, 2009).

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan pencegahan yang


menjadi perilaku sehat dan baru diperkenalkan abad ke 19. Perilaku
sehat dan pelayanan jasa dan sanitasi menjadi penyebab penurunan
tajam angka kematian dari penyakit menular yang terdapat pada
Negara-Negara kaya (maju) pada akhir abad 19 ini. Hal ini dilakukan
bersamaan dengan isolasi dan pemberian tekhnik membuang kotoran
yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi
(Dewi, 2009).
Perilaku mencuci tangan adalah kegiatan yang dilakukan
seseroang dalam membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan
jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit
yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi
harum baunya. (Nadesul, 2006).
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan
sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan rantai
kuman (DepKes, 2007).
2. Tujuan Mencuci Tangan
Menurut Kemenkes (2010), Enam alasan harus membiasakan cuci
tangan pakai sabun, yaitu
a. Melindungi kesehatan keluarga (menurunkan kasus diare hingga
47%, ISPA dan flu burung hingga 50% dan direkomendasikan
b.
c.
d.
e.

hingga 50% dan direkomendasikan untuk mencegah flu H1N1)


Sederhana, mudah dan terjangkau
Tidak perlu banyak air
Gunakan sabun apa saja
Mendidk anggota keluarga untuk berperilaku bersih

f. Kegiatan yang menyenangkan keluarga (lakukan sambil bermain


dengan anak).
Mencuci tangan harus dengan air yamg mengalir supaya
kuman-kuman dan bakteri yang melekat ditangan benar-benar hilang
terbawa air. Sedangkan jika dengan air yang mengendap atau didalam
wadah, maka bersihnya pun sempurna, karena kemungkinan kuman
dan bakteri menempel kembali sangat ada.
Manfaat cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir
akan membantu mencegah tubuh terserang lebih dari sepuluh penyakit
(lewat tangan ke mulut), diantaranya diare, cacingan tifus, flu burung,
disentri, kolera, hepatitis A dan SARA (Hanggar, 2010).
3. Langkah-langkah mencuci tangan
Menurut KemenKes (2010), langkah-langkah mencuci tangan
yang benar adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Basuh tangan dengan air
Langkah 2 : Tuangkan sabun secukupnya
Langkah 3 : Ratakan dengan kedua telapak tangan
Langkah 4 : Gosok punggung dan sela-sela jari
Langkah 6 : Jari-jari sisi dan kedua tangan saling mengunci
Langkah 7 : Gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
Langkah 8 : Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan
ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
Langkah 9 : Gosokkan pergelangan tangan dengan menggunakan
tangan kanan dan lakukan sebaiknya
Langkah 10 : Bilas kedua tangan dengan air
Langkah 11 : keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar
kering
Langkah 12 : gunakan tisu tersebut untuk menutup keran
Langkah 13 : tangan anda kini sudah bersih
B. Konsep Penyakit Diare
1. Definisi

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar


dengan konsisten lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam
satu hari (Depkes RI, 2011). Diare adalah suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan
peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari
pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir darah (KemenKes, 2010).Diare adalah buang air besar berkalikali (lebih dari empat kali), bentuk feses cair, dan dapat disertai
dengan darah atau lendir (Suratun dan lusianah, 2010 dalam
Ardiansyah, 2012).
Penyakit diare bisa disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
kurangnya menjaga kesehatan lingkungan, pola hidup yang tidak
bersih, kurangnya asupan gizi, dan faktor sosial ekonomi. Masyarakat
umumnya masih menganggap sepele penyakit diare, padahal penyakit
ini bisa berujung pada kematian jika tidak ditangani secara cepat,
karena pasien dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan
shock hipovolemik dan berujung pada kematian (Ardiansyah, 2012).
2. Etiologi
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan
diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada
anak-anak umur 6bulan2 tahun (Suharyono, 2008).
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis (widjaja, 2002
dalam Apriyani).

a. Faktor infeksi
1. Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama
diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang
antara lain:Infeksi oleh bakteri: Escherchia coli, salmonalla
thyposa, vibrio cholera (kolera), dan serangan bakteri lain
yang

jumlahnya

berlebihan

dan

patogenik

seperti

pseudomonas. Infeksi basil(disentri).


2. Infeksi virus rotavirus.
a. infeksi parasit oleh cacing (ascaris lumbricoides),
b. infeksi jamur (Candidia albicans).
c. infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis
dan radang tenggorokan, dan
d. keracunan makanan
b. faktor malabsorpsi
Faktor malabsorbsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorbsi
karbohidrat dan lemak. Malabsorbsi karbohidratdan lemak, pada
bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau
sangat asam, dan sakit didaerah perut. Sedangkan malabsorbsi
lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut
triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran)

dan kurang makan. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih


mudah mengakibatkan diare pada anak dan balita.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diarekronis. Tetapi jarang terjadi pada balita,
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi
Menurut KemenKes (2010), proses terjadinya diare dapat
disebabkan oleh berbagai kemungkinan diantaranya:
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi
cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan
sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami
iritasi yang kemudian sekresi dan elektrolit meningkat.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam absorbs yang mengakibatkan tekanan
osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadi diare.
c. Faktor makanan
Dapat meningkatkan
kesempatan

untuk

menyebabkan diare.

peristaltic
menyerap

usus

yang

makanan

mengakibatkan

yang

kemudian

d. Faktor psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi kecepatan
gerakan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses
penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
4. Jenis Penyakit Diare
Menurut DepKes (2000), berdasarkan jenisnya dibagi menjadi
empat yaitu:
a. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akhirnya adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat
badan dan gangguan metabolism.
d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare peristen) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi
atau penyakit lainnya.
5. Tanda-tanda Diare
Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan
mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala
muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita benyak

kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu


berat badan
menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
6. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi
empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan
lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam
kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan

oleh

infeksi

virus.

Infeksi

bisa

secara

tiba-tiba

menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu


makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan
kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam,
nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit
kadangkadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam
tinggi (Amiruddin, 2007).
Turgor kulit berkurang, nadi lemah atau tidak teraba, takikardi,
mata cekung, ubun-ubun cekung, suara parau, kulit dingin, jari sianosis,
membran mukosa kering (Suraatmaja, 2007).
7. Penatalaksanaan diare
Saat ini WHO menganjurkan 4 hal utama yang efektif dalam
menangani anakanak yang menderita diare akut, yaitu penggantian cairan
(rehidrasi), cairan diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi yang
sudah terjadi, pemberian makanan terutama ASI selama diare dan pada
masa penyembuhan diteruskan, tidak menggunakan obat antidiare, serta
petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang perawatan anak

yang sakit di rumah, terutama cara membuat dan memberi oralit, tandatanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak
kembali berobat serta metoda yang efektif untuk mencegah diare
(Suraatmaja, 2007).
8. Pencegahan Diare
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara
umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat
kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary
prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi
(Nasry Noor, 1997).
C. Anak Sekolah Dasar
1. Pengertian
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki
fisik lebih kuat memiliki sifat individual serta aktif dan tidak
bergantung pada orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih
cepat dari pada anak putra (Moehji, 2003 dalam Alif Nurul, (2014).
2. Karakteristik Anak Sekolah
a. Pertumbuhan tidak secepat bayi
b. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal)
c. Lebih aktif memilih makanan yang disukai
d. Kebutuhan energi meningkat karena aktifitas meningkat
e. Pertumbuhan lambat
Moehji (2003) dalam Alif Nurul, (2014).
3. Perkembangan Motorik
Seiring bertambahnya berat dan kekuatan badan maka pada masa
ini perkrmbangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat makin

pandai meloncat dan makin cepat untuk berlari, serta makin mampu
menjaga keseimbangan badannya (Wong, 2004).
4. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah
Menurut teori Piaget dalam Alif Nurul (2014), pemikiran anak usia
Sekolah disebut juga pemikiran operasional konkrit (concrete
operational thought), artinya aktifitas mental yang difokuskan pada
objek-objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam masa ini, anak telah
mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasioperasi, yaitu :
a. Negasi (negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak
memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang
satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b. Hubungan timbal balik (resiprok), yaitu anak pada masa ini telah
mengetahui sebab akibat dalam suatu keadaan.
c. Identitas, yaitu anak sudah bisa mengenal satu persatu deretan
benda yang ada. Dalam masa ini anak mampu mengetahui suatu
perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan.
Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang
memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan sesuatu
tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Bedasarkan dari tinjauan serta kerangka teori, maka dikembangkan
suatu kerangka konsep penelitian. Variabel independen adalah variabel
yang menjadi sebab penelitian, variabel independen dalam penelitian ini
adalah cuci tangan pakai sabun dan variabel dependen variabel yang
dipengarihi atau yang menjadi akibat, yang menjadi variabel dependen
adalah kejadian diare (sugiyono, 2009) kerangka konsep ini sebagai
berikut:
Kerangka Konsep Penelitian dapat dilihat pada diagram berikut ini
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel independen
variabel dependen
Cuci tangan pakai

Kejadian diare

sabun

B. Definisi operasional
Definisi operasional dirumuskan untuk akurasi, komunikasi, dan
replikasi (Nursalam, 2009)
No

Variabel

Definisi

Cara ukur

Alat ukur

Hasil ukur

Skala

1.

Cuci

tangan Salah

pakai sabun

satu Checklist

Kuisioner

1. Ya, bila skor Ordinal

tindakan sanitasi

>75%

dengan

menjawab

membersihkan

pernyataan

tangan dan jarijari

yang benar
2. Tidak, bila

jemari
skor>75%

menggunakan air
menjawab
dan sabun oleh
pernyataan
manusia

untuk
dengan

menjadi

bersih
benar.

dan memutuskan
(Hiayat,
rantai makanan
2.

Kejadian

Buang air besar Checklist

diare

encer

atau

cair

lebih dari tiga kali

Kuisioner

2007)
1. Diare,

bila Ordinal

menderita
diare
2. Tidak diare,

sehari.
bila

tidak

menderita
diare
(Hidayat,
2007)
C. Hipotesis
Ada hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare
pada anak di SD 94 Palembang

BAB IV
MITODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian
kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian
yang mempelajari dinamika korelasi antara variable independen
(kebiasaan cuci tangan pakai sabun) dengan variable dependen
(kejadian

diare)

dengan

cara

pendekatan,

observasi

dan

pengumpulan data secara bersamaan/sekaligus (Notoeadmojo,


2005).
B. Populasi dan Sample
1. Populasi
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan
diteliti (Notoeadmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa baik perempuan maupun laki-laki kelas IV-VI di sd 94
Palembang
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoeadmodjo,
2005). Sampel penelitian ini adalah siswa baik perempuan maupun
laki-laki kelas IV-VI di sd 94 Palembang. Sampel penelitian ini
diambil dengan menggunakan tehnik non probability sampling
dengan menggunakan mitode quato samplimg menentukan sampel
dari populasi yang mempunyai kriteria tertentu sampel quato yang
diinginkan.

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan Rumus


sebagai berikut (Notoatmodjo,2010 ) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
n : besarnya sampel
N : besarnya populasi
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang di inginkan (ketepatan
0,1maka,
n=

N
1 + N (d)2
n = 83
1+83(0,1)2
n = 83
1+83 (0,01)
n = 83
= 56,33 siswa
1,83
n = 45,3 = 45 siswa
Adapun pembagian masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
n=
jumlah siswa jumlah sampel
jumlah populasi
a. Kelas 4
n = 24
45 = 13 siswa
83
b. Kelas 5
n = 29
45 = 16 siswa
83
c. Kelas 6
d.
29
45 = 16 siswa
83
Sampel pada penelitian ini adalah kelas 4 sebanyak 13 siswa,
kelas 5 sebanyak 16 siswa, kelas 6 sebanyak 16 siswa, dengan total
keseluruhan kelas IV-VI sebanyak 45 siswa.

Sampel sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi tersebut, populasi yang besar tidak mungkin secara
keseluruhan dapat diteliti. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan
dana maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Dengan syarat sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul mewakili (Sugiyono, 2005 dalam Ayu, 2013).
Kriteria inklusi:
a. Dapat diajak komunikasi atau kerja sama
b. Bersedia menjadi responden
c. Bisa membaca dan menulis
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD 94 Palembang Jalan
2. Waktu Penelitian
Peneliti dilaksanakan pada tanggal 1 Mei- 2 Mei tahun 2016.
D. Teknik dan Instrumen Pengmpulan Data
1. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan membagikan
lembar kuisioner.
2. Instrument Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini kuisioner yang
diisi oleh responden yang telah disusun oleh peneliti, yaitu :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung
dari responden penelitian. Dalam data primer, peneliti
menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan tertutup
meliputi cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Untuk
cuci tangan pakai sabun.
Cara pengukuran untuk cuci tangan pakai sabun :
1). Ya : bila cuci tangan pakai sabun
2). Tidak : bila tidak cuci tangan pakai sabun

Cara pengukuran diare :


1). Diare : Ya
:1
Tidak : 0
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data dan
dokumen tertulis yang didapat dari SD 94 Palembang.
E. Tehnik Pengolahan dam Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), tahap-tahap pengolahan data
sebagai berikut :
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kuesioner,
apakah jawaban yang ada pada kuesioner sudah :
1) Lengkap : Semua pertanyaan sudah terisi jawaban.
2) Jelas : Jawaban pertanyaan di tulis dengan jelas (dapat
dibaca).
3) Relevan : Jawaban yang di tulis relevan dengan
pertanyaan.
4) Konsisten :Apakah

beberapa

pertanyaan

yang

berkaitan dengan isi jawaban konsisten.


b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data dan berbagai huruf menjadi
data berbentuk angka bilangan. Kegunaan dari coding adalah
mempermudah saat analisis data dan mempercepat saat entry
data.
c. Processing / Entry
Setelah isi kuesioner terisi penuh dan juga melewati
penngkodean maka langkah selanjutnya memproses data agar

dapat di analisis. Pemerosesan data di lakukan dengan cara


mengentri data dari kuesioner ke paket program komputer.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan setiap variabel peneltian (Notoatmodjo,
2010). Analisis yang dilakukan dengan melihat distribusi
frekuensi dari masing-masing kategori variabel independen
(pendidikan dan pekerjaan) dan variabel dependen (perawatan
tali pusat).
b. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisa Univariat, hasilnya
akan diketahui distribusi setiap variabel, dan dapat di lanjutkan
analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua
variabel

yang

di

duga

berhubungan

atau

berkolerasi

(Notoatmodjo, 2010). Analisa ini bertujuan untuk melihat


hubungan antara 2 variabel dengan menggunakan uji chi
square,

bentuk

uji

hubungan

menggunakan

tingkat

kepercayaan 95% pada 0,05 di mana :


1. Bila

value ( 0,05 ) ,

menunjukkan ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.


2. Bila value> ( 0,05 ) , menunjukkan tidak ada hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
F. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007) terdapat 4 jenis etika penelitian, sebagai


berikut :
1. Izin peneltian
Izin penelitian ini dilakukan dengan mendapat izin dan surat izin
dari Bidan Praktek Mandiri Husniyati Palembang yang di
gunakan sebagai tempat penelitian.
2. Inform consent (Lembaran persetujuan)
Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian
dengan responden penelitian denngan memberikan lembaran
persetujuan. Inform consent di berikan selama penelitian
dilakukan dengan memberikan lembaran persetujuan untuk
menjadi responden.
3. Anonimity (Tanpa nama)
Masalah etika kebidanan merupakan jaminan dalam penggunaan
subjek

penelitian

dengan

cara

tidak

memberikan

atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya


menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang di sajikan.
4. Privasi (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah
lainnya. Semua informasi yang di kumpulkan di jamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan di laporkan pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai