Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

EKONOMIPEMASARAN WILAYAH DAN PEMBIAYAAN


PEMBANGUNAN
Oleh:
ARDIANSYAH
D521 10 287

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012/2013

PEMASARAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

1. Data Jenis Pekerjaan Di Kota Makassar (2012)


Dalam data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), terdapat
sektor-sektor lapangan usaha penyumbang perekonomian pada Kota
Makassar. Sektor-sektor lapangan usaha tersebut membuka lapangan
pekerjaan

bagi

penduduk

kota.

Sektor

diantaranya pertanian, pertambangan

lapangan

usaha

tesebut

dan galian, industri pengolahan,

perdagangan dan jasa, angkutan dan komunikasi, dll. Masing-masing


sektor lapangan usaha tersebut menghadirkan lapangan pekerjaan bagi
penduduk kota Makassar. Berikut rincian sumbangan PDRB masingmaisng sektor lapangan usaha :
Tabel 1. PDRB Menurut Lapangan Usaha
No
1
2
3
4
5

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan
Industri
Perdagangan
Jasa

Tahun 2011 (%)


0.82
0.01
20.74
28.70
15.88

Sumber : Makassar Dalam Angka 2011

Berdasarkan data di atas, dengan adanya sumbangan pada sektor


lapangan usaha maka dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan yang
tersedia di Kota Makassar masih didominasi oleh sektor lapangan usaha
berupa industri, perdagangan, dan jasa-jasa. Dengan melihat persentase
distribusi PDRB sektor lapangan usaha terhadap PDRB keseluruhan kota,
maka dapat disimpulkan

pula bahwa

jenis pekerjaan dalam sektor

perdagangan merupakan jenis pekerjaan paling dominan pada Kota


Makassar. Dengan sumbangan distribusi sebesar 28.70% PDRB kota,
maka dapat menjadi dasar bahwa sektor perdagangan merupakan sektor
yang besar di Kota Makassar yang secara otomatis mempunyai andil yang
besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk Kota
Makassar.

2. Jumlah Tenaga Kerja Di Sektro Tertentu Tahun 2012


Tabel 2.Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan
Lapangan Kerja Utama Tahun 2011
Lapangan Pekerjaan Utama
Pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan
Industri pengolahan
Perdagangan besar, eceran, rumah
makan, hotel
Jasa kemasyarakatan, sosial, dan
perorangan
Lainnya (pertambangan dan penggalian,
bangunan, angkutan, pergudangan dan
komunikasi, keuangan, asuransi, usaha
persewaan bangunan, tanah dan jasa)

Tahun 2011
Perempua
Laki-laki
n
3.613
17.477
13.065
104.223

91.502

98.375

82.109

115.902

14.184

Sumber: BPS, Makassar dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor


perdagangan merupakan lapangan pekerjaan terbesar di Kota Makassar
dengan jumlah tenaga kerja terbanyak. Sektor perdagangan mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 195.727 jiwa atau

14.5% dari jumlah

keseluruhan penduduk Kota Makassar, dengan 104.223 jiwa merupakan


tenaga kerja laki-laki dan 91.502 jiwa merupakan tenaga kerja
perempuan.
Sedangkan untuk sektor lapangan pekerjaan penyerap tenga kerja
terkecil berada pada sektro lapangan usaha pertanian.Jumlah tenaga
kerja pada sektro tersebut hanya 3.613 jiwa yang keseluruhan merupakan
tenaga kerja laki-laki. Rendahnya tenaga kerja pada sektor pertanian
merupakan dampak dari pertumbuhan dan perkembangan Kota Makassar
yang berdampak

pada

perubahan guna lahan. Hal tersebut juga

disebabkan oleh status Makassar sebagai kota metropolitan dimana guna


lahan perkotaan merupakan guna lahan non agraria dan didominasi
pelayanan jasa dan komersil perdagangan.

Tabel 3.Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Jenis


Pekerjaan Utama Tahun 2011
2011

Jenis Pekerjaan

Laki-laki

Perempuan

Tenaga profesional

39.611

41.693

Tenaga pelaksana, tenaga kepemimpinan

13.197

2.576

Tenaga usaha penjualan

36.043

43.249

Tenaga usaha jasa

103.453

90.777

6.984

361

Tenaga usaha pertanian


Sumber: BPS, Makassar dalam Angka 2012

Berdasarkan table di atas, jenis pekerjaan dengan tenaga kerja


terbesar adalah jenis pekerjaan tenaga usaha jasa dan perdagangan.
Jumlah tenaga kerja pada pekerjaan

tersebut sebanyak 194.230 jiwa

dengan rinciaan 103.453 jiwa merupakan tenaga kerja laki-laki dan


lainnya sebanyak 90.777 jiwa merupakan tenaga kerja perempuan.
Tingginya tenaga kerja pada jenis pekerjaan usaha jasa merupakan
dampak dari berkembangnya sektor perdagangan dan jasa di Kota
Makassar sebagai sektro perekonomian utama salah satu penyumbang
pendapatan terbesar kota.
Tabel 4.Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Status
Pekerjaan Tahun 2011
Status Pekerjaan

2011
L

Berusaha sendiri

72.142

28.721

Berusaha dibantu buruh tidak tetap

23.955

22.154

Berusaha dibantu buruh tetap

16.603

7.022

Buruh/karyawan

194.093

118.091

56

Pekerja bebas non-pertanian

23.805

2.91

Pekerja keluarga

8.936

22.562

Pekerja bebas pertanian

Sumber: BPS, Makassar dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel di atas, tenaga kerja di Kota Makassar di


dominasi oleh keberadaan tenga kerja buruh atau karyawan baik dalam
lingkup instansi pemerintan maupun swasta.Sebanyak 312.184 jiwa
merupakan tenaga kerja buruh/karyawan dengan 194.093 jiwa tenaga
kerja laki-laki dan 118.091 tenaga kerja perempuan.Besarnya jumlah
tenaga kerja berstatus buruh/karyawan dikarenakan semakin tumbuhnya
sektor perdagangan, jasa, dan industri di Kota Makassar.
Sedangkan untuk status pekerjaan terkecil berada pada pekerja
pertanian dengan jumlah 56 jiwa. Hal tersebut dikarenakan semakin
berkurangnya lahan pertanian kota untuk pembangunan fasilitas-fasilitas
pendukung penghiduan perkotaan
Tabel 5.Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Tahun 2011
Angkatan Kerja

Bukan Angkatan Kerja

Kerja

Mencari
Kerja

Sekolah

Mengurus Rumah
tangga

541.050

49.668

96.085

119.049

Lainnya
82.851

Sumber: BPS, Makassar dalam Angka 2012

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa


sektor lapangan usaha yang tersedia di Kota Makassar telah mampu
memberikan

sumber

penghidupan

bagi

penduduknya.Hal

tersebut

didasarkan pada jumlah penduduk angkata kerja yang telah bekerja


sebanyak 541.050 jiwa sedangkan yang masih mencari pekerjaan hanya
sebesar 49.668 jiwa.

3. Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin


Tahun 2012 (Piramida Penduduk)

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin
Jenis Kelamin

Kelompok
Umur

Laki - Laki

Perempua
n

04

67025

59

Jenis Kelamin

Kelompok
Umur

Laki-Laki

Perempua
n

62530

40 - 44

41969

45410

66656

62383

45 - 49

33220

35181

10-14

61758

58268

50 - 54

25760

25486

15 19

69163

74190

55 - 59

18580

18873

20-24

83367

87312

60 - 64

12999

15423

25 29

65534

66304

65+

18814

26559

30 34

54546

56512

35 39

48290

50024

JUMLAH

667681

684455

Sumber : Makassar Dalam Angka 2011, BPS Kota Makassar


65+
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34JENIS KELAMIN LAKI - LAKI

JENIS KELAMIN PEREMPUAN

25 - 29
20-24
15 - 19
10-14
5-9
0-4
-100000

-50000

50000

100000

Grafik 1. Piramida Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan


Jenis Kelamin
Data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur digunakan untuk
Sumber : Diolah Oleh TIM PWK FT-UH 2010
mengidentifikasi jumlah penduduk produktif dan non produktif suatu
wilayah. Berdasarkan klasifikasinya, penduduk produktif adalah penduduk
dengan usia 15 tahun hingga usia 64 tahun, sedangkan penduduk non
produktif adalah penduduk dengan kelompok umur di bawah 15 tahun dan
di atas 65 tahun.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk
kota Makassar didominasi oleh penduduk produktif. Grafik piramida
penduduk di atas menunjukkan bahwa pada usia non produktif di bawah
15 tahun ke usia produktif di atas 15 tahun, jumlah penduduk mengalami
peningkatan dan jumlah terbesar pada kelompok umjur 20-24 tahun.
Sementara itu, grafik menunjukkan penurunan jumlah penduduk produktif
mendekati kelompok umur non produktif di atas usia di atas 65 tahun.
Dengan besarnya jumlah penduduk produktif yang ditunjukkan pada
piramida di atas, maka sepatutnya Kota Makassar lebih mewaspadai
pertumbuhan penduduk dengan penyediaan lebih banyak lagi lapangan
pekerjaan

sesuai

dengan

kebutuhan

masyarakatnya.

Ketersedian

lapangan pekerjaan sesuai dengan jumlah tenaga kerja dapat menjadi


indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah.

4. Hal-Hal Terkait Pemasaran dan Pembiayaan Pembangunan


a. Pemasaran Wilayah

Pemasaran

merupakan

bagian

dari

rangkaian

kegiatan

perekonomian untuk menciptakan nilai ekonomi baik barang dan jasa.


Dalam konteks pembangunan wilayah, pemasaran dimaksudkan untuk
dapat mendorong peranserta masyarakat dan menarik investor untuk ikut
meningkatkan kesejahteraan wilayah atau kota serta dapat menduukung
dan mewujudkan impian rencana tata ruang wilayah/kota sehingga dapat
meningkatkan daya saing wilayah/kota dari yang lainnya. Pemasaran
wilayah mencakup tiga pelaku utama secara kohesif yaitu masyarakat,
kalangan bisnis/usaha, dan pemerintah.
Pemasaran kota berkaitan dengan beberapa bidang ilmu diantaranya
ekonomi, psikologi, geografi, dan perencanaan ruang/fisik kota. Sehingga
pemasaran kota ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan langkah menarik lebih besar investor dalam hal perencanaan
kota/wilayah. Terdapat empat komponen yang saling terkait dalam
pemasaran wilayah, diantaranya :
1. Karakter tempat/wilayah : suatu tempat/wilayah memerlukan rencana,
rancangan

dan

upaya

pengembangan

yang

baik

yang

dapat

meningkatkan daya tarik dan kualitas serta nilai estetika yang tinggi.
2. Lingkungan fisik : suatu tempat/wilayah perlu mengembangkan dan
memelihara prasarana dasar yang cocok dengan lingkungan alamnya.
3. Ketersediaan layanan : suatu tempat/wilayah harus menyediakan
layanan dasar dengan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bisnis dan publik.
4. Aspek rekreasi dan hiburan : suatu tempat/wilayah memerlukan
sekumpulan

atraksi/daya-tarik

untuk

warganya

dan

untuk

pengunjung/turis.
Pemasaran dapat juga dilakukan melalui media internet yang disebut
dengan e-Government atau electronic Government. Penerapan egovernment dalam pemasaran wilayah dimaksudkan untuk mempercepat
proses interaksi antara producer dengan customers yang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan daya saing wilayah dan menghidupkan
aktivitas masyarakat di wilayah tersebut dalam rangka mencapai tingkat
kesejahteraan yang lebih baik. dan berfungsi menjadi portal informasi,

interaksi, dan transaksi antara producers (sumberdaya wilayah) dengan


customers (target pasar).
b. Pembiayaan Pembangunan
Pertumbuhan Indonesia yang pesat berdampak pada meningkatnya
tuntutan permintaan atas pengadaan dan perbaikan sarana prasarana
dan pelayanan perkotaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Tingginya kebutuhan pelayanan tersebut, berdampak pada semakin
besarnya dana yang dibutuhkan untuk membangunan fasilitas pelayanan
yang sesuai kebutuhan masyarakat tanpa menimbulkan permasalahan
dikemudian hari.
Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan perkotaan
dapat diperoleh dari 3 sumber dasar : Pemerintah/public, Swasta/Private,
Gabungan antara pemerintah dengan swasta. Untuk setiap modal
tersebut terdiri dari beberapa jenis instrument keuangan yang secara
umum dikategorikan sebagai berikut :pembiayaan melalui pendapatan
(revenue financing), pembiayaan melalui hutang (debt financing),
pembiayaan dengan kekayaan (equity financing).
Sumber pembiayaan pembangunan merupakan pengalokasian dana
yang digunakan untuk pembangunan kegiatan ekonomi, sosial, fisik, dll.
Sumber pembiayaan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber
pembiayaan konvensional dan sumber pembiayaan non konvensional
Sumber pembiayaan konvensional diperoleh dari pemerintah, yaitu dari
anggaran pemerintah seperti APBN/APBD, pajak, retribusi.Sedangkan
sumber pembiayaan non-konvensional diperoleh dari gabungan dana
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Misalnya: zakat, dana pensiun,
tabungan masyarakat.
1) Pembiayaan melalui pendapatan (Renevue Financing)
a) Bersifat Konvensional
Pajak : digunakan untuk membiayai pembangunan yang bermanfaat
bagi masyarakat banyak Public Goods. Penerimaan pajak dapat

digunakan untuk membiayai 3 pengeluaran berupa biaya investasi

total, membiayai pembayaran hutang, sebagai dana cadangan


Retribusi : merupakan pembayaran atas penggunaan prasarana dan
jasa.

Pengenaan

retribusi

sangat

berkaitan

dengan

prinsip

pemulihan biaya dan ditujukan untuk menutupi biaya operasi,

pemeliharaan, depresiasi, dan pembayaran hutang


Connection Fees (Biaya Penyambungan) : Merupakan pungutan
yang dilakukan

suatu perusahaan terhadap pelayanan

kepada

individu. Digunakan untuk menutupi biaya yang timbul sebagai akibat


adanya tambahan konsumen dalam jaringan yang sudah ada.
b) Bersifat Non Konvensional
Betterment Levies : tagihan modal yang ditujukan untuk
menutupi/membiayai modal

dari investasi prasarana. Tujuan

penggunaan jenis pungutan ini adalah untuk mendorong masyarakat

untuk ikut bertanggung jawab dalam pemanfaatan prasarana


Development impact Fees : berupa dana pembiayaan yang diperoleh
dari suatu perusahaan sebagai kompensasi dari adanya dampak
yang timbul oleh pembangunan baru. Tujuan pengutan tersebut
adalah untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan pembangunan
prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang pembangunan baru

tersebut.
2) Pembiayaan Melalui Hutang (Debt Financing)
a) Bersifat Konvensional
Pinjaman : Digunakan untuk membiayai pembiayaan pembangunan
fasilitas-fasilitas public dengan kebutuhan dana yang

besar.

Pinjaman dapat berbentuk komersil maupun nonkomersil serta dapat


bersumber dari dalam maupun luar negeri
b) Bersifat Non Konvensional
Obligasi : digunakan untuk membiayai investasi prasarana. Sumber

dana diperoleh melalui mobilisasi dana di pasar modal


Excess Condemnation : metode pembiayaan prasarana secara tidak
langsung, dimana sejumlah tanah disisihkan untuk pembangunan
prasarana, dan sejumlah lainnya diberikan pada developer swasta

untuk pembangunan komersial.

Sebagai imbalannya, developer

berkewajiban untuk membangun prasarana yang dibutuhkan.


Linkage : Merupakan pembiayaan dana yang diperoleh dari pihak
swasta

sebagai

persyaratan

pembangunan

pihak

yang

bersangkutan.
3) Pembiayaan Melalui Kekayaan (Equity Financing)
a) Bersifat Non Konvensional
Joint Ventures : kerjasama antara swasta dengan pemerintah
(

private-public

mempunyai

partnership

posisi

yang

dimana

seimbang

masing-masing

dalam

perusahaan

pihak
yang

bersangkutan.
Concession : kontrak jasa, kontrak manajemen, kontrak sewa, BOT (
Build, Operate, and Transfer ), BOO ( Build, Operate, and Own ), dan
divestiture

sektor

swasta

mengambil

alih

seluruh

perusahaan dengan membeli seluruh aset pemerintah ).

kontrol

Anda mungkin juga menyukai