PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stroberi merupakan salah satu komoditas buah-buahan subtropis yang
sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman stroberi termasuk
tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, daya tariknya terletak pada warna
buah yang merah mencolok dan rasanya manis segar. Buah stroberi mempunyai
peluang pasar yang semakin luas, karena buah subtropis ini dapat menjadi salah
satu sumber pendapatan baru agribisnis dalam sektor pertanian (Budiman dkk,
2006). Namun demikian, keadaan iklim dan cuaca di Indonesia, kurang
mendukung untuk budidaya tanaman stroberi, selain itu juga produksi buah
stroberi di pasaran Indonesia masih banyak yang kurang seragam dan buah yang
dihasilkan dibawah kelas super dari segi kualitas maupun mutunya.
Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin hari semakin meningkat,
beberapa alternatif teknik budidaya dapat dilakukan terhadap tanaman stroberi
dengan cara modifikasi linngkungan, dengan harapan produksi yang dihasilkan
optimal, baik kualitas maupun kuantitas. Menurut Edmond dkk (2001), faktor
yang paling prinsip dalam budidaya stroberi adalah suhu, panjang hari, dan suplai
air. Tanaman stroberi dapat tumbuh bagus pada suhu 17-20C, dengan lama
penyinaran 8-10 jam dengan suplai air yang cukup. Faktor inilah yang menjadi
pembatas dalam budidaya tanaman stroberi. Untuk meminimalkan pengaruh
lingkungan yang tidak sesuai, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan membudidayakan stroberi dengan sistem hidroponik. Susanto, dkk (2009)
dalam seminar Perhorti IPB menyatakan bahwa budidaya secara hidroponik
mempunyai banyak keuntungan, diantaranya tidak membutuhkan lahan yang luas,
kebutuhan air, hara, dan cahaya mudah diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman,
penngendalian hama dan penyakit lebih mudah, serta lebih steril karena tidak
menggunakan tanah.
Menurut Waskom (2003) Salinitas merupakan metode yang sedang banyak
digunakan oleh beberapa ilmuwan khususnya diluar negeri, metode ini dilakukan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pasca panen suatu produk buah segar.
Salah satunya adalah salinitas garam (cekaman garam). Salinitas merupakan salah
satu dari antara enam bentuk stress tanaman yaitu stress suhu, stress air, stress
radiasi, stress bahan kimia dan stress angin, tekanan, bunyi, dan lainnya. Salt
stress termasuk stress bahan kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas, herbisida,
insektisida, dan lain sebagaiannya. Salinitas umumnya terjadi pada tanaman pada
tanah salin. Minimnya penelitian salinitas pada tanaman stroberi maka belum
diungkapkan reaksi dan pengaruh lain baik kandungan buah stroberi secara pasti.
Melalui penelitian-penelitian terdahulu, telah diketahui bahwa keinginan
konsumen akan buah stroberi lokal yaitu konsumen menginginkan buah dengan
warna merah terang, ukuran buah sedang, rasa buah manis asam, tekstur buah
keras, dan umur simpan yang lama seperti yang telah dilakukan oleh
Wahyuningsih (2015) dan Hanifah (2015) dalam mengembangkan buah stroberi
menggunakan media tanah. Namun, belum ada penelitian yang menunjukkan
tentang hasil pascapanen mutu stroberi lokal segar yang dibudidayakan dalam
keadaan salin dengan media hidroponik.
Penelitian tentang budidaya hidroponik pengaruh salinitas terhadap mutu
buah telah banyak dilakukan di luar negeri, meskipun demikian di Indonesia hal
tersebut masih cukup terbatas, khususnya pada buah stroberi. Oleh karena itu,
kajian mengenai budidaya hidroponik pengaruh salinitas untuk meningkatkan
mutu buah menarik untuk dikaji. Pada penelitian ini, peneliti akan
membudidayakan buah stroberi lokal segar dalam keadaan salin dengan media
hidroponik. Nantinya hasil penelitian ini, akan diujikan kepada konsumen untuk
mengetahui responnya apakah dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Penelitian stroberi segar lokal ini akan dilakukan di kawasan wisata Ketep Pass
Desa Banyuroto, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah karena letaknya yang sangat
dekat dengan peneliti dan juga varietas buah stroberi holibert yang ingin diteliti
sama seperti di kawasan wisata Ketep Pass Desa Banyuroto, Sawangan,
Magelang, Jawa Tengah.
Penelitian stroberi segar lokal ini sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan
juga faktor manusia. Faktor cuaca dikarenakan cuaca pada bulan Juni sampai
dengan Agustus kurang sesuai dengan pertumbuhan tanaman stroberi, kemudian
permasalahan
perlu
diberikan
untuk
menghindari
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Stroberi
2.1.1. Buah stroberi
Menurut Novianti (2004) buah stroberi berwarna merah yang biasa dikenal
adalah buah semua yang sebenarnya merupakan reseptacle yang membesar. Buah
sejatinya yang berasal dari ovul yang telah diserbuki berkembang menjadi buah
yang kering dengan biji yang keras. Struktur buah keras ini disebut achene. Buahbuah kecil yang menempel pada reseptacle yang membesar. Ukuran stroberi
ditentukan oleh buah achene yang terbentuk, sedangkan jumlah buah achene yang
terbentuk ditentukan oleh jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan.
Buah primer mempunyai jumlah pistil terbanyak, mencapai lebih dari 40
buah. Jumlah pistil pada bunga sekunder antara 200-300 buah, sedangkan pada
bunga tertier 50-150 buah. Karena itulah, ukuran buah yang paling besar adalah
buah yang berasal dari bunga primer kemudian disusul bunga sekunder, kuartener,
dan kuiner. Pembesaran dari reseptacle dirangsang dengan achene yang
terbentuk. Penyerbukan yang tidak merata dapat menyebabkan bentuk buah
menjadi kurang sempurna (Gunawan,2003).
Secara umum, berdasarkan musim berbuahnya, stroberi dibagi menjadi tiga
jenis yaitu ever-bearers yang berbuah sepanjang tahun, april-bearers (berbuah
hanya pada bulan April), dan june-bearers (berbuah hanya pada bulan Juni). Di
negara empat musim, june-bearers berbuah pada akhir musim semi menjelang
musim panas. Ever-bearers dapat berbunga pada penyinaran yang panjang
maupun pendek, sedangkan pembungaan june-bearers hanya pada hari pendek
dengan suhu yang sejuk. Pembungaan april-bearers hanya sekali dalam setahun
yaitu pada bulan April. Hingga saat ini banyak metode yang diterapkan petani
agar tanaman stroberi berproduksi optimal. Beberapa cara yang dilakukan adalah
dengan menerapkan teknik budidaya yang tepat, penentuan musim tanam, dan
program pemupukan yang tepat (Budiman dkk, 2006).
Bentuk buah stroberi sangat bervariasi. Bentuk-bentuk ini ditentukan oleh
sifat genetik. Terdapat delapan bentuk buah yang umum pada stroberi, yaitu
oblate, globose, globose conic, conic, long conic, necked, long wedge dan short
5
wedge. (USDA, 2008). Bentuk buah stroberi ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
dibawah ini.
Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Angiospermae (berbiji tertutup)
Dycotiledonae (biji berkeping dua)
Rosales
Rosaceae
Fragaria
Fragaria x ananassa Duchesnes
(stroberi modern atau komersial)
Sumber: Rukmana,1998
Stroberi merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang penting di
dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis. Permintaan dunia akan
buah stroberi, cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Daya serap pasar
semakin tinggi, hal ini berarti agribisnis stroberi mempunyai prospek cerah.
Budidaya stroberi pada mulanya didominasi daerah atau negara berkembang iklim
subtropis, akan tetapi seiring perkembangan ilmu dan teknologi pertanian yang
6
Bobot/buah (g)
>20
Persyaratan
Bebas dari cacat/kerusakan kecuali cacat sangat
kecil
Kelas 1
15-20
Cacat/kerusakan kecil yang diperbolehkan
sebagai berikut:
- sedikit perubahan bentuk
- adanya warna putih yang tidak melebihi 10%
dari total permukaan
Kelas 2
12-15
Cacat/kerusakan kecil yang diperbolehkan
sebagai berikut:
- sedikit perubahan bentuk
- adanya warna putih yang tidak melebihi 15%
dari total permukaan
Sumber : Badan Standar Nasional Indonesia (2014)
Tabel 2.3. Klasifikasi dan standar mutu buah stroberi menurut UNECE FFV-35
Kelas
Extra
Class
Class I
Diameter (mm)
25
Persyaratan
Buah sangat cerah, bebas dari tanah, bebas dari
kecacatan
18
Buah cerah, bebas dari tanah, cacat 1-10% dari
total seluruh luas permukaan buah stroberi
Class II 18
Buah cerah, bebas dari tanah, cacat 10-15% dari
total seluruh luas permukaan buah stroberi
Sumber: United Nations Economic Commission for Europe (2010)
Tabel 2.4. Klasifikasi dan standar mutu buah stroberi menurut USDA
Kelas
U.S No.1
Diameter
minimum
(inch)
3-4
Persyaratan
sehingga
membuatnya
bermanfaat
untuk
pertumbuhan anak. Buah yang hanya sedikit mengandung gula ini juga sesuai
untuk diet bagi penderita diabetes. Buah stroberi dapat dimanfaatkan untuk
kecantikan diantaranya obat jerawat, mempercantik kulit, menjadikan gigi putih,
serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan.
Selain itu buah stroberi mempunyai kandungan nutrisi atau gizi yang tinggi
dan komposisi gizi yang cukup lengkap, seperti disajikan pada tabel 2.5. berikut:
Tabel 2.5. Kandungan nutrisi (gizi) dalam per 100 gram berat buah yang dapat
dimakan
Kandungan gizi
Nilai satuan
Energi
37 kalori
Protein
0,8 g
Lemak
0,5 g
Karbohidrat
8,0 g
Kalsium
28 mg
Fosfat
27 mg
Besi
0,8 mg
Vitamin A
60 SI
Vitamin B
0,03 mg
Vitamin C
60 mg
Air
89,9 g
Sumber: PPPG, Depkes Republik Indonesia (2001)
pemberian kapur untuk menetralisasi asam. Tanaman ini menghendaki suhu sejuk
dan dingin, sehingga di Indonesia ditanam pada lahan dataran tinggi, seperti di
pegunungan. Fotoperiodisitas (panjang penyinaran) sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Suhu tinggi dengan lama
penyinaran panjang mendorong pembentukan stolon. Sebaliknya pada hari pendek
dan suhu rendah akan membantu pembungaan (Balitjestro,2005).
a. iklim
Edmond dkk, (2000) menyatakan bahwa hal yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan stroberi adalah temperatur, panjang hari, dan kelembaban
udara. Tanaman stroberi membutuhkan lingkungan tumbuh bersuhu dingin (sejuk)
dan lembab. Meskipun demikian, tanaman stroberi mempunyai kemampuan
beradaptasi yang cukup luas.
Menurut Edmond dkk (2000) tanaman stroberi tumbuh baik pada suhu
antara 17-20C, sedangkan menurut Rukmana (1998) suhu udara minimum untuk
pertumbuhan stroberi adalah 4-5C. Edmond (2000) menyatakan kelembaban
udara (RH) yang baik bagi stroberi antara 80%-90% dan lama penyinaran
matahari 8-10 jam per hari, sedangkan menurut Shoemaker (2001) stroberi
tumbuh baik di darah dengan curah hujan 900-1284 mm/tahun. Choopong and
Verheij (2003) menyatakan bahwa didaerah tropik tanaman stroberi
dapat
10
intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat,
semakin rendah suhu tempat tersebut, demikian juga intensitas matahari semakin
berkurang (Guslim, 2007).
2.2. Hidroponik
2.2.1. Pengertian hidroponik
Hidroponik atau istilah asingnya hydroponics, adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai tempat menanam tanaman. Hidroponik berasal dari bahasa latin yang
terdiri dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi definisi
hidroponik adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media
tumbuh tanaman dan tempat akar tanaman mengambil unsur hara yang
diperlukan. Umumnya media tanam yang digunakan bersifat poros, seperti pasir,
arang sekam, batu apung, kerikil, rockwool (Lingga,2007).
Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya
merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan
yang
ideal
bagi
perkembangan
dan
pertumbuhan
tanaman
sehingga
11
tetap
berfotosintesis
walaupun
berada
didalam
ruangan
(Istiqomah,2009).
12
Dalam artikel Inovasi, yang ditulis oleh Affan (2004) Secara umum tipe
aplikasi hidroponik dapat dibedakan menjadi 3 jenis : Pot Culture System,
Floating Hidroponic System (FHS) dan Nutrient Film Technique (NFT) System.
Penerangan Buatan
Pengatur Suhu
Pompa udara
Potometer
Sensor suhu
Pemanas dan
Pendingin
Bak Air
Gambar 2.1. Hidroponik dalam pot (pot culture system) dalam growth chamber
dengan pengontrol suhu dan level air (potometer)
(Sumber: Affan, 2004)
13
karakteristik
seperti
terisolasinya
lingkungan
perakaran
yang
mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk
daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak
terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan
nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja).
Pada gambar 2 dibawah ditunjukkan pemakaian system FHS pada tanaman
daun bawang dalam greenhouse. Tanaman ditancapkan pada lubang dalam
styrofoam dengan bantuan busa (agar tanaman tetap tegak) serta ditambahkan
penyangga tanaman dengan tali. Lapisan styrofoam digunakan sebagai penjepit,
isolator panas dan untuk mempertahankan tanaman agar tetap terapung dalam
larutan nutrisi. Agar pemakaian lapisan styrofoam tahan lama biasanya dilapisi
14
oleh plastik mulsa. Dalam gambar juga ditunjukkan adanya bak larutan nutrisi
dengan penyangganya, biasanya bak penampung ini mempunyai kedalaman
antara 10-20 cm dengan kedalaman larutan nutrisi antara 6-10 cm. Hal ini
ditujukan agar oksigen dalam udara masih terdapat dibawah permukaan
styrofoam. Untuk otomatisasi dalam FHS tidak berbeda jauh dengan cara untuk
pot culture system.
Gambar 2.2. Floating Hidroponic System (FHS) pada tanaman daun bawang
dalam greenhouse di Kochi University
(Sumber : Hidaka, 2006)
15
Sensor Suhu
Komputer
Bedengan NFT
Penghangat
Pendingin
Pengatur Suhu
Pemancar
Tekanan
IFMC
Arah Sirkulasi
IFM = Integrated Flow Meter,
c : sirkulasi dan s : suplai
Pompa
Bak
Penampung
IFMS
Pompa
Katup
Pengatur
Bak Penyuplai
Larutan Nutrisi
Gambar 2.3. NFT system dengan suhu , aliran dan level air yang terkontrol oleh
komputer pada tanaman tomat di dalam greenhouse
(Sumber: Affan, 2004)
2.2.4. Media tanam hidroponik Perlite dan Vermiculite
Perlite dan vermiculite merupakan alternatif media tanam pengganti tanah.
Terbuat dari mineral. Sangat baik untuk pembibitan dan pertumbuhan tanaman.
Pemakaian perlite dan vermiculite bisa dicampur dengan media lain atau murni.
Perlite dan vermiculite Merupakan lapisan mineral silica yang telah mengalami
proses pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan tersebut telah mengakibatkan
mineral mengalami pengembangan seperti pada jagung (contohnya pop corn).
16
Hasilnya adalah bahan yang steril porositas tinggi yang mampu menyerap air
dalam jumlah banyak dengan cepat serta mudah dikeringkan secara cepat.
Vermiculite digunakan untuk meningkatkan volume, drainase dan aerasi dari
media perakaran. Selain itu vermiculite juga tahan terhadap proses pengompakan
selama proses pertumbuhan stek atau semai. Media ini masih tergolong jarang
orang menggunakannya dan harga juga masih mahal (Irwan, 2013).
Kelebihan Perlite dan Vermiculite yaitu media tanam ini terbuat dari
mineral, bahannya ringan, suhu lebih stabil, lebih bersih dibanding media tanam
lain, dan pertumbuhan akar tanaman akan lebih baik. Pada dasarnya Perlite dan
Vermiculite memiliki fungsi yang sama, perbedaannya hanya dari bentuk dan asal
batuannya, dari keduanya itu memiliki kelebihan masing-masing (Azam, 2015).
Kelebihan perlite yaitu lebih banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh dan tanaman
dan drainase lebih baik. Sedangkan kelebihan vermiculite yaitu kelembabannya
lebih baik dan dapat menahan lebih banyak kalium, kalsium dan magnesium
(Suherman, 2014).
(a)
(b)
Gambar 2.4. (a) media tanam perlite (b) media tanam vermiculite
(sumber: Suherman, 2014)
2.2.5. Indikator kualitas larutan nutrisi tanaman hidroponik
Kebutuhan nutrisi merupakan hal yang paling berpengaruh didalam
budidaya hidroponik terhadap pertumbuhan tanaman. Bercocok tanam sistem
hidroponik mutlak memerlukan pupuk sebagai sumber nutrisi bagi tanaman.
17
Pupuk diberikan dalam bentuk larutan yang mengandung unsur makro dan mikro
didalamnya. Setiap jenis pupuk berbeda dalam hal jenis dan banyaknya unsur hara
yang dikandungnya, serta setiap jenis dan umur tanaman berbeda dalam jumlah
konduktivitas listriknya atau EC (Electrical Conductivity) (Suhardiyanto, 2002).
Kualtias larutan nutrisi dapat dikontrol berdasarkan nilai EC (Electrical
Conductivity) dan pH larutan. Makin tinggi larutan konsentrasi larutan berarti
makin pekat kandungan garam dalam larutan tersebut, sehingga kemampuan
larutan menghantarkan arus listrik makin tinggi yang ditunjukkan dengan nilai EC
yang tinggi pula. Kepekatan larutan nutrisi dipengaruhi oleh kandungan garam
total serta akumulasi ion-ion yang ada dalam larutan nutrisi. Konduktivitas listrik
dalam larutan mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu dalam hal kecepatan
fotosintesis, aktivitas enzim dan potensi penyerapan ion-ion oleh akar. Kepekatan
larutan nutrisi juga akan menentukan lama penggunaan larutan nutrisi dalam
sistem hidroponik (Sutanto, 2002).
Dibawah ini adalah tabel 2.6. yang merupakan kebutuhan kepekatan larutan
nutrisi hidroponik berbagai jenis buah.
Tabel 2.6. Kebutuhan nutrisi hidroponik dan pH berbagai jenis buah
Buah
pH
cF
EC
PPM
Banana
5.5 6.5
18-22
1.8 2.2
1260 1540
Blackcurrant
6.0
14-18
1.4 1.8
980 1260
Blueberry
4.0 5.0
18 20
1.8 2.0
1260 1400
Melon
5.5 6.0
20 25
2.0 2.5
1400 1750
Passionfruit
6.5
16 24
1.6 2.4
840 1680
Paw-Paw
6.5
20 24
2.0 2.4
1400 1680
Pinneaple
5.5 6.0
20 24
2.0 2.4
1400 1680
Red currant
6.0
14 -18
1.4 -1.8
980 1260
Rhubarb
5.0 6.0
16 20
1.6 2.0
840 1400
Strawberry
5.5 6.5
18 22
1.8 2.2
1260 1540
Watermelon
5.8
15 24
1.5 2.4
1260 1400
Sumber : http://www.homehydrosystems.com/ph_tds_ppm/ph_fruit_page.html
2.3. Salinitas
2.3.1. Pengertian salinitas
Salinitas adalah salah satu faktor abiotik penting yang membatasi produk
tanaman hortikultura maupun tanaman pangan di seluruh dunia. Reklamasi tanah
bukanlah pilihan ekonomis untuk meningkatkan produksi tanaman hortikultura
18
atau pangan yang mengalami cekaman salinitas. Oleh karena itu, perbaikan
genetik untuk toleransi garam merupakan pilihan yang lebih hemat biaya.
Pemuliaan konvensional telah memberikan kontribusi signifikan terhadap
peningkatan tanaman hortikultura dalam 50 tahun terakhir. Melalui pemuliaan
konvensional, mudah untuk memanipulasi sifat-sifat kualitatif yang kurang peka
terhadap perubahan lingkungan, tetapi sifat kuantitatif seperti hasil atau toleransi
terhadap stres abiotik secara signifikan dipengaruhi oleh lingkungan (Pathan dkk,
2007).
Garam di dalam tanah maupun di dalam air selalu berada di dalam jumlah
yang bervariasi, baik kadarnya maupun jenisnya, Oleh karena itu pengaruh
keragaman terhadap lingkungan tanah dan pertumbuhan tanaman juga beragam.
Pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman adalah (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002):
1. Kadar garam di atas ambang toleran, peningkatan kadar garam berpengaruh
semakin jelek terhadap tanaman.
2. Macam garam. Banyak ragamnya dalam tanah yaitu: Klorida (NaCl, CaCl,
KCl), Nitrat (NaNO, Ca(NO3)2), Sulfat (Na2(SO4)2, K2SO4). Garam yang
mengandung Na yang tinggi berpengaruh jelek terhadap tanaman, tetapi
garam yang mengandung K dan Ca tinggi lebih baik bagi tanaman.
Salt stress adalah salah satu dari beberapa bentuk stress pada tanaman yaitu
stress suhu, air, radiasi, bahan kimia, angin, cahaya dan lainnya. Salt stress
termasuk stress bahan kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas, herbisida,
insektisida, dan sebagainnya. Harjadi dan Yahya (2000) dalam Sipayung (2003)
berpendapat bahwa salt stress terjadi dengan terdapatnya salinitas atau
konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Salt stress ini
umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Salt stress ini meningkat
dengan semakin meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi
tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang
menimbulkan stress tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4,
MgCl2 yang terlarut dalam air. Dalam larutan tanah garam-garam ini
mempengaruhi pH dan daya hantar listrik. Menurut Foller dalam Sipayung
(2003), tanah salin memiliki pH <8,5 dengan daya hantar listrik >4 mmhos/cm.
19
Pada kebanyakan spesies tanaman tetapi lebih tergantung pada konsentrasi total
garam. Salinitas tidak ditentukan oleh garam NaCl saja tetapi oleh berbagai jenis
garam yang berpengaruh dan menimbulkan stress pada tanaman. Berikut ini tabel
2.3. yang merupakan tabel pengaruh tingkat salinitas terhadap tumbuhan.
Tabel 2.4. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tumbuhan
Tingkat salinitas
Konduktivitas (mmhos)
Non salin
Rendah
0-2
2-4
Sedang
4-8
Tinggi
8-6
Sangat tinggi
>16
Pengaruh terhadap
tumbuhan
Dapat diabaikan
Tumbuhan yang peka
terganggu
Kebanyakan tumbuhan
terganggu
Tumbuhan yang toleran
belum terganggu
Hanya beberapa jenis
tumbuhan toleran yang
dapat tumbuh
20
terhadap
tanaman
mencakup
tekanan osmotik,
2-
21
sekali air. Hal ini karena potensial air lingkungan yang lebih rendah dibandingkan
dengan potensial air jaringan akar. Kedua, pada tanah bergaram, natrium dan ion
ion tertentu lainnya dapat menjadi racun bagi tumbuhan jika konsentrasinya relatif
tinggi (Fatimah, 2010).
Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang
cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di
bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam
terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga
tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk
struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi
NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya hantar listrik tanah
(Tutty, 2008).
Pengaruh garam terhadap struktur tanah yakni dispersi agregat tanah dan
penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat, dan menghalangi
perkecambahan tanaman. Akibatnya, tanaman tidak mampu menyerap air dan
unsur hara. Tanaman pun mudah layu, kerdil dan gejala defisiensi hara, walaupun
dalam tanah tersedia cukup hara (Sipayung, 2003).
Dalam penelitian Wahyuningsih (2015) mengenai perbaikan kualitas buah
stroberi (Fragaria sp.) segar pada Petani Buah Stroberi di Kawasan Ketep Pass
Desa Banyuroto, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah bahwa buah stroberi hasil
dari salinitas mempunyai penampilan warna lebih terang dengan ukuran buah
yang hampir sama. Mutu fisik buah dengan salinitas memiliki tekstur buah
maupun tekstur daging buah yang lebih keras jika dibandingkan dengan buah
stroberi tanpa salinitas. Mutu kimiawi buah dengan salinitas mempunyai
kandungan sukrosa yang lebih tinggi, kadar vitamin C lebih tinggi, nilai total
asam tertitrasi yang lebih tinggi dan kadar air yang lebih rendah dari stroberi
biasa.
2.3.3. Mekanisme toleransi tanaman terhadap salinitas
larutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara oleh
tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik. Beberapa
tanaman peka terhadap kegaraman (<4 dS.m-1) seperti apel, jeruk, stroberi dan
kacang-kacangan, tanaman nisbi tahan kegaraman (4-10 dS.m-1) seperti padi,
22
kentang, dan jagung dan tanaman yang lebih tahan kegaraman (>10 dS.m-1)
seperti kapas, bayam, dan kurma (Noor, 2004).
Proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan
adaptasi terhadap salinitas, yaitu (i) cekaman garam menginduksi akumulasi
senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai
osmoregulator, (ii) tanaman dapat mencegah akumulasi Na+ dan Cl- dalam
sitoplasma melalui eksklusi Na+ dan Cl- ke lingkungan eksternal (media tumbuh),
(iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na+ dan Cl- ke
jaringan-jaringan lain (Yuniati, 2004)
Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti,
ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor.
Sedangkan lignifikansi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat
penting untuk memelihara turgor untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas
normal (Sipayung, 2003).
Pengujian
23
24
2.4.3. Panelis
Untuk melaksanakan penelitian organoleptik diperlukan panel. Dalam
penilaian mutu atau analisis sifat-sifat sensori suatu komoditi, panel bertindak
sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang
bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang
yang menjadi anggota panel disebut panelis. Dalam penilaian uji sensoris ada 7
macam panelis yaitu (Elotrondo dkk, 2008):
1. Panelis perorangan, yaitu orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang
sangat intensif.
2. Panelis terbatas, panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai
kepekaan tinggi sehingga bisa lebih dapat dihindari.
3. Panelis terlatih, panel terlatih terdiri dari 5-15 orang yang mempunyai
kepekaan yang cukup baik.
4. Panelis agak terlatih, panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang
sebelumnya sudah dilatih untuk mengetahui sifat sensori tersebut.
5. Panelis tidak terlatih, panel tidak terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang
yang dapat terdiri dari orang awam yang dipilih berdasarkan jenis kelamin,
suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan.
6. Panelis konsumen, panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang
tergantung dari target pemasaran suatu komoditi.
7. Panelis anak-anak, panel yang khas adalah panel yang menggunakan anakanak berusia 3 sampai 10 tahun.
25
pribadinya
tentang
kesukaan
atau
sebaliknya
26
27
Ada berbagai metode dan skala yang berbeda-beda yang digunakan untuk
menentukan atau mengukur tingkatan daya terima produk ini seperti uji
penjenjangan, uji kesukaan berpasangan dan penyekalaan hedonik (hedonic
scaling), namun demikian manakah metode dan skala yang seharusnya digunakan,
perlu disesuaikan dengan situasinya. Dalam setiap uji daya terima jumlah panelis
yang masih dapat diterima adalah paling sedikit 25 orang (Widianarko,2002).
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel buah stroberi segar
lokal oleh petani Desa Banyoroto, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah dengan
letak geografis 11001'51" dan 11026'58" Bujur Timur dan antara 719'13" dan
742'16" Lintang Selatan. Desa ini terkenal dengan pemandangan alam nya karena
terletak di kaki gunung merapi dan gunung merbabu. Kebun buah stroberi tempat
stroberi yang akan dibudidayakan yaitu di Desa Ketep berada pada ketinggian
1480 mdpl, suhu rata-rata 20-22C, kecepatan angin didaerah tersebut sekitar
871,6 hPa, dengan kelembaban sekitar 72-90%, dan intensitas cahaya matahari
sekitar 15000-20000 lux. Walaupun kondisi desa Ketep tidak memenuhi syarat
tumbuh baik stroberi, tetapi dari nilai yang didapat, desa Ketep sudah hampir
mendekati syarat tumbuh stroberi yang optimal. Stroberi yang dibudidayakan
dengan cara hidroponik dan konvensional tanah dengan perlakuan salinitas. Kadar
garam yang digunakan dalam penelitian ini bervariasi. Jenis stroberi yang akan
dijadikan objek penelitian yaitu varietas Holibert. Tanaman stroberi yang
dibudidayakan dengan hidroponik dan perlakuan salinitas maupun tanpa salinitas
memiliki umur tanam yang berbeda, dimana buah stroberi yang akan diuji dengan
hidroponik memiliki umur rata-rata 2 minggu sedangkan buah stroberi yanh akan
diuji dengan tanah memiliki umur rata-rata 7 bulan.
Dari obyek penelitan buah stroberi ini yang akan diteliti adalah
karakteristik mutu fisik stroberi dengan atirbut aroma, rasa, warna, tekstur, aroma,
kesegaran buah, dan kebersihan buah yang akan diberikan kepada konsumen serta
kandungan kimiawi meliputi kadar air, kadar gula, kadar vitamin C dan total asam
terlarut. Analisa dan pengujian sampel buah stroberi dilakukan di Laboratorium
Reka Industri dan Pengendalian Produk Samping dan Laboratorium Analisa Mutu
dan Standarisasi Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Gadjah Mada.
29
3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Buah stroberi segar budidaya hidroponik dengan perlakuan salinitas dan
tanpa salinitas berbagai konsentrasi
2. Buah stroberi segar budidaya konvensional (tanah) dari petani Desa Ketep,
Magelang, Jawa Tengah
30
3.4. Data
1. Data Primer
Data primer yang diambil yaitu data hasil pengamatan dan pengujian
secara langsung di lapangan. Data primer yang diambil terdiri dari :
a) Hasil stroberi budidaya hidroponik
b) Hasil uji sensoris pengujian penerimaan konsumen
c) Hasil mutu fisik (berat, diameter, tekstur) maupun kimiawi (kadar
air, kadar vitamin C, sukrosa, total asam terlarut) stroberi lokal
segar budidaya hidroponik menggunakan salinitas dan tanpa
salinitas.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diambil yaitu data-data pendukung penelitian ini. Data
sekunder dalam penelitian ini diambil dari hasil dokumentasi lapangan
penelitian, literatur, penelitian pendahulu atau referensi lain seperti buku
atau jurnal maupun internet, serta referensi lainnya.
31
buah stroberi segar saat ini terhadap buat stroberi lokal segar hasil
budidaya hidroponik dengan perlakuan salinitas dan tanpa
salinitas.
ii.
Metode interview
Metode interview dilakukan dengan cara melakukan tanya
jawab langsung kepada pengunjung dan pembeli stroberi di
kawasan wisata Ketep Pass, Desa Banyuroto, Sawangan,
Magelang, Jawa Tengah. Hasil dari interview ini nantinya akan
diolah sesuai hasil kebutuhan peneliti. Lalu wawancara yang
dilakukan kepada konsumen stroberi segar guna mendapatkan
informasi mengenai kesukaan konsumen seperti apa supaya dapat
diterima oleh konsumen dari parameter atribut mutu warna, rasa,
tekstur, aroma, kesegaran buah hingga kebersihan buah stroberi
tersebut.
2. Studi pustaka
Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan informasi semaksimal mungkin dari buku, literatur,
jurnal ilmiah, laporan, artikel, katalog
32
hari karena dapat menyebabkan stress berlebih saat pemindahan media dari tanah
menjadi perlite dan vermiculite.
Perlakuan salinitas (penambahan garam NaCl) dilakukan dengan tiga
konsentrasi yang berbeda dari konsentrasi standar hingga ke tinggi yaitu, 2
mS/cm, 4 mS/cm, dan 6 mS/cm. Kemudian frekuensi penyiraman akan dilakukan
sebanyak 100 ml/hari. Konsentrasi ec = 2 mS/cm tidak menggunakan garam NaCl
sedangkan konsentrasi ec = 4 mS/cm dan ec = 6 mS/cm menggunakan garam
NaCl. Buah yang akan diujikan kepada konsumen langsung diberikan kepada
konsumen untuk diuji sensoris dan buah yang akan diuji karakteristik mutunya
langsung dibawa ke laboratorium untuk diuji fisikawi maupun kimiawinya.
Pengujian mutu pascapanen dilakukan setiap buah stroberi panen dengan masingmasing tiga kali pengulangan untuk setiap uji dan dilakukan sampai produk busuk
atau tidak layak untuk dikonsumsi. Rancangan penelitian yang dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rancangan penelitian
33
34
mahasiswa pecinta stroberi lokal segar yang akan diujikan di Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
35
36
37
tiga titik terluar dari buah, dinyatakan sebagai tekstur buah dan tiga
titik di bagian dalam buah, dinyatakan sebagai tesktur daging buah.
c) Pengujian mutu warna
Pengujian mutu warna buah stroberi segar menggunakan alat
chromameter di laboratorium rekayasa proses, fakultas teknologi
pertanian, universitas gadjah mada. Dari alat chromameter akan
didapatkan nilai lightness, redness, dan yellowness. Lalu hasilnya
akan dihitung menggunakan rumus.
b) Pengujian mutu kimiawi
1. Uji kadar air buah
Pengukuran kadar air sampel buah stroberi lokal segar
menggunakan oven. Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air
pada buah yang diamati dengan basis basah. Sampel yang telah
tersedia ditimbang sebelum dikeringkan. Sampel yang telah ditimbang
lalu dimasukkan kedalam botol timbang yang telah dikeringkan
terlebih dahulu pada temperatur 105oC selama 30 menit. Setelah botol
dipanaskan, kemudian didinginkan didalam eksikator lalu ditimbang.
Sampel yang telah dimasukkan kedalam botol timbang dikeringkan
pada suhu 110oC hingga kering atau bebas air yang ditandai dengan
bobot bahan tetap setelah pemanasan (b). Perhitungan kadar air
menggunakan hubungan :
............... (3.1)
a = bobot sampel stroberi sebelum dikeringkan
b = bobot sampel stroberi setelah dikeringkan
2. Uji kadar vitamin C
Pengujian kadar vitamin C dilakukan menggunakan hasil
ekstraksi 5 gram sampel buah stroberi dengan akuades sebanyak 100
ml. Selanjutnya diambil 10 ml sampel cair menggunakan pipet
dimasukan ke dalam labu takar, kemudian ditutup dan dikocok hingga
homogen (menyatu). Kemudian larutan disaring dimasukan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 1 ml amilum 1% . Setelah itu, dititrasi
38
................. (3.2)
Dimana 1 ml titar iodium 0,01 N setara dengan 0,88 mg asam askorbat
dan Fp adalah faktor pengenceran.
3. Uji penentuan total asam terlarut
Pengujian total asam terlarut dilakukan dengan menggunakan
hasil ekstraksi 5 gram sampel stroberi dengan akuades 100 ml.
Selanjutnya diambil sampel cair menggunakan pipet dimasukan ke
dalam labu takar 10 ml, kemudian ditutup dan dikocok hingga
homogen. Kemudian larutan disaring dimasukan kedalam erlenmeyer
dan ditambahkan 2 tetes indikator PP. Setelah itu dititrasi dengan
larutan NaOH sampai diperoleh perubahan warna pink keunguan tidak
hilang selama 10 detik. Total asam dihitung dengan rumus :
................(3.3)
Dimana 1 ml titar NaOH setara dengan 64 mg asam sitrat dan Fp
adalah nilai faktor pengenceran.
4. Uji kadar sukrosa
Kadar sukrosa dapat diketahui dengan menggunakan alat
refraktometer, alat refraktometer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah hand refractometer. Buah stroberi lokal segar yang sudah
dihancurkan kemudian diambil sarinya dengan cara diperas.
Selanjutnya melakukan pengukuran kadar sukrosa dengan cara
meneteskan sari buah stroberi pada refraktometer yang sudah
dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dapat dilakukan dengan cara
meneteskan aquadest hingga menunjukkan angka 0.
c) Uji sensoris berdasarkan penerimaan konsumen
39
40
Tekstur
Rasa
Kesukaan
konsumen
1
2
Tidak
Agak
merah
merah
Tidak
Agak
cerah
cerah
Tidak
Agak
segar
segar khas
khas
stroberi
stroberi
Tidak
Agak
keras
keras
Tidak
Agak
manis
manis
Tidak Agak suka
suka
Skor
3
Sedikit
merah
Sedikit
cerah
Sedikit
segar khas
stroberi
Sedikit
keras
Sedikit
manis
Sedikit
suka
4
Merah
Cerah
Segar
khas
stroberi
Keras
Manis
Suka
5
Sangat
merah
Sangat
cerah
Sangat
segar khas
stroberi
Sangat
keras
Sangat
manis
Sangat
suka
memakai
grafik
batang
antar
perlakuan
kemudian
41
beda
nyata
dilakukan
secara
parametrik
dengan
maka
dilakukan pengujian
non
parametrik
yaitu
42
43
44
45