Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BAHASA INDONESIA

Nama
G

: Marine Almira

NIM : 041311333291
Kelas

:P

TUGAS BAHASA INDONESIA

Nama
A

: Linda Widyana

NIM : 041311333281
Kelas

:P

BAB I
Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
C.

Fungsi Bahasa Secara Umum


Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,

digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri (Chaer, 1998: 1).
Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah bunyi, yaitu bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa
bunyi, hal yang dianggap primer dalam bahasa adalah bahasa yang diucapkan, atau
yang sering disebut bahasa lisan. Oleh karena itu, bahasa tulisan yang walaupun
dalam dunia modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder.
Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau
berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam proses berpikir, bahasa
selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan.
D.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Fungsi bahasa adalah sebagai wahana komunikasi bagi manusia, baik

komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Fungsi ini adalah fungsi dasar bahasa
yang belum dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Dalam kenyataan seharihari, bahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan hidup masyarakat yang di dalamnya
sebenarnya terdapat status nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, bahasa perlu diberikan
label secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
E.

Fungsi Bahasa Indonesia dalam Kedudukannya sebagai Bahasa Nasional


Salah satu masalah kebahasaan yang perumusan dan dasar penggarapannya

perlu dicakup oleh kebijakan nasional dalam bidang kebahasaan adalah fungsi dan
kedudukan bahasa nasional kita, bahasa Indonesia. Fungsi bahasa di dalam hubungan
ini adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa
itu dalam kedududkan yang diberikan kepadanya. Kedudukan bahasa adalah status
relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai
sosial yang dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan (Halim, (ed.), 1980:21).

Sebagai lambang kebanggan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilanilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Fungsi yang ketiga, bahasa Indonesia
memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya
dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita
dan rasa nasib yang sama. Fungsi keempat, bahasa Indonesia sering dirasakan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling
berhubungan dalam segala aspek kehidupan.
F.

Fungsi Bahasa Indonesia dalam Kedudukannya sebagai Bahasa Negara atau


Resmi
Dari hasil perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan

di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 dikemukakan bahwa dalam


kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa
resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3)
bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan (4) bahasa
resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.

Bab V
Terampil Menulis Kalimat Efektif
C. Karakteristik dan Ciri-ciri Kalimat Efektif
Menurut Alhadiah, dkk. (2003: 116) menyatakan agar kalimat yang ditulkis
dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh
penlis naskah , maka perlu memperhatikan beberapa hal yang merupakan
ciri-ciri kalimat efektif, yaitu kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk,
penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, dan kevariasian
dalam struktur kalimat.
Sedangkan, ciri-ciri kalimat efektif, menurut Widjono (2007: 161) adalah (1)
keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur; (2) kesejajaran
bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal; (3) kefokusan pikiran
sehingga mudah dipahami; (4) kehematan penggunaan unsur kalimat; (5) kecermatan
dan kesantunan; dan kevariasian kata dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran
bahasa.
Secara umum kalimat efektif mempunyai karakteristik berikut.
1. Kesepadanan
Karakteristik kalimat efektif adalah memiliki unsur penting atau pokok,
minimal unsur subjek, predikat, serta unsur pendukung lainnya, yaitu objek
keterangan yang saling melengkapi serta membentuk kesatuan tunggal.
Kesatuan struktur antara pikiran dan bahasa yang digunakan diperlihatkan
dengan keutuhan gagasan atau ide. Kesatuan ini dapat dicirikan oleh empat
hal seperti di bawah ini.
a. Hadirnya subjek (S) dan predikat (P)
Suatu kalimat harus memiliki S dan P yang jelas. Ketidakjelasan dapat
timbul karena adanya kata depan yang terletak di depan subjek.
Contoh kalimat yang tidak efektif :
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu
keselamatan umum.
Contoh kalimat yang efektif :
Keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu
keselamatan umum.

Dalam kalimat pertama, kalimat tersebut tidak memiliki kesatuan


karena tidak didukung oleh adanya subjek. Unsur di dalam keputusan itu
bukanlah subjek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur tersebut adalah
keterangan ditandai oleh adanya frase di depan (di dalam) yang harus
dihilangkan.
b. Tidak hadirnya subjek ganda
Suatu klausa atau kalimat tunggal hanya boleh memiliki satu subjek.
Contoh kalimat tidak efektif :
Raihan pergi ke kampus, kemudian Raihan pergi ke perpustakaan.
Contoh kalimat efektif :
Raihan pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan.
c. Tidak hadirnya kata hubung intrakalimat pada kalimat tunggal
Kata hubung seperti sedangkan dan sehingga hanya digunakan dalam
kalimat majemuk tidak boleh ada dalam kalimat tunggal.
Contoh kalimat tidak efektif :
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pembukaan.
Contoh kalimat efektif :
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pembukaan.
d. Tidak hadirnya kata yang di depan predikat
Kehadiran kata yang akan mengakibatkan kalimat kehilangan predikat.
Contoh kalimat tidak efektif :
Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu.
Contoh kalimat efektif :
Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu.
2. Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata
yang paralel dan memiliki kesamaan bentukan atau imbuhan. Jika bagian
kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang
lainnya pun harus menggunakan di- pula. Agar kalimat rapi dan bermakna
sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan.
Kesejajaran dapat diartikan apabila bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk kedua juga harus menggunakan nomina.
Menurut Widjono (2007: 161) kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata
yang digunakan secara konsisten, misalnya kesatuan, kemakmuran,
kedamaian; mengerjakan, membawakan.
Contoh kalimat tidak efektif :
Harga minyak dibekukan atau kenaikkan secara luwes.
Contoh kalimat efektif :
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

3. Ketegasan
Ketegasan merupakan suatu penekanan atau penegasan pada ide pokok
kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat
sebagai berikut.
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (awal kalimat)
Contoh kalimat tidak efektif :
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh kalimat efektif :
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya ialah harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi
kalimat.
b. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh kalimat tidak efektif :
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Contoh kalimat efektif :
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh :
Saya suka kecantikan Anda, saya suka akan kelembutan Anda.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh :
Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
menyeluruh.
e. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan
partikel lah, -pun, dan kah.
Contoh :
Kamipun turut dalam kegiatan itu.
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif artinya hemat dalam menggunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi
kaidah tata bahasa. Penggunaan kata yang berlebih dapat menyebabkan
pengaburan maksud kalimat. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
untuk dapat melakukan penghematan, antara lain sebagai berikut.
a. Penghilangan subjek yang sama pada anak kalimat

Contoh kalimat tidak efektif :


Karena ia tidak diajak, ia tidak ikut belajar bersama di rumahku.
Contoh kalimat efektif :
Karena tidak diajak, ia tidak ikut bekajar besama di rumahku.
b. Menghindari pemakaian superordinat pada hipomomo kata
Contoh kalimat tidak efektif :
Ia memakai baju warna biru.
Contoh kalimat efektif :
Ia memakai baju biru.
c. Menghindari pemakaian sinonim dalam satu kalimat
Contoh kalimat tidak efektif :
Dia hanya membawa pakaiannya saja.
Contoh kalimat efektif :
Dia hanya membawa pakaiannya.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh kalimat tidak efektif :
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Contoh kalimat efektif :
Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
5. Kelogisan
Kelogisan artinya hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki
hubungan yang logis atau masuk akal.
Contoh kalimat tidak efektif :
Waktu dan tempat kami persilakan.
Kalimat tersebut tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda mati yang
tidak dapat dipersilakan.
Contoh kalimat efektif :
Bapak menteri kami persilakan.
6. Kecermatan
Maksud dari kecermatan ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan
penafsiran ganda dan harus tepat dalam penggunaan diksi.
Contoh kalimat tidak efektif :
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat tersebut memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguruan tinggi.
Contoh kalimat efektif :
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenai itu mendapat
hadiah.
7. Kevariasian
Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan gaya
asalkan tidak menimbulkan perubahan makna kalimat.
a. Kalimat berimbang (dalam kalimat majemuk setara)
Contoh :

Kedua orang tuanya bekerja sebagai seniman dan pengusaha.


b. Kalimat melepas, yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa kedua dari
klausa koordinatif, dengan klausa utama (pertama) menjadi klausa
sematan, dalam kalimat berikut ini menjadi anak kalimat keterangan
waktu.
Contoh :
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka
belajar di sekolah.
c. Kalimat berklimaks, yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat)
pada posisi awal dan klausa utama di bagian akhir.
Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja
di perusahaan.
D. Penyebab ketidakefektifan Kalimat
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara
tepat pula. Ketidakefektifan kalimat dapat meliputi :
1. Ketidaklengkapan unsur kalimat
Kalimat efektif harus memiliki unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu,
sekurang-kurangnya kalimat tersebut harus memiliki unsur subjek dan
predikat.
Contoh kalimat yang salah :
Dalam laporan ini menggunakan metode kuantitatif.
Kalimat tersebut tidak tepat karena ada frase di dalam pada awal kalimat
yang membuat kalimat tersebut tidak memiliki subjek.
Contoh kalimat yang benar :
Laporan ini menggunakan metode kuantitatif.
2. Kalimat Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk dimana,
dalam mana, di dalam mana, darimana, dan yang mana sebagai penghubung.
Menurut Ramlan (1994: 35) penggunaan kata tersebut kemungkinan besar
merupakan pengaruh dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Contoh kalimat yang salah :
Kantor di mana (where) dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
Kata dimana disini merupakan pengaruh dari bahasa Inggris.
Contoh kalimat yang benar :
Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
3. Kalimat Mengandung Makna Ganda

Agar kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda, kalimat tersebut harus dibuat
selengkap mungkin atau memanfaatkan tanda baca tertentu.
Contoh :
Lukisan Basuki Abdullah sangatlah terkenal.
Pada kalimat tersebut terdapat tiga kemungkinan ide yang dikemukakan,
yaitu yang sangat terkenal adalah lukisan karya Basuki Abdullah, atau lukisan
diri Basuki Abdullah atau lukisan milik Basuki Abdullah. Pemakaian tanda
koma juga dapat digunakan untuk memerjelas ide dalam kalimat tersebut.
Misalnya :
a. Lukisan, Basuki Abdullah sangat terkenal.
b. Lukisan Basuki Abdullah, sangat terkenal.
4. Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis.
Kalimat berikut tergolong kalimat yang tidak logis.
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah selesailah makalah ini.
Apabila diperhatikan lebih seksama kalimat ini tidak masuk akal. Seseorang
untuk menyelesaikan makalah harus bekerja dulu dan tidak mungkin makalah
itu dapat selesai dengan hanya membaca alhamdulillah.
Berikut ini merupakan contoh kalimat yang benar.
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa
karena dengan izin-Nya jualah makalah ini dapat diselesaikan.
5. Kalimat mengandung Pleonasme
Kalimat Pleonasme adalah kalimat yang tidak ekonomis karena terdapat
kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu (1983: 29)
timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh (1) dua kata atau lebih yang
sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan; (2) dalam suatu
ungkapan yang terdiri atasu dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak
diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung pada kata pertama; dan
(3) bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata lain
yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.
Contoh kalimat yang mengandung Pleonasme :
Fitra meneliti tentang teka-teki bahasa Minangkabau.
Kata tentang (preposisi lainnya) yang terletak antara predikat dan objek tidak
boleh digunakan karena objek harus berada langsung di belakang predikat.
Seharusnya :
Fitra meneliti teka-teki bahasa Minangkabau.
6. Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. Menurut Badudu
(1983: 21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh (1) pemakai bahasa tidak

menguasai benar struktur bahasa Indonesia yang baku yang baik dan benar;
(2) pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak
dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya; dan (3) dapat juga
kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja.
Contoh kalimat tidak efektif :
Dalam masyarakat Minangkabau mengenal sistem matriakat.
Kalimat tersebut disebut kalimat rancu karena kalimat tersebut tidak
mempunyai subjek. Kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi Masyarakat
Minangkabau mengenal sistem matraikat
E. Implementasi Kalimat Efektif
Karangan ilmiah laporan kerja, surat lamaran, atau jenis komunikasi lain,
seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Kesalahan kalimat
dapat berakibat fatal, seperti salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.
1. Kesalahan Struktur
a. Kalimat aktif tanpa subjek
b. Menempatkan kata di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah
fungsi menjadi keterangan.
c. Tanpa unsur predikat, menempatkan kata yang di depan predikat, dengan
kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek.
d. Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif
langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.
e. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat.
f. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.
g. Salah urutan, adalah penematan subjek, predikat, objek, dan keterangan
yang kurang tepat.
2. Kesalahan Diksi
1) Diksi kalimat salah jika ada hal berikut.
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa : agar supaya,
adalah merupakan, dan sebagainya.
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu : dimana,
yang mana, dan sebagainya.
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan : tidak hanya
tetapi seharusnya tidak hanya tetapi juga.
d. Menggunakan kata secara berpasangan secara idiomatik yang tidak
bersesuaian. Misalnya, sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
2) Diksi atau kalimat yang kurang baik (kurang santun)
a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya : aku dan saya,
b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya
menurut saya ....

c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya.


d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
e. Penolakan dan pembuktian tanpa makna kata yang pasti (eksak)
3) Kasalahan Ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya
memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan
kesalahan kalimat.
Jenis kesalahan ejaan :
a) Penggunaan huruf kapital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal
b) Pemenggalan kata
c) Penulisan kata baku
d) Penulisan unsur serapan
e) Penulisan kata asing tidak dicetak miring
f) Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik
koma, dan sebagainya.
g) Penulisan kalimat atau paragraf : induk kalimat dan anak kalimat,
kutipan langsung kutipan tidak langsung
h) Penulisan keterangan tambahan
i) Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat
kabar, majalah, dan jurnal
j) Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian; dan
k) Penulisan daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan biografi.

Bab VI
Terampil Menulis Paragraf
D. Fungsi Paragraf
Menurut Widjono (2007: 175) menjelaskan bahwa paragraf bisa berfungsi sebagai
berikut.
a. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk satuan
pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun
secara logis dalam satu kesatuan.
b. Menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari
beberapa paragraf.
c. Memudahkan pengorganisasian

gagasan

bagi

penulis

dan

memudahkan pemahaman bagi pembaca.


d. Memudahkan pengembangan topik karangan kedalam satuan-satuan
unit pikiran yang lebih kecil.
e. Memudahkan pengendalian variabel, terutama karangan yang terdiri
dari beberapa variabel.
E. Jenis-jenis Paragraf
1. Berdasarkan Tempat dan Fungsinya dalam Karangan
Berdasarkan tempat dan fungsinya dalam karangan paragraf dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu paragraf pembuka, paragraf penghubung, paragraf
penutup.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka memiliki peran sebagai pengantar bagi pembaca
untuk sampai pada masalah yang akan diuraikan oleh penulis. Untuk
itu, paragraf pembuka harus menarik minat dan perhatia pembaca

serta sanggup mempersiapkan pikiran pembaca pada masalah yang


akan diuraikan.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara
paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf ini berfungsi untuk
menguraikan masalah yang ditulis oleh penulis. Sifat paragraf
penghubung bergantung pola dari jenis karangannya.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan. Paragraf ini mengandung kesimpulan
pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf
penghubung atau juga berupa penegasan kembali terhadap hal-hal
yang telah dibahas.
2. Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Penjelasan paragraf berdasarkan letak kalimat utama berpijak pada pendapat
Sirai, dkk (1985: 70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat
utama dalam paragraf.
a. Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau
kalimat utama, kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas
yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini memiliki
kalimat utama yang terletak di awal paragraf.
b. Paragraf Induktif
Paragraf dumulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau
perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama.
Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari halhal yang khusus ke dalam hal yang umum.
c. Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan
akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi penegasan
kalimat pertama.
d. Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Kalimat utama dalam
paragraf ini biasanya tersebar di seluruh paragraf. Bentuk paragraf ini
biasanya digunakan dalam paragraf narasi atau deskripsi.
3. Berdasarkan Isi
a. Narasi

Narasi adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok


persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :
1) Biasanya cerita disampaikan secara kronologis;
2) Mengandung plot atau rangkaian peristiwa; dan
3) Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.
b. Deskripsi
Deskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk menyampaikan
gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki
pemahaman yang sama dengan yang disampaikan.
Ciri-ciri paragraf deskripsi :
1) Bersifat informatif
2) Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis, dan
3) Susunan peristiwa tidak dianggap penting.
c. Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu
pokok permasalahan untuk memperluas wawasan pembaca. Paragraf
ini biasanya dilengkapi oleh data, gambar dan statistik.
d. Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap
dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang
kritis dan logis.
e. Persuasi
Persuasi adalah

jenis

karangan

yang

disampaikan

dengan

menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk


mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan
isinya.

Bab VII
Terampil Menulis Makalah Ilmiah dan Tugas-tugas Kuliah di Perguruan Tinggi
C. Sistematika Penulisan Makalah
Menulis makalah perlu memperhatikan adalah bagaimana penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, susunan kalimat yang mudah untuk dipahami, dan
kalimat-kalimat yang tidak bertele-tele.

Berikut ini dipaparkan beberapa model sistematika penulisan makalah bagi


mahasiswa.
1) Model Makalah Sederhana
a. Halaman Judul dan Identitas Universitas atau Kampus
b. Pendahuluan
c. Kajian Teori dan Pustaka
d. Pembahasan
e. Simpulan
f. Daftar Pustaka
g. Lampiran (apabila diperlukan)
2) Model Makalah Lengkap
a. Halaman Judul dan Identitas Universitas atau Kampus
b. Nama Penulis dan NIM (pengarang)
c. Kata Pengantar
d. Daftar Isi (apabila diperlukan)
e. Abstrak (dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris)
f. Pendahuluan (termasuk rumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan, dan
manfaat)
g. Kajian Teori dan Pustaka
h. Metode Penelitian
i. Hasil Penelitian dan Pembahasan (termasuk analisis, sintesis dan
intepretasi)
j. Simpulan dan Saran
k. Daftar Pustaka
l. Lampiran (apabila diperlukan)
Hal yang terpenting dalam sebuah makalah ilmiah adalah dapat dipahami topik
utama, masalah yang dikaji, dasar kajian, hasil temuan kajian, dan simpulannya.
D. Proses Menulis Makalah Ilmiah
Proses menulis yang paling sulit adalah memulai untuk menulis. Hal ini
membutuhkan motivasi yang besar untuk menghasilkan tulisan yang akurat dan
berkualitas dalam berbagai konteks ilmiah.
Proses menulis bagi mahasiswa dan civitas akademik yang harus diperhatikan adalah
(1) memilih topik, (2) menuliskan ide dan gagasan terkait dengan pilihan topik yang
dikaji tersebut, (3) mengembangkan ide dan gagasan secara luas dan kontekstual, (4)
menyunting tulisan yang dihasilkan, (5) merevisi makalah yang telah disunting, dan
(6) mempublikasikan makalah. Berikut adalah aturan penulisan makalah.
1. Kutipan

Kutipan dibagi menjadi dua macam, yakni kutipan langsung dan tidak
langsung. Kutipan tidak langsung adalah

kutipan dengan mengambil

pendapat atau uraian dari buku atau sumber lain yang penyajiannya dengan
bahasa sendiri. Sedangkan, kutipan langsung adalah kutipan dari buku atau
tulisan yang haeus sama dengan aslinya, baik susunan kata-katanya maupun
tanda bacanya.
2. Penomoran
Penomoran dalam penulisan makalah adalah penomoran bab dan bagianbagiannya.
3. Penulisan daftar pustaka
Semua tulisan yang dikutip dari orang lain harus dituliskan dalam daftar
pustaka. Teknik penulisan daftar pustaka adan yang menggunakan model
Harvard (author-date style) ataupun model yang lain.

Bab IX
Terampil Berbicara dalam Forum Ilmiah
B. Memahami Aneka Forum Ilmiah
Hakikat forum ilmiah adalah pertemuan yang mempunyai isi, muatan, dan tujuan
keilmuan. Bentuk forum ini dapat berupa seminar, konferensi, simposium, workshop,
semiloka, dan kongres. Agenda-agenda ilmiah tersebut biasanya diadakan oleh
berbagai lembaga atau instansi terkait yang menyelenggarakan pendidikan atau
praktisi. Forum-forum ilmiah yang dikemukakan diatas dapat menjadi ajang latihan
berbicara bagi mahasiswa dan dosen.
C. Bersikap Santun dalam Forum Ilmiah
Orang Jawa mengatakan, ajining diri gumantung ing lati lan ajining raga gumantung
ing busana. Makna yang terkandung dari filsafat tersebut adalah harga diri
seseorang bergantung pada tutur kata dan busana. Seorang mahasiswa atau dosen
harus memiliki sifat keteladanan dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam forum
ilmiah. Penyampaian ide dan gagasan harus menggunakan cara dan strategi yang

dapat menghargai pendapat orang lain. Misalnya, menyampaikan ide dengan (1)
angkat tangan; (2) sebutkan nama dan NIM (mahasiswa), instansi (untuk dosen); (3)
kemudian ucakan terima kasih atas kesempatan yang diberikan; (4) sampaikan ide
atau gagasan tanpa harus menyinggung atau merugikan orang lain; (5) ucapkan
terima kasih dan mohon maaf kepada moderator apabila ada kesalahan dalam
menyampaikan pendapat.
D. Menguasai Materi dalam Forum Ilmiah
Menguasai materi adalah hal yang pertama kali dilakukan mahasiswa dan dosen
dalam mengikuti forum ilmiah. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk menguasai
materi seperti, membaca berbagai materi, membaca media cetak dan elektronik,
membaca jurnalm membaca lingkungan dan masyarakat sekitar, serta sering berlatih
untuk menuangkan dalam bentuk tulisan.

Bab X
Mengenal Skripsi, Tesis, Disertasi dan Artikel Jurnal Ilmiah
B. Mengenal Skripsi, Tesis, dan Disertasi
1. Skripsi
Skripsi adalah tulisan ilmiah yang harus ditulis mahasiswa untuk menempuh
jenjang sarjana (S-1) di sebuah perguruan tinggi. Penulisan skripsi akan
dibimbing satu atau dua dosen yang kompeten dalam bidangnya. Sistematika
penulisan skripsi secara umum adalah (1) halaman judul, (2) surat
pernyataan, (3) halaman pengesahan, (4) abstrak, (5) kata pengantar, (6)
daftar isi, (7) daftar tabel, (8) daftar gambar, (9) pendahuluan, (10) kajian
teori dan pustaka, (11) metode penelitian, (12) analisis data dan pembahasan,
(13) simpulan dan saran, (14) daftar pustaka, dan (15) lampiran.
2. Tesis
Tesis adalah tulisan ilmiah yang ditulis mahasiswa yang telah lulus S-1 pada
prodi tertentu untuk menempuh jenjang magister (S-2) di sebuah
pascasarjana, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Seorang mahasiswa S-2 yang dibimbing satu atau dua dosen pembimbig akan
diuji sebagai bentuk pertanggungjawaban di depan enam orang penguji yang
ditunjuk oleh lembaga masing-masing. Secara umum, sistematika penulisan
tesis tidak berbeda dengan penulisan skripsi, namun biasanya masing-masing
perguruan tinggi memiliki buku panduan tersendiri.
3. Disertasi
Disertasi adalah tulisan ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa yang telah lulus
S-1 dan S-2 pada prodi tertentu untuk menempuh jenjang doktor (S-3).
Dalam penulisan disertasi, mahasiswa akan dibimbing oleh dua atau tiga
orang dosen yang kompeten dalam bidangnya

sebagai promotor dan

kopromotor. Dalam ukian akhir, masing-masing penguji akan memberikan


masukan dan saran untuk perbaikan hasil akhir disertasi seorang kandidat
doktor. Dengan demikian diperoleh hasil yang berkualitas dan bermanfaat
bagi masyarakat ilmiah.
C. Mengenal Artikel Jurnal Ilmiah
Jurnal menurut KBBI (2008) memiliki arti majalah yang khusus memuat artikel ilmu
di bidang tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jurnal ilmiah adalah majalah yang
secara khusus membahas tentang ilmu pengetahuan. Jurnal ilmiah ini biasanya terbit
satu tahun dua sampai tiga kali tergantung kebijakan masing-masing redaktur. Dalam
penulisan jurnal ilmiah langkah pertama adalah memulai bagian yang termudah
dahulu atau bisa disebut juga dengan tahapan perencanaan. Sistematika penuliasan
artikel jurnal ilmiah biasanya berbeda-beda sesuai dengan gaya selingkung pengelola
jurnal masing-masing.
D. Mempublikasikan Artikel Jurnal Ilmiah
Pemublikasian artikel jurnal dapat dilakukan melalui jurnal-jurnal ilmiah yang
diterbitkan oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan adalah setelah selesai menulis naskah, suntinglah naskah anda sendiri,
kemudian kirimkan naskah kepada redaksi secara langsung via surat atau e-mail.
Berikut komponen utama artikel ilmiah menurut Wahyu Wibowo (2008: 115).
Judul
1. Berupa judul topik.

2.
3.
4.
5.

Menggunakan frasa (bukan kalimat).


Sependek-pendeknya berjumlah 12-15 kata.
Memuat kata kunci.
Tidak menggunakan singkatan

Nama Penulis
1. Tanpa kata oleh dan tanpa gelar apapun.
2. Dibubuhi nama lembaga, alamat, dan kontak guna keperluan korespondensi.
Pembubuhannya boleh langsung di bawah nama penulis atau diletakkan di
catatan kaki setelah judul utama.
Abstrak atau Intisari
1. Berupa latar belakang, metode, teori yang digunakan, dan hasil yang
diperoleh (disarankan menggunakan bahasa Inggris demi keperluan lembaga
abstrak).
2. Dibubuhi keywood berupa tiga buah kata kunci yang digunakan dalam
penelitian.
Bodi atau Bagian Isi
1.
2.
3.
4.

Pendahuluan.
Materi inti dan metode.
Hasil penelitian.
Pembahasan hasil penelitian.

Penutupan atau Simpulan dan Saran


Berisikan apa-apa yang telah ditemukan dalam penelitian. Jadi bukan ringkasan
dari bodi artikel. Diperlukan pula saran sepanjang diperlukan.
Daftar Pustaka
Disusun secara konsisten melalui prinsip gaya selingkung jurnal.

Anda mungkin juga menyukai