Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
26011014201
Anggota :
JANISS KRISTINE NYANAPRAGASAM
26011014201
HEINNA AROKIADASS
26011014201
SHARMILA KARIPAYA
26011014200
26011014201
CYNTHIA SANTIAGO
26011014200
adalah
maserasi
bertingkat
dan
evaporasi
dengan
DAFTAR ISI
KANDUNGAN
HALAM
AN
ABSTRAK/ABSTRACT
KATA
PENGANTAR
..
1.PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
1.2.
Perumusan
Masalah
1.3.
Maksud
dan
Tujuan
.
6
6
7
7
1.4.
Manfaat
...
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan
Botani
Tanaman
2.2.
Tinjauan
Kimia
3
8
9
12-14
14
Tanaman
.
2.3.
Tinjauan
Farmakologi
Tanaman..
2.4.
Tinjauan Farmakognosi
Tanaman.
3.METODE PRAKTIKUM
3.1.
Alat
..
3.2.
Bahan
dan
Peralatan
..
19
19
19-23
3.3.
Tahapan
Praktikum
.
23
24
24
24
24
26
3.5.
Kadar Sari Larut
Air
..
3.6.
Kadar Sari Larut
Etanol
..
3.7.
Pola
Kromatogram
3.8.
Prosedur AKK &
ALT
.
3.9.
Prosedur Kadar Lisis
Darah.
.
4.1.
Hasil
4.2.
Pembahasan Praktikum
.
4.2.1 Uji Organoleptik, Makroskopik, dan Mikroskopik
Simplisia
4.2.2 Skrining Fitokimia Simplisia
4.2.3 Ekstrasi
4.2.4 Uji Parameter Standard Spesifik and Non-Spesifik
Ekstrasi
4.2.5 Pembuatan dan Evaluasi Produk Jadi Granul Instan
Ekstrak
41
4.3.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Praktikum.
5. KESIMPULAN & SARAN
5.1.
Kesimpulan
42-44
44
5.2.
Saran
..
DAFTAR
45
PUSTAKA
46-56
..
5
LAMPIRAN
.
DAFTAR GAMBAR
KANDUNGAN
HALAM
AN
10
11
DAFTAR TABEL
KANDUNGAN
HALAM
AN
12
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan
rahmat
dan
kurnianya,
sehingga
penulis
dapat
khususnya di divisi
Apotekar.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen
2. Asisten Laboratorium
3. Karyawan Universitas Padjadjaran
6
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari
materi
maupun
teknik
penyajiannya,
mengingat
kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza)
adalah
tumbuhan
obat
yang
di
antara
lain
dipergunakan
oleh
masyarakat
dalam
tubuh.Kurkumin merupakan
nonspesifik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN BOTANI TANAMAN
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
9
yang
terkandung
dalam
temulawak
dapat
temulawak
yang
memberikan
bau
karateristik,
sedangkan
kurkuminuid terdiri dari beberapa zat warna kuning (W. Nurcholis, 2006)
Beberapa penelitian mengidentifikasi kandungan kimia minyak atsiri
yang
terkandung
dalam
rimpang
temulawak.
Itokawa
(1985
melaporkan adanya empat senyawa sesquiterpenoids bisabolan yaitu: kurkumen, ar-turmeron, -atlanto dan xantorizol. Selanjutnya dibuktikan
bahwa ketiga senyawa tersebut yaitu : - kurkumen, ar-turmeron dan
xantorizol, mempunyai khasiat anti-tumor (W. Nurcholis, 2006)
Ueraha
(1989,
seskuiterpenoid
1990)
berhasil
bisabolon
dari
mengidentifikasi
fraksi
larutan
tujuh
klorofom
senyawa
rimpang
bisacumol,
bisacurol,
bisacuron
epoksida,
bisacuron
A,
11
Kandungan
kimia
minyak
atsiri
temulawak
Alto-Aromadendre,
Furanodienon,
Elemen,
Germakonm,
Elemen,
Elemen,
Isofuranogermakren,
Famesen,
Limonen,
Linalol,
SENYAWA TERPEN
Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola
selnya.
Pada
tumbuhan,
senyawa-senyawa
golongan
terpen
dan
hidup.
Sebagai
skualena,
contoh,
suatu
senyawa-senyawa
triterpen;
juga
steroid
karoten
adalah
dan
turunan
retinol
(Koensoemardiyah,2010).
Terpen dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang dihasilkan
oleh tumbuhan. Kandungan minyak atsiri memengaruhi penggunaan
produk rempahrempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta
sebagai bahan pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacara-upacara
ritual. Nama-nama umum senyawa golongan ini seringkali diambil dari
nama minyak atsiri yang mengandungnya. Lebih jauh lagi, nama minyak
itu sendiri diambil dari nama (nama latin) tumbuhan yang menjadi
sumbernya ketika pertama kali diidentifikasi. Sebagai misal adalah citral,
diambil dari minyak yang diambil dari jeruk (Citrus). Contoh lain adalah
eugenol, diambil dari minyak yang dihasilkan oleh cengkeh (Eugenia
aromatica). Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini dapat dimengerti
karena kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C 5H8)
(Koensoemardiyah,2010).
KLASIFIKASI TERPEN
Nama
Rumus
Sumber
Monoterpen
C10H16
Minyak Atsiri
Seskuiterpen
C15H24
Minyak Atsiri
Diterpen
C20H32
Resin Pinus
Triterpen
C30H48
Saponin, Damar
Tetraterpen
C40H68
Pigmen, Karoten
Politerpen
C42H68
Karet Alam
lemah
darah,
menghambat
penggunpalan
darah,
dari
Biasanya
tanaman
untuk
temulawak
dibuat
jamu
adalah
godog.
rimpang
(daging
Dalam
rimpang
14
metoda
seeding
trial
atau
tanpa
pembanding.
Pengamatan dilakukan oleh sekitar 20 peneliti dalam periode JuliDesember (Ditjen, POM.2000).
Parameter yang digunakan adalah nilai SGPT dan SGOT. SGPT
merupakan enzim yang diproduksi oleh hepatocytes, jenis sel yang
banyak terdapat di liver. Kadar SGPT dalam darah akan meningkat
seiring dengan kerusakan pada sel hepatocytes yang bisa terjadi karena
infeksi virus hepatitis, alkohol, obat-obat yang menginduksi terjadinya
kerusakan hepatocytes, dan sebab lain seperti adanya shok atau
15
keracunan obat. Nilai SGPT yang dianggap normal adalah 0 35 unit per
liter (u/l). Peningkatan nilai SGPT 50 kali dari normal menandakan
rendahnya aliran darah pada hati, hepatitis, atau kerusakan sel hati yang
disebabkan oleh obat/senyawa kimia seperti CCl4. Peningkatan nilai
SGPT ringan sampai sedang dapat disebabkan oleh adanya hepatitis,
sirosis, kanker pada hati dan alkohol. Terkadang pada sirosis hanya
terjadi peningkatan nilai SGPT 2-4 kali dari nilai normal (Ditjen,
POM.2000).
Sementara SGOT banyak dijumpai pada organ jantung, hati, otot rangka,
pankreas, paru-paru, sel darah merah dan sel otak. Saat sel organ
tersebut mengalami kerusakan, maka SGOT akan dilepaskan dalam
darah. Alhasil saat pengukuran akan terlihat korelasi besarnya atau
tingkat keparahan sel yang terjadi. Nilai normal SGOT berkisar dari 3 - 45
unit per liter (u/l). Peningkatan nilai SGOT ini dapat disebabkan oleh
adanya hepatitis C. Pada hepatitis akut, peningkatan bisa terjadi hingga
20
kali
nilai
normalnya.
Hasil
studi
menunjukkan,
berdasarkan
kurkumin menghambat tahap fusion sel virus pada siklus replikasi HIV.
Berbagai studi terus dilakukan untuk mencari titik terang
(Ditjen,
POM.2003)
dengan
cara tertentu
dipisahkan
dari
tanamannya.
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat
yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa
bahan pelikanatau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni. Untuk menjamin keseragaman
senyawa aktif, keamanan maupunkegunaan simplisia harus memenuhi
persyaratan minimal untuk standardisasisimplisia. Standardisasi simplisia
mengacu pada tiga konsep antara lain sebagai berikut yaitu, simplisia
sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum
(nonspesifik),
kemurnian,
suatu
aturan
bahan
yaitu
penstabilan
kebenaran
(wadah,
jenis
(identifikasi),
penyimpanan,
distribusi).
Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi
17
2.4.2.1 Maserasi
Proses maserasi merupakan cara penyari yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplia penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat
berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Sepuluh bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok dimasukan dalam bejana dituangi 75
bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terhindar
dari cahaya. Sambil berulang diaduk, diserkai lalu dipekatkan dengan
penguapan dan tekanan pada suhu rendah 50C
hingga
konsentrasi
cocok
dengan
melewatkan
secara
perlahan-lahan
Dengan Cara penyarian ini mengalirnya penyari melalui kolom dari atas
ke bawah melalui celah untuk keluar ditarik oleh gaya berat seberat
cairan dalam kolom. Dengan pembaharuan yang terus menerus bahan
pelarut, memungkinkan berlangsungnya suatu maserasi bertingkat
(Astika, G.N. 2000).
2.5.3.Soxhletasi
yang
menguap
dan
jika
diberi
2.5.4.Infundasi
Infundasi
adalah
proses
penyarian
yang umumnya
digunakan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahanbahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab
itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam
2.5.1 Identitas
Contoh Nama Ekstrak (generik, dagang, paten) , Nama latin tumbuhan
(sistematika botani).
yang
digunakan
dalam
skrining
fitokimia
harus
memiliki
persyaratan :
senyawa tertentu
dalam kelompok senyawa yang diteliti.
Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara:
Uji warna
Bilangan Rf
(Harbone,
1987)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 BAHAN DAN PERALATAN
Beaker glass, Blender, Botol kaca, Cawan uap, Evaporator, Galon, Gelas
ukur, Kertas saring, Labu alas bulat,Maserator, Mortir, Neraca analitik,
Oven, Penangas air, Pipet tetes, Plat tetes, Spatula, Stamper, Tabung
reaksi.
21
3.2 BAHAN
Aquadest,
( HCl ),Asam sulfat pekat ( H 2SO4), Ekstrak kental temulawak, Etanol 70%,
Kloroform, Larutan vanillin 10% dalam H2SO4, Magnesium, Simplisia
Temulawak,Toluen.
3.3 TAHAP PRAKTIKUM
3.3.1. Penyiapan Simplisia
3.3.2. Uji Organanoleptik
a. Organoleptis
b. Makroskopis
c. Mikroskopis
3.3.3. Skrining Fitokimia
bentuk
organoleptik
dilakukan
simplisia
menggunakan
penyusun.
Pemeriksaan
pancaindra
dengan
Warna
Bau
Rasa
Ukuran
: panjang, lebar
dikelompokkan
berdasarkan
jenisnya
dan
khasiatnya.
Uji Mikroskopik
Uji
mikroskopik
dilakukan
dengan
mikroskopik
yang
derajat
reaksi
sebagai
penyaring,
lalu
dipipet
larutan
kloroform,
24
B. Uji Saponin
Ambil ekstrak sampel sebanyak 5 mL, kocok selama 10 detik. Setelah itu
amati busa yang terbentuk harus persisten.Kemudian ditambah HCL
.Amati busa persisten yang terbentuk setelah 10 menit.
C. Uji Tannin
Ambil 5 mL ekstrak sampel, tambahkan gelatin 1%. Adanya endapan
putih menunjukan positif tannin.
D. Uji Flavanoid
1 gram serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air panas, lalu dididihkan 5
menit dan disaring. Ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 5 ml HCl 2 N.
Ditambahkan amil alcohol. Dikocok kuat dan dibiarkan hingga memisah
(warna kuning hingga merah yang dapat ditarik dengan amil alkohol
menunjukkan adanya flavonoid).
E. Uji steroid/Triterpenoid
Ambil sampel 5 mL, tambahkan pereaksi Lieberman bochard jika
terbentuk warna merah atau ungu adalah positif triterpenoid. Jika warna
hijau menunjukan positif steroid.
25
F. Uji kuinon
50mg serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Didihkan dalam 50ml
air selama 15 menit, lalu didinginkan dan disaring. Ditambahkan larutan
KOH 5% (warna merah bata menunjukkan adanya kuinon)
G. Uji Monoterpenoid dan Sesquiterpenoid
1 gram simplisia digerus dengan 5 ml eter, lalu dipipet sambil disaring
dengan pipet yang tersumbat dengan kapas Ditempatkan dalam cawan
penguap 60 ml lalu dibiarkan menguap hingga kering Diteteskan larutan
vanillin 10% dalam H2SO4 pekat melalui pinggir cawan (warna-warna
menunjukkan adanya monoterpenoid dan sesquiterpenoid
(Harbon
e, 1987)
3.4. PROSES EVAPORASI (ROTATORY)
Prosedur
Etanol telah
corong
pemisah
dengan
kapas
didalamnya
yang
penguap yang telah dipanaskan residu pada suhu 105C hingga bobot
tetap. Kadar dihitung dalam persen senyawa yang larut dihitung
terhadap ekstrak awal .
27
disiapkan 3
buah tabung reaksi dan seterusnya pipet 4.5 mL NaCl ke dalam tabung
reaksi dan disimpan pada rak tabung.Selepas itu,dipipet 0.5 mL suspensi
pengenceran 10-1
dikocok
hingga
homogen
diperoleh
pengenceran
10 -2.
Seterusnya
sampai 10-3.
28
didinginkan
hingga
memadat.
Pada
tabung
reaksi
10-1
menggunakan
selama
satu garis saja dari atas sampai ke hujung. Dimasukkan blood agar plate
ke dalam inkubator pada suhu 37C selama 24 jam.Selepas 24 jam,
dikeluarkan blood agar plate dari inkubator dan diperhatikan kadar lisis
darah. Hasilnya adalah sampel temu lawak tidak mempunyai patogen.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN PRAKTIKUM
4.1.1 Hasil Uji Organoleptik, Makroskopik, Mikroskopik
Hasil Uji Organoleptik
Penglihatan
warna warna coklat kuning sampai coklat
Ukuran
Panjang
(6 cm)
Tebal
Lebar
Hasil Makroskopik
30
PEMERIAN
Keping tipis,
Berbentuk bundar atau jorong ,
Ringa, keras, rapuh, garis tengahnya
Warna coklat kuning sampai coklat
Rasa agak pahit
UKURAN
Panjang
Tebal
Lebar
(6 cm)
(3mm sampai 4mm)
(2mm sampai 5mm)
BENTUK
Permukaan berkerut
Melengkung tidak beraturan dan tidak rata
Hasil Uji Mikroskopik
SAMPEL
HURAIAN
Rhizome
SAMPEL + FeCl3
Temu
Lawak
dalam
mikroskop
Rhizome
SAMPEL + FeCl3 + Sudan
Temu
Lawak
dalam
mikroskop
31
SAMPEL
FeCl3
Klorahidrat
Rhizome
Temu
Lawak
dalam
mikroskop
REAKSI
UJI ALKALOID
Kekeruhan
UJI POLIFENOL
endapan putih
Biru-hitam
UJI TANIN
Endapan putih
UJI FLAVONOID
Warna
SESQUTERPENOID
UJI
sesquterpenoid
Steroid biru hijau
TRITERPENOID
SAPONIN
Triterpenoid ungu
Busa
+
-
KUINON
Merah bata
STEROID
&
HASIL
atau
menunjukkan
4.1.3 Ekstraksi
Metode
Maserasi bertingkat
1851.07 gram
Pelarut
Etanol 70%
92g
Organoleptik
kehitaman,aroma
khas
4.9 %
AIR
ETHANO
WADAH
BERAT
56.92
63.00
EKSTRAK
0.5g
0.5g
AWAL
WADAH+EKSTR
PERCENTAGE
AK
57.16
63.17
23%
21%
L
B.PARAMETER NON SPESIFIK
1.KADAR AIR
Kadar air yang terkumpul 2.4ml
Volume terkumpul / massa ekstrak x 100%
2.4ml / 25 X 100 % = 9.6 %
2.KADAR ABU
Kadar Abu = (Cf Co) x 100 %
M
= (40.47 37.01) x 100 %
33
3.46
= 100%
Cf = berat total ekstrak + bobot cawan kosong
Co = bobot cawan kosong
M = berat sampel
3.SUSUT PENGERINGAN
(Co + M) Cf x 100%
M
Co (bobot kosong) 11.67g
Cf( bobot botol + ekstrak) 12.46
M ( bobot ekstrak) 1.0 g
1.
2.
4.BOBOT JENIS
10%
1%
14.13g
14.03g
24.72g
23.93g
Bobot ekstrak
10.59g
9.9g
Bobot air
10.87g
10.87g
Pikno kosong
Pikno
botol
ekstrak
JUMLAH KOLONI
PENKIRAAN KOLONI
JUMLAH
KOLONI
FAKTOR
PENGENCER
101
112
112 x 101
=1120
102
46 x 102
46
=4600
103
12 x 103
12
=12000
JUMLAH KOLONI
PERKIRAAN KOLONI
JUMLAH
KOLONI
FAKTOR PENGENCER
101
86
86 X 101
=860
102
22
22 X 102
35
=2200
103
16 X 103
16
=16000
juga
dilakukan
melalui
uji
mikroskopik
dengan
cara
hingga
3/4 tinggi
Pereaksi/Perlakuan
Hasil Pengamatan
Perubahan
setelah
Keterangan
+
Mg+HCl+amil
pereaksi
Larutan warna jingga
(+) Flavanoid
2
3
4
5
alkohol
+Gelatin 1%
+FeCl3 1%
+KOH 5%
Dikocok
Endapan putih
Larutan warna biru hitam
Larutan merah bata
Terbentuk busa persisten
(-) Tannin
(+) Polifenol
(+) Kuinon
(-) Saponin
selama 10 detik
+Pereaksi
(-) Alkaloid
(-) Alkaloid
(+)
Monoterpen
sequiterpen
7
8
kuat
Dragendorf
+Pereaksi Mayer
+Eter,dipanaskan,
+
+Eter, dipanaskan,
+ Lieberman
Hasil positif of
dan
penambahan Mg dan HCl, flavonoid yang lepas akan diikat oleh amyl
alkohol mengakibatkan perubahan warna yang ditimbulkan flavonoid
tersebut berwarna jingga. Hasil uji saponin didapati negative. Hasil positif
polifenol ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi larutan berwarna
biru hitam karena pembentukan kompleks antara pereaksi FeCl 3 dengan
gugus fenol yang ada pada struktur polifenol. Untuk uji kuinon telah
didapati
tidak
terjadi
perubahan
warna
setelah
penambahan
seperti
jenis
varietas,suhu,tekanan,dan
habitat
tumbuh
4.2.3 Ekstrasi
Pada praktikum kali ini, dilakukan penyarian metabolit sekunder dari
simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode ekstraksi. Tumbuhan
obat yang digunakan adalah Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dengan
metode ekstraksi yang dipakai adalah cara maseri bertingkat. Senyawa
target yang ingin didapatkan adalah Xantharizol. Untuk memperoleh
ekstrak total, pelarut yang digunakan adalah pelarut yang dapat
melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung dalam
simplisia tanaman obat.
air,
dan
pola
kromatogram
(lapis
tipis
dan
dinamolisis).
telah
Organoleptis
dilakukan
ini
proses
merupakan
ekstraksi
pemeriksaan
dengan
cara
menggunakan
1. Organoleptis
Uji
teridentifikasi
mempunyai
bentuk
hirisan
rhizhoma
sidik
jari
kromatografi
menunjukkan
pemrofilan
keseluruhan
B. Non-Spesifik
1.Kadar Air
Air dalam bahan pangan: bebas dan terikat. Air bebas, terdapat dalam
ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori yang terdapat pada
bahan. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada
permukaan koloid makromolekular seperti protein, pektin pati, sellulosa.
Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan merupakan
pelarut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini
masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada
proses pembekuan.
keadaan
dan abu yang tidak dapat larut dalam asam dapat ditetapkan melalui
metode yang resmi. Dalam hal ini terjadi pemijaran dan penimbangan,
total abu kemudian dididihkan dengan asam klorida, disaring, dipijarkan
dan ditimbang abu yang tidak larut dalam asam dimaksudkan untuk
melarutkan kalsium karbonat, alkali klorida sedangkan yang tidak larut
dalam asam biasanya mengandung silikat yang berasal dari tanah atau
pasir. Jumlah kotoran, tanah, tanah liat dan lain-lain yang terdapat dalam
sample uji disebut sebagai zat anorganik asing yang terbentuk dalam
bahan
obat
atau
melekat
pada
bahan
obat
pada
saat
pencampuran(Ditjen POM,1979).
3.Penetapan Susut Pengeringan
Susut Pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperature 105C selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai prosen.
kemurnian
dan
kontaminasi.
Apabila
kita
membahaskan
Terpenuhinya
standar
mutu
produk/bahan
ekstrak
menjamin
Penentuan
Kadar
Air
dengan
Oven
Pengering
(Thermogravimetri)
Pengeringan
adalah
suatu
metode
untuk
mengeluarkan
atau
adalah
bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila
bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105C selama waktu tertentu.
Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar
air. Kelemahannya antara lain: Bahan lain di samping air juga ikut
menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam
asetat,
minyak
atsiri,
dan
lain-lain.
Dapat
terjadi
reaksi
selama
gula
mengalami
dekomposisi
atau
karamelisasi,
lemak
toluene
xylen,
benzen,
tetrakhlorethilen
dan
xylol.Cara
media
Besarnya
jumlah
koloni
pencemar
dalam
sampel
tersebut
dapat
atau
tidak
mengandung
cemaran
jamur
melebihi
batas
yang
dan
bahan
yang
dibutuhkan
selama
praktikum
tersedia
di
pada
saat
praktikum
ada
kelompok
yang
tidak
dapat
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan kesimpulan
berikut :
Kemudian pengeringan
ekstrak
kering
pelarut
menggunakan
ekstrak di
rhizoma
rotary
(Curcuma
A.Identitas
46
Kadar
susut
pengeringan
pengeringan
tidak
untuk
memenuhi
temulawak
standar
adalah
parameter,
23%
susut
dimana
susut
tidak
mengandung
cemaran
jamur
melebihi
batas
yang
SARAN
Peneliti lain disarankan untuk menguji lebih lanjut dosis toksik
pada rimpang temulawak.
dan
berdasarkan
data
yang
diperolehi
ia
bisa
Becker,C.A.Flora
of
Java,NV
Noordhof,Groningen,The
Netherlands,1963
DARUSMAN L.K, E. DJAUHARI, dan W. NURCHOLIS. 2006. Kandungan
kimia temulawak
(Curcuma xanthorrhiza roxb.) pada berbagai cara budidaya dan
masa tanam. Dalam
Prosiding Seminar Tumbuhan Obat Indonesia XXXIX. Fakultas
Kedokteran UNS.
Departemen kesehatan RI (1976). Matera medika Indonesia, jilid I-VI,
dirjen pengawasan obat
dan makanan, Jakarta.
DitjenPOM.2000.Parameter
Standar
Umum
Ekstrak
Tumbuhan
Obat.Jakarta:Departemen
Kesehatan.
DitjenPOM.2003.Parameter
Standar
Umum
Ekstrak
Tumbuhan
Obat.Jakarta:Departemen
Kesehatan
Djakamihardja S., P. Setyadiredja dan Sudjono, 1985, Budidaya
Temulawak (Curcuma
xanthorrihiza Roxb.) dan Prospek Pengembangannya di Indonesia.
Harbone,J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penentuan cara modern
menganalisis tumbuhan.
Terbitan ITB Bandung.
Hidayat, S. dan Tim Flona: Khasiat Tumbuhan Berdasar Warna,
Bentuk, Rasa, Aroma, dan
Sifat, halaman 105. PT Samindra Utama, 2008
Koensoemardiyah,2010 Metode Fitokimia :Kandungan Kimia Temu
Lawak Terbitan Kedua
Institut Pertanian Bogor.
Rahmat Rukmana. 1995. Temulawak.Tanaman Rempah dan Obat.
Penerbit: Kanisius.
Sudarsono I.A. 2003, Tumbuhan Obat Temulawak II: Hasil Penelitian,
Sifat-sifat dan
Penggunaan, Pusat Studi Obat Tradisional UGM, Yogyakarta, 156161.
HIRISAN TEMULAWAK
SIMPLISIA
EKSTRAK KENTAL
HURAIAN
50
Gambar
hasil
yang
diperolehi
SAMPEL + FeCl3
Gambar
hasil
yang
diperolehi
Gambar
hasil
yang
diperoleh
Uji
FLAVANOID
Hasil
POSITIF
51
ALKALOID
NEGATIF
QUINON
POSITIF
SAPONIN
NEGATIF
POLIPHENOL
NEGATIF
52
TANIN
Dimasukkan
ke
dalam
NEGATIF
tong
putih
MONOTERPEN
&
NEGATIF
SEQUITERPEN
STEROIDS
Pemilihan
pelarut
sesuai
(Etanol)
Proses
evaporasi
pemisahan ethanol
dengan ekstrak
dimana
53
54
Gambar diatas adalah hasil silika gel KLT bawah sinaran UV, sebelum
disemprot Penampak bercak
Gambar diatas adalah hasil silika gel KLT bawah sinaran UV, selepas
disemprot Penampak bercak
55
Gambar diatas adalah hasil silika gel KLT bawah sinaran UV, sebelum
dipanaskan
LAMPIRAN 6 : Peninmbangan Kadar Sari Air/ Ethanol
ETHANOL
AIR
56
Pada
jumlah
kosentrasi
10^1,
koloni
yang
Pada
jumlah
kosentrasi
10^2,
koloni
yang
didapati adalah 46
57
Pada
jumlah
kosentrasi
10^3,
koloni
yang
didapati adalah 12
Pada
jumlah
kosentrasi
10^1,
koloni
yang
didapati adalah 86
58
Pada
jumlah
kosentrasi
10^1,
koloni
yang
didapati adalah 22
Pada
jumlah
kosentrasi
10^1,
koloni
yang
didapati adalah 16
59