Halaman
X
13
18
18
Baris
20
4
15
17
43
50
52
55
55
60
64
71
6
5
14
12
12
11
5
12
Seharusnya
Tidak ada
Menggunakan
Holisme Fisika Kuantum
Realitas Kausalitas
Pandangan Pantheisme
Makhluq
Pemulaan
Hukun
Katakana
Inheen
Alah
Keterkaian
makhluk
permulaan
Hukum
katakan
inheren
Allah
keterkaitan
BAB I
PENDAHULUAN
Achmad Baiquni, Al-Quran Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta, PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997, hal.17
RHA Syahirul Alim, A Baiquni, dkk, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam Dan
Teknologi, Jakarta, Depag RI, 1995, hal.3
3
4
hal.v
Ibid, hal.15
Abdul Wahab, Semesta Dan Manusia Dalam Al-Quran, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1990,
tidak cukup hanya dengan membaca saja tanpa berfikir. Dalam Al-Quran,
manusia didorong untuk menggunakan akalnya dan banyak berfikir5.
Manusia mencari ilmu pengetahuan kebanyakan berangkat dari hasil
rangsangan-rangsangan yang ditangkap oleh indera lahiriah, dan setelah
sampai di otak diurai menurut ilmu pengetahuan yang ada padanya kemudian
dalam beberapa hal akan tiba pada titik ketidakmampuan otak untuk
mengurai, karena rasionya sudah tidak dapat menjangkau lagi atau bukan lagi
menjadi medan rasio6. Namun demikian ilmu pengetahuan kealaman dalam
hal mencari hakikat haruslah berangkat dengan keyakinan yang mantap
terlebih dahulu, yakin bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas serta
sadar bahwa rasio manusia begaimanapun tingginya dan besar nilainya hanya
sekedar pelengkap saja untuk mencapai hakikat7. Keterbatasan akal atau rasio
menunjukkan bahwa apa yang tidak rasional belum tentu tidak benar,
kebenaran ayat-ayat Al-Quran hingga kini dapat dikaji di dalam ilmu fisika,
astronomi, dan kosmologi 8.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari struktur dasar dan proses
perubahan yang terjadi pada materi dan energi 9 dan juga menyelidiki
fenomena terutama yang diamati dari benda-benda tak bernyawa. Al-Quran
menaruh perhatian sangat besar kepada ilmu tersebut seperti nampak dalam
H. Asri Rasad, dkk, Islam Untuk Disiplin Ilmu Biologi, Jakarta, Depag RI, 1995, hal. 4
H. Machmud Kahiry H. M, Mampukah Rasio Mengenal Tuhan, Surabaya, PT. Bina Ilmu,
1986, hal. 5 6
7
Ibid, hal 31
8
Ahmad Baiquni, Memahami Peristiwa Isra Dan Miraj ( pidato dalam buku Agama Dan
Masyarakat pada ulang tahun H.A Mukti Ali ke 70 tahun ), Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1993, hal. 176
9
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, Bandung, Mizan, hlm. 145
6
uraiannya tentang alam Ilahi yang amat menakjubkan, seperti sifat-sifat ruang
dan waktu, materi serta gerakannya10.
Ilmuwan yang beriman akan menggunakan akal dan nalarnya untuk
memahami atau menjawab tiap peristiwa. Selanjutnya manusia akan berusaha
mencari sebab-sebabnya maupun akibat yang mungkin dapat terjadi karena
peristiwa tersebut11. Pada tahun 1920-an ini Edwin Hubble mendapatkan cara
untuk memperkirakan jarak galaksi dan mengukur kecepatan gerak galaksi 12.
Saling menjauhinya benda-benda angkasa itu memiliki kelajuan yang sangat
besar dan ini dibuktikan dengan pergeseran Doppler Relativistik, yaitu :
f' f
1
c
1
13
disini : v adalah laju relatif dimana objek dan pengamat bergerak saling
menjauhi.
f adalah frekuensi objek yang diukur pada saat objek diam terhadap
pengamat dan f adalah frekuensi objek yang bergerak dengan laju
v terhadap pengamat.
Kenyataan ini membawa kesimpulan, bahwa universe berada dalam keadaan
memuai (ekspansi) dengan kecepatan besar, ini menyiratkan tentang struktur
jagad raya yang terbuka 14 sehingga dikatakan alam semesta selalu dinamis.
10
Afzalur Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan, Jakarta, PT. Bina Aksara, 1980,
hal. 71-72
11
H. Asri Rasad, dkk, Islam Untuk Disiplin Ilmu Biologi, Jakarta, Depag RI, 1995, hal. 12
12
Sendi Setiawan, Kiprah Dan Gelegar Relativitas Einstein, Yogyakarta, Andi Offset,
1992, hal.28
13
Kenneth S Crane, Fisika Modern, terjemah oleh Hans J Wospakrik, Jakarta, Universitas
Indonesia Press, 1992, hal. 694
14
Syahirul Alim, Menguak Keterpaduan Saiins, Teknologi Dan Islam, Yogyakarta, Titian
Ilahi Press, 1998, hal.131
Alam semesta termasuk bumi yang kita tempati ini terdiri dari
bermacam-macam unsur yang saling membentuk suatu materi, baik yang bisa
dirasakan oleh indera ( kongkret ) maupun yang tidak bisa dirasa oleh indera
biasa melainkan harus menggunakan alat-alat khusus ( abstrak ) seperti
partikel-partikel, molekul-molekul, maupun atom-atom yang bergetar yang
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk suatu materi.
Molekul-molekul dan atom-atom terdiri dari partikel-partikel yang
saling berinteraksi satu sama lainnya
grafik, diagram, teori matematika yang semuanya itu ternyata menjadi suatu
pengalaman religius bagi para fisikawan. Fritjof Capra mengungkapkan hal
tersebut dalam bukunya Tao of Physics sebagai berikut :
Pada saat saya duduk ditepi pantai itu, pengalaman-pengalaman saya yang
terdahulu menjadi hidup, saya menyaksikan guyuran air terjun energi turun
dari angkasa terluar yang di dalamnya partikel-partikel terbentuk dan hancur
dalam getaran-getaran ritmis; saya menyaksikan atom-atom dari elemenelemen itu dan atom-atom dari tubuh saya turut serta dalam tarian kosmis
energi ini, saya merasakan iramanya dan mendengarkan suaranya, dan pada
saat itu saya memahami bahwa ini adalah Tarian shiva dewa para penari yang
dipuja oleh para penganut Hindhu 17.
Ulama sufi memandang alam semesta sebagai makrokosmis sama
dengan mikrokosmis. Manusia adalah dunia miniatur mikrokosmos yang
merupakan cerminan makrokosmos, hukum alam mengatur seluruh manusia
sehingga perbedaan antara ruh dan materi terhapus karena pada level subatom materi adalah kegelapan yang tidak mempunyai keberadaan nyata
18
392
Ibid, hlm. 3
Bagaimana konsep ruang dan waktu, penyatuan benda-benda, dan eksistensi materi alam
semesta dalam tasawuf.
mengenai
masalah
nilai-nilai
tasawuf
dalam
1.
Menyingkap alam semesta mengenai konsep ruang dan waktu serta kedinamisannya
menurut cara pandang tasawuf.
2.
Menyingkap alam semesta menganai konsep ruang dan waktu serta kedinamisannya
menurut cara pandang fisika modern.
3.
Memahami hubungan dari timbulnya keparalelan antara fisika modern dengan tasawuf.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian mempunyai beberapa tujuan yang diharapkan mampu
memberikan pandangan tentang nilai-nilai islam yang terkandung dalam ajaran
tasawuf (sufisme) dalam perkembangan fisika modern. Kegunaan penelitian ini
antara lain adalah :
1.
F. Tinjauan Pustaka
Perkembangan ilmu fisika dan ilmu agama dalam hal ini agama
islam tidak lepas dari peranan para filosof baik yang berkecimpung dalam
masalah agama maupun ilmu pengatahuan terutama kealaman.
Sejak manusia menyadari kekuatan akalnya yang begitu besar orangorang yang menggunakan akal pikirannya terus menerus berusaha untuk
membuat rumusan-rumusan dibidang sains melalui berbagai macam metode
eksperimen dalam bidang fisika, misalnya : Galileo Galilei yang seorang
fisikawan juga seorang filosof yang telah mengembangkan dasar sains,
Newton yang membangun fisika klasik juga dikenal sebagai filosof 22.
Kepercayaan yang berlebihan pada pentingnya akal telah mengakar
sepanjang abad pertengahan, bahwa setiap penyelidikan terhadap fenomena
alam harus didasarkan pada pengamatan, pengalaman, dan percobaan dengan
menggunakan metode empiris, sampai filosof Inggris Francis Bacon
mengatakan bahwa Pengetahuan adalah kekuasaan 23.
Hal di atas telah membawa pada pandangan bahwa akal adalah satusatunya kekuatan yang mampu menguak rahasia alam semesta dan
keberadaan sebagaimana kenyataannya tidak bisa lepas atau meninggalkan
keimanan, yang mana iman menurut Al-Quran adalah mengetahui dan
mengenal keberadaan secara universal seperti apa adanya 24. Oleh sebab itu
22
120
25
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, Bandung, Mizan, 2002, hlm. 146 147
Dr. Moh. Sholeh, Tahajud, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2002, hlm. 169 170
28
Lincoln Barnett,Dr. Einstein Dan Alam Semesta, Semarang, PT. Dahara Prize, 1991, hlm.
32
29
Syekh Muhammad Sulaiman Faraj, Fatwa Agama, Cairo, Radio Cairo Seksi Bahasa
Indonesia Po. Box 566, 1990, hlm. 3
30
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta, PT. Pustaka Firdaus, 2000,
hlm. 17
31
Ibid, hlm. 1
32
William C Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, Yogyakarta, Qalam, 1983, hlm.213-214
33
Taha Jabir Al-Alwani dan Imad Al-Din Khalil, The Quran And The Sunnah : The TimeSpace Factor, Lebanon, Dar Ibn Hazm, 1991, hlm. 47-48
34
Feris Firduas, Alam Semesta : Sumber Ilmu, Hukum, Dan Informasi Ketiga Setelah AlQuran Dan Al-Sunnah, Yogyakarta, Insania Cita Press, 2004, hlm.4
35
Khan Shahib Khaja Khan, B.A, Tasawuf : Apa Dan Bagaimana, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 1996, hlm.30
36
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metode-Metode Filsafat, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 1984, hlm. 137
37
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung, Tunas
Pustaka, 1994, hlm.251
Pengumpulan
karya-karya
ilmiah
atau
kepustakaan
yang
Mekanika Newton
Sepanjang abad pertengahan di Eropa tak seorangpun meragukan
bahwa bumi adalah pusat alam raya, sementara benda-benda angkasa
berputar mengelilinginya di orbit mereka, gambaran ini disebut dunia
geosentris39.
Namun
seiring
dengan
perkembangan
dan
kemajuan
pengetahuan terjadi suatu revolusi teknis dan terobosan teknis yang membuka
jalan untuk menuju berbagai macam penemuan. Akibat dari revolusi ini
semakin banyak orang yang menggunakan akal untuk menyelidiki alam
semesta dan segala fenomenanya, sehingga semakin lama bergeserlah
kepercayaan-kepercayaan
terhadap
doktrin-doktrin
agama
kepada
39
4 2
Kr
dimana :
v adalah kecepatan planet mengelilingi matahari
r adalah jarak antara planet dengan matahari
40
41
Ibid, hlm.224
Ibid, hlm.226 227
yang
dirumuskan dengan
Fg
Gm1m2
r2
dimana :
m1 dan m2 adalah massa dari dua benda di alam semesta
r adalah jarak diantara dua massa tersebut
G adalah konstanta universal yang besarnya 6,67 x 10-11
N .m 2
kg 2
44
Artinya adalah bahwa gaya tarik atau gravitasi ini berlaku dimana
saja, juga di angkasa diantara benda-benda angkasa. Newton juga menyatakan
tentang hukum kelembaman, yaitu suatu benda tetap dalam keadaannya yang
42
Arthur Beiser, The Meinstream of Physics, USA, Addison-Wesley Publishing
Company,Inc, 1961, hlm.72
43
Loc.cit, hlm.231
44
Loc.cit, hlm. 75
diam atau bergerak lurus hingga ia dipaksa untuk mengubah keadaannya itu
oleh gaya yang mempengaruhinya. Segala sesuatu diatur oleh hukum alam
yang sama dan setiap perubahan alam dapat diperhitungkan dengan ketepatan
matematis. Newton menganggap bahwa hukum alam sebagai bukti adanya
Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa45. Newton mengaplikasikan
teorinya pada gerakan planet-planet dan mampu menerangkan gambarangambaran dasar dari sistem tata surya. Newton mengasumsikan bahwa Tuhan
selalu ada dalam alam semesta untuk membetulkan ketidakteraturanketidakteraturan yang terjadi di alam semesta 46.
Semua peristiwa fisika dalam mekanika Newton direduksi, yaitu
perilaku sistem sepenuhnya ditentukan oleh perilaku bagian-bagian
terkecilnya menjadi gerak dalam titik-titik materi dalam ruang oleh karena
atraksi mereka yang saling berbalasan47. Elemen elemen dunia Newton
bergerak dalam ruang dan waktu yang absolut adalah partikel-partikel materi
yang dalam persamaan matematika diperlakukan sebagai pokok-pokok massa
dan dianggap sebagai objek-objek kecil, padat, dan tak dapat dibagi-bagi
diluar sesuatu apapun pada setiap materi yang tercipta.
Persamaan-persamaan Newton tentang gerak merupakan dasar
mekanika klasik yang dianggap telah menetapkan hukum-hukum yang
berdasarkan pada sesuatu dimana pokok-pokok materi bergerak dan
kemudian dipikirkan untuk menghitung semua perubahan yang diobservasi
dalam dunia fisika. Newton berpandangan bahwa Tuhan telah mencipta pada
45
Jostein Gaarder, Dunia Sophie, Bandung, Pustaka Mizan, 2004, hlm. 233
Fritjof Capra, The Tao of Physics, Yogyakarta, Jalasutra, 2001, hlm. 57
47
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, Bandung, Pustaka Mizan, 2002, hlm. 146
46
mulanya partikel-partikel materi, diantaranya energi-energi dan hukumhukum fundamental tentang gerak, seluruh alam semesta ditata dalam gerak
dan terus berlangsung seperti sebuah mesin yang diatur oleh hukum-hukum
yang tidak bisa diubah-ubah 48.
Hal di atas memberikan pandangan mekanistik Newton tentang alam
semesta yang sangat dekat dengan deterministik, yaitu masa depan suatu
sistem pada prinsipnya dapat diprediksi dari pengetahuan yang akurat tentang
kondisi sistem itu dari sekarang. Mesin kosmis raksasa dianggap sebagai
keberadaan yang sepenuhnya kebetulan dan pasti (causal and determinate)
karena semua kejadian memiliki seperangkat sebab yang pasti dan melahirkan
efek yang pasti pula dan masa depan dari setiap sistem dapat diprediksikan
dengan ketentuan absolut bila keadaannya pada setiap waktu teridentifikasi
setiap detik 49.
Hukum Newton yang didasarkan pada pengamatan terhadap alam
keseharian mampu memprediksi sesuatu, segala sesuatu yang berkaitan
dengan hal-hal riil sehingga dapat menggambarkan kejadian yang mudah
dipahami dan digambarkan50, ini berarti bahwa fisika klasik (Newtonian)
hendak menunjukkan bahwa kausalitas (hukum sebab akibat) ada dalam
kehidupan sehari-hari, menampakkan keberlakuan untuk setiap sistem. Alam
semesta dianggap sebagai keberadaan yang sepenuhnya kebetulan dan pasti51.
Hal ini dipercayai oleh para fisikawan awal abad XVIII, bahwa alam semesta
48
Loc.cit, hlm. 56
Fritjof Capra, The Tao of Physics, Yogyakarta, Jalasutra, 2001, hlm. 56
50
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Master, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2003, hlm. 24
51
Michel Tabolt, Mistisisme Dan Fisika Baru, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 30
49
52
53
108
Ibid, hlm. 5
Budi Widianarko, Menelusuri Jejak Capra, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2004, hlm.
Jika objek sedang diam maka akan diam selamanya dan jika objek bergerak lurus,
objek itu selamanya akan bergerak lurus, selama tidak ada kekuatan atau gaya
yang mempengaruhinya ( F = 0 ), ini dikenal dengan hukum inertia ( kelembaman
) sebagai hukum I Newton, kecuali ada sesuatu ( kekuatan atau gaya ) yang
mempengaruhinya dan jika itu terjadi maka arah dan kecepatan gerakan objek itu
akan berubah, tergantung pada besar dan arah gaya yang mengganggunya (F =
m.a), ini dikenal sebagai hukum II Newton, terlebih lagi setiap aksi selalu
berpasangan dengan reaksi yang besarnya sama tapi arahnya berlawanan (W = N),
ini dikenal sebagai hukum III Newton dan membuktikan bahwa benda yang
bergerak benar-benar akan selalu kembali dalam keadaan diam, ini dikarenakan
oleh gesekan (friksi) dengan tempat dimana ia bergerak.
2. Tentang teori gravitasi
Fisika klasik menyebutnya sebagai aksi pada suatu jarak (action at a
distance)54. Forsa gravitasi antara dua benda hanya bergantung pada satu bilangan
yang dikaitkan pada tiap benda, yaitu massa benda, tetapi selain ini forsa itu tidak
bergantung pada apa yang menyusun benda-benda itu, jadi tidak memerlukan teori
mengenai struktur dan susunan matahari serta planet-planet untuk menghitung
garis edarnya55. Makin jauh benda-benda itu terpisah akan makin kecil forsa itu
dan tarikan gravitasi sebuah bintang akan tepat seperempat besar tarikan sebuah
bintang lain yang berada separuh jauhnya dibandingkan bintang pertama. Hukum
ini meramalkan garis edar bumi, bulan, dan planet-planet dengan ketepatan yang
tinggi 56.
3. Gambaran tentang ciptaan Tuhan mengenai materi dalam optik Newton
dikatakan sebagai
54
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Master, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2003, hlm. 25 - 28
Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala, Jakarta, PT. Pustaka Utama Grafiti, 1995, hlm.13
56
Ibid, hlm. 19
55
Tampak mungkin bagi saya bahwa Tuhan pada awalnya membentuk materi dalam
partikel-partikel yang padat, berat, keras, tak dapat ditembus, bergerak, dari
bermacam ukuran dan bentuk, dan dengan property-properti lain, dan atau
property tertentu terhadap ruang, seperti yang mengarah pada titik klimaks akhir
saat Dia membentuk butiran partikel itu; dan bahwa partikel-partikel primitif ini
menjadi padat, secara tak terkira menjadi lebih keras dibandingkan dengan tubuhtubuh berlubang yang bercampur darinya; bahkan sangat amat keras, seperti tak
pernah mengenai atau memecah dalam beberapa bagian; tak ada energi biasa yang
akan mampu membagi apa yang diciptakan oleh tuhan sendiri dari ciptaan
pertama-Nya 57.
Revolusi Pemikiran
Pada abad XX terjadi suatu revolusi pemikiran dalam dunia fisika
terhadap pandangan mekanika
Newton yang
bersifat
deterministik,
hlm. 15
dengan teori kuantum59. Fisika Newton tidak berlaku dalam lingkup ini,
namun meskipun demikian teori mekanika kuantum tidak menafikkan fisika
Newton, justru mencakupnya 60 karena dalam masalah gerak benda, fisika
Newton (klasik) berada dalam lingkup makrokosmis, sedangkan fisika
kuantum dalam lingkup mikrokosmis. Ini lebih dikuatkan lagi dengan
sejumlah eksperimen yang menunjukkan bahwa cahaya menjalar dalam
bentuk paket gelombang yang disebut kuanta 61.
Revolusi pemikiran dalam dunia fisika yang lain adalah tentang teori
relativitas Einstein yang berhubungan dengan ruang, waktu, dan alam
semesta secara keseluruhan. Para ahli fisika untuk menerima penjelasan alam
secara matematis terpaksa harus meninggalkan pengalaman dunia yang wajar,
yakni dunia persepsi 62.
Teori relativitas berangkat dari dua asumsi dasar, yaitu : pertama,
kecepatan cahaya in vacuo adalah sama dalam seluruh inertial yang
bergerak seragam relatif terhadap yang lain. Kedua, seluruh hukum alam
adalah sama dalam seluruh sistem inertial yang bergerak seragam, relatif
terhadap yang lain63.
Teori umum relativitas memerikan (mendeskripsikan) forsa gravitasi
dan struktur skala besar jagad raya, yaitu pada skala beberapa kilometer
sampai sejuta juta juta (1 dengan 24 nol dibelakangnya) kilometer, ukuran
jagad raya sejauh manusia dapat mengamati. Mekanika kuantum dipihak lain
59
Michel Talbot, Mistisisme Dan Fisika Baru, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 96
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Masters, Yogyakarta, Kreasi wacana, 2003, hlm. 2223
61
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, Bandung, Pustaka Mizan, 2002, hlm. 146
62
Lincoln Barnett, Dr. Einstein Dan Alam Semesta, Semarang, PT. Dahara Prize, 1991,
hlm. 15
63
Joko Siswanto, Kosmologi Einstein, Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 1996, hlm. 33
60
menangani gejala pada skala yang luar biasa kecil, seperti misalnya
sepersejuta dari sepersejuta sentimeter 64.
Teori kuantum dan teori relativitas Einstein telah membawa
pengaruh terhadap perubahan pandangan dunia (worldview), dimana
eksperimen-eksperimennya selalu menghasilkan penemuan yang tidak dapat
diprediksi atau dijelaskan oleh fisika klasik (Newtonian) 65.
Pengaruh fisika modern secara dramatis telah meluas ke kancah
pemikiran dan kebudayaan, dimana pengaruh tersebut menuntun pada
terjadinya suatu revisi mendasar atas konsepsi manusia tentang alam semesta
dan relasi manusia terhadapnya. Konsep materi dalam fisika sub-atom telah
memaksakan revisi radikal dari berbagai konsep dasar yang tradisional dalam
fisika klasik (Newtonian) tentang substansi material 66.
Fisika
klasik
(Newtonian)
yang
bersifat
deterministik
dan
64
Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala, Jakarta, PT. Pustaka Utama Grafiti, 1995, hlm.
13 14
65
66
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Masters, Yogyakarta, Kreasi wacana, 2003, hlm. 23
Fritjof Capra, The Tao of Physics, Yogyakarta, Jalasutra, 2001, hlm. 4
dan
E t ~
dari
h
2
= 1,05 x 10-34 J.s , h adalah tetapan Plank sebesar 6,626 x 10 -34 J.s
67
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, Bandung, Pustaka Mizan, 2002, hlm. 15
Kenneth Krane, Fisika Modern, Jakarta, UII Press, 1992, hlm. 145
69
Joko Siswanto, Kosmologi Einstein, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1996, hlm. 68
70
Ian G Barbour, Juru Bicara Tuhan, Bandung, Mizan, 2002, hlm. 162 163
68
71
72
Pandangan
bahwa
pikiran
dapat
mentransendensikan
dan
mo
1
v2
c2
dimana m adalah massa benda bergerak dengan laju v terhadap pengamat dan
mo adalah massa benda yang diukur saat benda itu diam terhadap pengamat.
73
Michel Talbot, Mistisisme Dan Fisika Baru, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm.194
Joko Siswanto, Kosmologi Einstein, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1996, hlm. 70
75
Sandi Setiawan, Kiprah Dan Gelegar Relativitas Einstein, Yogyakarta, Andi Offset,
1992, hlm. 5
74
Gerak adalah bentuk energi, maka massa pun akan dapat berubah
menjadi energi. Jika materi menumpahkan massanya dan melaju dengan
kecepatan cahaya kita menamakannya radiasi atau energi. Sebaliknya bila
energi
membekukan
dan
mengambil
bentuk
yang
berbeda
kita
menamakannya materi76.
Teori Einstein tentang kesetaraan massa dan energi tersebut telah
membuka kemungkinan baru untuk memperoleh energi dari pemecahan atau
penggabungan massa, sebagai contohnya adalah pada reaksi fisi (pemecahan
inti) yaitu bila sebuah partikel neutron berhasil masuk ke dalam inti atom
uranium maka inti atom uranium akan menjadi lebih tidak stabil dan
akibatnya mengalami pembelahan yang menghasilkan dua buah atom materi
lain, dua sampai tiga buah neutron baru, dan energi. Total massa seluruh
materi yang terbentuk sesudah terjadinya pembelahan inti atom uranium lebih
kecil daripada sebelum terjadi pembelahan77. Selisih massa inilah yang
berubah menjadi energi yang dirumuskan sebagai berikut :
1
0
n 235
92 U
236
92
A1 *
Z1 1
F ZA22 F2 b 01n E 78
keterangan :
n = neutron
U = uranium
F1 = fraksi 1
F2 = fraksi 2
E = energi yang dibebaskan
76
77
Loc.Cit, hlm. 69 71
Sudi Ariyanto, Membelah Massa Menuai Energi, Yogyakarta, Bernas, 15 Agustus 2004,
hlm.3
78
fenomena-fenomena fisika
khusus akan memecahkan botol yang berisi gas beracun. Menurut fungsi
gelombang Schrdinger, setelah satu jam, sistem ini akan menghasilkan satu
keadaan dimana kucing yang hidup dan mati dicampur dalam posisi yang
sama82.
Ibid, hlm. 35
Ibid, hlm. 36
84
Jostein Gaarder, Dunia Sophie, Bandung, Mizan, 1996, hlm. 400
83
dan
elektron yang ketiganya merupakan nukleus, inti dari atom. Elektron sifatnya
suka bergerak dan bergeraknya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Oleh
karena itu ia aktif, berputar dengan tidak berakhir di atas garis edar yang tepat
85
dalam atom, seperti perputaran planet di alam raya. Oleh karena itu elemen
yang dapat ditunjuk sebagai jiwa atau zat hidup adalah elektron89.
Fisikawan E.H Walker berspekulasi bahwa foton mungkin memiliki
kesadaran dengan mengatakan bahwa kesadaran mungkin terkait dengan
semua proses mekanika kuantum, karena segala yang berlangsung pada
akhirnya merupakan akibat dari satu atau lebih peristiwa mekanika kuantum,
alam raya dihuni oleh bermacam-macam kesadaran yang jumlahnya hampir
tak
terbatas,
umumnya
berupa
entitas-entitas
non
pikir
yang
bertanggungjawab atas segala apa yang berlangsung di alam raya 90. Hal ini
disebabkan atom-atom bukanlah blok-blok bangunan dasar materi, tetapi
merupakan susunan yang terbentuk dari entitas-entitas yang lebih kecil91.
Sebuah entitas subatomik memperlihatkan sifat sebuah partikel
sekaligus sebuah gelombang. Ketika berperilaku sebagai partikel, entitasentitas ini seolah-olah dibungkus menjadi sebuah volume ruang yang sangat
kecil, sesuatu yang mirip peluru. Ketika berperilaku seperti gelombang
entitas-entitas ini tampak menyebar dalam ruangan pada kawasan yang luas92.
gelombang
partikel
89
fisika
menurut
mekanika
kuantum
adalah
bukan
merupakan struktur yang terbentuk dari entitas mandiri yang tidak bisa
dianalisis, tetapi lebih merupakan jaring hubungan diantara elemen-elemen
yang maknanya akan muncul secara keseluruhan dari hubungannya dengan
keseluruhan yang utuh94.
Fungsi gelombang menunjukkan dua model perkembangan yang
sangat berbeda. Model pertama adalah sebuah perkembangan halus dan
dinamis yang bisa diprediksi karena sesuai dengan persamaan gelombang
Schrdinger. Model yang kedua bersifat terputus dan melompat-lompat
yang disebut keruntuhan fungsi gelombang. Transmisi dari model pertama
ke model kedua disebut lompatan kuantum yang merupakan keruntuhan
yang mendadak dari semua aspek yang berkembang dalam fungsi
gelombang, kecuali satu yang teraktualisasikan (menuju aktualitas
tunggal). Lompatan kuantum juga merupakan lompatan dari satu realitas
dengan dimensi yang tak terbatas ke dalam satu realitas yang hanya
berdimensi tiga95.
Kesadaran manusia yang menyebabkan fungsi gelombang
mengalami keruntuhan adalah introspeksi atau penunjukkan diri (self
93
Ibid, hlm. 89
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Masters, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2003, hlm. 38
95
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Masters, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2003, hlm. 90-91
94
Ian G Barbaour, Juru Bicara tuhan, Bandung, Mizan, 2002, hlm. 168
Loc.Cit, hlm. 96
98
Loc.Cit, hlm. 175
99
Itut Seventina, Teori Kuantum Dan Gelombang Sikla : Apa Itu ?, Jakarta, Majalah Aisya,
April 2004, hlm. 69
100
Ibid Loc.Cit, hlm. 98
97
101
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Masters, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2003, hlm. 102
RHA Syahirul Alim, Achmad Baiquni, dan AM Lutfi, Islam Untuk Disiplin Ilmu
Pengetahuan Alam Dan Teknologi, Jakara, Depag RI, 1995, hlm. 108
103
Loc.Cit, hlm. 111
104
Fritjof Capra, Jaring-Jaring Kehidupan, Yogyakarta, Fajar Pustaka, 2002, hlm. 48 49
102
Elektron-elektron
yang
terdapat
di
dalam
atom
hanya
105
Michel Talbot, Mistisisme Dan Fisika Baru, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 98
Gary Zukaf, The Dancing Wu Li Masters, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2003, hlm. 37-39
107
Ibid, hlm. 134
108
Joko Siswanto, Kosmologi Einstein, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1996, hlm. 56
109
Loc.Cit Ibid, hlm. 136
106
s2 = x2 + y2 + z2 c2t2
ct
ct
E
x
x
118
Michel Talbot, Mistisisme Dan Fisika Baru, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2002,
hlm. 119 - 121
119
Fritjof Capra, The Tao of Physics, Yogyakarta, Jalasutra, 2001, hlm. 191
berlainan
Masa depan
120
Tempat lain
Tempat lain
Masa lalu
Penghuni alam satu dan dua dimensi khayal ini tidak perlu
berkelana ke dalam ruang yang berdimensi lebih tinggi untuk
mengetahui tentang waktu. Pengukuran kelengkungan dapat seluruhnya
dilakukan dengan menggunakan sistem koordinat pada ruang-ruang itu125.
Struktur ruang tergantung pada pengaruh fisik, tidak tetap
melainkan penjumlahan sifat-sifat yang dapat diterangkan secara empiris
diantaranya
A. Realitas Kausalitas
Tuhan dan dunia tidak merupakan dua hakekat yang sesungguhnya
terpisah dan yang ada diluar yang lain, melainkan bahwa Tuhan sendiri
merupakan segala-galanya, sedangkan segalanya itu modus, partisipasi dalam
ketuhanan. Ia tinggal dalam segalanya, segalanya itu bukan Tuhan, melainkan
bersifat Ilahi. Dunia terlebur dalam Tuhan, dunia merupakan bagian dari
hakekat-Nya 127.
Adanya dunia ini mustahil tanpa adanya penggerak pertama, sebab
musabab pertama yang mutlak ada, pengatur tertinggi yang kita namakan
Tuhan128.
Tuhan dalam mengatur memiliki dua macam sifat pengaturan yaitu yang
bersifat spiritual (rohaniah) dan material. Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'ala
dalam surat Al-Araf ayat 54 :
126
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas arsy 129
Menciptakan dalam ayat di atas menunjuk pada penciptaan alam fisikal, sedangkan potongan
kelanjutan ayatnya yaitu :
Ingatlah menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah Maha Suci.
Allah Tuhan semesta alam 130
Memerintahkan dalam potongan ayat ini menunjuk pada dunia spiritual131.
Aspek pengaturan yang berlaku dalam setiap bagian alam maujud
(benda, materi) tidak meragukan bahwa Tuhan alam maujud telah membatasi
ilmu-Nya sebelum alam maujud diciptakan secara menyeluruh dan secara
terinci. Alam maujud (dunia) berjalan dalam dalam tata aturan dengan tidak
tetinggal (terlepas) dan tidak keluar darinya132.
Dunia terus menerus bergantung pada Tuhan yang tidak berdiri di
luar alam ciptaan-Nya, melainkan dalam segala sesuatu yang ada hadir karena
daya pemeliharaan-Nya, sehingga Tuhan dan materi abadi bersama, hanya saja
Tuhan bersifat tidak berubah, sedangkan materi dapat berubah. Ada dua esensi
yang telah ada sejak permulaan, yaitu bahwa pelaku tidak melahirkan materi
tetapi hanya menganugerahkan eksistensinya kepada mereka 133. Oleh sebab itu
129
Ibid
William C Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, Yogyakarta, Qalam, 2002, hlm. 63
132
Abu Bakar Al-Jazairi, Pemurnian Akidah, Jakarta, Pustaka Amani, 2001, hlm. 558
133
Khan Shahib Khaja Khan, Tasawuf : Apa Dan Bagaimana, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1996, hlm. 30
131
menurut Ibnu Arabi, bahwa sesungguhnya hanya ada satu zat yang mewujud
dalam dirinya sendiri134. Tiada yang benar-benar ada kecuali Tuhan. Segala
yang selain-Nya adalah noneksisten, baik ia berada di dalam atau di luar diri
kita dan segala yang ada di dalam maupun di luar dunia ini. Segala yang
disebut realitas tiada lain adalah realitas dan tidak mungkin ada dua realitas
yang dapat sepenuhnya independen, sebab hal itu akan berarti bahwa ada dua
Tuhan135.
Abul Hasan Asyari berpendapat bahwa eksistensi Tuhan adalah diri
(ain) dari sebuah kesatuan dan bukan sebagai tambahan dari luar dan
eksistensi dari makhluq adalah diri dari esensi itu sendiri136.
Teori emanasi (madzhab syuhudiyyah) menyatakan bahwa Tuhan
hadir
dimana-mana.
Pengamat
memang
satu,
namun
cermin
yang
Ibid, hlm. 35
William C Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, Yogyakarta, Qalam, 2002, hlm. 272
136
Loc.Cit, hlm. 39
137
Ibid Loc.Cit, hlm. 40 42
138
Loc.Cit, Yogyakarta, Qalam, 2002, hlm. 69
melalui diri orang itu sendiri dia akan mampu menyaksikan pengejawantahan
Tuhan dan keindahan sempurna-Nya saat demi saat dan kedip demi kedip139.
Menyaksikan pengejawantahan Tuhan dan keindahan sempurna-Nya
dilakukan dalam kondisi spritual marifat yakni pengetahuan bahwa apapun
yang terbayang dalam hati, Tuhan adalah kebalikannya 140 dan sifat dari orang
yang mengenal Allah SWT melalui Nama-Nama serta Sifat-Sifat-Nya dan
berlaku tulus kepada Allah SWT dengan muamalatnya kemudian menyucikan
dirinya dari sifat-sifat yang rendah dan cacat, kemudian menikmati keindahan
dekat
dengan-Nya,
yang
mengukuhkan
ketulusannya
dalam
semua
keadaannya141.
Orang yang mengalami penyaksian (syahadah) harus menegasikan
dunia dan dirinya sendiri sebagai realitas yang terpisah dan setelah itu
meyakini sepenuhnya bahwa keduanya merupakan pengejawantahan wujud
Tuhan142 karena persetujuan dan pertentangan adalah penyebab adanya
dualitas. Ketika seseorang mencapai dunia dimana tidak ada tempat untuk
dualitas dan yang ada hanyalah persetujuan murni maka dia akan melepaskan
kategori persahabatan dan permusuhan143.
Hal di atas adalah suatu pengalaman mistik yang dialami oleh
seseorang yang berjalan untuk mencapai maqam yang tinggi di sisi Allah SWT.
Pengalaman mistik adalah pengalaman menyatu dengan Tuhan atau jiwa
139
140
hlm.166
141
hlm. 390
142
William C Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, Yogyakarta, Qalam, 2002, hlm. 272
Jalaluddin Rumi, Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya, Bandung, Pustaka
Hidayah, 2001, hlm. 280
143
145
Frithjof Schuon, Prosesi Ritual Menyingkap Tabir Mencari Yang Inti, Jakarta, PT. Raja
grafindo Persada, 2002, hlm. 178
146
Ibnu Qayyim Al-Jauzy, Madarijus Salikin, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1998, hlm. 460
147
Frithjof Schuon, Prosesi Ritual Menyingkap Tabir Mencari Yang Inti, Jakarta, PT. Raja
grafindo Persada, 2002, hlm. 184
148
Loc.Cit, hlm. 262
149
Khan Shahib Khaja Khan, Tasawuf : Apa Dan Bagaimana, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1996, hlm. 44
150
M Quraisy Shihab, Lentera Hati, Bandung, Mizan, 1994, hlm. 112
151
Ibid, hlm.417
152
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1998,
hlm.390
hlm.20
154
Loc.Cit
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, Semarang, CV. ALWAAH,
1995, hlm. 479
156
Loc.Cit, hlm. 393
157
Frithjof Schuon, Prosesi Ritual Menyingkap Tabir Mencari Yang Inti, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2002, hlm. 181
155
azal, menuju keabadian tanpa akhir, abad, sebagai yang terbatas; sebab bahkan
waktupun akan berakhir, karena segala sesuatu akan musnah dan hanya
kekinian Ilahi yang tetap tinggal158. Oleh karena itu menurut Al-Junayd, waktu
itu sangat mulia. Jika ia telah lewat maka tak akan didapatkan kembali. Waktu
adalah diantara apa yang telah berlalu dengan yang bakal datang159.
Waktu yang dikaitkan dengan cakrawala dunia ciptaan kita adalah
tahapan yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan dimana kita
bertindak, tetapi begitu waktu membawa sang pencari keluar dari dirinya
sendiri dia mengalami waktu antusi, waktu ruhaniah, saat ketika pengertian
normal tidak mempunyai arti lagi160.
Orang sufi membagi waktu menjadi empat golongan, yaitu :
1.
2.
3.
158
Annemarie Schimmel, Rahasia Wajah Suci Ilahi, Bandung, Mizan, 1997, hlm. 132 133
Abu Nashr As-Sarraj, Al-Luma, Surabaya, Risalah Gusti, 2002, hlm. 680
160
Loc.Cit, hlm. 132
159
4.
sehingga
dapat
dipergunakan
dengan
sebiak-baiknya
dalam
161
melalui
mana
esensi
Ilahi
yang
tidak
tertembus
Syekh Nadim Al-Jisr, Kisah Mencari Tuhan, Jakarta, Bulan Bintang, 1994, hlm. 233
William C Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, Yogyakarta, Qalam, 2002, hlm. 29 30
167
Ibid, hlm. 37
168
Ibid, hlm. 379
169
Ibid, hlm. 74 75
166
Annemarie Schimmel, Rahasia Wajah Suci Ilahi, Banduung, Mizan, 1997, hlm. 114
Frithjof Schuon, Prosesi Ritual Menyinkap Tabir Mencari Yang Inti. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada, 2002, hlm. 185
172
Khan Shahib Khaja Khan, Tasawuf : Apa Dan Bagaimana, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1996, hlm. 61
171
dirinya sebagai jiwa. Apabila jiwa melihat dirinya sendiri maka hal tersebut
hanyalah mitsal, dan lapisan pada cermin adalah jasad173.
Setiap orang adalah sebuah miniatur atau mikrokosmos yang
merupakan cerminan dari makrokosmos. Suatu kebenaran universal yang
dinamakan hukum alam yang didasarkan pada akal manusia yang abadi dan
universal. Hukum alam mengatur seluruh manusia, sehingga perbedaan antara
ruh dan materi terhapus. Materi adalah kegelapan yang tidak mempunyai
keberadaan yang nyata, sementara itu cahaya adalah Tuhan174.
Kosmos bergantung sepenuhnya pada Tuhan untuk eksistensi dan
realitasnya. Setiap kali Tuhan menciptakan sesuatu yang bersifat sementara,
Dia menciptakan secara berpasangan sebagai dua benda yang dikaitkan satu
sama lain atau berlawanan satu sama lain. Tuhan esa dalam esensi dan sifatsifat. Dia tidak dapat diperbandingkan dengan setiap orang dan terpisah dari
segala benda175, sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wa Ta'ala dalam surat
Asy-Syuura ayat 11 :
(Dia) menciptakan langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasanganpasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat176
173
Ibid, hlm. 66 67
Jostein Gaarder, Dunia Sophie, Bandung, Mizan, 1996, hlm. 156 157
175
Sachiko Murata, The Tao of Islam, Bandung, Mizan, 2000, hlm. 166
176
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, Semarang, CV. ALWAAH,
1995, hlm. 784
174
Allah (Pemberi) cahaya (kepada)langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita
besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara 180
Cahaya-Nya hanya terwujud dalam sebuah lubang yang tak tembus yang
merupakan kegelapan.
177
ketakterhinggaan-Nya
apriori
lewat
kosmik
yang
Frithjof Schuon, Prosesi Ritual Menyingkap Tabir Mencari Yang Inti, Jakarta, PT.
Grafindo Persada, 2002, hlm. 188
182
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2000,
hlm.179
183
Loc.Cit, hlm.190 191
Dan
langit
itu
Kami
bina
dengan
kekuatan
dan
sungguh
Kami
mengembangkannya 184
Alam semesta yang karakternya secara dinamis bergerak maju ke depan
(berkembang) merupakan suatu tanda kehidupan sebagaimana suasana hati yang
selalu bergerak yang menimbulkan inovasi-inovasi dalam hubungannya antara
sesama manusia. Kedinamisan ini menimbulkan perubahan-perubahan yang
menjadi karakteristik dalam dunia mistis, dalam hal ini tasawuf.
Terjadinya revolusi pemikiran dalam dunia fisika, dari fisika klasik yang
berpondasikan pada pemahaman Newtonian ke fisika modern yang dikuatkan oleh
fisika kuantum dan fisika relativitas, merubah pola pemikiran para fisikawan dari
dunia makroskopis ke dunia mikroskopis yang ternyata mampu memunculkan
penemuan-penemuan yang lebih mempengaruhi kehidupan manusia, baik itu
kemashlahatan maupun kerusakan yang ditimbulkan oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia fisika modern.
Pengaruh fisika modern yang secara dramatis telah meluas ke kancah
pemikiran dan kebudayaan, dimana pengaruh tersebut telah menuntun pada
184
terjadinya suatu revisi mendasar atas konsepsi manusia tentang alam semesta dan
relasi manusia terhadapnya185, tidak terkecuali bidang agama, yang di dalam islam
pemikiran-pemikiran fisika modern ini ada keparalelan dengan pemikiranpemikiran mistis islam yang dikenal dengan tasawuf tentang masalah dunia
mikroskopis yang materi-materi disini berada dalam tingkatan ( level ) subatomik,
sehingga disebut sebagai entitas-entitas yang secara eksperimental dapat
menunjukkan eksistensi (keberadaan) mutlak (absolut) yang berada di alam
semesta ini yang disebut sebagai Tuhan sebagai Sang Pencipta.
Fisika modern merupakan akibat dari perkembangan pemikiran manusia
dalam bidang ilmu pengetahuan alam ( fisika ) yang menimbulkan revisi
pemikiran terhadap pandangan fisika klasik yang pondasinya telah ditancapkan
oleh mekanika Newton yang bersifat reduksionistik, determenistik, dan
rasionalistik.
Para agamawan dan intelektual islam yang memiliki pemikiran dan
pandangan yang bercorak mistis ternyata tanpa disadari pemikiran-pemikirannya
memberikan nilai-nilai dalam perkembangan fisika modern yang dalam
perkembangannya lebih mengarah kepada metafisika daripada kepada dunia
materialis.
Tasawuf mengandung beberapa pengertian, seperti yang diungkapkan
oleh para sufi, diantaranya yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Perkataan
Ali
bin
Abdurrahim
Al-Qannad,
Tasawuf
adalah
186
187
hlm.460
ada karena hal itu dapat dideteksi dan dianalisis, terlebih lagi entitas-entitas
itu bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi yaitu dengan kecepatan
cahaya atau mendekati kecepatan itu, yang dalam tasawuf diketahui sebagai
eksistensi (keberadaan) yang absolut (mutlak) yaitu Tuhan yang dapat
diketahui karena emanasi-Nya yang termanifestasikan melalui sifat-sifat,
asma-asma Nya serta akhlak-akhlak yang terpancar dan muncul dalam diri
manusia, sehingga manusia dikatakan sebagai cermin yang memantulkan
cahaya sifat-sifat ketuhanan.
Partikerl-partikel subatomik yang selalu bergerak relatif dengan
kecepatan cahaya seperti yang dikatakan teori relativitas sehingga tidak
memungkinkan para fisikawan untuk menentukan posisi dan mengamati
bentuk ataupun warnanya, namun hanya mengetahui sifat-sifatnya dari efek
yang ditimbulkan oleh gerakannya memungkinkan untuk terjadinya
kedinamisan alam semesta, sebagaimana yang dikatakan dalam tasawuf
dengan mahw yang berarti segala yang ditutup dan disirnakan oleh Al-Haq
dengan hilangnya sifat-sifat kebiasaan, dan itsbat yang berarti segala hal yang
dinampakkan dan dijelaskan oleh Al-Haqq dengan menegakkan hukumhukum ibadat189 yang dalam firman Allah Subhaanahu Wa Ta'ala surat ArRaad ayat 39 yaitu :
189
hlm. 49
Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki) 190
Pada sudut pandang yang lain partikel-partikel subatomik adalah
suatu ekuivalensi antara energi dan materi sebagaimana yang dirumuskan
oleh Albert Einstein dengan E = m.c2. Energi hanya akan dapat dirasakan
menjadi massa apabila berada dalam keadaan bergerak dan tentu saja
gerakannya harus dengan kelajuan yang sangat tinggi ( cepat ) karena bila
bergerak lambat tidak akan dapat dirasakan efeknya dan pengukurannya
menjadi kurang akurat. Begitu juga dengan materi yang bila menumpahkan
massanya akan memancarkan radiasi atau energi yang akan terkuantisasi bila
bergerak dengan kelajuan yang tinggi, dan kelajuan ini setara dengan kelajuan
cahaya ( 3 x 108 m/s ) atau mendekati kelajuan itu. Dengan demikian partikelpartikel subatomik bisa disebut materi atau benda karena dapat dirasakan atau
diukur dalam gerakannya, namun demikian para fisikawan masih kesulitan
dalam menentukan posisi partikel-partikel subatomik dengan akurat.
Ekuivalensi antara massa dan energi ini ternyata terdapat keparalelan dengan
tasawuf, yang memandang hal ini sebagai fanadan baqa , dimana seorang
hamba yang mengalami fana yang berarti kepergian hati, pengasingannya
dari alam ini dan kebergantungannya kepada Zat Yang Maha Tinggi 191 akan
merasa bahwa dirinya sirna dalam lingkup Tuhan dan melebur menjadi suatu
kekuatan tunggal yang akan dapat melakukan penyaksian (musyahadah)
terhadap makhluq bersama Allah Subhaanahu Wa Ta'ala dalam arti sirna
190
192
193
194
Loc.Cit, hlm. 36
Ibid, Loc.Cit
Ibid, hlm. 42
cahaya
sebagai
gelombang
dan
partikel
telah
bukti-bukti
fenomena alam yang menjadi saksi telah fana ( sirna ), indera dan
perasaanpun menjadi hilang195.
Ruang dan waktu membentuk keseluruhan yang terpadu dan bukan
merupakan entitas-entitas yang terpisahkan yang berisikan sebuah kontinum
empat dimensi dimana tidak ada aliran waktu universal sehingga pengamatpengamat yang menatap peristiwa-peristiwa dalam urutan waktu yang
195
berlainan akan bergantung pada posisi dan kecepatannya terhadap peristiwaperistiwa yang diamati tersebut karena menurut ahli hakekat waktu
merupakan wadah pembentukan secara temporal yang di dalamnya ada
peristiwa yang terbayangkan yang hasilnya dikaitkan dengan peristiwa yang
terjadi.
Menurut teori relativitas, ruang dan waktu dapat berubah dari sistem
inertial yang satu ke sistem inertial yang lain karena dipengaruhi oleh gerak
relatif sehingga dengan diagram kerucut cahaya waktu dibagi menjadi tiga,
yaitu masa depan, masa lalu, dan masa yang secara literer berada di luar
ruang dan waktu yang dalam perspektif sufi hal ini merupakan strata
perwujudan Ilahi melalui mana esensi Ilahi yang tidak tertembus
mengungkapkan dirinya sendiri yang memberikan kesaksian tentang Tuhan
yang absolut ( mutlak ).
Tidak ada yang disebut satu waktu di alam ini, yang ada ialah
sejumlah waktu yang menyebabkan transformasi di alam ini tidak sanggup
membuat persamaan waktu di seluruh penjuru alam sehingga sufi menyebut
dirinya sendiri sebagai putra waktu (Ibnu Al-Waqt) dimana ia memandang
tidak ada kemarin dan hari esok karena ia berada dalam kehadiran Tuhan
yang merupakan refleksi dari kesatuan, menjadikan dirinya masuk ke dalam
waktu sekarangnya Tuhan, yang berbarengan dengan keabadian Tuhan.
Frithjof Schuon, Prosesi Ritual Menyingkap Tabir Mencari Yang Inti, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2002, hlm. 178
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya197
.
BAB V
PENUTUP
F. A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam pembahasan penulisan ini mengenai adanya nilai-nilai tasawuf dalam
fisika modern yang memperlihatkan adanya keparalelan pemikiran yaitu :
waktu, dimana tidak ada hari esok, ataupun kemarin, dan yang ada adalah
saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Tuhan yang tidak
terpengaruh dengan waktu memberikan pemahaman bahwa ruang dan
waktu di alam semesta sifatnya relatif dan terpadu, karena di alam
semesta tidak ada transformasi yang sanggup membuat persamaan waktu
di seluruh alam semesta.
2. Ruang dan waktu sepenuhnya ekuivalen yang digabungkan dalam
kontinum empat dimensi dimana tidak ada aliran waktu universal yang di
dalamnya terdapat interaksi-interaksi partikel yang meregang ke setiap
arah dimana setiap pengamat dapat mengalami fenomena-fenomena
hanya dalam proses pergantian antar bagian dalam ruang dan waktu
sehingga ukuran ruang dan waktu bersifat relatif karena dipengaruhi oleh
gerak relatif.
3. Adanya keparalelan atau kesejajaran antara pemikiran dalam tasawuf dan
fisika modern mengenai materi di dalam alam semesta memunculkan pola
pemikiran yang bercorak mistis sehingga menimbulkan nilai-nilai
pemikiran tasawuf dalam fisika modern mendorong manusia untuk selalu
berfikir dan berusaha menemukan kesejatian dan kesempurnaan melalui
tanda-tanda kemahaan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala yang terhampar di
alam semesta terutama dunia mikrokosmos atau materi dalam tingkatan
subatom yang menunjukkan bukti eksistensi mutlak Dzat Yang Maha
Hidup yang dapat diketahui melalui emanasi-Nya yang terpancar dalam
suatu
keseluruhan
yang
terpadu
yang
di
dalamnya
terdapat
Dalam meninjau suatu ayat Al-Quran dan hadits yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan alam jangan hanya melihat bahwa ayat atau hadits itu sebagai dalil saja
tetapi kita harus benar-benar merenungi isi kandungan di dalamnya.
2.
3.