Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke
orang lain (Baratawidjaja, 2006).
Pencangkokan (transplantation) adalah pemindahan organ tubuh manusia yang
masih memiliki daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak
sehat dan tidak berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara
biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi.
Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal,
jantung, dan mata. namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh lainnya
pun dapat ditransplantasikan untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Penolakan Transplantasi
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin
juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan
bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan
progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat
merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan
demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tiba-tiba. Proses penolakan, proses dimana tubuh menolak benda asing yg
masuk kedalam tubuh.
Penolakan dibagi menjadi 2:
1. Penolakan pertama dan kedua
Sel Th dan Tc resipien mengenal antigen MHC alogenik, sehingga memacu
imunitas humoral dan membunuh sel sasaran. Makrofag juga dikerahkan ke
tempat tandur atas pengaruh limfokin yang dihasilkan oleh Th.
2. Penolakan hiperakut, akut, dan kronik
a. Penolakan hiperakut: tejadi dalam beberapa menit sampai jam setelah
tandur. Terjadi sesudah beberapa minggu sampai bulan setelah tandur tidak
berfungsi sama sekali dalam waktu 5-21 hari. Umumnya terjadi 5-10 hari
setelah pencangkokan, dan dpt menghancurkan cangkokan tsb.apabila
tidikenal dan dirawat. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah
tipe penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama,
50-60% pada pencangkokan hati.
c. Penolakan kronik: hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara
Dilakukan transplantasi
2.
Sel dendritik atau makrofag yang ada di dalam tandur (passenger leucocytes)
Sel t resipien diaktifkan dan membunuh sel donor dalam tandur; dan 4) sel
donor yang dibunuh melepas antigen donor, yang dapat dimakan fagosit resipien
yang kemudian mempresentasikannya ke sel t resipien melalui molekul mhc ii
(baratawidjaja, 2006).
Penerimaan Transplantasi
Faktor yang berperan pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang
berkaitan dengan donor dan resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan
peri-operatif, serta faktor pasca-operatif.
1. Faktor terkait donor. Transplantasi organ dapat memanfaatkan orgtan
donor hidup yang sehat atau organ donor jenazah. Pemeriksaan persiapan
calon donor hidup dilakukan secara bertahap (tabel dilampirkan). Dengan
prosedur penjaringan dan evaluasi, dipastikan bahwa donor ikhlas, dalam
keadaan sehat dan mampu menjalani operasi nefrektomi, serta mampu
hidup normal dengan satu ginjal setelah melakukan donasi, dan donor
tidak boleh mengidap penyakit ginjal.
2. Faktor terkait resipien. Harus dipastikan terlebih dahulu apakah pasien
memang sudah mengalami gagal ginjal tahap akhir. Risiko dan tingkat
keberhasilan transplantasi juga dipengaruhi berbagai faktor tertentu,
seperti usia dan kondisi umum resipien.
3. Faktor imunologi. Pada transplantasi ginjal, sistem histokompatibilitas
yang berperan adalah kesesuaian sistem golongan darah ABO dan HLA
(human leucocyte antigen). Golongan darah ABO donor dan resipien harus
sama agar tidak terjadi rejeksi vaskuler. Sedangkan ginjal transplan
direjeksi terutama karena adanya protein pada membran sel yang dikode
oleh MHC (Major Histocompatibility Complex). MHC menempati lengan
pendek kromosom 6. Dengan obat imunosupresan, dilaporkan ketahanan
hidup 1 tahun dari saudara dengan HLA identik 90-95%, saudara dengan
haplo-identik 70-80%, dan saudara dengan haplo-negatif 60-70% (Susalit,
2007).
utama: Pada
transplantasi perbedaan
genetik
diantara
4. Xenograf
Pencangkokan satu spesies suatu organisme ke spesies lain. Masalah: Variasi
genetik
yang
terlalu
besar
di
antara
dua
organisme
tersebut.
6.
Gen-gen
MHC
manusia
mencerminkan
molekul-molekul
permukaan
sel
bersifat
bersifat
polimorfik
&
memungkinkan sistem imun untuk mengenal antigen sendiri dan asing. Gen-gen
MHC, diwariskan menurut model Mendelian klasik, terdiri dari MHC kelas I dan
MHC kelas II.
menyerang
organ/jaringan/tissu yang
dicangkok.
Sebab
Klasifikasi Penolakan :
1. Hiper-akut:
Respon mediasi komplemen pada penerima dengan antibodi yang telah ada
pada donor (antibodi tipe darah ABO) terjadi dalam hitungan menit sehingga
cangkokan tersebut harus segera dibuang mencegah respons inflamasi sistemik
yang parah.
2. Akut:
Umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan, dan dapat menghancurkan
cangkokan tersebut. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe
penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama. 50-60%
pada pencangkokan hati.
3. Penolakan Kronis
Penolakan jangka panjang diakibatkan oleh respons imun alloreaktif
penerima. Hal ini dapat terjadi pada semua tipe cangkokan seperti pengcangkokan
jantung, paru, ginjal dll
Mekanisme Penolakan
Sel
berpranan
utama
utama
dalam proses
penolakan. Setelah
distimulasiefektor CD4+sel T menghasilkan sitokin (antara lain interleukininterleukin yang menyediakan signal untuk Sel T sitotoksik dan sel T helper. IL2 juga meningkatkan ekspansi klonal sel T, yang membantu dalam proses
penolakan
Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses Respons untuk mendeteksi
antigen asing. Pengenalan antgen transplantasi oleh sel T Helper disebut
allorecognition.
Transplantasi
Pencocokan Jaringan
Pencangkokan jaringan dan organ merupakan suatu proses yang rumit. Dalam
keadaan normal, sistem kekebalan akan menyerang dan menghancurkan jaringan
asing (keadaan ini dikenal sebagai penolakan cangkokan). Untuk mengurangi
beratnya penolakan tersebut, maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien
harus memiliki kesesuaian yang semaksimal mungkin.
Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang semaksimal mungkin, dilakukan
penentuan jenis jaringan donor dan resipien.
Antigen adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan,
yang ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang
menerima jaringan dari donor, maka antigen pada jaringan yang dicangkokkan
tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut
merupakan
benda
asing.
3 antigen spesifik pada permukaan sel darah merah adalah A, B dan Rh, yang
menentukan apakah akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi
darah. Karena itu darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut.
Jaringan lainnya memiliki berbagai antigen, sehingga penyesuaian menjadi
lebih mungkin terjadi. Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte
antigen (HLA) merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan
jaringan lain selain darah. Semakin sesuai antigen HLAnya, maka kemungkinan
besar pencangkokan akan berhasil.
Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan, jaringan dari donor dan resipien
diperiksa jenis HLAnya. Pada kembar identik, antigen HLAnya benar-benar sama.
Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung, beberapa memiliki antigen
yang sama; 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang sama.
Penekanan Sistem Kekebalan
Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak
dikendalikan,
maka
organ
yang
dicangkokkan
biasanya
ditolak.