PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami
kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh
jantung.Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya
tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi jantung ketika berada di bilik jantung
membuat jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke
seluruh tubuh.Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas dalam tingkat
tertentu.dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagi memiliki
kemampuan untuk dapat mengalirkan darah.
Penyakit katup jantung masih cukup tinggi insidennya, terutama di negaranegara yang sedang berkembang seperti hal nya di Indonesia.Namun demikian,
akhir-akhir ini prevalensi penyakit katup jantung ada kecenderungan semakin
menurun.Berdasarkan penelitian yang ditekankan diberbagai tempat di Indonesia
penyakit katup jantung ini menduduki urutan ke-2 atau ke-3 sesudah penyakit
koroner dari seluruh jenis penyebab penyakit jantung.(Gordis, 1985).Insiden tertinggi
penyakit katup adalah katup mitralis, kemudian katup aorta.Kecenderungan
menyerang katup-katup jantung kiri dikaitkan dengan tekanan hemodinamik yang
relatif besar pada katup-katup ini.Insiden penyakit tricuspid relatif rendah.Penyakit
katup pulmonalis jarang terjadi.Penyakit katup trikuspidalis atau pulmonalis biasanya
disertai dengan lesi pada katup lainnya, sedangkan penyakit katup aorta atau mitralis
sering terjadi sebagai lesi tersendiri. (Gordis,1985). Di Negara maju terlihat
penurunan insiden setelah 1900. Pada tahun 1980 insiden demam reumatik di
Amerika Serikat berkisar 0,5-2/100.000 penduduk. Di Indonesia sebanyak 80.812
penderita di suatu Rumah Sakit, diantaranya 2.836 adalah penderita penyakit
kardiovaskuler yang terdiri dari 43.2% penyakit jantung, 30.1% hipertensi, 14.5%
demam rematik dan rematik jantung, 8.4% penyakit jantung bawaan, 2.5% jantung
pulmonair dan 1.3% radang katup jantung.
Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan
dan terjadi sejak masih dalam kandungan.Kelainan pada katup jantung juga bisa
terjadi karena kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung.Operasi jantung
juga dapat menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal atau
terjadi kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan operasi pada
jantung.Perilaku makan makanan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, stress serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor resiko penyakit
degeneratif, disamping faktor-faktor resiko lain seperti usia, jenis kelamin dan
keturunan (genetik) (Notoatmodjo, 2011). Penyakit katup jantung menyebabkan
kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung.
1.2.
1.2.1.
1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
1.2.5.
1.2.6.
1.3.
1.3.1.
1.3.2.
1.3.3.
1.3.4.
1.3.5.
1.3.6.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan kelainan katup jantung?
Siapa yang beresiko terkena penyakit katup jantung?
Kapan penyakit katup jantung bisa menyerang/terjadi?
Dimana penyakit katup jantung menyerang/terjadi?
Mengapa penyakit katup jantung bisa menyerang/terjadi?
Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit katup jantung?
Tujuan
Untuk mengetahui tentang penyakit katup jantung.
Untuk mengetahui siapa yang bisa terserang penyakit katup jantung.
Untuk mengetahui waktu katup jantung menyerang/terjadi.
Untuk mengetahui tempat/lokasi terjadinya penyakit katup jantung.
Untuk mengetahui mengapa penyakit katup jantung bisa terjadi.
Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit katup jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian
Insufisiensi
aorta
disebabkan
merusak
sehingga
masing-masing
bilah
tidak
menutup
bisa
lumen
aorta dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah
dari aorta ke ventrikel kiri.Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis,
kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang
menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens.
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagaian darah dalam
aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga
ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim darah yang secara normal
diterima dari atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun darah yang
kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk
mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong
yang lebih normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik
meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompesansi melalui refleks
dilatasi pembuluh darah arteri perifer melemas sehingga tahanan perifer turun dan
tekanan diastolic turun drastis.
2.2.
Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu
disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit
katup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit
katup degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada
orang-orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang hidup di
negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit demam rematik,
namun penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas katup yang
membutuhkan koreksi bedah.
a. Stenosis Mitral
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang
tua yang pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka
tidak mendapatkan antibiotik.Di bagian dunia lainnya, demam rematik sering
terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, remaja dan kadang
pada anak-anak.Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup
mitral sebagian bergabung menjadi satu.
b. Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi
atas reumatik dan non reumatik(degenaratif, endokarditis, penyakit jantung
koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya).Di negara berkembang
seperti Indonesia, penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
c. Stenosis Aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit utama
pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan
penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul
setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80
tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa
kanak-kanak.Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup
mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah
kelainan bawaan.Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin tidak
menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan
anak.Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk
memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau
memiliki bentuk abnormal seperti corong.Lama-lama, lubang/pembukaan katup
tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan
kalsium.
d. Isufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis.Kelainan katub
dan kanker aorta juga bisa menimbulkan isufisiensi aorta.Pada isufisiensi aorta
kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katub, dengan atau tanpa
klasifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari demam reumatik.
2.3.
a. Stenosis Mitral
Sangat capai, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik, nocturnal
dyspnea, batuk kering, bronchitis, rales, edema paru-paru, hemoptysis/batuk
darah, kegagalan pada sebelah kanan jantung. Auskultasi: teraba getaran apex S1
memberondong,
peningkatan
bunyi.
Murmur:lemah,
nada
rendah,
getaran pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur.Murmur: bernada tinggi,
menghembus, berdesis, selam systoll(pada apex) S3 nada rendah.
c. Stenosis Aorta
Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan ortopneu,
paroxysm, mal nokturial, edema paru-paru, rales. Tingkat lanjut: kegagalan
sebelah kanan jantung. Murmur: nada rendah, kasar seperti kerutan, systoll(pada
basis atau carctis) gemetar systoll pada basis jantung.
d. Isufisiensi Aorta
Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew,
paroxysmal noktural dyspnea, diaphoresis hebat, angina.Tingkat lanjut: kegagalan
jantung sebelah kiri dan kanan.Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela
iga ke-3) murmur desakan systoll pada basis.
2.4.
Patofisiologi
Demam reuma inflamasi akut dimediasi imun yang menyerang katup
jantung akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik- grup A dan
protein jantung. Penyakit dapat menyebabkan penyempitan pembukaan katup
(stenosis) atau tidak dapat menutup sempurna (inkompetensi atau regurgitasi) atau
keduanya.
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa
jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang
mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja
jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya agar dapat
mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan meningkatkan
tekanan kerja miokardium. Respon miokardium yang khas terhadap peningkatan
volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi
miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan
meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
a. Stenosis Mitral
Stenosis mitral terjadi karna adanya fibrosis dan fusikomisura katub
mitral pada waktu fase penyembuhan demam reumatik.Terbentuknya sekat
jaringan ikat tanpa pengapuran mengakibatkan lubang katub mitral pada waktu
diastolic lebih kecil dari normal.
10
kronik
mengakibatkan peningkatan
secara bertahap dari volume
akhir diastolik ventrikel kiri.
Akibat beban volume ini,
jantung
melakukan
penyesuaian
dengan
mengadakan
pelebaran
11
2.5.
2.6.
Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup.
12
2.7.
Penatalaksanaan
a. Stenosis Mitral
Terapi
antibiotic
diberikan
untuk
mencegah
berulangnya
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian
c) Jenis kelamin
d) Alamat
e) No.Tlp
f) Suku / bangsa
g) Status pernikahan
h) Agama / keyakinan
i) Pekerjaan
j) Diagnosa medic
l) Tanggal masuk
m) Tanggal pengkajian
n) Therapy medic
B. Penanggung Jawab:
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin
d) Pekerjaan
14
Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami,
imunisasi yang pernah diberikan, kecelakaan yangpernah dialami, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit alergi (makanan, obat-obatan,
zat/substansi, textil), pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas).
C. Riwayat kesehatan keluarga :
Identifikasi
berbagai
penyakit
keturunan
yang
umumnya
16
B. entifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :
C. Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS :
D. Tanggapan klien tentang beban biaya RS :
E. Tanggapan klien tentang penyakitnya :
3.1.5. Riwayat Spiritual
A. Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya :
B. Support system dalam keluarga :
C. Ritual yang biasa dijalankan :
3.1.6. Aktifitas Sehari-hari
A. Nutrisi :
Selera makan, menu makan dalam 24 jam.Frekuensi makan dalam 24
jam.Makanan yang disukai dan makanan pantangan.Pembatasan pola
makanan.Cara makan(bersama keluarga, alat makan yang digunakan).Ritual
sebelum makan, dll.
B. Cairan :
Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, frekuensi minum,
kebutuhan cairan dalam 24 jam.
C. Eliminasi (BAB & BAK):
Tempat pembuangan, frekuensi? kapan? teratur?, konsistensi, kesulitan dan
cara menanganinya, obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK.
D. Istirahat Tidur
Apakah cepat tertidur, jam tidur (siang/malam), bila tidak dapat tidur apa
yang dilakukan, apakah tidur secara rutin.
E. Olahraga
Program olahraga tertentu, berapa lama melakukan dan jenisnya, perasaan
setelah melakukan olahraga.
F. Rokok / alkohol dan obat-obatan
Apakah merokok? jenis? berapa banyak? kapan mulai merokok?.Apakah
minum minuman keras? berapa minum /hari/minggu? jenis minuman?
apakah banyak minum ketika stress?
G. Personal hygiene
Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu), cuci rambut,
gunting kuku, gosok gigi.
H. Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal harian, penggunaan alat bantu
untuk aktivitas, kesulitan pergerakan tubuh.
I. Rekreasi
17
jugularis,
ukuran
jantung,
ictus
cordis/apex,
suara
jantung
18
g) Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign)
G. Sistem musculoskeletal
Kepala (bentuk kepala), vertebrae (bentuk, gerakan, rom), pelvis (thomas
test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, rom), lutut (mc murray test,
ballotement, rom), kaki (keutuhan ligamen, rom), bahu, tangan.
H. Sistem perkemihan
Edema palpebra, moon face, edema anasarka, keadaan kandung kemih,
nocturia, dysuria, kencing batu, penyakit hubungan sexual.
I. Sistem immune
Allergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia), Immunisasi, Penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca, Riwayat transfusi dan reaksinya.
3.1.8. Test Diagnostik
A. Laboratorium (tulis nilai normalnya) :
B. Ro foto :
C. CT Scan :
D. MRI, USG, EEG, ECG, dll.
3.1.9. Penatalaksanaan
A. Terapi antibiotic
B. Kardiotinikum dan diuritik
C. Komisurotoomi
D. Valvuloplasti translumnal perkutan
E. Penggantian katup mitral
F. Penggantian katup aorta
3.1.10. Analisis Data
No.
1.
DO :
Data
Etiologi
Odema Paru
Sianosis
Dispnea
Tachikardia
Gas
darah
arteri
abnormalpH
arteri
Masalah
Gangguan
Pertukaran Gas
abnormal
DS :
Pasien mengatakan sakit
kepala saat bangun.
Nafas cuping hidung
Warna kulit abnormal
2.
(pucat, kehitaman)
DO :
Aritmia
Brakikardia
Perubahan EKG
Penurunan
Risiko/Actual
Kontraktilitas,
Tinggi
Ventrikel Kiri
Menurunnya
19
Takikardia
Penurunan tekanan vena
Murmur
Curah Jantung
DS:
Pasien mengatakan mulai
3.
batuk-batuk
Pasien terlihat letih
DO:
tidur berubah
DO:
Situasi Kritis,
Ansietas
Mulut kering
Takut akan
DS:
Kematian
Pasien mengatakan tidak
5.
nafsu makan
Pasien terlihat cemas
Kontak mata buruk
DS:
Sering bertanya
Salah instruksi
Perilaku hiperbola
Kurangnya
Defisit
Informasi,
Pengatahuan
Keterbatasan
Kognitif.
3.2.
Diagnosa Keperawatan
3.2.1. Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai dengan sianosis dan
dispnea.
3.2.2. Resiko tinggi menurunanya curah jantung b/d penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri ditandai dengan aritmia dan perubahan EKG.
20
3.2.3. Nyeri dada b/d iskemia jaringan myokard ditandai dengan perubahan denyut
jantung dan ekspresi kesakitan.
3.2.4. Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan dan peningkatan tegangan.
3.2.5. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang katup jantung ditandai
dengan permintaan informasi kepada perawat dan ahli profesi kesehatan
lainnya.
21
3.3.
Dx
Gangguan
Tujuan
Setelah
pertukaran
dilakukan
gas b/d
tindakan
odema paru
ditandai
keperawatan,
gas darah arteri
dengan
normal dalam
sianosis dan
jangka waktu 1
dispnea
x 24 jam
Kriteria Hasil
DO:
Menunjukan
perbaikan
ventilasi/oksigen
asi sebagai bukti
adalah frekuensi
pernapasan
dalam rentang
normal, tak ada
sianosis, dan
Intervensi
Kaji suara paru,
Rasional
Indikator
frekuensi nafas,
keadekuatan
kedalaman, dan
fungsi
pernapasan atau
produksi
tingkat
sputum sebagai
gangguan dan
indicator
kebutuhan/keefe
keefektian
ktifan terapi.
penggunaan
penggunaaan
alat penunjang.
Awasi dan
otak aksesoris,
laporkan pada
bunyi nafas
data pengkajian
normal.
DS:
Sudah tidak
terlihat
pernafasan
cuping hidung
Warna kulit
tindakan
kolaborasi
dengan tenaga
terkait
ahli lainnya
(sensorium
dalam
pasien, suara
perencanaan
nafas, pola
nafas, analisis
keperawatan.
-
pasien kembali
sputum, efek
dalam keaadaan
obat).
Membantu
normal
Meningkatkan
Meningkatkan
ekspansidada
dalam posisi,
optimal,
batuk, dan
memobilisasikan
nafas dalam.
sekresi, dan
pengisian udara
semua area paru;
menurunkan
Jelaskan pada
resiko stasis
secret/pneumoni.
22
pasien
Meningkatkan
mengenai
pengetahuan
penggunaan
pasien sehingga
2.
Resiko tinggi
Setelah
menurunanya
dilakukan
curah jantung
b/d
tindakan
keperawatan,
penurunan
Penurunan
kontraktilitas
curah jantung
ventrikel kiri
dapat teratasi
ditandai
dan
dengan
menunjukkan
aritmia dan
tanda vital
perubahan
dalam batas
EKG.
yang dapat
diterima,
disritmia
terkontrol atau
hilang dan
bebas gejala
gagal jantung
dalam jangka
waktu 3x24 jam.
DO:
Tekanan darah
diperlukan
mengatasi
(oksigen,
kondisi gawat
pengisap,
darurat yang
spirometer)
sewaktu-waktu
terjadi.
Berikan oksigen Meningkatkan
tambahan
sediaan oksigen
dengan nasal
untuk kebutuhan
kanal/ masker
miokardium
sesuai dengan
dalam melawan
80x/menit).
Tidak terjadi
indikasi.
efek
aritmia dan
Berikan
hipoksia/iskemia.
Stres emosi
irama jantung
istirahat
teratur, CRT
psikologi
kurang dari 3
dengan
detik.
lingkungan
DS:
yang tenang.
dalam batas
normal (120/80
mmHg, nadi
Klien akan
Pantau tanda
penurunan
kelebihan
episode dispnea,
cairan.
PemberianIV
aktivitas
mengurangi
beban kerja
jantung.
vasokonstriksi
yang terkait dan
meningkatkan
tekanan darah
dan frekuensi /
melaporkan
berperan dalam
menghasilkan
,pembatasan
jumlah total
sesuai dengan
indikasi.
Hindari cairan
kerja jantung.
Oleh karena
adanya
peningkatan
tekanan ventrikel
kiri, pasien tidak
menoleransi
peningkatan
volume cairan,
23
garam.
pasien juga
mengeluarkan
sedikit natrium
yang
menyebabkan
Kolaborasi
pemberian obat.
3.
Nyeri dada
Setelah
b/d iskemia
dilakukan
jaringan
tindakan
myokard
keperawatan,Pas
ditandai
ien mengatakan
dengan
bahwa nyeri
perubahan
dada telah
denyut
hilang/terkontro
jantung dan
l dalam jangka
ekspresi
kesakitan.
DO:
Denyut jantung
dan frekuensi
pernafasan
kembali dalam
keadaan normal.
Pola makan
pasien kembali
dalam keadaan
normal.
DS:
Pasien
mengatakan
nyeri di area
Gunakan skala
kongesti.
Perbedaan gejala
nyeri 0-10
perlu untuk
untuk rentang
mengidentifikasi
intensitas.
Catat ekspresi
penyebab nyeri.
Perilaku dan
vital membantu
otomatis
menentukan
terhadap
derajat / adanya
nyeri(berkering ketidaknyamanan
at,TD dan nadi
pasien khususnya
menolak adanya
penurunan
nyeri.
24
dada sedah
frekuensi
menghilang.
Pasien
pernafasan).
Ajarkan
mengatakan pola
penggunaan
tidur kembali
teknik
normal.
Ekspresi wajah
nonfarmakolog
pasien tenang.
(misalnya:
TENS,
hypnosis,
Teknik
nonfarmakologis
akan membantu
menurunkan rasa
nyeri yang
dialami oleh
pasien.
relaksasi,
Penggunaan
masase, dll)
Evaluasi respon terapi obat dan
terhadap obat.
Berikan
lingkungan
istirahat dan
batasi aktifitas
sesuai
kebutuhan.
dosis.
Catat nyeri yang
tidak hilang atau
menurun dengan
nitrat
menunjukan
MVP,
berhubungan
dengan nyeri
dada tidak khas /
non angina.
Aktifitas yang
meningkatkan
kebutuhan
oksigen
miokardia
(contoh kerja
tiba-tiba, stress,
makan banyak,
terpajan dingin)
25
dapat
mencetuskan
4.
nyeri dada.
Alat untuk
DO:
Kaji dan
Mulut kembali
dokumentai
mendefinisikan
ditandai
tindakan
dalam keadaan
tingkat
lingkup masalah
dengan
keperawatan,
normal, tidak
kecemasan
dan pilihan
ketakutan
Pasien merasa
kering
pasien,
intervensi.
dan
tenang dalam
termasuk reaksi
peningkatan
jangka waktu
DS:
Pasien
tegangan.
1x24 jam.
fisik pasien.
Ajarkan dan
mengatakan
nafsu
sudah
normal.
Pasien
tidak
terlihat
cemas
lagi.
Kontak
dengan
teknik relaksasi,
mata
pasien
kembali normal.
contoh napas
dalam,
bimbingan
imajinasi,
relaksasi
progresif.
Berikan
tindakan
kenyamanan
contoh, mandi,
gosokan
punggung,
perubahan
posisi.
Koordinasikan
waktu istirahat
dan aktivitas
saat senggang
Memberikan arti
penghilangan
respond ansitas,
menurunkan
perhatian,
meningkatkan
relaksasi,
meningkatkan
kemampuan
koping.
Membantu
perhatian
mengarahkan
kembali dan
meningkatkan
relaksasi,
meningkatkan
kemampuan
koping.
Memberikan
rasa control
pasien untuk
menangani
26
tepat untuk
beberapa aspek
kondisi.
pengobatan,
(contoh,
aktivitas
perawatan,
waktu pribadi),
menurunka
Libatkan orang
terdekat dalam
rencana
kelemahan,
meningkatkan
perawatan dan
energy.
Keterlibatan
dorong
akan membantu
partisipasi
memfokuskan
maksimum
perhatian pasien
pada rencan
dalam arti
pengobatan.
positif dan
memberikan
5.
Jelaskan dasar
rasa control.
Pasien harus
patologi
mempuyai dasar
menyatakan
abnormalitas
pemahaman
keperawatan,
pemahaman
katub.
tentang
Pasien mengerti
proses penyakit,
abnormalitas
program
katubnya sendiri
jantung
katub jantung
pengobatan dan
dan konsekuensi
ditandai
dalam jangka
potensial
hemodinamik
dengan
Defisit
Setelah
pengetahuan
dilakukan
b/d
tindakan
kurangnya
informasi
permintaan
informasi
kepada
perawat dan
ahli
profesi
DS:
Pasien
kerusakan
sebagai dasar
mengenali
kebutuhan untuk
kerja sama dan
mengikuti
penjelasan
Jelaskan
rasional sebagai
rasional
dasar penjelasan
pengobatan,
rasional aspek
27
kesehatan
perawatan.
lainnya.
dosis, efek
pengobatan.
Dapat
samping, dan
meningkatkan
pentingnya
kerjasama
minum obat
dengan terapi
sesuai resep.
obat dan
mencegah
Anjurkan dan
penghentian
biarkan pasien
sendiri pada
menunjukkan
ketrampilan
interaksi obat
pemantauan
sendiri nadi bila
pasien pulang
dengan
digitalis.
yang merugikan.
Adanya
perubahan pada
frek nadi dan
irama mungkin
indikasi
toksisitas
digitalis dan
harus dilaporkan
pada dokter
untuk evaluasi.
3.4.
Evaluasi
Tgl/Jam
No. Dx
1
Evaluasi
S: Gas darah Arteri pasien normal
Paraf
O:
-
ventilasi/oksigenasi membaik,
frekuensi pernapasan normal,
tak ada sianosis,
bunyi nafas normal.
A: masalah teratasi
2
P: Intervensi dihentikan
S: Penurunan curah jantung teratasi, TTV
normal, Bebas gejala gagal jantung
28
O:
- Tidak terjadi aritmia,
- Irama jantung teratur,
- CRT kurang dari 3 detik.
A: Masalah teratasi
3
P: Intervensi dihentikan
S: Nyeri dada terkontrol
O: Metode nyeri hilang
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Pasien terlihat tenang
O:
- Pasien melakukan relaksasi
- Pasien tidak terlihat stres
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan
S: Pasien telah mengerti tentang kelainan katup
O: Pasien paham dengan proses penyakit yang
dideritanya.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
29
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Penyakit katup jantung merupakan penyakit jantung yang masih cukup
tinggi insidennya, terutama dinegara-negara berkembang. Disfungsi katup di bagi
menjadi 2 jenis yaitu : Insufisiensi katup dan Stenosis katup.
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup
memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah
darah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan
volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya
agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan
meningkatkan tekanan kerja miokardium. Respon miokardium yang khas terhadap
peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi
otot. Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang
bertujuan meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
Dalam pengkajian klien dengan disfungsi katup jantung, data dasar yang
harus di kaji adalah: aktivitas istirahat, sirkulasi, integritas ego, makanan/ cairan,
neurosensori,
nyeri/
kenyamanan,
pernapasan,
keamanan,
penyuluhan/
Saran
Kelainan katup di bagi menjadi beberapa kategori sehingga menimbulkan
beberapa gejala yang berbeda, tergantung beratnya dan mungkin memerlukan
perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi masalah sehingga
seharusnya proses keperawatan yang di awali dengan pengkajian, diagnosa
keperawatan haruslah tepat sehingga bisa dilakukan suatu rencana dan tindakan
keperawatan yang benar dan tepat sehingga menghasilkan suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan dari proses keperawatan tersebut.
5.
30
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Herdman, Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol 2.Edisi 8. Jakarta: EGC.
Syarifuddin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Wahab, Samik A. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang
Tidak Sianotik. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan denga Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
31