PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di
mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide,
sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan
sesuatu (kompulsif).
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide atau bayangan mental yang mendesak
ke dalam pikiran secara berulang. Pikiran atau bayangan obsesi dapat
kekhawatiran yang biasa tentang apakah pintu sudah dikunci atau belum sampai
fantasi aneh dan menakutkan tentang bertindak kejam terhadap orang yang
disayangi. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak
dapat ditahan untuk melakukan sesuatu. Sering suatu pikiran obsesif
mengakibatkan suatu tindakan kompulsif. Tindakan kompulsif dapat berupa
berulang kali memeriksa pintu yang terkunci, kompor yang sudah mati atau
menelepon orang yang dicintai untuk memastikan keselamatannya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Gangguan obsesif-kompulsif
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari Gangguan obsesif-kompulsif
3. Untuk mengetahui etiologi dari Gangguan obsesif-kompulsif
4. Untuk mengetahui gejala klinis dari Gangguan obsesif-kompulsif
5. Untuk mengetahui cara mendiagnosis dari Gangguan obsesif-kompulsif
6. Untuk mengetahui terapi dari Gangguan obsesif-kompulsif
7. Untuk mengetahui prognosis dari Gangguan obsesif-kompulsif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana
penelitian moderen telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Pada
mengganggu
(intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan
dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi
meningkatkan
kecemasan
seseorang
sedangkan
melakukan
kompulsi
di
miliki
pasien
dengan
gangguan
obsesif-kompulsif
dalam
lebih
tinggi
secara
bermakna
pada
kembar
monozigotik
menderita gangguan.
Data biologis lainnya
Penelitian elektrofisiologis, penelitian elektroensefalogram (EEG) tid
ur, dan penelitian neuroendokrin telah menyumbang data yang
menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresif dan gangguan
obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG nonspesifik yang lebih
tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien gangguan obsesifkompulsif. Penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan yang mirip
dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan latensi
REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin juga telah
menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif, seperti
nonsupresi pada dexamethasone-suppression test pada kira-kira sepertiga
pasien dan penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus clonidine
(catapres).
b.
Faktor Perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.
Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau
kecemasan melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya
dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan
kecemasan. Jadi, objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli
yang terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan.
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan
bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan
pikiran obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk
perilaku kompulsif atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan
kecemasan. Secara bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam
menurunkan dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), strategi
Faktor Psikososial
Faktor kepribadian
Gangguan obsesif-kompulsif
adalah
berbeda
dari
gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesifkompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan demikian,
sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk
perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai
35 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki sifat obsesional
-
pramorbid.
Faktor psikodinamika
Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis
utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter
obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan pembentukan
reaksi.
1. Isolasi
Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari
afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi,
afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari
komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi
berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya
terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang
tidak memiliki afek yang berhubungan dengannya.
2. Undoing
Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls mungkin dapat
lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas, operasi
pertahanan sekunder diperlukan untuk melawan impuls dan
menenangkan kecemasan yang mengancam keluar ke kesadaran.
Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan operasi
defensif
yang
ditujukan
untuk
menurunkan
kecemasan
dan
meruntuhkan
(undoing).
Seperti
yang
disebutkan
obsesif-kompulsif
Ambivalensi
adalah
akibat
langsung
dari
perubahan
dalam
karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada
anak normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak
merasakan cinta dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi
yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku
melakukan-tidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan
yang melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan.
6. Pikiran magis
Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal,
ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi
oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran
kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan
peristiwa
di
dunia
luar
terjadi
tanpa
tindakan
fisik
yang
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut,
orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu
dorongan yang kuat untuk menahannya.
Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada anakanak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan
berubah dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif memiliki
empat pola gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu
obsesi tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai penghindaran obsesif
terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi. Objek yang ditakuti seringkali
sukar untuk dihindari, sebagai contoh feses, urin, debu atau kuman. Pasien
mungkin secara terus-menerus menggosok kulit tangannya dengan mencuci
tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi keluar rumah karena
takut akan kuman. Walaupun kecemasan adaloah respon emosional yang paling
sering terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan rasa jijik yang obsesif juga
sering ditemukan. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa
kontaminasi ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang oleh kontak
ringan.
Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan
yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan, seperti
lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu. Pengecekan tersebut
mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk memeiksa
kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri yang obsesional,
saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu.
Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan pikiran semata-mata pikiran
obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya
berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh
pasien.
Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau
ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara harfiah
menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur wajahnya.
Penumpukan obsesi dan kompulsi religius adalah sering pada pasien obsesifkompulsif. Trichotillomania (menarik rambut kompulsif) dan menggigit kuku
mungkin merupakan kompulsi yang berhubungan dengan gangguan obsesifkompulsif.
Terdapat juga beberapa gangguan yang biasa merupakan bagian merupakan
bagian dari atau dengan kuat dihubungkan dengan spectrum GOK (gangguan
gangguan obsesif-kompulsif)
1. Gangguan dismorfik tubuh (body Dysmorphic Disorder)
Pada gangguan ini orang terobsesi dengan keyakinan bahwa mereka buruk
rupa atau bagian tubuh mereka berbentuk tidak normal.
2. Trikhotilomania
Orang dengan Trikhotilomania terus menerus mencabuti rambut mereka
sehingga timbul daerah-daerah botak.
3. sindrom Tourettes
Gejala sindrom Tourettes meliputi gerakan yang pendek dan cepat, tik dan
ucapan kata-kata kotor yang tak terkontrol.
2.5 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:
1. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
a. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten
yang dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai
intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan
penderitaan yang jelas.
b. Pikiran,
impuls,
atau
bayangan-bayangan
tidak
semata-mata
penderita
gangguan
obsesif
kompulsif
seringkali
juga
Obat lain. Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil,
banyak ahli terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat
digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor
monoamin oksidase (MAOI = monoamine oxidase inhibitor), khususnya
Phenelzine (Nardil).
Terapi perilaku
Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku
sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif.
Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai
terapi terpilih untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat
dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku
utama pada gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan
respon. Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan
pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif
kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya
untuk mendapatkan perbaikan.
Psikoterapi
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk
pasien gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai
derajat keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian
sosial. Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang
profesional, simpatik, dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk
berfungsi berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejalanya akan
menyebabkna gangguan. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan
obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu untuk
merawat pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan
2.7 Prognosis
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan penyakit yang kronik dengan perode
dari gejala-gejala yang seiring dengan berjalannya waktu akan mengalami
peningkatan. Penderita gangguan ini tidak biasanya sembuh sempurna atau bebas
dari gejala. Walaupun demikian dengan pengobatan, banyak orang yang
mengalami perbaikan. Perbaikan tersebut berupa gejala yang berbeda seperti cara
merealisasikan suatu obsesif yang berbeda. Diagnosis awal dan terapi yang
dilakukan secepatnya akan memberikan hasil yang lebih baik di mana penekanan
onset usia dini adalah hal yang patut untuk segera didiagnosis. Selain itu, mereka
yang bergerak di bidang kesehatan mesti memahami perbedaan antara gangguan
obsesif-kompulsif dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang mana
untuk jenis gangguan kepribadian biasanya dimulai pada saat dewasa muda, yaitu
umur di atas 20 tahun sedangkan untuk gangguan obsesif kompulsif biasanya
dimulai pada usia anak-anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan obsesifkompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai
dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat
menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti,
gejalagejala obsesif atau tindakan kompulsif atau keduaduanya harus ada
hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturutturut. Beberapa
faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif diantaranya
adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak, genetika, faktor
perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan faktor
psikodinamika.
Ada
beberapa
terapi
yang
bisa
dilakukan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
2.
Airlangga University.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Erlangga
3.