Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMBERIAN PHYLLANTHUS NIRURI

TERHADAP SEBARAN LIMFOSIT DAN APOPTOSIS


PADA PENDERITA TUMOR KOLOREKTAL
1

Nugrahanta Dasa Putra1, Ign. Riwanto2,


Trainee Bedah Digestif FK Undip / RS Kariadi Semarang
2
Staff Bedah Digestif FK Undip /RS Kariadi Semarang
ABSTRAK

Latar Belakang: Phyllanthus niruri (Meniran) diketahui mengandung zat aktif flavonoid,
polifenol yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antineoplastik. Phyllanthus niruri dapat
menstimulasi produksi interferon- pada beberapa populasi imunosit dan meningkatkan aktivitas
limfosit T sitotoksik (CTL) dan Natural Killer Cell (NK-Cell) yang mampu mengenali dan
menginduksi apoptosis sel tumor. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh pemberian
Phyllantus niruri terhadap sebaran limfosit dan apoptosis pada tumor kolorektal.
Metode: Penelitian eksperimental pre and post test design. Sebanyak 15 pasien yang dirawat di
Rumah sakit Umum Pusat Kariadi Semarang dilakukan pemeriksaan kolonoskopi/rektoskopi
biopsi, kemudian diberikan tablet Phyllanthus niruri (Stimuno) 100mg per hari selama 14 hari
dilanjutkan operasi reseksi tumor. Tumor hasil biopsi dan reseksi dilakukan pemeriksaan sebaran
limfosit dan apoptosis.
Hasil: Nilai sebaran limfosit rata rata kelompok pre test adalah 87,30 sedang rata-rata apoptosis
sebesar 16,95. Nilai sebaran limfosit rata rata kelompok post test adalah 179,87 sedang rata-rata
apoptosisnya sebesar 45,40. Uji beda berpasangan rerata pre dan post perlakuan, didapatkan
perbedaan yang signifikan pada variabel limfosit (P=0,001) dan pada variabel apoptosis (P<0,001)
Kesimpulan: Pemberian Phyllanthus niruri meningkatkan sebaran Limfosit dan apoptosis pada
tumor kolorektal.
Kata kunci: Phyllanthus niruri, sebaran limfosit, apoptosis, tumor kolorektal.
ABSTRACT
Background: Phyllanthus niruri (Meniran) has known as an active substance contain flavonoids,
polyphenols as an antioxidant and antineoplastic. Phyllanthus niruri can stimulate the production
of
interferon- in some population of immunosit and increase the activity of cytotoxic T
lymphocyte (CTL) and natural Kuller Cell (NK-Cell) which is able to recognize and induce
apoptosis of tumor cell. The aim of this study is to prove the effect of Phyllanthus niruri to
lymphocyte and apoptosis in colorectal tumor.
Methode: The experimental research pre and post test design amount of 15 patients treated at the
Kariadi General Hospital, Semarang were examined with colonoscopy/rectoscopy biopsy
examination. Then, they were given Phyllanthus niruri (Stimuno) tablet dose of 100mg per day
for 14 days and followed tumor resection surgery. Tumor, result from biopsy and resection, were
examined to lymphocyte and apoptosis.
Result: The mean of lymphocyte count at pre test group is 87.30, mean of apoptosis is 16.5.The
mean of lymphocyte count at post test group is 179.7 with mean af apoptosis is 45.40. The mean
pairwise difference test obtained significant differences in lymphocyte (P=0.001) and apoptosis
variable (P<0.001).
Conclusion: Phyllanthus niruri can increase lymphocyte and apoptosis in colorectal cancer.
Keyword: Phyllanthus niruri, lymphocyte, apoptosis, colorectal tumor

1. PENDAHULUAN
2. Kanker merupakan penyebab utama
penyakit di seluruh dunia, berdasarkan data
GLOBOCAN tahun 2012 diperkirakan terdapat
14.1 juta kasus baru kanker dengan angka
kematian 8.2 juta kasus. Kanker kolorektal
menjadi penyebab utama ketiga kematian
terkait kanker setelah kanker paru dan
payudara. Insidensi kanker kolorektal di seluruh
dunia tahun 2012 diperkirakan sebanyak
1.360.600 kasus (746.300 pria dan 614.300
wanita) dengan jumlah kematian 693.900 kasus
(373.600 pria dan 320.300 wanita).1
3. Menurut data GLOBOCAN 2012,
insidensi kanker kolorektal di Indonesia adalah
12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa,
dengan mortalitas 9,5% dari seluruh kasus
kanker.2 Sedangkan riset kesehatan dasar dari
badan Litbangkes Kementerian kesehatan
Republik Indonesia tahun 2013, prevalensi dan
estimasi jumlah penderita kanker pada
penduduk semua umur di Indonesia adalah 1,4
% atau 347.792 orang. Berdasarkan laporan
program yang berasal dari Rumah Sakit dan
Puskesmas di kota Semarang tahun 2009,
Kanker kolorektal menempati peringkat kedua
dari seluruh kanker terbanyak pada pria setelah
kanker paru, sedangkan pada wanita merupakan
nomor tiga setelah kanker serviks dan payudara
di kota Semarang.3,4
4. Seperti penanganan berbagai kanker
lainnya, kanker kolorektal memerlukan
penanganan multimodalitas. Kunci utama
keberhasilan penanganan kanker kolorektal
ada-lah ditemukannya kasus dalam stadium
dini, sehingga dapat dilakukan terapi operasi
kuratif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini memungkinkan penanganan
kanker kolorektal yang lebih komprehensif.
Pembe-dahan tetap merupakan pilihan utama
yang pa-ling efektif untuk penatalaksanaan
kanker kolo-rektal yang terlokalisasi. Modalitas
lainnya beru-pa terapi adjuvant dalam bentuk
kemoterapi,dan radiasi terutama bila terdapat
reseksi yang tidak adekuat maupun adanya
metastasis.5,6
5. Modalitas
terapi
kanker
kolorektal lainnya yang sedang banyak
dikembangkan
saat
ini
adalah

imunoterapi yaitu dengan memodulasi


sistem kekebalan tubuh terhadap tumor,
yang diharapkan dapat membunuh selsel kanker yang tersebar secara sistemik
setelah terapi definitif lokal dilakukan.
Banyak tanaman obat yang telah
digunakan secara tradisional dan turun
temurun untuk berbagai penyakit. Salah
satu yang banyak digunakan adalah
Phyllanthus niruri. Phyllanthus niruri
diketahui
memiliki
aktivitas
imunostimulasi, senyawa flavonoid
yang terkandung didalamnya berkhasiat
sebagai
antioksidan
dan
antineoplastik.7,8,9,10,11
Potensi
PhyllantHus niruri dalam menghambat
pertumbuhan kanker belum banyak
diungkap. Ekstrak Phyllanthus niruri
yang diberikan pada kanker kolon tikus
Sprague-Dawley yang diinduksi 1,2
Dimethylhydrazine terbukti mampu
meningkatkan
status
imunologis
melalui peningkatan infiltrasi limfosit
dan
ekspresi
perforin,
serta
menghambat perkembangan kanker
kolon melalui peningkatan indeks
apoptosis, penekanan proliferasi sel dan
pertum-buhan tumor kolon pada tikus
tersebut.10,11
6. Penelitian tentang pengaruh pemberian
ekstrak Phyllanthus niruri terhadap tumor
kolorektal terutama kepada manusia di
Indonesia belum ada, oleh karena itu penelitian
ini diharapkan dapat membuktikan berbagai
aspek efek pemberian ekstrak Phyllanthus
niruri terhadap pasien tumor kolorektal
terutama terhadap sebaran limfosit dan
apoptosis.
7.

8.

9. Gambar 1. Daun Phyllanthus niruri


(Meniran)
10.
11. METODE PENELITIAN
12.Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental pre and post test design.
Seba-nyak 15 pasien yang dirawat di
Rumah sakit Umum Pusat Kariadi
Semarang
dilakukan
pemeriksaan
kolonoskopi / rektoskopi biopsi,
kemudian
pasien-pasien
tersebut
diberikan tablet Stimuno 100mg per
hari selama 14 hari dan dilanjutkan
operasi reseksi tumor. Jaringan tu-mor
sebelum dan sesudah pemberian
Phyllan-thus
niruri
dilakukan
pemeriksaan sebaran limfosit dan
apoptosisnya dengan cara pengecatan
Hematoksilin-Eosin dan dilihat di
bawah mikroskop dengan pembesaran
400 kali.
13.
14.
15. HASIL PENELITIAN
16.
17.
Tabel 1. Distribusi Jenis
Kelamin
18.
19. F
20. P
re
er
k
se
u
n
e
n
si
21. Laki
22. 9
23. 6
-laki
0
24. Pere
25. 6
26. 4

mpu
an
27. Juml
ah
30.
31.
32.
33. Tabel 2.
penelitian
34. Umu
r
37. 0
20
40. 21
30
43. 31
40
46. 41
50
49. 51
60
52. 61
70
55. 71
80
58. 81
90
61. Juml
ah
64.
65.
66.
67.
68.

0
28. 1
5

29. 1
0
0

Distribusi

umur

35. F

sample

38. 0

36. Pers
en
39. 0

41. 1

42. 6,7

44. 2

45. 13,2

47. 1

48. 6,7

50. 9

51. 60

53. 0

54. 0

56. 1

57. 6,7

59. 1

60. 6,7

62. 15

63. 100

69. Gambar 2. Gambaran mikroskopis


Limfosit diantara sel tumor pada
pengecatan Hemtoksilin-Eosin dengan

pembesaran 400x sebelum pem-berian


Phyllantus niruri
70.
71.

72. Gambar 3. Gambaran mikroskopis


Limfosit diantara sel tumor pada
pengecatan Hemtoksilin-Eosin dengan
pembesaran 400x sesudah pem-berian
Phyllantus niruri
73.
74.
75.
76.

81. Gambar 5. Gambaran mikroskopis


Apoptosis sel tumor pada pengecatan
Hemtoksilin-Eosin de-ngan pembesaran
400x sebelum pem-berian Phyllantus
niruri
82.
83. Sebaran limfosit diketahui dengan
menghitung rerata jumlah limfosit pada
preparat mikroskopis pre dan post
pemberian Phyllanthus niruri pada 5
lapangan pandang dengan pembesaran
400x (Gambar 2 dan 3). Cara yang
sama juga dilakukan pada gambaran
apoptosis (Gambar 4 dan 5 ).
84.
85. Tabel 3. Karakteristik rerata data
sebaran lim-fosit dan jumlah apoptosis
86.
87. Nilai rerata
88.
89. Pre
90. Post
91. Limf
92. 87,2
93. 179,
osit
9
87
94. Apo
95. 16,9
96. 45,4
ptosi
5
0
s
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.

77. Gambar 4. Gambaran mikroskopis


Apoptosis sel tumor pada pengecatan
Hemtoksilin-Eosin
de-ngan
pembesaran 400x sebelum pem-berian
Phyllantus niruri
78.
79.
80.

104.
Gambar
sebaran limfosit
105.
106.
107.

5. Grafik Boxplot

108.
109.

110.
Gambar
apoptosis
111.
Tabel 4.
data
112.
113.
Pre
115.
116.
P

si
t
141.
Apop
t
o
si
s
144.
145.
146.

6. Grafik Boxplot
Hasil uji normalitas

117.
K

114.
Post
118.
119.
P
K

120.
121.
122.
123.
124.
Limf
0.
N
0,
T
o
si
t
125.
126.
127.
128.
129.
Apop
0.
N
0,
N
t
o
si
s
130.
N= Normal, TN= Tidak
Normal
131.
132.
133.
134.
Tabel 5. Hasil Uji Beda
Berpasangan
135.
136.
137.
P
Keteranga
n
138.
139.
140.
Limf
0.001
Signifikan
o

142.
<0.001

143.
Signifikan

147.
Dari tabel 3 diketahui
bahwa Nilai sebaran limfosit rata rata
kelompok pre test adalah 87,30 sedang
rata-rata apoptosis sebesar 16,95. Nilai
sebaran limfosit rata rata kelompok
post test adalah 179,87 sedang rata-rata
apoptosisnya sebesar 45,40. Uji
normalitas data limfosit menggunakan
Uji Saphiro-Wilk dimana dida-patkan P
limfosit pre test 0,643 = Normal, sedang post test 0.002 = Tidak Normal
(Tabel 4). Uji Beda berpasangan
limfosit pre dan post test menggunakan
Uji Wilcoxon test dimana dida-patkan
perbedaan yang bermakna limfosit pre
dan post test (P=0,001).
148.
Uji normalitas data
apoptosis menggunakan Uji SaphiroWilk dimana didapatkan P apo-ptosis
pre test 0,384 = Normal sedang post
test 0.077 = Normal (Tabel 4). Hasil Uji
Beda Berpasangan apoptosis pre dan
post test dengan Paired t-tes didapatkan
perbedaan yang ber-makna limfosit pre
dan post test (P<0,001).
149.
Peningkatan sebukan
limfosit pada pemberian Phyllanthus
niruri terhadap pasien kolorektal pada
penelitian ini, menunjukkan bahwa
Phyllanthus niruri memang terbukti
memodulasi sistem imun lewat
proliferasi dan aktivas limfosit T dan B.
Phyllanthus niruri berperan juga
sebagai immunostimulator yang akan
menarik limfosit terkonsentrasi di
sekitar jaringan tumor. Tumor atau
kanker merupakan situasi klinik yang
menarik perhatian besar
dalam
keterlibatan peran sistem imun. Antigen

yang menandai tumor merupakan


konfigurasi asing yang diekspresikan
sel
tumor.
Kondisi
tersebut
mengharuskan mekanisme khusus untuk aktifitas sel imun. Inilah yang
menyebabkan
sebaran
limfosit
meningkat secara signifikan setelah
penderita
mendapatkan
ekstrak
Phyllanthus
niruri
ini.(P=0,001).
Kemampuan Phyllanthus niruri sebagai
imunomodulator dan imunostimulator
antara lain: merangsang ak-tivitas sel
natural killer (NK) yang dapat
membunuh sel
tumor, merangsang
sekresi Tumor Necrosis Factor-alpha
TNF- sehingga terjadi peningkatan
ekspresi MHC dari sel yang
mengekspresikan
antigen
tumor.
Phyllanthus niruri mampu merangsang
aktivitas makrofag sebagai sel fagosit
sel penyaji antigen, sekresi beberapa
sitokin spesifik seperti interferongamma dan
beberapa interleukin.
Mekanisme utama dan penting yang
dapat merusak jaringan tumor yaitu
keterlibatan
Limfosit
sitotoksik
(CTL).12
150.
Peningkatan apoptosis pada
pemberian Phyllanthus niruri terhadap
pasien kolorektal pada penelitian ini,
menunjukkan bahwa
Phyllanthus
niruri juga terbukti menginisiasi
apoptosis. Phyllanthus niruri sebagai
pemicu apoptosis melalui proses
peningkatan pelepasan sitokrom-c oleh
mitokondria melalui mekanisme yang
belum sepenuhnya diketahui.13 Molekul
tersebut beriktan dengan molekul Apaf1 di sitoplasma dan ATP. Kompleks
senyawa ini dikenal sebagai apoptosom
yang
mengubah
pro-caspase
9
(cysteinyl aspartate specific protein-ase
9) menjadi caspase 9 yang memicu
reaksi berantai caspase. Caspase adalah
ensim protease yang secara berangkai
menimbulkan destruksi sel menuju
apoptosis. Rantai reaksi diawali oleh
caspase inisiator, yaitu caspase 8 dan 9.
Caspase 8 diaktifkan oleh DISC (death
inducing
sig-naling
complex)

sedangkan caspase 9 diaktifkan oleh


apoptosom. Caspase uyang teraktivasi
pada gilirannya dapat memecah dan
mengaktivasi jenis pro-caspase yang
lain. Jenis caspase yang teraktivasi,
diketahui sebagai caspase efektor/eksekutor,
bertanggung
jawab
terhadap des-truksi sel, yaitu Caspase 3,
6 dan 7. Aktivitas caspase eksekutor
mengaktifkan enzim endonuklease
yang memecahkan kromatin seca-ra
internukleosomal, serta memecahkan
sito-skleleton sel.13
151.
Ikatan
ligant
dan
reseptor yang memicu apoptosis
misalnya TNF yang berikatan dengan
TNFR1,
TRAIL (Tumor Necrosis
Factor Relat-ed Inducing Ligant) yang
berikatan dengan DR4 (death receptor).
Alternatif lain adalah ikatan TRADD
(Tumor Necrosis Factor Associated
Death Domain) dengan protein FADD
(Fas Associated Death Domain).
Selanjutnya FADD dapat berikatan
dengan procaspase 8, meng-aktifkan
caspase 8 sebagai pencetus apoptosis.
152.
Limfosit-T sitotoksik
memiliki
mekanisme
untuk
menginduksi apoptosis pada sel target
dengan melepaskan perforin dan
granzim B ke membran sel yang akan
dirusak. Perforin membentuk celah
yang dapat dilalui granzim B memasuki
sel tatget kemudian granzim B mengaktifkan caspase 3 yang bertindak
sebagai eksekutor.

153.

154.
155.
KESIMPULAN
156.
Phyllanthus
niruri
dapat
meningkatkan sebaran limfosit dan
apoptosis pada tumor kolorektal.
Phyllantus niruri terbukti sebagai
imunomo-dulator
yang
berperan
sebagai stimulan terjadi-nya apoptosis.
157.
158.
REFERENSI
159.
Lindsey A. Torre, Global Cancer
Statistics,
CA CANCER
J
CLIN
2015;65:87108, 2012
160.
Fact sheets by population, incidence,
mortality and 5-year prevalence,: both sexes
(Indonesia). International Agency for Research on Cancer, WHO. Di unduh dari:
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_po
pulation_aspx. Akses 24 Desember 2015
161.
Profil Kesehatan Kota Semarang tahun
2009; Dinas kesehatan kota Semarang, 2009
162.
Sarjadi, Trihartini, Pawitra I, Insiden
kanker penduduk Semarang tahun 1990-

1999.
Semarang:
Media
Medika
Indonesiana; 36(1): 87-92, 2001
163.
Kelompok kerja adenokarsinoma kolorektal Indonesia. Pengelolaan karsinoma
kolorektal,: Suatu Panduan Klinis Nasional.
Jakarta, 2014
164.
NCCN, Guidelines Version 2. Colon
Cancer. Washington; 2016
165.
Endang S, Pengaruh Ekstrak Phyllantus
niruri Linn Terhadap Kanker Kolon Tikus
Sprague-Dawley yang diinduksi 1,2
Dimethylhydrazine,
Universitas
Diponegoro, Semarang, 2012,
166.
Lestarini, Irma Arum, Pengaruh
Pemberian Phyllnathus niruri terhadap
respon imun seluler mencit,yang diinfeksi
dengan Salmonella typhymurium, FK
Undip, 2008
167.
Nugroho T, Pengaruh pemaparan
kombinasi ekstraks Meniran dan ekstraks
sirih terhadap viabilitas sel tumor adeno
carcinoma mencit, FK Undip, 2013
168.
Garishah, Fadel Muhammad, The
Effect of combination of Phaleria
macrocarpa and Phyllanthus niruri extracts
on Peritoneal Macrophages Phagosytic
Index of Mice, FK Undip, 2013
169.
Kahono, Judo Yustanto, , Pengaruh
ekstraks herba meniran (Phyllanthus niruri)
terhadap kadar gliserida darah tikus putih,
FK UNS, 2011
170.
Subowo,
Imunologi Klinik, edisi
kedua,CV Sagung Seto, 263, 2013
171.
Chairil Hamdani, Maria Francisca, Nurjati Chairani, Patologi Molekuler, Badan
Penerbit FK UI, 130-131, 2012
172.
173.
174.
175.
176.

Anda mungkin juga menyukai