Fere
Fere
KEPANITERAAN PROSTODONSIA
Disusun Oleh:
Rieska Rachmasari
09/281912/KG/8452
09/281975/KG/8456
09/288772/KG/8559
09/282675/KG/8502
10/302198/KG/8745
10/301536/KG/8742
10/298072/KG/8646
10/304999/KG/8774
BAGIAN PROSTHODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
2.
Alat bicara dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu statis dan dinamis.
Bagian statis adalah gigi, palatum, dan tulang alveolar. Sedangkan yang
bersifat dinamis adalah lidah, bibi, dan jaringan sekitarnya. Alat bicara yang
tidak lengkap dapat mengganggu fungsi bicara. Pemakaian gigi tiruan
diharapkan dapat mengembalikan fungsi ini.
3
gigi
yang
masih
tinggal.
Keadaan
ini
menyebabkan
penyakit
yang
berlebih
tadi
akan
menyebabkan
abrasi
berlebih
pada
3.
Menurut
Soelarko
dan
Wachiyati
(1980),
macam
GTSL
bahan
logam
tahan
karat
sebagai
rangka
gigi
tiruan
Vulcanite Denture
Gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari karet yang dikeraskan
sebagai basis gigi tiruan serta elemen gigi tiruan (Soelarko dan Wachiyati,
1980).
rutin
untuk
pemeliharaan
gigi
tiruan.
Kontraindikasi
tiruan
sebagian
lepasan
ujung
bebas
merupakan
protesa
yang
menggantikan gigi dan jaringan pendukung yang hilang dalam rongga mulut.
Kontak oklusi serta gerakan fungsional yang
otot lidah, bibir, dan pipi yang bekerja pada gigi tiruan.
Berikut ini merupakan otot-otot yang bekerja pada gigi tiruan:
Otot mulut / bibir dan pipi terbagi atas :
1
Muskulus buccinator
Muskulus mentalis
Otot pengunyah/ otot yang bekerja saat mengunyah, terbagi atas :
Muskulus maseter
Muskulus temporalis
Muskulus genioglosus
Muskulus stiloglosus
Muskulus
buccinator
memiliki
fungsi
untuk
menegangkanbibir,
menambah retensi pada bagian tepi anterior gigi tiruan sebagian lepasan,
dan muskulus orbicularis oris mendukung retensi langsung dengan cara
menekan labial flange pada gigi tiruan sebagian lepasan agar ggi tiruan tidak
terlepas.
5.
IP
basis ke distal
Kelas II
DTG
IP
basis ke distal
Tahap II: Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Dukungan bagi gigi tiruan sebagian lepasan merupakan semua
dukungan yang diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan
atau menyangga gaya oklusal yang diterima protesa. Dukungan terbaik
untuk protesa sebagian lepasan dapat diperoleh dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti keadaan jaringan pendukung,
panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasangi gigi
tiruan.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga macam
dukungan sadel, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan
mukosa (kombinasi.). Dukungan untuk sadel berujung bebas dapat berasal
dari mukosa untuk mencegah penerimaan beban kunyah yang tidak
seimbang antara gigi dan mukosa. Dukungan kombinasi juga dapat dipilih
dengan syarat gigi yang akan dijadikan sebagai penyangga masih sehat dan
baik.
Tahap III: Menentukan jenis penahan (retainer)
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan sebagian lepasan, yaitu
direct retainer dan indirect retainer. Direct retainer merupakan penahan yang
berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga, dapat berupa
cengkeram
sedangkan
indirect
retainer
merupakan
penahan
yang
Dukungan sadel, hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkeram
yang akan dipakai dan gigi penyangga yang ada.
Stabilisasi gigi tiruan, hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi
pendukung yang ada dan akan dipakai.
Estetika, hal ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta
lokasi gigi penyangga.
Tahap IV: Menentukan jenis konektor
Untuk gigi tiruan sebagian dengan bahan resin, konektor yang dipakai
berbentuk plat, sedangkan pada gigi tiruan sebagian kerangka logam bentuk
konektor bervariasi dan dipilih sesuai dengan indikasinya. Gigi tiruan
kerangka
logam
terkadang
menggunakan
lebih
dari
satu
konektor
Pengalaman pasien
Stabilisasi
6.
undercut gigi
Retensi muskuler, diperoleh dari relasi antara basis gigi tiruan dengan
mukosa dibawahnya.
Retensi fisik, dapat berupa adhesi antara basis dengan saliva dan saliva
dengan mukosa dan kohesi, tekanan atmosfer dan tegangan permukaan.
1
2
3
bisa
sekecil
mungkin
(Gunadi
dkk.,
1995).
Faktor-faktor
yang
titik
sandaran,
memenuhi
konsep
oklusi
berimbang
pada
saat
terlihat
dalam
keadaan
berfungsi,
misal
pada
mastikasi.
Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian dan dilihat saat pasien melakukan
gerakan mastikasi.
penentuan oklusi GTSL. Hubungan horizontal pertama, adalah relasi sentrik. Relasi
ini merupakan posisi paling mundur, dan tidak tegang dari mandibula terhadap
maksila pada suatu kedudukan dimensi vertical tertentu dimana gerakan mandibula
ke lateral masih mungkin dilakukan. Relasi sentrik adalah hubungan tulang dengan
tulang antara mandibula dan maksila, dan dalam hal ini relasi antar tonjol gigi tidak
diperhatikan. Madibula dapat secara berulang dikembalikan pada posisi ini, karena
itulah hal ini dianggap sebagai titik referensi dalam mengembangkan oklusi pasien.
Hubungan horizontal kedua adalah oklusi sentrik. Relasi ini merupakan
hubungan geligi pada salah satu rahang dengan antagonisnya pada rahang
lawannya, dimana terjadi hubungan antar tonjol maksimum. Hubungan ini benarbenar hubungan dengan gigi dan gigi, dan sama sekali tidak mempermasalahkan
posisi tulang rahang. Kedudukan ini juga bukan posisi terminal atau paling mundur
dari mandibula, tetapi biasanya terjadi pada suatu titik dalam gerak batas (border
movement) dari siklus pengunyahan. Posisi ini merupakan suatu keadaan yang
terjadi karena adanya suatu siklus yang memang sudah terlatih, disadari dan
merupakan gerak penutupan habitual. Walaupun pasien dapat melakukan gerakan
dan mencapai oklusi sentrik, hal ini dianggap tak dapat diulang-ulang dan tetap
diragukan apakah dapat dianggap sebagai titik referensi untuk mengembangkan
pola oklusi seorang pasien.
Hubungan rahang vertikal
Untuk tiap orang dikenal dua macam dimensi vertical, yaitu dimensi vertical
istirahat dan dimensi vertical oklusal. Dimensi vertical istirahat ditentukan apabila
seseorang berada dalam posisi tegak dan sepenuhnya dalam keadaan istirahat.
Posisi mandibula bergantung pada keseimbangan antara otot-otot mastikasi, grup
otot bagian atas leher,. Serta grup otot supra dan infra hyoid. Bila pasien yang
diukur dimensi vertical istirahatnya masih bergigi, maka tak satupun gigi asli yang
saling bersentuhan dalam posisi ini. Jarak atau ruang yang terjadi pada keadaan ini
disebut sebagai ruang inter-oklusal (free way space).
semua
tonjol
giginya
berkontak
secara
maksimum
dan
dimensi
vertikalnya sekali lagi diukur, jadilah dimensi vertical oklusal. Mudah dimengerti
bahwa dimensi vertical istirahat akan selalu lebih besar daripada dimensi vertical
oklusal. Pada kebanyakan pasien, perbedaan ini berkisar anata 2-4 mm
Salah satu cara yang paling efektif untuk mengembangkan hubungan
oklusi tanpa gangguan (interferensi) tonjol gigi pada saat gerakan ekskrusi
rahang adalah penggunaan adjustable atau semi adjustable articulator.
Dengan sendirinya hal ini akan tercapai apabila reproduksi cermat hubungan
maksila mandibula dapat dicapai pula. Walaupun gerakan-gerakan mandibula
ini dapat direproduksi dengan cermat, tidaklah mungkin seluruh tahap dapat
direkam.
Cara Penentuan Hubungan Rahang Atas Dan Rahang Bawah
1
Metode Langsung
1
Metode Willis
Pengukuran: jarak dari batas bawah septum nasi ke batas bawah dagu sama
dengan jarak dari canthus mata ke sudut mulut.
Lytle method
4
10
Hurst
Metode Knebelaman
Terdapat korelasi jarak mata-telinga terhadap dagu-hidung.
Teknik:
1
Pasien didukkan tegak lurus pada dental chair dengan posisi yang
nyaman, bibir dalam keadaan istirahat dan tidak terdapat tarikan
wajah
Niswonger
Dibuat 2 tanda, pada ujung hidung dan pada bagian dagu yang
paling prominen. Pasien diinstruksikan untuk relaks dan menelan. Jarak
antara kedua tanda diukur. Occlusal rim disesuaikan sehingga pada
saat oklusi jarak antara kedua titik 2-4 mm lebih kecil dari pengukuran
awal.
Khatalia
Metode pengukuran dimensi vertikal istirahat ditentukan dengan
mengukur lebar mata yang dikatakan mempunyai nilai sama dengan
jarak dasar hidung ke tepi bawah bibir. Pengukuran ini hanya berlaku
pada kelompok wajah euryprosop, wajah rata-rata dan leptoprosop.
10
Metode Bruno
Pengukuran vertikal dimensi:
Jarak garis rambut (trichion) - glabela, Glabela Subnasion, Subnasion
Gnation sama dengan lebar 4 jari tangan.
11
Anatomical Landmarks
Jarak antara pupil mata dan rima oris dan jarak antara SNA dan
tepi bawah mandibula adalah perhitungan willis, jika jarak dari kedua
perhitungan itu sama, maka perhitungan dianggap benar
12
Boyanov
Menggunakan metode anthropometrik. Panjang lip line sama
dengan jarak antara tubercle of the mouth and tepi bawah dagu saat
rahang menutup.
13
Panjang telinga
14
Swallowing Method
Saat mengunyah , gigi geligi akan bergerak bersama dengan
sedikit kontak pada awal proses mengunyah. Teknik: Membentuk wax
cone dari malam lunak pada bite rim RB wax cone akan menyentuh
bite rim RA shg posisi rahang terbuka lebar. Pasien diminta melakukan
gerakan mengunyah mengurangi tinggi dari wax cone
sampai
15
dan
mengistirahatkan
bahunya,
ukur,
ulangi
hingga
Shanahan
Teknik:
1
tentukan panjang gigi atas pada galangan gigitan , dan kurangi 2-3
mm pada galangan gigitan rahang bawah untuk mendapatkan free
way space
oleh
gerakan
otot
ketika
mandibula
diretrusikan
menyatakan
mandibula
17
Phonetic Method
Pasien diminta untuk mengucapkan beberapa huruf dan dilihat
relasi bite rim RA RB dengan bibir.
1
Bunyi huruf m
Mengucapkan m beberapa kali ketika bibir atas dan bawah
bertemu jarak antara hidung dan dagu adalah VDR berulang2.
Pengukuran kedua kurang dari 2-4 mm dari pengukuran pertama
(VDO).
19
Silverman
Pasien duduk dalam posisi tegak dengan dataran oklusal sejajar
lantai. Pasien diminta untuk menutup mulut (oklusi sentris), lalu
digambar sebuah garis pada gigi anterior rahang bawah sejajar
dengan tepi insisal gigi anterior rahang atas. Garis ini disebut garis
oklusi sentris.
dapat
digunakan
restorasi
sementara
atau
basis.
Setelah
dapat
digunakan
untuk
menentukan
dimensi
vertikal.
20
Boos Method
Pengukuran dengan cara ini memerlukan suatu alat pengukur
(bimeter). Boos menerangkan bahwa biting force maksimum terjadi
pada jarak antar rahang atau hampir sama dengan DVO. Namun hasil
pengukuran
dengan
metode
ini
terkadang
meragukan.
Boos
Metode Tactile
Metode taktil digunakan pada pasien sebagai panduan untuk
penentuan dimensi vertikal yang benar. menggunakan plat penahan
pusat yang melekat mandibula: bite rim, dan sekrup penahan pusat
melekat pada maksila: bite rim, VD meningkat terlalu tinggi. maka
dalam langkah-langkah progresif sekrup disesuaikan ke bawah sampai
pasien menandakan overclosure. Prosedur ini kemudian diulang
sampai pasien menunjukan posisi yang tepat.
Elektromiograf
Posisi
istirahat
mandibula
dapat
ditentukan
dengan
Hamm
Hamm mengembangkan metode khatalia dengan teori eye
unit yang menjelaskan adanya keterkaitan topografi fitur wajah. Jarak
antara pangkal hidung dan batas bawah bibir bawah merupakan satu
unit mata. Jarak tersebut tetap tidak berubah baik saat istirahat atau
selama tersenyum (Hamm, 1976)
Hayakawa
Pengukuran DVF secara tidak langsung dengan rumus yang
telah
dikemukakan
oleh
Hayakawa
(1999),
melalui
pengukuran
Gn
P (pupil)
Pre-extraction records
1
pengukur Willis
Perangkat ini bisa digunakan untuk mengukur VDO sebelum,
mengukur VDO sebelum ekstraksi gigi dan kemudian dicatat dalam
catatan pasien.
Profil tracing:
dilakukan
dengan
menggunakan
kawat
timah
disesuaikan
Ridge Relationship
Kesejajaran dari kedua lengkung merupakan indikasi ketinggian
vertikal yang benar.
10
Morikawa
Morikawa memoodifikasi alat ukur DV konvensional dan diberi
nama TOM Gauge. Desain alat dilengkapi dengan rangka kacamata
yang dimaksudkan agar penempatan alat stabil pada posisi yang sama
walaupun diulang beberapa kali. Vertikal bar untuk pengukuran
disambungkan dengan rangka melalui pin sekrup agar sudut bar dapat
diubah. Bar ditempatkan sejajar dahi dan dagu. Sekrup penyesuaian
8.
Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau
kelainan, berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara
dan pemeriksaan medik/dental. Beberapa hal yang yang biasa ditanyakan
adalah nama pasien, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, usia, pencabutan
terakhir gigi, pengalaman pemakaian gigi tiruan, tujuan pembuatan gigi
tiruan, dan keterangan lain yang dianggap penting, seperti kebiasaan
buruk (Gunadi dkk., 1994).
Diabetes Milletus
Pada penderita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit
pembuluh darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di
dalam mulut, seperti mukosa yang meradang, cepat berkembangnya
penyakit periodontal, mudah terjadi abses periodontal, dan bertambahnya
Buat desain rangka gigi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan.
Tekankan
kepada
pasien
mengenai
pentingnya
pemeliharaan
kesehatan mulut.
7
Tentukan jadwal kontrol rutin pasien setiap enam bulan sekali, bahkan
jika perlu lebih sering dari itu, untuk mempertahankan kesehatan
mulut.
(Gunadi dkk., 1994)
Penyakit Kardivaskular
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari
pemakaian anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti
adrenalin karena bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah
(Gunadi dkk., 1994).
saat
pemeriksaan,
mencuci
tangan
dan
wajah
setelah
Anemia
Penderita
anemia
biasanya
menunjukkan
resorpsi
tulang
alveolar yang cepat. Untuk kasus ini, sebaiknya digunakan elemen gigi
tiruan yang tidak ada tonjolnya (Gunadi dkk., 1994).
5
Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan yang
mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya retensi gigi tiruan. Maka perawatan
dalam
bidang
prostodontik
sebaiknya
ditunda
dahulu
sampai
Pemeriksaan Intraoral
Beberapa hal yang perlu diperiksa dalam pemeriksaan intraoral
adalah kebersihan mulut, mukosa, frekuensi karies, status gigi, jika
diperlukan menggunakan rontgen, oklusi, artikulasi, eugnathi, vestibulum,
frenulum, kelainan gigi, macam gigi, bentuk gigi, kedudukan prosesus
aveolar, bentuk palatum, torus palatinus, tahanan jaringan, selaput lendir,
tuber maksilaris, eksostosis, lidah, retromylohyoid, dan keterangan lain
yang diperlukan (Gunadi dkk., 1994).
Preparasi Mulut
Secara garis besar, sebetulnya terdapat dua tahap preparasi mulut,
yaitu
langkah
periodontal,
ortodontik
pendahuluan,
konservatis,
perlu
seperti
termasuk
dilaksanakan
untuk
tindakan
bedah,
endodontik,
bahkan
mempersiapkan
perawatan
tindakan
mulut
pasien
tiruan
yang
akan
dibuat.
Dalam
tahap
ini
dilakukan
proses
bimbing, membuat sandaran oklusal, dan bila perlu menciptakan daerahdaerah untuk retensi mekanis (Gunadi dkk., 1994).
9.
lidah
kemudian
lidah
direlaks/dijulurkan
untuk
Setelah
mengeras
cetakan
mulai
dilepas
dari
bagian
posterior
dimungkinkan
dengan
syarat
gigi
yang
akan
dijadikan
Bahan cetak
Cara mencetak
: mukostatik
Hasil cetakan (negatif) segera diisi dengan stone gips. Setelah gips
setting,
dilakukan
pembuatan
desain
base
plate
kedua
rahang
selebar 6 mm, bagian oklusal posterior dibagi oleh garis alveolar ridge
menjadi 3 mm untuk bukal dan 3 mm untuk lingual. Tinggi bite rim
pada rahang atas sesuai oklusal gigi yang masih ada sejajar dengan
garis kamfer. Garis kamfer adalah garis yang dihubungkan dari titik
tragus ke spina nasalis anterior. Titik tragus didapatkan dengan
menarik garis dari chantus mata ke meatus acusticus eksternus
kemudian dimajukan 13 mm dari meatus acusticus eksternus pada
garis tersebut. Bite rim pada rahang bawah menyesuaikan bite rim
rahang atas. Setelah bite rim dilunakkan, base plate beserta bite rim
dipasang pada pasien dan pasien diinstruksikan untuk menggigit bite
rim sambil menelan ludah agar didapatkan oklusi sentrik pasien dan
beri tanda pada bite rim untuk menentukan oklusi sentrik pasien.
Gigitan pada bite rim berfungsi sebagai catatan oklusi sentrik, serta
fiksasi RA dan RB pada saat relasi sentrik. Fiksasi pada biterim RA dan
RB dilakukan dengan menggunakan V-groove. Selanjutnya dilakukan
pencetakan model kerja rahang atas dan bawah. Pencetakan dilakukan
dengan base plate dan bite rim masih terpasang. Hasil cetakan
diperoleh model kerja rahang atas serta model kerja rahang bawah dan
base plate dipasang pada artikulator.
Try in GTS
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya,
lalu dilakukan pengamatan:
1
Insersi GTSL
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut
pasien, yang perlu diperhatikan antara lain: retensi, stabilisasi, oklusi, dan
kenyamanan pasien.
gaya
pemindah
gaya
yang
yang
Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi dilakukan dengan cara menggunakan
gigi tiruan RA dan dilihat apakah sudah nyaman digunakan pasien
kemudian gigi tiruan RA dilepas dan digunakan gigi tiruan RB dan
dilihat apakah sudah pas dan nyaman digunakan, kemudian gigi tiruan
RA da RB digunakan dan cek oklusi dengan menggunakan articulating
paper. Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik. Caranya
dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas
dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah.
Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan
oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara
merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata
pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang
bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini
dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Full and Partial Dentures, http://affordablesdentures.com/denturesextraction, diunduh tanggal 4 Juni 2015
Ardan, R., 2007, Disain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Frame: Kasus Berujung Bebas,
Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD, Bandung
Asschheim, K. W. 2015. Esthetic Dentistry: A Clinical Approach to Techniques and
Materials. Elsevier. United State
Chuo T., 1994. A Diagnostic Craniometric Methode for Determining Occlusal Vertical
Dimension. Journal of Prothestic Dentistry, Vol. 71 568-74.
Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L. K., 1991, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan, Jilid I, Hipokrates, Jakarta.
Gunadi, H. A., Burhan, L. K., Suryatenggara, F., Margo, A., Setiabudi, I., 1994, Buku
Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid I, Hipokrates, Jakarta.
Gunadi, H. A., Burhan, L. K., Suryatenggara, F., Margo, A., Setiabudi, I., 1994, Buku
Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid II, Hipokrates, Jakarta.
Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L. K., 1995, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan, Hipokrates, Jakarta.
Gunadi, H.A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Margo, A., Setiabudi, I., 2013, Buku
Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, jilid 2, Hipokrates, Jakarta.
Morrel,
S.,
dan
Morrel,
M.,
2011,
Removable
Partial
Dentures,
http://morrelldental.com/treatment/removable-partial-dentures.aspx,
diunduh
tanggal 4 Juni 2015
Nallaswamy, D. 2003. Textbook of Prosthodontics, 1st ed. Jaypee. New Delhi
Phoenix, R., Cagna, D., DeFreest, C., Stewart, K., 2003, Stewarts Clinical Removable
Partial Prosthodontics, 1st edition, Chicago: Quintessence
Soelarko, R. M., Wachijati, H., 1980, Diklat Prostodonsia Gigi Tiruan sebagian Lepasan, FKG
Universitas Padjajaran, Bandung.
Shanan T. 1956., Physiologic Vertical Dimension and Centric Relation. J Prosthetic
Dent. Vol 6: 741-7
Suryatenggara F. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I. Jakarta:
Hipokrates.
Thomson, H., 1992, Oklusi edisi 2, EGC, Jakarta
Wibowo, S.D., 2008, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo, Jakarta