Diajukan oleh:
Devi Intan
(122110101130)
Febrian Dwi R.
(132110101185)
Afthonilmanhuda
(132110101186)
Idistia Rosa N.
(132110101191)
(142110101022)
Salsabila Purnamasari
(142110101043)
(142110101071)
Meisura Marlinda
(142110101083)
Retno Ernita S.
(142110101106)
(14211010116)
(142110101163)
(142110101181)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ni dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semogga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekuarangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.2. Latar Belakang..............................................................................................1
1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.4. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Definisi..........................................................................................................3
2.1.1. Stroke hemoragik....................................................................................3
2.1.2. Stroke iskemik........................................................................................4
2.2. Epidemiologi.................................................................................................7
2.3. Patofisiologi...................................................................................................7
2.3.1. Patofisiologi Stroke Iskemik...................................................................7
2.3.2. Patofisiologi Stroke Hemoragik..........................................................10
2.4. Faktor Risiko...............................................................................................11
2.4.1. Faktor Risiko Tak Terkendali...............................................................11
2.4.2. Faktor Risiko Terkendali.....................................................................12
2.5. Etiologi........................................................................................................15
2.6. Gejala Klinis................................................................................................15
2.6.1. Gejala Stroke Hemoragik.....................................................................15
2.6.2. Gejala Stroke Iskemik...........................................................................16
2.7. Diagnosis.....................................................................................................19
2.7.1. Anemnesis Gejala dan Tanda................................................................19
2.7.2. Evaluasi Klinis Awal.............................................................................19
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia
penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke
menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan
200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta
populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia
tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun.
(Goldstein,dkk 2006; Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Di Indonesia sendiri walaupun data studi epidemiologi stroke secara
komprehensif dan akurat belum ada, dengan meningkatnya harapan hidup
tendensi peningkatan kasus stroke akan meningkat di masa yang akan datang.
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, stroke merupakan
salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani
dengan segera, tepat dan cermat (Kelompok Studi Serebrovaskular dan
Neurogeriatri Perdossi,1999)
Oleh karena tingginya kejadian stroke dan adanya kecenderungan untuk
meningkat karena berbagai sebab, menyebabkan usaha pemerintah dalam
menekan angka kematian dan derajat kecacatan akibat stroke lebih ditujukan pada
penanganan saat pasien stroke dirawat di rumah sakit.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelayanan stroke yang
terorganisir dalam unit stroke akan menurunkan angka kematian, menurunkan
angka kecacatan, dan memperbaiki status fungsional pasien stroke. Unit stroke
direkomendasikan sebagai unit terpadu multidisiplin yang menangani pasienpasien stroke. Kajian sistematis dari berbagai penelitian terdahulu memperlihatkan
efektivitas unit stroke dalam memberikan pelayanan stroke. (Gomanns dkk, 2008,
Seenan dkk, 2007, Stroke Unit Trialists Collaboration).
Di Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh survey ASNA
(Asean Neurologic Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia, pada
penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit dan dilakukan survey mengenai
faktor-faktor resiko, lama perawatan, mortalitas dan morbiditasnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan
dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun
berjumlah 54,7% dan diatas usia 65 tahun sebanyak 33,5% (Misbach, 2007).
Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional, dimana
20% penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di institusi
kesehatan setelah 3 bulan dan 15-30% penderitanya mengalami cacat permanen.
Stroke merupakan kejadian yang mengubah kehidupan dan tidak hanya
mempengaruhi penderitanya namun juga seluruh keluarga dan pengasuh. Akibat
gangguan fungsional ini menyebabkan penderita stroke harus mengeluarkan biaya
yang
besar
untuk
perawatan
rehabilitasi
disamping
juga
kehilangan
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Definisi stroke adalah disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark
serebral, spinal maupun retina. Definisi infark pada susunan saraf pusat
berdasarkan temuan neurologis, imajing atau bukti obyektif lain atau adanya bukti
klinis yang membuktikan adanya iskemik fokal dari serebral, spinal maupun
retina.
Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik merupakan 80% dari penyebab stroke dan dibagi
menjadi aterotrombosis arteri, emboli otak, stroke lakunar, dan hipoperfusi
sistemik, disebabkan oleh gangguan pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak
akibat bentukan trombus atau emboli. Keadaan ini dapat diperparah oleh
terjadinya penurunan perfusi sistemik yang mengaliri otak. Sedangkan stroke
hemoragik intraserebral dan subarakhnoid disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah kranial (Smith et al., 2005).
2.1.1. Stroke hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak
terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel
otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik (Gofir, 2009). Jenis
perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
baik intrakranial maupun subarakhnoid. Pada perdarahan intrakranial,
pecahnya pembuluh darah otak dapat karena berry aneurysm akibat hipertensi
tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh
darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh darah otak tersebut.
Perdarahan
subarakhnoid
disebabkan
pecahnya
aneurysma
congenital
seperti
hemofilia,
leukemia,
trombositopenia,
pemakaian
darah ke otak akan menurun sampai mencapai titik tertentu yang seiring
dengan gejala kelainan fungsional, biokimia dan struktural dapat menyebabkan
kematian sel neuron yang irreversible (WHO, 1989; Adam et al., 2003;
Bandera et al., 2006). Adapun klasifikasi stroke iskemik berdasarkan
penyebabnya adalah:
a. Stroke trombosis
Stroke trombotik pembuluh darah besar dengan aliran lambat biasanya
terjadi saat tidur, saat pasien relatif mengalami dehidrasi dan dinamika
sirkulasi menurun. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi aterosklerotik
yang menyebabkan penyempitan atau stenosis di arteria karotis interna
atau, yang lebih jarang di pangkal arteria serebri media atau di taut ateria
vertebralis dan basilaris. Stroke trombotik dapat dari sudut pandang klinis
tampak gagap dengan gejala hilang timbul bergantiganti secara cepat.
Mekanisme pelannya aliran darah parsial adalah defisit perfusi yang dapat
terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau tekanan darah sistemik.
Agar dapat melewati lesi stenotik intra-arteri, aliran darah yang mungkin
bergantung pada tekanan intravaskular yang tinggi. Penurunan mendadak
tekanan darah tersebut dapat menyebabkan penurunan generalisata CBF,
iskemia otak, dan stroke (Sylvia A.P. & Lorraine M.W., 2006).
b. Stroke embolik
Stroke embolik terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan deficit
neurologik mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit.
Embolus berasal dari bahan trombotik yang terbentuk di dinding rongga
jantung atau katup mitralis. Karena biasanya adalah bekuan kecil,
fragmenfragmen dari jantung mencapai otak melalui arteria karotis atau
vertebralis. Dengan demikian, gejala klinis yang ditimbulkannya
tergantung pada bagian mana sirkulasi yang tersumbat dan seberapa dalam
bekuan berjalan di percabangan arteri sebelum tersangkut. Embolisme
dapat terurai dan terus mengalir sepanjang pembuluh darah sehingga
gejalagejala mereda. Namun, fragmenfragmen tersebut kemudian
tersangkut di sebelah hilir dan menimbulkan gejalagejala fokal. Pasien
dengan stroke kardioembolik memiliki risiko yang lebih besar terkena
stroke hemoragik, karena terjadi perdarahan petekie atau bahkan
2.2. Epidemiologi
Sejak lebih dari tiga dekade terakhir ini telah banyak yang dilakukan
dalam menelaah karakteristik epidemiologis dari stroke. Di Amerika dan negara
berkembang seperti Indonesia, CVD atau stroke berperan sebagai penyebab utama
dari disabilitas kronis dan penyebab kematian. Prevalensi di Amerika pada tahun
2005 adalah 2,6%. Prevalensi meningkat sesuai dengan kelompok usia yaitu 0,8%
pada kelompok usia 18-44 tahun, 2,7% pada kelompok usia 45-64 tahun, dan
8,1% pada kelompok usia 65 tahun atau lebih tua. Pria dan wanita mempunyai
prevalensi yang kurang lebih sama yaitu pria 2,7% dan wanita 2,5%.
(Satyanegara, 2010)
2.3. Patofisiologi
2.3.1. Patofisiologi Stroke Iskemik
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran
dalam waktu15-20 detik dan kerusakan otah yang ireversibel terjadi setelah tujuh
sampai sepuluhmenit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di
area otak yang terbatas. Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu definisi
energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia
dengan menekan pembuluh darah disekitarnya.
Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan
penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstra
sel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan
Cl- didalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga
meningkatkan pelepasan glotamat, yang mempercepat kematian sel melalui
masuknya Na+ dan Ca+2. Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor
dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang
mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah
dihilangkan.
Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area
iskemik (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni
daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri
c. Kegagalan energi
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan
permeabilitas patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya
homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas
dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal bebas. (Sherki dkk,2002)
risiko stroke.
Ras dan Etnik
Ada perbedaan risiko stroke diantara kelompok ras dan etnik.
Timbulnya stroke yang menyebabkan kematian diantara orang AfroAmerika hampir dua kali lipat dibandingkan dengan orang Amerika
kulit putih. Pada usia antara 45-55 tahun tingkat kematian yang
disebabkan stroke pada orang Afro-Amerika mencapai 4 hingga 5 kali
lipat dibandingkan dengan pada orang Amerika kulit putih. Hal ini
karena orang Afro-Amerika juga cenderung terpengaruh penyakit
genetik, seperti diabetes dan anemia sel sabit yang lebih memungkinkan
terjadinya serangan stroke.
lebih parah lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke tahap kedua.
Alkohol Berlebih
Konsumi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun hemoragik.
Dalam sebuah penelitian menyimpulkan bahwa konsumsi alkohol
secara berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga
mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah, yang mengarah ke
denyut
jantung.
Masing-masing
tersebut
mampu
2.5. Etiologi
Menurut Adam dan Victor (2009) , penyebab kelainan pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan stroke, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
Trombosis aterosklerosis
Transient iskemik
Emboli
Perdarahan hipertensi
Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
f.
Arteritis U
Meningovaskular sipilis, arteritis sekunder dari piogenik dan meningitis
tuberkulosis, tipe infeksi yang lain (tipus, scistosomiasis, malaria,
mucormyosis)
Penyakit jaringan ikat (poliarteritis nodosa, lupus eritromatous),
necrotizing arteritis. Wegener arteritis, temporal arteritis, Takayasu
darah,
polisitemia,
sickle
cell
disease,
trombotik
berputar (vertigo).
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
kerusakan otak.
Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu
Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat
membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf,
tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya
otak.
Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
2.7. Diagnosis
2.7.1. Anemnesis Gejala dan Tanda
Keadaan klinis pasien, gejala dan riwayat perkembangan gejala dan defisit
yang terjadi merupakan hal yang penting dan dapat menuntun dokter untuk
menentukan kausa yang paling mungkin dari stroke pasien. Anemnesis sebaiknya
mencakup:
a. Penjelasan tentang awitan dan gejala awal. Kejang pada gejala awal
mengisyaratkan stroke embolus
b. Perkembangan gejala atau keluhan pasien atau keduanya
c. Riwayat TIA
d. Faktor risiko, terutama hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes, merokok, dan
pemakaian alkohol
e. Pemakaian obat, terutama kokain
f. Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang baru dihentikan.
Sebagai contoh, penghentian mendadak obat antihipertensi klonidin
(catapres) dapat menyebabkan rebound yang berat
2.7.2. Evaluasi Klinis Awal
Pasien harus menjalani pemeriksaan fisik lengkap yang berfokus pada sistem
berikut:
a. Sistem pembuluh perifer. Lakukan auskultasi pada arteria karotis untuk
mencari adanya bising (bruit) dan periksa tekanan darah di kedua lengan
untuk diperbandingkan
b. Jantung. Perlu dilakukan pemeriksaan jantung yang lengkap, dimulai
dengan auskultasi jantung dan EKG 12-sadapan. Murmur dan distmia
merupakan hal yang harus dicari, karena pasien dengan fiblirasi atrium,
Usia
Stroke Hemoragik
Parenchymato Subarachnoi
us
d
Hemorrhage
Hemorrhage
45-60 tahun
20-40 tahun
Tanda awal
Sakit kepala
menetap
Sakit kepala
sementara
Wajah
Hiperemi pada
wajah, injeksi
konjungtiva
Saat
timbulnya
penyakit
Mendadak,
kadang pada
saat melakukan
aktivitas dan
adanya tekanan
mental
Hiperemi
pada wajah,
tampak
blefarosipasm
e
Mendadak,
merasa ada
tiupan di
kepala
Gangguan
kesadaran
Penurunan
kesadaran
mendadak
Gangguan
kesadaran
yang
reversible
Sakit kepala
Kadang-
Kadang-
Stroke Iskemik
Trombosis of
Embolism of
cerebral
cerebral
vessels
vessels
50 tahun
Tidak
penting pada
sumber
emboli
Serangan TIA Tidak sakit
(iskemik
kepala
sementara)
Pucat
Pucat
Secara
perlahan,
sering pada
malam hari
atau
menjelang
pagi
Kecepatan
menurunnya
sesuai dengan
memberatnya
defisit
neurologis
Jarang
Mendadak
Sering pada
awal
kejadian atau
perubahan
yang terjadi
sesuai
dengan
beratnya
defisit
neurologis
Jarang
Motor
exitation
Muntah
kadang
Kadangkadang
70-80%
kadang
Kadangkadang
>50%
Pernapasan
(breathing)
Irreguler,
mengorok
Nadi (pulse)
Tegang,
bradikardia
lebih sering
daripada
takikardia
Batas jantung
mengalami
dilatasi,
tekanan aorta
terdengar pada
bunyi jantung
II
Hipertensi
arteri
Kadang
CheyneStokes
Kemungkinan
bronchorrea
Kecepatan
nadi 80100x/menit
Jarang terjadi
gangguan
pada kasus
proses
hemisfer
Mungkin
cepat dan
halus
Patologi
jantung
jarang
Lebih sering
kardiosklerosi
s, tanda
hipertonik
jantung
Alat jantung,
endokarditis,
aritmia
kardiak
Jarang
meningkat
(mungkin
menetap tak
berubah)
Bisa tidak
ada. Jarang
pada lutut
Bervariasi
Bervariasi
Hemiparesis
lebih
prominen
pada salah
satu
ekstremitas
bisa mengarah
ke hemiplegia
Kadangkadang
mengarah ke
bilateral
Unilateral
Hemiparesis,
kelemahan di
salah satu
ekstremitas
lebih tampak
daripada
yang lainnya.
Kadangkadang
mengarah ke
hemiplegia
Unilateral
Jantung
(heart)
Tekanan
darah (blood
pressure)
Paresis atau
plegia
ekstremitas
Hemiplegia
dengan
aktivitas
berlebih,
ekstensi
abnormal
Tanda
patologi
Kadangkadang
bilateral,
tampak lesi
Jarang
Jarang
Jarang 2-5%
Kadangkadang (2530%)
Jarang terjadi
gangguan
pada kasus
proses
hemisfer
Bergantung
pada etiologi
penyakit
jantung
Rata-rata
perkembanga
n penyakit
Serangan
Tanda awal
iritasi
meningeal
Pergerakan
mata
Cairan
serebrospinal
Fundus mata
Echo-EG
Cepat
Secara
perlahan
Jarang
Kadangkadang
30%
Jarang
Hampir selalu jarang
Kadangkadang
Berdarah atau
xanthocromic
dengan
peningkatan
tekanan
Kadangkadang
perdarahan dan
perubahan
pembuluh
darah
Kadangkadang
Kadangkadang
perdarahan
Kadangkadang
Tidak
berwarna dan
jernih
Jarang
perdarahan
Perubahan
sklerotik
pembuluh
darah
Terdapat tanda
pergantian Mecho dan
hematoma
Tidak
terdapat tanda
pergantian
M-echo di
edema otak
dan hipertensi
intrakranial
Tidak terdapat
tanda
pergantian Mecho atau
kemungkinan
pergantian
hingga 2 mm
keutuhan
hemisfer pada
hari pertama
serangan
stroke
Cepat
Jarang
Jarang pada
gejala awal
penyakit
Jarang
Tidak
berwarna dan
jernih
Perbedaan
perubahan
pembuluh
darah
(ateroskelrosi
s dan
vaskulitis)
Tidak
terdapat
tanda
pergantian
M-echo atau
kemungkinan
pergantian
hingga 2 mm
keutuhan
hemisfer
pada hari
pertama
serangan
stroke
Terapi khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet
seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan
trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator).
Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam
>30
mL,
perdarahan
intraventrikuler
dengan
atau
malformasi
arteri-vena
(arteriovenous
malformation, AVM).
2.8.3. Stadium subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan
penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke
di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan
melaksanakan program preventif primer dan sekunder.
a. Terapi fase subakut
Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya,
Penatalaksanaan komplikasi,
Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi,
2.9. Pengobatan
2.9.1. Pengobatan Stroke Darurat
Jenis stroke ischemic adalah jenis stroke dimana aliran darah ke otak
tersumbat oleh gumpalan darah atau timbunan lemak yang disebut plak dilapisan
pembuluh darah. pengobatan darurat berfokus pada obat untuk melancarkan aliran
darah. Sebuah obat penghilang bekuan darah sangat efektif melarutkan gumpalan
dan meminimalkan kerusakan jangka panjang, tetapi harus diberikan dalam waktu
tiga jam setelah timbulnya gejala.
Hemorrhagic stroke lebih sulit untuk diobati. Pengobatan biasanya
melibatkan usaha untuk mengontrol tekanan darah tinggi, perdarahan, dan
pembengkakan otak.
2.9.2. Pengobatan Stroke: Terapi Bicara
Rehabilitasi adalah pusat dari proses pemulihan stroke. Ini membantu
pasien mendapatkan kembali kehilangan keterampilan dan belajar untuk
mengkompensasi kerusakan yang tidak dapat dikembalikan. Tujuannya adalah
untuk membantu memulihkan independensinya semaksimal mungkin. Bagi orang
yang memiliki kesulitan berbicara, berbicara dan terapi bahasaadalah penting.
Seorang terapis bicara juga dapat membantu pasien yang mengalamikesulitan
menelan.
2.9.3. Pengobatan Stroke: Terapi Fisik
Kelemahan otot, serta masalah keseimbangan,adalah sangat umum setelah
stroke. Hal ini dapat dibantu dengan berjalan dan aktivitas sehari-hari lainnya.
Terapi fisik adalah cara yg efektif untuk mendapatkan kembali kekuatan,
keseimbangan, dan koordinasi. Untuk keterampilan motorik halus, seperti
menggunakan pisau dan garpu, menulis, dan mengancingkan baju, terapi yang
berhubungan dengan aktivitas pekerjaan dapat
membantu.
2.9.4. Pengobatan Stroke: Terapi Bicara (talk)
Umum bagi penderita stroke dan orang yang mereka cintai mengalami
berbagai emosi yangintens, seperti takut, marah, cemas, dan kesedihan. Seorang
psikolog atau konselor kesehatan mental dapat memberikan strategi untuk
menghadapi emosi tersebut. Seorang terapis juga dapat memperhatikan tandatanda depresi, yang sering menyerang orang-orang yang pulih dari stroke.
2.9.5. Pencegahan Stroke: Gaya Hidup
Orang-orang yang telah mengalami stroke dapat mengambil langkah-langkah
untuk mencegah terjadinya kembali:
a. Berhenti merokok.
b. Latihan dan menjaga berat badan yang sehat.
2.10. Pencegahan
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya
yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
2.10.1. Pencegahan primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat
dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye
tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang
dapat menarik perhatian masyarakat.
Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program
pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit
stroke melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard.
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Definisi stroke adalah disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark
serebral, spinal maupun retina. Definisi infark pada susunan saraf pusat
berdasarkan temuan neurologis, imajing atau bukti obyektif lain atau adanya bukti
klinis yang membuktikan adanya iskemik fokal dari serebral, spinal maupun
retina. Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan
modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya, bukan
hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada
usia produktif. Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih
belum memuaskan walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan
kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya
pengobatan awal/dini seperti pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus
disertai dengan pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan
komunitas dalam masyarakat.
3.2. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah
di kalangan kita. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang
harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan
teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang
penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Bustan, D. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Cetakan Kedua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Cahyono, J.B. Suharjo B.2008. Gaya Hidup Dan Penyakit Modern. Yogyakarta :
kanisius.
http://repository.wima.ac.id/3139/3/Bab%202.pdf (diakses 3 Oktober 2016)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/4/Chapter%20II.pdf
(diakses 3 Oktober 2016)
http://www.kalbemed.com/portals/6/1_05_185strokegejalapenatalaksanaan.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/4/Chapter%20II.pdf
http://www.medicinenet.com/stroke_pictures_slideshow/article.htm
(Diakses tanggal 7 Oktober 2016)
http://repository.wima.ac.id/3139/3/Bab%202.pdf (Diakses tanggal 7 Oktober
2016)
http://repository.usu.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/35347/Chapter
%20ll.pdf?sequence=4. (diakses 3 oktober 2016)
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sherki,Y.G., Rosenbaum.Z., Melamed,E., Offen,D. 2002. Antioxidant Therapy in
Acute Central Nervous System Injury: Current State. Pharmacol Rev. 54:271.
Sustrani, L., Alam, S., & Hadibroto, I. (2006). Stroke. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.