Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang
dengan sangat pesat, hal tersebut dapat terlihat dari semakin mudahnya seseorang dalam
berkomunikasi dan bertukar informasi, bahkan kini tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi kini semakin banyak dikembangkan dan
dimanfaatkan diberbagai bidang dan aspek kehidupan guna mencipatakan kemudahan dan
efesiensi dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan manusia. Salah satu bidang yang cukup
banyak mendapatkan manfaat atas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
tersebut ialah bidang pendidikan.
Kesenjangan prasarana dan sarana TIK antara perkotaan dan pedesaan, juga
memperlebar jurang perbedaan sehingga terjadi pula kesenjangan digital di dalam negara kita
sendiri. Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi menjadi sangat krusial untuk
mampu bertahan dan bersaing. Hingga diawal tahun 2000-an Indonesia berupaya untuk
bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi
tersebut dengan memasukkan materi Teknologi Informasi dan Komunikasi ke dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan aplikasi Teknologi Informasi
yangtepat dalam sekolah dan dunia pendidikan merupakan salah satu faktor kunci penting
untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia dari bangsa-bangsa lain. Penyempurnaan kurikulum dilakukan sebagai respon
terhadap tuntutan perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, tuntutan
desentralisasi, dan hak asasi manusia. Oleh karena itu, bahan kajian yang harus dikuasai oleh
siswa disesuaikan dengan semua tuntutan yang ada tersebut. Pada hakikatnya, kurikulum
Teknologi Informasi dan Komunikasi menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan
yang pesat dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan
perubahan dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar
informasi secara kreatif namun bertanggung jawab.
Dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat dibutuhkan
peralatan komputer guna mendukung proses belajar mengajar, sedangkan dalam pendidikan Guru mempunyai peranan yang
sangat besar dalam mengusahakan kemampuan anak didik untuk menyerap informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal tersebut berkaitan dengan salah satu peranan yaitu sebagai komunikator.

Microsoft Word merupakan salah satu materi pelajaran TIK kelas X semester genap.
Dalam proses pembelajaran TIK dengan cara penyampaian materi secara tidak membagi
kelompok hal ini karena kurang fasilitas, karena alasan tertentu sering terjadi tiba-tiba
terjadi kerusakan mendadak pada komputer.

Atas dasar kenyataan inilah, maka perlu dicari alternatif lainnya dengan melakukan
inovasi dan pendekatan, baik itu dalam penggunaan media ataupun metode penyampaian
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan.
Metode mengajar merupakan bagian dari strategi mengajar, metode mengajar
berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberikan
latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode mengajar
sesuai digunakan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Banyak metode yang dapat
digunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa, seperti metode ceramah, metode
diskusi, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode penampilan, metode studi
mandiri, metode simulasi, metode induksi dan deduksi, metode studi kasus, metode
pemecahan masalah, metode seminar, metode bermain peran, metode proyek metode
praktikum, metode ceramah berbantuan LCD proyektor dan lain-lain. Masing-masing metode
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan menyajikan berbagai pertimbangan dalam
memilih metode yang tepat, pertimbangan tersebut dilihat dan dipertimbangkan penetapan
tujuan instruksional sampai pada pengalaman belajar dan macam-macam metode
pembelajaran (Yamin, 2003).
Dalam proses pembelajaran ada tiga aspek yang harus dicapai oleh siswa yaitu
aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Aspek kognitif dapat dilihat dari hasil belajar
siswa, pengalaman dan keterampilan dalam belajar merupakan aspek psikomotorik dan
perubahan nilai atau sikap merupakan aspek afektif dari pendidikan. Adapun media yang
digunakan dalam proses pembelajaran adalah papan tulis, buku paket serta perlengkapan
yang ada di labor TIK diantaranya komputer, print, media pembelajaran tersebut
diharapkan dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mencakup
tercapainya ketiga aspek tersebut.
Keberhasilan proses pembelajaran di kelas dapat dilihat dari aktivitas belajar dan
hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal kelas X semester genap yang
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah diperoleh bahwa hasil belajar TIK kelas
X selama ini masih rendah (rata-rata 65), dibandingkan dengan kriteria ketuntasan
minimum, yaitu 70, meskipun telah dilakukan berbagai upaya oleh guru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut merupakan kurangnya perhatian mereka dalam proses belajar mengajar
karena siswa masih kurang memahami materi pembelajaran yang sulit di dipahami. Kegiatan pembelajaran yang
digunakan metode ceramah kurang tepat dalam materi tersebut. Padahal metode mengajar adalah cara untuk mencapai
tujuan mengajar. Pencapaian tujuan tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku (Hamalik, 1983). Untuk itu
diperlukan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajarannya, dengan maksud untuk mengubah suasana kegiatan
pembelajaran dari siswa pasif menjadi lebih aktif Menurut Roestiyah (1989) seorang guru harus mampu menimbulkan
semangat belajar secara individu, sebab masing-masing anak mempunyai perbedaan di dalam pengalaman, kemampuan,
dan sifat pribadi. Dengan adanya semangat belajar diharapkan dapat timbul kebebasan dan kebiasaan pada siswa untuk

mengembangkan kemampuan berfikirnya dengan penuh inisiatif, dan kreatif dalam pekerjaannya. Salah satu metode yang
tepat adalah tutor sebaya. . Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek
pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara
demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih
memahaminya. Menurut Sudjana (1989 : 30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode
dan alat serta penilaian. Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek
pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara
demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih
memahaminya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal diatas, kondisi pembelajaran TIK saat ini adalah:
1.

Metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional

2.

Terbatasnya kesempatan untuk siswa mengembangkan kreativitasnya

3.

Hasil belajar pada setiap pengerjaan latihan tidak tercapai tepat waktu

4.

Siswa selalu lupa materi pelajaran (teori, perintah, gambar dan cara-cara melakukan)

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penetiti
dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
1. Apakah penerapan tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan mata pelajaran TIK pokok
pembahasan menu dan icon pada Microsoft Office Word pada siswa Kelas X semester II MA
Al-Huda Kundur Tahun Pelajaran 2011/2012
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Untuk
meningkatkan
penggunaan
tutor
sebaya
lebih
efektif
dalam
meningkatkan aktivitas belajar TIK pokok bahasan Microsoft Office Word 2007 pada
siswa Kelas X semester II MA Al-Huda Kundur Tahun Pelajaran 2011/2012
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi siswa, meningkatkan hasil belajarnya

2.

Bagi guru, memberikan pengalaman dalam perbaikan pembelajaran, dan dapat


di jadikan sebagai salah alternatif strategi pembelajaran.

3.

Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam rangka


meningkatkan kreativitas belajar TIK

4.

Bagi penulis, memberikan pengalalaman dalam menulis dan melakukan


perbaikan pembelajaran yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian
selanjutnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Microsoft Word
Ada beberapa program pengolah kata buatan Microsoft diantaranya Microsoft word 97, 2000, 2003, 2007, 2010
namun yang diajarkan di SMA Islam Al-Kamal Sarang Rembang yaitu Microsoft word 2007.
Microsoft Word 2007 adalah program pengolah kata yng dirancang untuk bekerja dengan teks, sehingga mudah
untuk membuat dan mengedit surat, laporan, tabel atau komunikasi lainnya yang menggunakan kata-kata.
Salah

satu cara untuk mengaktifkan Microsoft Word 2003 yaitu klik tombol Start Klik Programs KlikMicrosoft Office Word
2003. Tunggu sampai muncul lembar kerja Microsoft word 2003 seperti berikut ini:
Komponen Layar Microsoft Word 2003 adalah sebagai berikut:

Title bar : Terletak dibagian atas lembar kerja yang berguna untuk mengetahui jendela aplikasi yang aktif dan dokumen
yang sedang dibuka.

Menu Bar : Daftar menu yang dimulai dari File sampai Help. Untuk menampilkan perintah-perintah tiap

menu klik menu yang diinginkan dengan menekan Mouse atau tekan Alt + Huruf yang digaris bawah (Contoh : File = Alt +
F).

Toolbar : Berisi aneka perintah perintah tertentu bar ini digunakan untuk memilih dan menjalakan

perintah dengan cepat dan mudah, untuk mengaktifkan Klik dengan menggunakan mouse untuk perintah yang diinginkan.

Ruler : Digunakan untuk mengatur letak teks dalam halaman selain itu kita juga dapat mengatur batas halaman, margin,
tabulasi serta kedalaman paragraf. Ada 2 jenis mistar yaitu mistar vertikal dan horisontal.

Scrollbar : Digunakan untuk melihat teks yang tidak terlihat dalam layar monitor. Ada 2 macam scrollbar yaitu scrollbar
vertikal dan horisontal.

Statusbar : Digunakan untuk menampilkan informasi mengenai perintah-perintah yang sedang digunakan dan dokumen
pada saat itu.
Sedangkan Microsoft word 2007, mengenai pengertian dan cara membuka atau mengaktifkan tetap sama hanya saja
Microsoft Word 2007 merupakan program pengolah kata terbaru dari Microsoft. Tampilan Microsoft Word 2007 sebagai
berikut:

Berikut ini adalah beberapa istilah yang akan dipakai dalam mengoperasikan Microsoft Word 2007:

1. Hotkey / shortcut
Berupa kombinasi beberapa tombol tertentu pada keyboard yang menyebabkan program
aplikasi yang sedang berjalan untuk melakukan suatu proses tertentu
2. Toolbar (pada Mic. Word 2007 disebut ribbon)
Pada Mic. Word 2007, perintah-perintah sudah ditampilkan dalam grup-grup terpisah

3. Ruler margin (Indent)


Digunakan untuk mengatur batas kiri dan kanan dari suatu halaman

First Line Indent Right Indent


Hanging Indent
Left Indent
1. First Line Indent
Digunakan untuk mengatur posisi huruf pertama pada setiap awal paragraf
2. Hanging Indent
Digunakan untuk mengatur posisi huruf setelah baris pertama pada suatu paragraf

3. Left Indent
Digunakan untuk mengatur batas kiri untuk semua teks
4. Right Indent
Digunakan untuk mengatur batas kanan untuk semua teks
Ada beberapa perbedaan microsoft word 2003 dengan 2007 yaitu: 1) saat men-save di microsoft word 2003 jika tidak
dirubah maka eksistensinya yaitu .doc, dan jika men-save di microsoft 2007 maka eksistensi doc dan tidak bisa dibaca di
microsoft word 2003, 2) tampilan: microsoft word 2007 memiliki theme yang khas, tidak terpengaruh oleh theme komputer,
berbeda dengan office 2003 yang bisa berubah, serta tampilan jauh lebih bagus microsoft 2007, lebih cepat, memiliki fitur
baru, 3) Microsoft word 2007 memiliki perbaikan pada ratusan bug.
Sebagaimana yang terkandung dalam Standar kompetesi dan Kompetensi dasar mata pelajaran TIK, bahwa untuk
siswa kelas X diberikan materi pelajaran pengolah kata, dengan Standar Kompetensi (SK) yang ke-5 (lima) serta
Kompetensi Dasar (KD) sebanyak 4 (empat) sebagai berikut: Menggunakan perangkat lunak pengelolahan angka untuk
menyajikan informasi
a)

Mengidentifikasi

menu

dan

ikon

pada

perangkat

lunak

pengolah

kata
b)

Menjelaskan

fungsi

menu

dan

ikon

pada

perangkat

lunak

pengolah

kata
c)

Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangkat lunak pengolah kata

d) Membuat dokumen pengolah kata sederhana


Microsoft word adalah program aplikasi pengolah kata yang paling populer dan banyak digunakan saat ini untuk
membantu dalam pengerjaan dokumen..
Program pengolah kata merupakan bagian dari materi pembelajaran yang harus diajarkan untuk tingkat SMA sesuai
dengan Standar komptenesi dan Komptensi dasar, adapun materi yang harus disampaikan seperti pengenalan program, menu,
toolbar, icon, memformat dokumen, membuat tabel, menyisipkan gambar, dan mail merge.
Program pengolah kata ini sangat penting diberikan kepada siswa, karena selain siswa dapat belajar program itu
sendiri, siswa dapat menggunakannya untuk membuat dokumen atau penggunaan yang ada pada mata pelajaran lain untuk
membuat sebuah dokumen atau mengedit dokumen.
2. Hakikat, Interaksi dan Hasil belajar
1.

Hakikat Belajar
Menurut Bagne seperti yang dikutip oleh M. Purwanto (1990 : 84) menyatakan bahwa: Belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa hingga perbuatannya berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi , sementara itu Edward Thorndike (1973)
berpendapat, bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.
Belajar mencakup semua aspek tingkah laku dan dapat dilihat dengan nyata, proses yang tidak dapat dilihat dengan
nyata, proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi belajar bukan merupakan tingkah laku
yang nampak tetapi merupakan proses yang terjadi secara internal dalam diri individu dalam usahanya memperoleh
hubungan yang baru. Hubungan baru dapat berupa antara reaksi-reaksi, perangsangan-perangsangan dan reaksi.

Dari uraian tentang belajar di atas, dapat kita ambil kesimpulan betapa pentingnya proses belajar dan kehidupan
manusia. Untuk itu perlu kiranya kita menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar. Dalam hal ini Slameto (19991:27-28)
mengemukakan prinsip-prinsip belajar, sebagai berikut:
a)

Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai
tujuan instruksional.

b)

Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.

c)

Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

d) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut discovery.
e)

Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

f)

Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapai.

g)

Belajar memerlukan saran yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

h)

Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya ber-eksplorasi dan belajar
dengan efektif.

i)

Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

2.

Interaksi Belajar
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang
dilakukan secara sadar dan bertujuan.
Dalam interaksi pembelajaran unsur guru dan siswa harus aktif, karena tidak mungkin terjadi proses interaksi bila
hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam sikap, mental, dan perbuatan. Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan
keterampilan proses, siswa harus lebih aktif daripada guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Inilah
yang disebut dengan interaksi edukatif sebagaimana yang dikemukakan Abu Achmadi dan Shuyadi, (1985:47), interaksi
edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan.
Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi,
komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

a)

Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai
penerima aksi. Guru aktif, dan anak didik pasif. Mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.

b)

Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian
pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan terjadi
dialog.

c)

Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan anak didik.
Anak didik dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik
lain. Penggunaan variasi pola interaksi mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan.

3.

Hasil Belajar

Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar karena prestasi itu sendiri merupakan hasil belajar itu
biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut Winarno Surahmad ( 1997 : 88 ) Hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat
bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku.
Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau Perubahan diri seseorang yang dinyatakan
dengan cara bertingkah laku baru berkat pengalaman baru.
Hasil belajar merupakan hasil dari proses kompleks. Hal ini disebabkan banyak Faktor yang terkandung di dalamnya
baik yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal.
Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1.

Faktor fisiologi seperti kondisi fisik dan kondisi indera.

2.

Faktor Psikologi meliputi bakat, minat, kecerdasan motivasi, kemampuan kognitif.


Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

3.

Lingkungan : alam,masyarakat/keluarga

4.

Faktor Instrumental : kurikulum/bahan pengajaran sarana dan fasilitas.

3.

Motivasi belajar
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan
entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Motivasi tersebut perlu dimiliki oleh para siswa dan guru untuk memperlancar pembelajaran. Kaitannya dengan
pembelajaran, motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar siswa tanpa adanya motivasi,
maka proses belajar siswa akan sukar berjalan secara lancar. Dalam konsep pembelajaran, motivasi berarti seni mendorong
peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar, hal ini berarti dalam proses pembelajaran. Adakalanya guru
membangkitkan dorongan, desire. incentive, atau memotivasi murid untuk aktif ambil bagian dalam kegiatan belajar
(Rasyad, 2003:92). Upaya menggerakkan, mengarahkan, dan mendorong kegiatan murid untuk belajar dengan penuh
semangat dan vitalitas yang tinggi dinamakan memberi motivasi. Banyak bakat anak tidak berkembang hal ini menurut
Purwanto (2002:61) dikarenakan tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat,
maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Dalam proses pembelajaran
para guru perlu mendesain motivasi yang tepat terhadap anak didik agar para anak didik itu belajar atau mengeluarkan
potensi belajarnya dengan baik memperoleh hasil yang maksimal.
4. Tutor Sebaya
Melakukan strategi belajar secara dini dalam upaya mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa agar
tidak berdampak lebih jauh terhadap pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menguasai
kompetensi yang seharusnya dicapai dan berdampak terhadap prestasi belajar siswa, salah satu metode yang diduga mampu
membuat suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat membantu kesulitan belajar siswa adalah
metode dengan tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa secara terbuka dan interaktif di bawah bimbingan guru, sehingga
siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai standar.
1)

Pengertian Tutor Sebaya


Ada beberapa teori dalam mendasari strategi pembelajaran dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut:

a)

Zaini (dalam Suyitno, 2004:36) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah mengajarkan kepada orang lain.
Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa
dalam mengerjakan materi kepada teman-temannya.

b)

Conny Semiawan (dalam Suherman dkk, 2003:276) mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah siswa yang pandai
memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan teman-teman di luar
sekolah. Mengingat bahwa siswa merupakan elemen pokok dalam pengajaran, yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah
laku sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sumber pertimbangan di dalam pemilihan
sumber pengajaran.

c)

Suryo dan Amin (1984:51) yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan
ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar.

2)

Pengertian Bimbingan Tutor Sebaya


Sedangkan yang dimaksud bimbingan tutor sebaya adalah kegiatan bimbingan yang dilaksanakan oleh siswa yang
memiliki pemahaman dan keterampilan lebih luas dibandingkan dengan teman-temannya yang lain dan telah diberi
pengarahan tentang keterampilan komunikasi dan konseling (tutor) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu
membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar (tutee) pada pelajaran TIK agar memperoleh hasil belajar
yang lebih baik. Greenwood dkk, (kalkowsky, 2004:6) mengemukakan bahwa Terdapatnya keuntungan yang dapat
diperoleh dari pelaksanaan tutor sebaya, yaitu belajar keterampilan akademis, mengembangkan prilaku sosial dan disiplin
kelas, serta meningkatkan hubungan antar tutor. Dalam penelitiannyapun Greenwood menemukan adanya peningkatan
.kepercayaan diri dan kemampuan pengendalian diri. Semuanya bermanfaat bagi tutor dan tutee.
Dari penjelasan diatas, jelas bahwa pembelajaran bantuan tutor sebaya memberikan keuntungan, baik bagi siswa
tutor maupun siswa yang dibimbingnya (tutee). Bagi tutor dengan membimbing atau mengajarkan suatu topik kepada
temannya, maka pengertian terhadap materi itu akan menjadi lebih mendalam dan kesempatan untuk pengayaan dalam
belajar. Sedangkan siswa yang dibimbing akan lebih cepat mengerti karena bahasa siswa lebih mudah dimengerti oleh
temannya. Sejalan dengan itu Natawidjaya (dalam Zuchri, 1996:5) mengatakan bahwa bantuan belajar oleh tutor sebaya
pada umumnya memberi hasil yang cukup baik, hubungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain pada umumnya
terasa lebih dekat dibanding dengan guru. Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam
penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. Itu berarti bahwa tutor adalah murid yang tergolong baik dalam
prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya (Sawali Tuhusya :2007).
Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa
tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik
dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran
pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain.
Tutor Sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta
didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang
mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik
satu-satu atau dalam kelompok kecil.

Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini
merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik
yang bekerja bersama.
Tutor Sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu
memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka
belajar dengan Tutor Sebaya, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan,
berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada temannya
lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan
orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.
3)

Manfaat Dari Tutor Sebaya


Dengan memperhatikan pengertian tutor sebaya, maka dapat disimpulkan bahwa metode tutor sebaya ialah
pemanfaatan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian dan kecakapan di dalam kelas untuk membantu memberi
penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran
yang usianya hampir sama atau sekelas dalam pembelajaran.
Manfaat dari pelaksanaan pengajaran oleh teman sebaya bukan hanya dirasakan oleh tutor saja, tetapi juga menjadi
penambah semangat bagi siswa yang dibimbingnya, ia akan lebih memahami konsep dari pada sebelum pengajaran
diberikan oleh tutornya. Hasil penelitian Hakim (dalam Zuchri, 1996:16) menerangkan bahwa peran teman sebaya dapat
menumbuhkan dan membangkitkan persaingan prestasi belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan pengajar atau tutor,
eksistensinya diakui oleh teman sebaya.
Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1.

Memiliki kepandaian lebih unggul daripada siswa lain.

2.

Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.

3.

Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.

4.

Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau
enggan untuk bertanya kepadanya dan rajin.

5.

Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.

6.

Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada
kawannya.

4)

Petugas Tutor Sebaya


Agar pelaksanaan pengajaran tutor sebaya dapat berlangsung secara efektif dan berhasil, guru perlu memperhatikan
pemilihan petugas tutor sebaya dan pembentukan kelompok. Banyaknya petugas tutor sebaya ditentukan oleh ciri-ciri yang
telah disebutkan di atas dan disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelas tersebut dan banyaknya siswa dalam tiap-tiap
kelompok yang akan direncanakan. Karena jumlah siswa ada 23orang direncanakan tiap kelompok 5 atau 6 orang, maka
petugas tutor sebaya ada 6 orang. Keenam petugas itu dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan
sebaik mungkin.
Mengenai berapa banyaknya anggota setiap kelompok tidak ada ketentuan yang mutlak harus ditaati sebagai
pedoman. Kelompok kecil sebaiknya dengan anggota 4-5 orang, dengan dasar pemikiran bahwa makin banyak anggota

kelompoknya, keefektifan, keefektifan belajar tiap anggota berkurang. Sebaliknya jika terlalu sedikit 2 atau 3 orang, kurang
dapat membentuk iklim kelompok yang baik. Kelompok-kelompok itu dapat dibentuk atas dasar minat dan latar belakang,
pengalaman atau prestasi belajar. Kehangatan atau iklim kelompok yang baik dapat terbentuk berdasarkan adanya rasa
persaudaraan antar anggota.
5)

Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya


Menurut Suryo dan Amin (1982:51), beberapa kelebihan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1.

Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu.

2.

Bagi tutor sendiri, kegiatan remedial ini merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah
motivasi belajar.

3.

Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu.

4.

Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.


Adapun kekurangan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1.

Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.

2. Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Seting penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian dan siklus PTK.
1. Tempat penelitian MA AL-Huda Kundur
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dilaksanakan di MA Al Huda Kundur untuk
mata pelajaran TIK. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 23 orang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 18 orang
perempuan.
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar TIK
tempat penelitian bertugas, selain itu juga memudahkan prosedur untuk melakukan
penelitian.
2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester Genap tahun ajaran 2011/2012, yaitu pada
April 2012. Pemilihan waktu ini mengacu pada kalender pendidikan disekolah dan bertepatan
dengan materi pelajaran yang diteliti diberikan.
3. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk melihat kreatifitas belajar siswa dalam mata
pelajaran TIK dengan metode tutor sebaya.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MA Al-Huda Kundur semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 18
orang perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari siswa untuk mendapatkan hasil belajar dalam
proses belajar mengajar.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan tes.
1. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan
dilakukan oleh kolaborator. Pengamatan dilakukan disetiap pertemuan dengan menuliskan
tanggapan pengamat tentang pengelolaan pembelajaran sesuai dengan aspek-aspek yang
ditetapkan pada kolom yang tersedia. Obsevasi difokuskan untuk memastikan apakah proses
belajar mengajar berjalan sesuai dengan perencanaan.

2. Teknik Tes
Tehnik tes digunakan untuk mengumpulkan hasil belajar siswa sesuai dengan
cakupan materi. Tes hasil belajar diberikan pada; tes I dilaksanakan pada siklus pertama dan
tes II dilaksanakan pada siklus kedua.
E. Metode Analisa Data

Data yang dikumpul dalam setiap kegiatan pelaksanaan sikus penelitian dianalisis
dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran.
1. Hasil belajar; dengan menganalisis nilai tes, dikategorikan dalam klasifikasi tuntas dan
tidak tuntas.
2. Penerapan Metode Pembelajaran tutor sebaya dengan menganalisis tingkat dikategorikan
dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2.
Siklus 1
Materi yang diajarkan pada siklus 1 adalah menggunakan MW untuk mengaktifkan
menu icon. Siklus 1 dalam Penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi sebagai berikut:

1. Perencanaan
1. Membuat rencana Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
dasar untuk mata pelajaran TIK Kelas X, dan mengembangkan skenario pembelajaran.
2.

Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan. Di antaranya:

1.

Meaktifkan halaman kertas

2.

Membuat tabel: menyisipkan baris, menyisipkan kolom, menghapus baris, menghapus kolom, mengabungkan baris dan
kolom.

3.

Menyisipkan gambar, simbol, clipart, autoshape, wordart, grafik

4.

Membuat Mail Merge.

2. pelaksanaan
Melaksanakan pelaksanaan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, yaitu:
1.

Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung dari guru pengajar selama 1
jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan diberi tugas untuk membaca materi yang akan
diterangkan.

2.

Guru menjelaskan materi memformat dokumen dengan terlebih dahulu mengadakan apersepsi.

3.

Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari kegiatan belajar.

4.

Setelah satu jam pelajaran kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi memformat dokumen dengan
dibimbing oleh kelompok tutor.

3. Pengamatan
Pada tahap ini guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya:
1.

Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang menjadi tutor maupun sebagi
teman

2.

Menilai lembar kerja yang dikerjakan.

4. Refleksi
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
1.

Apakah materi yang disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan jelas oleh kelompok tutor ke kelompok teman?
Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya belum mencapai 75%
maka akan lakukan perbaikan pada siklus kedua dengan materi yang sama, dan jika hasilnya sudah memuaskan maka pada
siklus kedua akan disampaikan materi kedua)

2.

Apakah terjadi interaksi belajar?


Hal ini terlihat dari respon siswa sebagi tutor ataupun sebagai teman, baik itu dalam bentuk tanya jawab, pengerjaan
latihan.

3.

Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan untuk
digunakan pada siklus kedua.

Siklus II
Materi yang diajarkan pada siklus 2 adalah Membuat. Seperti pada Siklus 1, Siklus
2 juga terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Pelaksanaan
1. Membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus
2. Menukar kelompok, yang tadinya tutor menjadi kelompok teman, dan yang kelompok tempat
menjadi kelompok tutor
2. Perencanaan
Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Tutor
Sebaya berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus 1.
3. Pengamatan
Mengamti interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa
yang menjadi tutor maupun sebagai teman.
4. Refleksi
Peneliti mengadakan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 2 dan menganalisis serta
membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran tutor sebaya dalam kreatifitas belajar siswa pada materi microsof word 2007
di MA Al-Huda
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Paparan Data
Paparan data dalam penelitian ini menjabarkan tentang upaya meningkatkan
kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar menggunakan metode pembelajaran Tutor Sebaya
Berdasarkan data hasil evaluasi yang dilakukan dapat didistribusikan data hasil
belajar siswa. Data tersebut diproleh berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar setiap

individu setelah melakukan setiap rangkaian kegiatan belajar mengajar dengan metode
Tutor Sebaya. Evaluasi dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2.
Adapun data yang diproleh siswa sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi hasil belajar meteri Microsof Word X MA Al Huda Kundur
pada siklus pertama dan kedua.
Kisaran Nilai siswa
Siklus 1
Siklus 2
Jlh siswa

Jlh siswa

< 70

17

73%

13%

70

26%

20

86%

Sudah tuntas 60

Nilai rata-rata

Tabel 2.

20
65,75

Hasil observasi pada siklus I dan II belajar MW 2007


Aspek

Materi yang disampai-kan guru dapat dime-ngerti oleh


tutor

74,56

Nilai

Siklus I

Siklus II

70

75

65

70

65

75

65

75

Terjadi interaksi belajar (keseriusan, perhatian, dan


tanya jawab tutor dengan teman )

Kreatifitas dalam pengerjaan latihan

Berikut ini penjabaran hasil penelitian tindakan berdasarkan siklus-siklus kegiatan:


a. Kegiatan siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan selama satu kali pertemuan. Materi yang diajarkan adalah:
1.

Mengaktifkan ukuran halaman, teks paragraf

2.

Membuat tabel: menyisipkan baris, menyisipkan kolom, menghapus baris, menghapus kolom, mengabungkan baris dan
kolom.

3.

Menyisipkan gambar, simbol, clipart, autoshape, wordart, grafik

4.

Membuat Mail Merge.

Materi ini disampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya.


Siklus 1 dilakukan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi, sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Peneliti mengadakan analisis kurikulum untuk meneliti kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Tutor Sebaya.
b. Membuat Rencana Program Pembelajaran
c. Membuat instrumen pengamatan
d. Menyusun instrumen pengamatan
2. Pelaksanaan
1. Membagi kelompok dan menjelaskan maksud pembagian kelompok dan rencana
pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Menyajikan maetri pelajaran
3. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri.
4. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).
5. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub
materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan
bertindak sebagai tutor sebaya
6. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok
dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
7. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas
8. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah
diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
9. Semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi,
beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
3. Observasi
1. Situasi kegiatan belajar mengajar
Proses kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 belum terlaksana seperti yang
diharapkan. Hal ini disebabkan masih ada siswa tidak fokus pada saat tutor menjelaskan,
seperti Menyisipkan gambar, simbol, clipart, autoshape, wordart, grafik dengan benar
2. Keaktifan siswa
Dalam proses belajar siswa aktif untuk diskusi dan menanpilkan hasil pembelajaran
yang di berikan oleh tutor tetapi tidak di catat dalam buku catatan
4. Refleksi dan perencanaan ulang

1. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah
diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
2. Penyelesaian tugas kelompok tidak selesai sesuai dengan waktu yang disediakan.
3. Materi yang disampaikan guru dapat disampaikan oleh tutor kekelompok temannya.
4. Ada beberapa siswa kurang merespon sebagai tutor sebagai teman, baik itu dalam bentuk
tanya jawab, pengerjaan latihan.
5. Setelah evaluasi hasil belajar dilakukan didapat: 17 siswa atau 73 % memproleh nilai < 70
dan 6 siswa atau 26 % memperoleh nilai 70. KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran
TIK adalah 70, sedangkan proses belajar mengajar berhasil jika sekurang-kurangnya 85 %
siswa memperoleh nilai sama atau diatas KKM yaitu 70. Rata-rata nilai adalah 65,79.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah
dicapai pada siklus 1, maka pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut:
1. Memberi motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran dan
menyelesaikan tugas sebagai tutor.
2. Mengingatkan kepada siswa yang menjadi tutor pada siklus 2 sama dengan pada siklus 1.
3. Memberi penegasan kepada siswa supaya pada siklus 2 lebih menguasai materi yang telah
diberikan tentang Microsof Word
b. Kegiatan Siklus 2
Seperti pada siklus 1, siklus 2 ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Materi pelajaran yang diberikan pada siklus 2 yaitu.
1. Perencanaan
Perencanaan pada siklus 2 sama dengan perencanaan pada siklus 1 yaitu:
a. Peneliti mengadakan analisis kurikulum untuk meneliti kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode Tutor Sebaya
b. Membuat Rencana Program Pembelajaran.
c. Membuat instrumen pengamatan
d. Menyusun alat evaluasi pengajaran
2. Pelaksanaan
a. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga orang, anggota kelompok
dipilih tidak berdasar anggota kelompok pada siklus 1. Dalam pembentukan kelompok,
b. Menyajikan materi pelajaran.
Materi yang diberikan pada siklus 2 adalah mengolah kata pada Microsof Word
dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan.
d. Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok.
Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok
dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya..

e. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah
diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama
f. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
Setelah tutor menyampaikan materi yang telah diberikan. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanggapi hasil secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri
kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
3. Observasi
a. Situasi kegiatan belajar mengajar.
Proses kegiatan belajar mengajar pada siklus 2 telah terlaksana seperti yang diharapkan.
Siswa telah menguasai sub sub materi yang diberikan seperti mengolah kata pada Microsof
Word.
b. Keakfifan siswa.
Dalam proses belajar mengajar siswa aktif dam neguasai materi, dari hasil penyampaian
siswa menulis di buku catatan masing-masing
4. Refleksi
Setelah proses kegiatan dan tes hasil belajar siklus 2 dilaksanakan diproleh hal-hal
sebagai berikut:
a. Semua kelompok menyampaikan materi yang diberikan dengan baik.
b. Siswa senang dan antusias mengerjakan tugas kelompok.
c. Penyelesaian tugas kelompok selesai sesuai dengan waktu yang disediakan siswa dan siswa
meneriama materi dari tutor.
d. Setelah evaluasi hasil belajar dilakukan didapat: 3 siswa atau 13 % memproleh nilai < 70
dan 20 siswa atau 87 % memperoleh nilai 70. KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran
TIK adalah 70, sedangkan proses belajar mengajar berhasil jika sekurang-kurangnya 85 %
siswa memperoleh nilai sama atau diatas KKM yaitu 70. Rata-rata nilai adalah 74,56.
B. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar
Matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Tutor Sebaya dibandingkan
dengan pembelajaran TIK sebelumnya memperlihatkan peningkatan yang sangat signifikan.
Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar siswa. Rata-rata nilai hasil belajar siswa
sebelum dilakukan pembelajarn dengan model Tutor Sebaya adalah 65.79, sedangkan ratarata nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajarn dengan metode Tutor Sebaya
menjadi pada siklus 1 dan 70,00 pada siklus 2. Sedangkan tingkat keberhasilan proses
belajar mengajar dengan menggunakan model Tutor Sebaya adalah 79 % pada siklus 1
menjadi 87 % pada siklus 2, dengan ketentuan prosese belajar mengajar berhasil jika lebih
dari 85 % siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau diatas nilai KKM yaitu 70.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: Penerapan metode Tutor sebaya terhadap materi menyisipkan
baris, menyisipkan kolom, menghapus baris, menghapus kolom, mengabungkan baris dan kolom dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X Semester II MA Al-Huda Kundur tahun pelajarn 2011/2012.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat dismpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan kreatifitas nilai rata-rata siswa belajar
TIK siswa kelas X semester II MA Al-Huda Kundur.
2. Penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan kreatifitas hasil belajar TIK siswa kelas
X semester II MA Al-Huda Kundur.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, telah terbukti bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat
meningkatkan Hasil kreatifitas belajar siswa dalam mata pelajaran TIK, maka disarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadi fasilitator dan siswa sebagai tutor
sebagai salah satu pilihan dalam pembelajaran TIK untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Karena metode pembelajaran tutor sebaya sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka
model pembelajaran ini dianjurkan untuk dilakukan dalam pembelajaran TIK.

Anda mungkin juga menyukai