Anda di halaman 1dari 21

MODUL

INSTALASI LAMPU PENERANGAN PADA BANGUNAN GEDUNG


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Workshop Pengembangan Bahan Ajar Kepada Dosen
Pembina Matakuliah Drs. Slamet Wibawanto, M.T.

Oleh:
Abdur Rohim : 120534400695

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
OKTOBER 2014

1. KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
karunia yang tiada henti diberikan kepada setiap hamba-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Modul Instalasi Penerangan Listrik untuk kalangan Sekolah
Menengah Kejuruan kompetensi keahlian Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik ini
tepat waktu. Modul ini nantinya akan dijadikan pegangan siswa untuk kegiatan
pembelajaran.
Dalam penggunaan modul ini tetap mengharapkan asas keluwesan dan
keterlaksanaannya, yang menyesuaikan dengan karakteristik peserta, kondisi fasilitas dan
tujuan kurikulum/program diklat, guna merealisasikan penyelenggaraan pembelajaran di
SMK. Penyusunan Bahan Ajar Modul bertujuan untuk menyediakan bahan ajar berupa
modul produktif sesuai tuntutan penguasaan kompetensi tamatan SMK sesuai program
keahlian dan tamatan SMK.
Demikian, mudah-mudahan modul ini dapat bermanfaat dalam mendukung
pengembangan pendidikan kejuruan, khususnya dalam pembekalan kompetensi kejuruan.

Malang , Oktober 2014


Penyusun

Abdur rohim

2. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


1.1.

Petunjuk Bagi Siswa


1. Baca petunjuk kegiatan pembelajaran yang pada modul
2. Baca tujuan dari modul
3. Pelajari dengan seksama dan pahami dengan benar isi materi. Bacalah beberapa kali
hingga diperoleh pemahaman atas beberapa pengertian yang terdapat dalam modul.
4. Kerjakan soal-soal latihan yang ada di bagian akhir setiap kegiatan belajar.
5. Tanyakan pada guru apabila ada hal-hal yang belum jelas dan dimengerti

1.2.

Petunjuk Bagi Guru


Dalam setiap kegiatan belajar guru atau instruktur berperan untuk :
1. Menjelaskan petunjuk-petunjuk kepada siswa yang masih belum dimengerti
2. Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan siswa mengenai proses belajar siswa
3. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang
diperlukan untuk belajar.
4. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan
5. Membuat pernyataan dam memberikan penilaian kepada setiap siswa

3. KOMPETENSI DASAR
KD 3.1

:
Menjelaskan Instalasi lampu penerangan pada bangunan gedung

Indikator

Menjelaskan tentang dasar-dasar instalasi penerangan


Menjelaskan mengenai jenis-jenis lampu penerangan dan sumber cahaya
Menjelaskan mengenai komponen listrik dalam armatur
Menjelaskan mengenai syarat-syarat pemilihan armatur pada instalasi lampu
penerangan pada bangunan gedung

KD 4.1

Indikator

:
Memasang instalasi lampu penerangan pada bangunan gedung

:
Menjelaskan mengenai PUIL 2000 yang behubungan dengan instalasi penerangan
Menjelaskan mengenai perangkat PHB tegangan rendah
Menggambar rangkaian instalasi lampu penerangan pada bangunan gedung
Pelaksanaan praktikum instalasi penerangan pada bangunan gedung
Instruksi untuk membuat laporan secara tulisan

4. TUJUAN
Tujuan pembelajaran :

Siswa memahami jenis-jenis sambungan yang ada pada instalasi penerangan


Siswa dapat memahami dan membedakan jenis-jenis lampu penerangan
Siswa mampu memilih armatur pada instalasi lampu penerangan pada bangunan
gedung dengan baik dan benar

Tujuan akhir

Setelah menyelesaikan kegiatan-kegiatan belajar dari modul ini,diharapkan siswa:

Menggambar bagan instalasi penerangan pada bangunan gedung


Siswa dapat merangkai instalasi penerangan pada bangunan gedung
Siswa memahami prosedur pemasangan instalasi penerangan pada bangunan
gedung,seperti menentukan jenis-jenis lampunya,jenis-jenis sambungan nya,dll

5. MATERI PELAJARAN
BAB 1
INSTALASI LAMPU PENERANGAN PADA BANGUNAN GEDUNG
A.Dasar-dasar Instalasi Penerangan
Listrik dialirkan melalui kawat listrik yang terbuat dari bahan penghantar. Bahan
penghantar listrik yang umum kita jumpai adalah tembaga dan aluminium. Kawat listrik
selalu diisolasi dengan bahan yang tidak dapat menghantarkan listrik, seperti plastik atau
karet untuk keamanan.
Isolasi kawat listrik dibuat dalam beberapa warna untuk membedakan antara kawat
yang satu dengan yang lainnya : warna hitam, merah, kuning adalah kawat arus atau fasa;
warna biru adalah kawat nol,dan kawat hijau atau kuning/hijau adalah kawat pembumian
(ground).
Ketika melakukan pemasangan dan penyambungan kawat listrik tidak boleh dilakukan
sembarangan,karena setiap penyambungan ad acara khusu cara menyambungan,itu semua
tergantung dari lokasi dan kegunaan kawan yang sedang kita sambung,berikut adalah macammacam cara menyambung kawat yang baik dan benar.
a) Sambungan mata itik
Sambungan mata itik adalah sambungan yang di gunakan untuk menghubungkan kawat
penghantar dengan komponen-komponen lain misalnya pada fitting. Pembuatan mata
sambungan ini dilakukan dengan tang pembulat.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pembuatan sambungan mata itik adalah sebagai
berikut :
1. Jangan membuat dengan arah kiri sebab bila skrup/baut dikencangkan, bulatan akan
membuka sehingga sambungan mudah lepas.
2. Bulatan disesuaikan dengan baut/skrup agar penekanan baut dapat merata dan
sambungan menjadi sempurna.

b) Sambungan Ekor babi


Menyambung cara ekor babi ialah cara yg paling sederhana dan mudah. Sambungan ini
digunakan untuk menyambung atau mencabangkan satu atau beberapa kabel pada satu
titik. Penyambungan cara ini sering dijumpai pada kotak sambung dan umumnya
dipasang LASDOP sebagai pengikat dan sekaligus sebagai isolasi.Cara menyambung
ekor babi : semua kabel yg akan disambungkan dijadikan satu kemudian diputar dengan
TANG KOMBINASI sampai erat. Kemudian rapikan hasil sambungan dg memotong
kelebihan kabel pd ujung sambungannya.

c) Sambungan bolak-balik
Tujuan sambungan bolak-balik pada dasarnya sama dengan penyambungan puntir yaitu
untuk menghubungkan 2 kabel yang akan direntang. cara penyambungan ini akan
menghasilkan sambungan yang lebih kuat terhadap gaya rentang dan tarikan.
Untuk kabel yang ukuran lebih besar dilakukan dengan carasambungan bolak balik
Britannia atau dengan model sambungan Scarf.Bentuk sambungan ditunjukkan
seperti gambar dibawah ini:
a. Bentuk sambungan bolak balik.
b. Bentuk sambungan Britannia.
c. Bentuk sambungan Scarf.

d) sambungan bercabang
Dalam jaringan listrik sering kita temukan dalam penghantar yang panjang, selain
sambungan lurus juga ditemukan sambungan cabang. Sambungan ini dilakukan dengan
maksud untuk mengambil jalan pintas agar menghemat penggunaan kabel dan praktis
dalam pengerjaannya. Sambungan ini dapat dilakukan tanpa harus memutus kabel
utamanya, melainkan hanya dikupas kabelnya sepanjang kebutuhan. Bentuk pencabangan
datar ini bisa untuk cabang tunggal (Single Plain joint) atau bisa juga dalam bentuk
cabang ganda (Cross Plain Joint).

B.SUMBER CAHAYA DAN JENIS-JENIS LAMPU


Pada dasarnya terdapat 2 jenis sumber cahaya, yaitu cahaya alami dan cahaya buatan
(artificial lighting). Cahaya alami merupakan cahaya yang berasal dari matahari, sedangkan
cahaya buatan berasal dari lilin, lampu gas, lampu minyak, dan lain-lain. Kedua sumber cahaya
ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain: sumber cahaya alami memiliki sifat
tidak menentu, tergantung pada iklim, musim, dan cuaca. Sinar ultraviolet (UV) yang
terkandung dalam cahaya alami dapat merusak struktur permukaan material. Sedangkan
cahaya buatan membutuhkan biaya tertentu, namun peletakan dan kestabilan cahaya dapat diatur.
Sumber cahaya alami yang masuk melalui skylight ataupun jendela dapat dirancang
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan penambahan aksesoris seperti tirai, kaca
film, ataupun bidang yang disususn pada lubang cahaya sebagai penghalang atau
penyaring cahaya akan memberikan efek tertentu dalam ruang dalam. Sedangkan sumber
cahaya buatan awalnya mengalami kesulitan untuk penempatan posisi dan untuk
mempertahankan kestabilan kuat cahayanya. Namun dengan semakin berkembangnya
zaman, cahaya buatan menjadi mudah untuk diaplikasikan di berbagai tempat dan kuat
cahayanya dapat diatur sesuai keinginan penggunanya.
Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk memperoleh pencahayaan
yang optimal dan dapat memnuhi fungsi supaya mata dapat melihat dengan jelas dan
nyaman yaitu:

tingkat kuat penerangan (lighting level),


distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution),
pembatasan kesilauan (limitation of glare),
kondisi dan iklim ruangan.
1.1 Konsep Cahaya
Konsep cahaya pada prinsipya merupakan bentuk gelombang elektromagnetik.
Proses gelombang elektromagnetik ini adalah juga merupakan gejala getaran identik

dengan frekuensi. Mengacu pada konsep gelombang elektromagnetik, maka


kecepatan
5
rambat gelombang di ruang bebas sama dengan 3x 10 km per detik. Panjang

gelombang cahaya sangat menentukan terlihat atau tidaknya cahaya tersebut oleh
mata manusia. Sehingga panjang gelombang dapat diukur dengan menggunakan
persamaan:
v
f ............................................................. .............................................(2.1)
dimana:
= panjang gelombang
v = kecepatan rambat cahaya
f = frekuensi gelombang cahaya

Dikaitkan dengan energi listrik, jika suatu sumber cahaya memancarkan


cahaya sebesar 1 watt dengan panjang gelombang 555 m, berarti dinilai sama
dengan 1 watt cahaya. Jumlah seluruh cahaya yang dipancarkan suatu sumber cahaya
dalam satu detik disebut flux cahaya, satuan flux cahaya dinyatakan dalam lumen
(lm), 1 watt cahaya kira -kira sama dengan 680 lumen. Semakin besar nilai flux
cahaya dari suatu sumber cahaya, maka semakin terang cahaya yang dapat ditangkap oleh
mata manusia.
Energi listrik yang dialirkan pada sebuah sumber cahaya (lampu) tidak semuanya
terubah sebagai energi cahaya, sebagian besar dari energi listrik tersebut berubah
menjadi panas dan hanya sebagian kecil saja yang berubah menjadi gelombang
cahaya. Nilainya tergantung dari jenis lampu yang digunakan, namun tidak lebih dari
20% saja.
a) Intesitas Cahaya
Intensitas cahaya (I) dengan satuan candela (cd) adalah arus cahaya dalam
lumen yang diemisikan setiap sudut ruang (pada arah tertentu) oleh sebuah sumber
cahaya. Kata candela berasal dari candle (lilin) merupakan satuan tertua pada
teknik penerangan dan diukur berdasarkan intensitas cahaya standar.
Biasanya suatu sumber cahaya tidak memancarkan jumlah fluks persatuan sudut
ruang yang sama ke semua arah, jadi umumnya intensitas cahaya suatu sumber
berbeda untuk arah yang berlainan. Suatu sumber titik (ideal) yang memancarkan
fluks cahaya merata kesemua arah disebut sumber titik uniform (serba sama).

b) Fluks Cahaya
Lampu fluorescent menghasilkan cahaya melalui pemanasan partikel
(filamen) dan hasil dari suatu radiasi sehingga cahaya menjadi lebih terang. Benda
yang menghasilkan cahaya disebut dengan lumen (benda yang bercahaya).
Sebaliknya, benda seperti bulan yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, akan tetapi
hanya merefleksikan cahaya dari sumber lain disebut dengan illuminasi (benda yang
tidak bercahaya).
Jumlah cahaya yang terlihat dan dipancarkan oleh suatu sumber dinyatakan oleh
fluks pancaran cahaya total F dari sumber (total luminous flux). Menurut definisi,
fluks pancaran cahaya total yang berasal dari sumber titik isotropik yang memiliki
intensitas pancaran cahaya I ( luminous intensity) adalah:
F = 4.I
............................... ................................ .........................................(2.2)
dimana:
F = Fluks pancaran cahaya total
= 3,14
I = intensitas cahaya
Satuan fluks adalah lumen (lm)

c) Lampu
Lampu pertama kali ditemukan pada tahun 1878 oleh Thomas Alfa Edison
dalam bentuk lampu pijar. Konsep dasar dari sebuah lampu adalah salah satu bentuk
pemanfaatan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan dari transfer energi fisik
maupun kimiawi yang terjadi pada saat lampu menyala. Energi elektromagnetik tidak
semuanya dapat terlihat oleh mata tela njang, hanya gelombang antara 380 nm sampai
dengan 750 nm saja yang dapat dengan mudah diubah menjadi terlihat oleh manusia.
Gelombang yang terlihat oleh manusia itulah yang selanjutnya merupakan cahaya
yang dihasilkan lampu. Ada beberapa macam lampu yang kita gunakan saat ini
diantaranya adalah lampu Incandescent, lampu fluorescent (TL) dan lampu halogen.
1) Lampu Incandensent
Lampu jenis ini lebih dikenal dengan sebutan lampu pijar. Lampu pijar
menghasilkan cahaya ketika arus listrik melewati filamen yang mempunyai

resistivitas tinggi sehingga menyebabkan kerugian tegangan yang selanjutnya


menyebabkan kerugian daya dan mengakibatkan panas pada filamen dan
panas inilah yang menghasilkan cahaya (Muhaimin, 2001). Semakin panas
filament tersebut maka cahaya ya ng dipancarkan oleh lampu semakin terang.
Daya yang didisipasikan oleh filament lampu pijar dipengaruhi tegangan
kerja dan resistansi filament pada kondisi panas yang dirumuskan.
2
v
Pd= R .....................................................................................(2.3)
Dimana.
Pd = Daya yang didisipasikan
V = tegangan kerja
R = resistansi filament
Temperatur kerja filament saat menyala dapat mencapai 2500 C samapai
3000C kondisi ini mengakibatkan resistansi filamen naik menjadi 1 kali pada
kondisi dingin.

Gambar . Bentuk lampu incandensent


2) Lampu fluorescent TL (Tube Luminesent)
Lampu ini lebih dikenal dikalangan masyarakat indonesia dengan nama
lampu TL. Lampu ini dikembangkan sejak tahun 1980, bekerja dengan
menggunkan gas fluor untuk menghasilkan cahaya. Energi listrik akan
membangkitkan emisi gas di dalam tabung lampu sehingga akan timbul sinar
ultraviolet. Sinar-sinar yang membentur bubuk fluorescent yang dilapiskan
pada bagian dalam tabung mengubah sinar ultraviolet menjadi radiasi dalam
spektrum yang dapat dilihat.

3) Lampu Halogen.
Lampu halogen adalah lampu pijar yang diisi dengan gas dan diberi sedikit
campuran yodium. Sewaktu lampu menyala atau kawat wolfram pijar akan terjadi
reaksi kimia yang dapat mengembalikan penguapan kawat wolfram karena
suhu yang tinggi. Umumnya lampu halogen bentuknya kecil dan temperature
kawat pijarnya sangat tinggi. Bola lampu halogen dari kwarsa. Lampu
halogen sering juga disebut lampu yodium.
Lampu halogen menghasilkan flux cahaya spesifik 20lm/watt, umur nyala
lampu berkisar 2000jam. Sedangkan untuk flux cahaya 25 lm/watt umur nyala
lampu relative lebih pendek kira-kira 200 jam.

C. Komponen Listrik dalam Armatur


1. Starter
a) Fungsi
Untuk menyalakan lampu diperlukan starter. Starter diperlukan untuk
pemanasan awal/preheat dari elektroda lampu dan memberikan tegangan puncak
yang tinggi sehingga cukup untuk memicu pelepasan elektron di dalam lampu.
Setelah penyalaan terjadi, starter harus berhenti menghasilkan tegangan puncak
tersebut
b) Jenis Starter
Ada dua jenis starter untuk lampu fluoresen,yaitu Glow switch dan starter
elektronik.

1. Glow Switch starter.

Starter terdiri dari satu atau dua elektrode bimetal berada didalam tabung
gelas yang tertutup berisi gas mulia. Starter dipasang paralel terhadap
lampusedemikian sehingga jika starter terhubung maka arus pemanas awal
dapatmelalui elektroda-elektroda lampu.
Pada saat pembukaan kembali, arus melalui balast diinterupsi, yang
menyebabkan tegangan puncak pada elektroda-elektroda cukup tinggi
untukmenyalakan lampu. Tegangan puncak minimal yang dipersyaratkan
adalah 800 V dan nilai rata-rata tegangan puncak antara 1000V dan
1200V.
Jika elektroda lampu tidak cukup panas atau tegangan puncak tidak
cukuptinggi, starter glow switch akan memulai lagi proses penyalaan
sampai lampu menyala. Jika lampu tidak menyala (misalnya pada akhir
umur lampu) starter akan terus
berkedip sampai tegangan listrik putus atau sampai elektroda dari glow
switchstarter melekatbersama. Starter dilengkapi dengan kapasitor yang
paraleldengan elektrode starter untuk mencegah interferensi radio.
2. Stater elektronik
Bekerjanya starter elektronik sama seperti starter jenis glow switch
starter. Switsing tidak berasal dari elektroda bimetal tetapi dari komponen
elektronik di dalam balast. Sirkit elektronik dalam starter memberikan
waktu pemanasan awal yang tepat (1,7 detik) untuk elektroda lampu dan
sesudah itu didapat tegangan pemanas yang tepat yang menjadikan
penyalaan lampu secara optimum.
Starter elektronik mempunyai sirkit integrasi yang membuat starter tidak
bekerja setelah beberapa kali percobaan penyalaan yang tidak berhasil,
maka hal inidisebut keadaan tanpa kedip (Flicker free). Starter
elektronik juga mempunyai alat pendeteksi pemanasan lebih, yang
memutuskan starter jika terlalu panas.Starter elektronik dapat
memperpanjang umur lampu fluoresen hingga 25%.Umur dari starter
fluoresen dinyatakan dalam jumlah kali penyalaan (switches).Pada saat
ini glow switch startermempunyai umur 15.000 switchesatau lebih,
sedang starter elektronik mempunyai umur 100.000 switchesatau lebih.

2. Kapasitor

a) Instalasi
Ada dua jenis instalasi kapasitor untuk lampu fluoresen :
1) Kapasitor paralel kompensasi, digunakan untuk memperbaiki faktor daya,
dan dipasang paralel terhadap jaringan listrik. Dalam hal terjadi kegagalan
kapasitor yang dipasang paralel akibat sirkit terbuka atau hubung pendek,
tidak mempengaruhi kinerja lampu. Pemeriksaan rutin disarankan untuk
arus listrik dan faktor daya (cos phi).
2) Kapasitor seri digunakan dalam rangkaian kapasitif atau sirkit ganda.
Dalam hal kegagalan kapasitor yang dipasang seri, akan mempunyai
pengaruh pada kinerja lampu.
Secara normal setiap instalasi lampu perlu dikompensasikan dengan
kapasitans yang mempunyai nilai kapasitansi tertentu.
b) Jenis kapasitor
Ada dua jenis kapasitor yang digunakan saat ini :
1) Jenis basah (wet)
Kapasitor bentuk basah yang tersedia saat ini adalah jenis Non PCB
oil yang dilengkapi dengan pemutus internal untuk menjaga bila
terjadi kegagalan sehingga tidak mengakibatkan kapasitor menjadi
pecah atau kebocoran minyak.
2) Jenis kering (dry)
Kapasitor jenis kering yang tersedia saat ini adalah kapasitor film
metal. Kapasitor ini relatif baru digunakan dalam industri perlampuan
dan belum tersedia dalam berbagai aplikasi. Kapasitor kering tidak
direkomendasikan pada pemakaian instalasi seri karena kerugian
dayanya tinggi.
3) Toleransi tegangan dan temperature
Sebaiknyakapasitor digunakan dengan tegangan yang tepat. Toleransi
tegangan yang diijinkan untuk instalasi kapasitor paralel adalah 250V ,
toleransikapasitansinya maksimum !10% dan untuk instalasi kapasitor
seri toleransi tegangan yang diijinkan adalah 450V, toleransi
kapasitansinya maksimum 64%. Temperatur pemakaian kapasitor yang
dipersyaratkan secara normal adalah dari 25C sampai dengan 85C.
4) Umur
Umur kapasitor tergantung pada tegangan kapasitor dan temperatur
kotak pembungkus kapasitor. Jikakapasitor dipergunakan masih dalam
ketentuan yang dipersyaratkan, kapasitor akan mampu mencapai umur
10 tahun, sama dengan umur balastnya.

5) Resistor pelepasan muatan listrik


Kapasitor untuk penggunaan lampu harus mempunyai resistor
pelepasan muatanlistrik yang dihubungkan paralel terhadap terminal

untuk menjamin tercapainya tegangan kapasitor kurang dari 50 V


dalam waktu 1 menit setelah pemutusan daya listrik. Dalam keadaan
tertentu apabila dipersyaratkan tingkat keselamatan lebih tinggi
digunakan resistor sehingga dicapai tingkat tegangan 35V dalam
waktu 1 menit.
3. Balast
a) Fungsi
Sebagai komponen pembatas arus.
b) Jenis
Jenis ballast terdiri dari :
1) Balast resistor
Pada kondisi kerja yang stabil, balast ini memerlukan pasokan
tegangan dua kali lebih besar dari kebutuhan tegangan lampu. Hal ini
berarti 50% daya listrik diboroskan oleh balast dan akhirnya
penggunaannya menjadi tidak ekonomis.
2) Balash induktif atau choke
Balast induktif (choke) terdiri dari sejumlah lilitan kawat tembaga
pada inti besi yang dilaminasi, bekerjanya dengan prinsip induktansi
sendiri. Impedansi balast harus dipilih sesuai pasokan tegangan listrik,
frekuensi,jenis dan tegangan lampu, agar arus lampu berada pada nilai
yang tepat. Dengan kata lain, setiap jenis lampu mensyaratkan
tegangan pada chokenya sendiri untuk memperoleh impedansi balast
yang diinginkan. Rugi panas terjadi melalui resistansi ohmik dari
lilitan dan histerisis pada inti besi. Keuntungan pemakaian ballast ini
sebagai berikut :
(1) Adanya ketinggalan fasa dari arus terhadap tegangan sehingga
diperlukan koreksi faktor daya.
(2) Arus awal cukup tinggi yaitu 1,5 kali lebih besar dari arus
pengenal.
(3) Peka terhadap fluktuasi tegangan (tegangan listrik naik
turun,menyebabkan arus masuk ke lampu juga bervariasi).
3) Balast elektronik
Balast ini bekerja pada sistem frekuensi tinggi (High Frequency= HF).
Sistem balast elektronik terintegrasi dalam suatu kotak, dimana di
dalamnya terdapat komponen -komponen elektronik yang terdiri dari
beberapa blok, yaitu low pass filter, konverter AC/DC, generator HF
dan pengendali lampu.
(a) Low pass filter,mempunyai 4 fungsi :
(1) Membatasi distorsi harmonic.
(2) Membatasi radio harmonik.
(3) Memproteksi komponen elektronik terhadap tegangan listrik
yang tinggi.
(4) Membatasi arus inrush.
(b) Konverter AC/DC, terdiri dari jembatan dioda yang berfungsi
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Konverter juga

berisi buffer capacitor yang diperlukan oleh tegangan DC. Buffer


capacitormenentukan bentuk arus lampu dan arus listrik.
(c) Generator HF, berfungsi menguatkan tegangan DC menjadi
tegangan HF. Modulasi dalam suatu frekuensi tinggi dapat
mengganggu kendali jarak jauh infra merah (remote control infra
red) yang digunakan pada TV, Video, Audio, sistem transmisi dan
komunikasi data. Oleh karena itu frekuensi operasi untuk lampu
fluoresen HF tidak boleh lebih kecil dari 18 kHz dan tidak boleh
lebih besar dari 36 kHz. Pemilihan frekuensi kerja biasanya
diambil 28 kHz. Disamping standar balast HF, ada juga balast HF
yang bisa diredupkan, yang kemungkinan dapat memberikan
tambahan penghematan energi.

D. Syarat-syarat pemilihan armatur


Armatur adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan
mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang didalamnya,dilengkapi
dengan peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan pengendalian listrik. Untuk memilih
armatur yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pencahayaan, sebagai berikut :
a). distribusi intensitas cahaya.
Data distribusi intensitas cahaya pada umumnya dinyatakan dalam suatu diagram polar yang
berupa kurva-kurva yang memberikan h ubungan antara besarnya intensitas terhadap arah
dari intensitas tersebut. Untuk armatur yang memancarkan distribusi cahaya yang simetris
hanya diperlukan diagram polar pada satu bidang vertikal yang memotong armatur melalui
sumbu armatur.
Untuk armatur yang tidak simetris, misalnya armatur lampu Fluoresen (TL), paling sedikit
diperlukan 2 diagram polar, masing-masing pada bidang vertikal yang terletak memanjang
melalui sumbu armatur dan bidang vertikal yang tegak lurus pada sumbu tersebut.

b). Efisiensi cahaya.


Jumlah cahaya yang dipancarkan oleh armatur akan selalu lebih kecil dari pada jumlah
cahaya yang dipancarkan oleh lampu di dalam armatur tersebut. Perbandingan antara kedua
jumlah cahaya ini disebut efisiensi cahaya dari armatur. Besarnya efisiensi cahaya
dipengaruhi oleh penyerapan cahaya yang terjadi di dalam armatur, misalnya oleh penutup
armatur untuk meneruskan cahaya yang terlalu buram, dan oleh permukaan dalam armatur,
reflektor yang kurang merefleksi cahaya
c). perlindungan terhadap kejutan listrik.
Klasifikasi menurut C.E.E terhadap jenis proteksi listrik

d). ketahanan terhadap masuknya air dan debu.


Kemampuan proteksi menurut klasifikasi SNI 04-0202-1987 dinyatakan dengan IP
ditambah dua angka. Angka pertama menyatakan perlindungan terhadap debu dan angka
kedua terhadap air. Contoh IP 55 menyatakan armatur dilindungi terhadap debu dan
semburan air.
Tabel 5.3.3.b.: Klasifikasi proteksi terhadap debu dan air sesuai SNI No. 04-0202 1987

e). kebisingan yang ditimbulkan.


Komponen listrik yang dapat menimbulkan bising adalah balast. Sehingga dalam pemilihan
balast perlu diperhatikan tingkat bising yang dikeluarkannya.Selain balast, bising dapat pula
dikeluarkan oleh armatur yang terintegrasi dengan diffuser dari sistem tata udara (integrated
armatur). Besarnya tingkat bising dipengaruhi oleh ukuran lubang udara suplai dan
kecepatan udara keluar melalui lubang udara tersebut.

6.RANGKUMAN

Hal yang perlu diperhatikan pada pengawatan instalasi listrik terutama pada
penyambungan antar kawat penghantar adalah sambungan antarkawat penghantar harus
dilindungi atau ditutup dengan lasdop dan ditempatkan dalam kotak sambung. Kemudian
Dalam pemilihan lampu, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tampak warna yang
dinyatakan dalam temperatur warna dan efek warna yang dinyatakan dalam indeks renderasi
warna. Temperatur warna yang lebih besar dari 5300 Kelvin tampak warnanya dingin, 3300 ~
5300 Kelvin tampak warnanya sedang dan lebih kecil dari 3300 Kelvin tampak warnanya hangat.
Untuk perkantoran di Indonesia disarankan memakai temperatur warna lebih besar dari 5300
Kelvin atau antara 3300 ~ 5300 Kelvin.
Indeks renderasi warna dinyatakan dengan angka 0 sampai dengan 100, dimana angka
100 menyatakan warna benda yang dilihat akan sesuai dengan warna aslinya.Lampu pijar dan
lampu halogen mempunyai indeks renderasi warna mendekati 100.

7.SOAL

1. Sambungan apa yang berfungsi menghubungkan kawat penghantar dengan komponenkomponen lain misalnya pada fitting?
2. Sebutkan 3 macam-macam sambungan kabel yang Anda ketahui?

8.KUNCI JAWABAN
1. Sambungan mata itik
2. sambungan mata itik,sambungan ekor babi,sambungan bolak-balik

9.DAFTAR PUSTAKA.

Depari, Ganti. 2003. Keterampilan Listrik.Bandung: Penerbit M2S.


Effendi, Usman. 2002. Modul Instalasi Listrik. Bandung: TEDC
Ferweda, Ian. 2001. Listrik dalam Rumah Tangga. Bandung: PPPG Teknologi
Bandung.
Suryanto, F. 2004. Teknik Listrik Instalasi Penerangan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai